Analisis Silabus Kurikulum 2013 Kasus Pa
Analisis Silabus Kurikulum 2013 Kasus Pa
Abstrak
Dalam Kurikulum 2013 silabus disediakan oleh pemerintah dengan harapan guru
tidak terlalu banyak bergelut dengan konsep melainkan fokus ke implementasi.
Silabus adalah cetak biru pembelajaran. Silabus berfungsi sebagai landasan untuk
pengembang dokumen-dokumen kurikulum operasional seperti buku guru, buku
siswa, RPP dan instrumen evaluasi. Apabila dokumen-dokumen tersebut dilandasi
dengan silabus maka akan terjadi keselarasan antara satu dengan lainnya
sehingga mendukung efektifitas dan efisiensi tercapainya tujuan pembelajaran. Di
lapangan terjadi fenomena yang janggal. Misalnya kasus yang terjadi pada silabus
Mata Pelajaran IPA SMP/MTs Kelas VII. Pertama ditemukan ketidakkeselarasan
antara silabus dengan buku guru. Ini adalah sebuah sinyalemen bahwa buku guru
tidak disusun berdasarkan silabus. Kedua setelah dikaji silabus yang merupakan
dokumen resmi dari Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
untuk SMP/MTs bermutu rendah. Secara teoretis silabus tersebut cacat karena
prosedur pengembangannya tidak sistematis dan logis, komponennya tidak lengkap
dan substansinya ada yang tida mengena dengan KD. Secara praktis silabus
tersebut sulit diterjemahkan oleh para pemangku kepentingan, khususnya
pengembangan buku dan guru. Oleh karena itu diusulkan untuk merevisi silabus
tersebut mulai dari komponen, materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Revisi
tersebut bersifat mendesak karena harus digunakan untuk tahun pelajaran yang
akan datang.
A. Pendahuluan
Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
[CITATION Kem13 \l 1057 ] diamanatkan bahwa setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Dalam
dokumen tersebut juga dijelaskan bahwa RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
2
Dalam Kurikulum 2013 silabus untuk semua mata pelajaran telah disusun
oleh pemerintah dan guru hanya tinggal menjabarkannya kedalam RPP. Selain itu
guru telah dibekali dengan buku panduan yang disebut buku guru dan buku siswa
yang dikembangkan berdasarkan silabus. Seyogyanya dengan sistem ini guru
merasa dimudahkan karena tidak harus menyusun silabus seperti pada Kurikulum
2006. Namun demikian dalam prakteknya guru banyak menemukan kesulitan
karena ditemukan bebeapa kekeliruan dan kejanggalan dalam silabus dan buku
guru. Salah satu contoh kekeliruan terjadi pada silabus mata pelajaran IPA
SMP/MTs terjadi pada alokasi waktu. Untuk menyelesaikan 10 KD dari KI 3 hanya
tercatat membutuhhkan waktu 55 jam pelajaran padahal waktu yang tersedia
minimal 160 JP. Apabila guru menyusun RPP berdasarkan silabus seperti itu maka
akan terjadi kesalahan yang fatal.
Melihat fenomena tersebut maka yang harus segera dilakukan adalah
mangkaji ulang silabus dan mengidentifikasi kekeliruannnya kemudian
merevisinya. Revisi dokumen-dokumen tersebut sedianya tuntas dan ditetapkan
kembali sebagai dokumen resmi secepatnya. Ketika silabus tuntas di revisi maka
segera akan digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan buku guru dan
buku siswa dan RPP untuk tahun ajaran yang akan datang.
Kajian terhadap silabus harus dilakukan mengacu pada teori megenai
pengembangan instruksional. Dalam teori pengembangan instruksional
(Instructional Development) rancangan pembelajaran dimulai dari analisis
kebutuhan. Melalui analisis dirumuskan siapa yang akan belajar, apa target hasil
belajar yang harus dicapai. Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut kemudian
disusun rancanagan pembelajaran dalam bentuk silabus yang memuat informasi
mengenai tujuan pembelajaran, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya,
materi ajar, strategi pembelajaran yang harus digunakan, teknik dan instrumen, dan
sumber-media yang harus digunakan. Informasi tersebut merupakan cetak biru
(blueprint) yang berfungsi bagi guru untuk mengembangkan rencangan operasional
operasional pembelajaran dalam bentuk RPP dan bagi para penulis untuk
mengembangkan buku panduan guru dan buku kegiatan siswa.
Berdasarkan prinsip tersbeut maka silabus adalah dokumen utama yang
menjadi landasan untuk pengembangan dan pelaksanaan proses pembelajaran.
3
Apabila silabusnya sudah tersetruktur dengan baik maka akan dapat diterjemahkan
kedalam buku guru, dan buku siswa dan RPP dengan baik.
Berdasarkan alasan tersebut maka penulis telah mencoba melakukan kajian
terhadap silabus dengan harapan dapat mengidentifikasi kekeliruan yang ada di
dalamnya dan merumuskan rekomenasi untuk dapat dipertimbangkan sebagai
masukan untuk perbaikan. Karena keterbatasan kajian yang telah dilakukan tidak
menyeluruh melainkan terbatas pada silabus Kurikulum 2013 Kelas VII Mata
Pelajaran IPA khusus pada fungsi, struktur, pemetaan KD, alokasi waktu, materi
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
Kajian ini dilakuakn untuk menjawab dua masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan berkut: Pertama, kekeliruan apa yang ditemukan dalam silabus mata
pelajaran IPA kelas VII? Kedua, Apa yang harus direvisi dari silabus tersebut
sehingga lebih baik berdasarkan kelayakan teoretis dan praktis? Hasil kajian ini
berupa deskripsi mengenai kekeliruan dan rekomendasi yang dapat dijadikan
landasan untuk merevisinya.
B. Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kualitatif
dengan metode analisis dokumen. Yang dimaksud dengan analisis dokumen adalah
sebuah prosedur untuk meninjau atau mengevaluasi dokumen, baik dokumen cetak
maupun elektronik [ CITATION Bow09 \l 1057 ]. Menurut Bown metode ini terdiri
dari langkah yaitu skimming , membaca secara detil (analsisi) dan menginterpretasi.
Dalam proses analisis dilakukan koding, pemilahan dan pengelompokkan data
kedalam tema-tema. Hasil pengelompokkan tersebut kemudian diinterpretasi dan
dievaluasi.
Yang dijadikan objek kajian pada penelitian ini adalah silabus mata pelajaran
IPA SMP/MTs Kelas VII yang merupakan lampiran II dai Permendikbud Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menegah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah. Aspek yang dikaji meliputi struktur, pasangan KD, jumlah jam,
kegiatan belajar, dan strategi penilaian.
Silabus tersebut akan dianalsis berdasarkan kelayakan teoretis mengenai
pengembangan instruksional (instructional development), prinsip penyusunan
silabus, prinsip pembelajaran IPA terpadu, pembelajaran saintifik dan penilaian
4
otentik. Untuk melengkapi kajian dokumen yang akan dijadikan pembanding dan
atau referensi adalah buku guru IPA SMP/MTs kelas VII dan buku siswa IPA
SMP/MTs kelas VII edisi revisi yang dimuat di situs BSE [CITATION Kem145 \l
1057 ].
C.Hasil
Struktur silabus
Silabus mata pelajaran IPA SMP/MTs, seperti silabus mata pelajaran lainnya
terdiri dari bagian identitas, daftar kompetensi inti dan matriks yang terdiri dari 5
kolom yaitu Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Penilaian, Alokasi Waktu dan Sumber Belajar [CITATION Kem14 \l 1057 ].
Bagian identitas memuat dua informasi yaitu satuan pendidikan dan kelas.
Dilanjutkan dengan kalimat dari empat kompetensi inti yang ditulis secara lengkap.
Dalam kolom KD termuat KD dari KI 1., KI 2., KI 3. Dan KI 4. KD KI 1 dan 2
dituliskan keseluruhan di awal, kemudian diikuti dengan KD dari KI 3 dan KD dari
KI 4 yang telah dipasanngkan. Berikut ini matriks hasil identifikasi pasangan KD
pada silabus tersebut.
Tabel 1. Matriks Hasil Identifikasi Pasangan KD dan Jumlah Jam Pelajaran
KD KD KD KD JUMLAH
NO
KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 JP
1 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.1 4.1 5
2 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.2 4.2 5
3 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.3 4.3 10
4 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.4 4.4, 4.5 10
5 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.5 4.6, 4.7 10
6 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.6 4.8, 4.9 15
7 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.7 4.10, 4.11 10
8 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.8 4.12 10
9 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.9 5
10 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.10 4.13 5
JMLH JP 85
RPP guru harus memilih KD KI 2 tersebut untuk sebuah RPP. Dalam baris
kesembilan terlihat adanya kekosongan pasangan KD 3.9 dari KI 4. Dalam kolom
jumlah JP terlihat distribusi jam pelajaran untuk setiap pasangan KD dan apabila
dijumlahkan keseluruhannya mencapai 85 JP dari yang seharusnya minimal 160 JP.
Pada kolom materi pembelajaran tertulis sub materi pokok yang dijabarkan
dari KD KI 3. Materi pembelajaran untuk setiap KD dapat dilihat dalam matriks
berikut.
Tabel 2 Hasil identifikasi KD dan Materi Pembelajaran
MATERI
NO KD
PEMBELAJARAN
Memahami konsep pengukuran Objek IPA dan Pengamatannya:1.
berbagai besaran yang ada pada diri, Pengukuran, 2. Besaran Pokok dan
makhluk hidup, dan lingkungan fisik Besaran Turunan.
3.1 sekitar sebagai bagian dari observasi,
serta pentingnya perumusan satuan
terstandar (baku) dalam pengukuran.
Mengidentifikasi ciri hidup dan tak Klasifikasi Benda, 1. Makhluk hidup,
hidup dari benda-benda dan makhluk 2. Benda tak hidup, 3. Zat padat, cair
hidup yang ada di lingkungan sekitar. dan gas, 4. Unsur senyawa dan
3.2 campuran,
5. Asam, basa dan garam.
Kegiatan Pembelajaran
Kolom kegiatan pembelajara memuat rincian kegiatan pembelajaran per
KD dengan urutan langkah kegiatan mengikuti langkah-langkah kegiatan pada
pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar
dan mengomunikasikan. Kelihatannya kelima langkah kegiatan tersebut dijadikan
menjadi satu siklus atau paket kegiatan.
Paket kegiatan saintifik pada setiap KD berbeda-beda, ada yang hanya satu
siklus dan ada yang sampai tiga siklus. Berikut ini jumlah siklus kegiatan pada
setiap KD.
KD KD KD KD KD KD KD KD KD KD
KD
3. 1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3. 9 3. 10
JUMLA 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1
H
7
PAKET
Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang bagaimana para ahli IPA melakukan
pengamatan terhadap benda-benda di sekitar dan menguji prediksi.
Menanyakan cara dan alat yang digunakan dalam mengukur serta sikap yang
tepat dalam melakukan pengukuran.
Menanyakan pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran.
Mengumpulkan informasi
Membaca teks tentang penyelidikan IPA.
Melakukan eksperimen untuk menguji prediksi yang menunjukkan proses
penyelidikan IPA telah dilakukan.
Membaca teks tentang pengamatan, membuat inferensi, dan mengomunikasikan.
Mengukur panjang benda hidup dan benda tak hidup dengan satuan baku dan
tak baku.
Mengukur panjang, dengan satuan tak baku.
Membaca teks tentang pengukuran.
Mengidentifikasi berbagai pengukuran yang mungkin dari mengamati benda di
sekitarnya.
Mengukur massa benda benda hidup dan benda tak hidup dengan neraca.
Menentukan simbol satuan pengukuran dengan menggunakan SI (Sistem
Internasional).
Membandingkan pengukuran pada mikroorganisme dengan benda langit.
Menaksir dan mengukur panjang, massa, dan waktu.
Mengukur besaran turunan, misalnya: luas, volume, konsentrasi larutan, dan laju
pertumbuhan.
Menalar/Mengasosiasi
Menyimpulkan berbagai pengukuran besaran pokok dan turunan dengan alat
ukur baku dan tidak baku.
Menyimpulkan hasil analisis data yang diperoleh dari percobaan.
Mengomunikasikan
Membuat tulisan sederhana yang menggambarkan cara atau prosedur ahli IPA
melakukan penyelidikan.
8
D. Pembahasan
Fungsi Silabus
Dalam teori pengembangan instruksional, dikenal dengan model
pengembangan instruksional (instructional development/ID). Menurut Gustafson
and Branch [CITATION Ken02 \l 1057 ] model ID adalah grafik yang
menggambarkan pendekatan dan desain sistematik untuk memfasilitasi agar terjadi
proses pengembangan instruksional yang efektif dan efisien). Gustafson and Branch
mendefinisikan model ID adalah sebuah penjelasan dalam bentuk bagan alur
dan/atau teks yang mewakili sebuah ide, proses dan hasil dimana pengembangan
isntruksional dilakukan. Gentry dan Gustafson and Branc mengungkapkan
pengertian yang sama mengenai model ID yaitu penjelasan dalam bentuk grafik
atau skema yang menggambarkan komponen, prosedur dan hasil dari sebuah proses
pengembangan instruksional.
Gentry [ CITATION Cas94 \l 1057 ] menjelaskan bahwa secara struktural
sebuah model ID tersusun atas komponen yang independen namun saling interaktif.
Komponen-komponen tersebut menggambarkan proses (what need to be done)
yang dilakukan melalui teknik tertentu (how to do what need to be done).
Sebuah model ID memiliki ciri dan karakter yang khas pada asumsi, landasan
teoretis, tujuan, prosedur, sistimatika dan hasil dari sebuah kegiatan pengembangan
instruksional sehingga model ID yang satu memiliki prosedur, sistematika dan
produk yang berbeda dari model ID lainnya. Prosedur dan sistimatika kegiatan pada
model Gerlach and Aly misalnya berbeda dengan pada model Dick and Carey.
Dalam model tersebut dijelaskan langkah-langkah dalam pengembangan
rancangan pembelajaran. Gustafson dan Branch mengideintifikasi puluhan model.
Beberapa model yang paling terkenal seperti model EDDIE, model Gerlach and
Elly, model Dick and Carey, Instryctional Development Learning System (ISDL)
dari Kemp, dan model yang dianggap cukup up to date adalah model Rapid
Prototyping.
9
Model dasar yang sering dijadikan rujukan adalah model ADDIE. Model ini
bersifat generik sehingga dijadikan landasan untuk mengembangkan model lain
untuk konteks dan fungsi yang berbeda. Model EDDIE terdiri dari lima langkah
yaitu analiysis (mengkaji), design (merancang), development (mengembangkan),
implement (melaksanakan) dan evaluation (menilai). Setiap langkah pada model
tersebut menghasilkan output yang menentukan langkah berikutnya. Model tersebut
dapat digambarkan dalam skema berikut.
Struktur
Dalam Standar Proses termuat aturan penyusunan silabus. Dalam aturan
tersebut terdapat klausul berikut
1. Silabus paling sedikit memuat identitas mata pelajaran, identitas sekolah,
kompetensi inti, kompetensi dasar, tema (khususSD/MI/SDLB/Paket A);
2. Materi pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi;
3. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
4. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
5. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;
6. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Setidaknya ada dua kekeliruan dan kelemahana dalam aturan tersebut.
Pertama adanya komponen identitas sekolah. Nampaknya klausul tersebut hanya
berupa copy-paste dari Stadar Proses lama (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).
Dalam Kurikulum 2013 silabus tidak disusun oleh satuan pendidikan seperti pada
Kurikulum 2006 melainkan disusun oleh pemerintah secara generik. Oleh karena
itu tidak membutuhkan identitas sekolah. Klasul pada Standar isi harus direvisi.
13
buruk dari peta pada silabus. Demikian juga distribusi jumlah JP. Dalam silabus
jumlah JP keseluruhan 85, dan pada buku guru 151. Fenomena ini menunjukkan
kekacauan dokumen yang pada ujungnya membingungkan guru.
Materi Pembelajaran
Konsep kurikulum pada Mata Pembelajaran IPA adalah integrative (IPA
terpadu). Artinya materi pembelajaran pada Mata Pembelajaran IPA terdiri dari tiga
disiplin ilmu yaitu biologi, fisika dan kimia. Pengintegrasasian ketiga disiplin ilmu
tersebut dilakukan secara connected (Kemdikbud, Kurikulum IPA SMP/MTs).
Yakni ketika pembelajaran dilakukan pada disiplin ilmu tertentu (misalnya fisika),
kemudian konsep dari disiplin ilmu lain yang relevan dimasukkan kedalamnya.
Misalnya saat mempelajari suhu (konsep fisika), pembahasannya dikaitkan dengan
upaya makhluk hidup berdarah panas mempertahankan suhu tubuh (konsep
biologi), serta senyawa yang digunakan di dalam termometer.
Materi pembelajaran termuat dalam KD KI 3. Pada mata pelajaran IPA kelas
VII terdapat 10 KD yang meliputi konsep utama pengukuran, ciri makhluk hidup
dan tak hidup, klasifikasi, keragaman makhluk hidup, keragaman pada zat, suhu
dan kalor, interaksi antar makhluk hidup dan dampak pemanasan global. Materi
pada KD tersebut hasil revisi dari Kurikulum 2006. Dengan konsep yang sama
yaitu IPA terpadu namun pada Kurikulum 2013 materi pembelajaran lebih
terstruktur dan memiliki keterkaitan (connected).
Namu demikian ada yang perlu didiskusikan terkait dengan KD-KD tersebut.
Pertama bobot KD tidak seimbang antara satu dengan yang lain. Ada yang
bobotnya kecil namun ada yang terlalu besar. Misalnya KD 3.2 (Mengidentifikasi
ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar) terlalu kecil dibandingkan dengan KD 3.3 (Memahami prosedur
pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak-hidup sebagai bagian kerja
ilmiah, serta mengklasifikasi-kan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak-
hidup berdasarkan ciri yang diamati). Seharusnya KD 3.2 diperbesar dengan cara
memindahkan sebagaian kompetensi dari KD 3.3 yaitu memahami prosedur
pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak hidup. KD 3.2 menjadi
Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup
17
yang ada di lingkungan sekitar dan prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan
benda-benda tak hidup. KD 3.3 menjadi Mengklasifikasi-kan berbagai makhluk
hidup dan makhluk tak-hidup berdasarkan ciri yang diamati.
Revisi KD ini perlu dilakukan karena berdampak terhadap
ketidakseimbangan ditribusi jam pelajaran dalam silabus yang berakibat terhadap
kesulitan dalam mengembangkan buku guru, buku siswa dan RPP.
Kedua masih ada kelemahan dalam menjabarkan KD kedalam materi pokok.
Pertama penulisan materi pokok kurang rinci dan kedua masih ada tumpang tindih
atau tertukar. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan salah tafsir bagi
para pengembang buku dan pengembangan RPP.
Tabel 2 memperlihatkan KD KI 3 dan jabaran materi pokoknya. Contoh pada
KD 3.1. Kalimat KD: Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada
pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari
observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam
pengukuran. Jabaran materi poknya 1. Pengukuran, 2. Besaran Pokok dan Besaran
Turunan. Dengan rincian sesederhana itu petunjuk apa yang dapat ditangkap oleh
para pengembang buku dan pengembang RPP? Informasi yang ditampilkan sangat
minim sehingga bisa salah tafsir. Selain itu materi pokok tersebut tidak
memperlihatkan konsep IPA terpadu sehingga susah diterjemahkan kedalam buku
IPA terpadu dan RPP IPA terpadu.
Untuk menentukan materi pokok yang lebih baik maka langkah pertama
adalah menerjemahkan KD kedalam tujuan pembelajaran, kemudian menjabarkan
tujuan pembelajaran kedalam matri pokok. Dari pemetaan tersebut juga dapat
diprediksi alokasi waktu untuk setiap materi lebih akurat. Berikut ini contoh
pemetaannya.
Tabel 3 Pemetaan KD kedalam Materi Pokok
TUJUAN JML
KD MATERI POKOK
PEMBELAJARAN JP
18
Kegiatan Pembelaaran
Pada silabus tersebut kegiatan belajar belum terstruktur dengan baik. Kasus
pada kegiatan belajar KD 3.1 menunjukkan ketidakjelasan dan kesemrawutan
rangkaian kegiatan. Dapat dibayangkan kalau guru melaksanakan pembelajaran
dengan skenario tersebut. Rangkai kegiatan tersebut juga tidak menampakkan
kegiatan IPA terpadu.
Alternatif solusi untuk mengatasi kesemrawutan kegiatan tersebut adalah
dengan cara menetapkan paket-paket kegiatan berdasarkan tujuan dan materi pokok
yang telah ditetapkan. Mari kita kaji kembali hasil pemetaan pada tabel 3. Dalam
tabel tersebut kegiatan pembelajaran sudah dibagi menjadi 3 paket kegiatan dan
satu evaluasi formatif dengan alokasi waktu tersendiri. Karena dalam Standar
Proses dituntut untuk menerapkan pendekatan saintifik dengan lima kegiatan yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan maka setiap paket
pembelajaran dijabarkan kedalam lima langkah tersebut. Mari kita lihat contoh
betikut.
Tabel 4 Peta Kegiatan Pembelajaran
TUJUAN ALOKASI
MATERI POKOK PAKET KEGIATAN
PEMBELAJARAN WAKTU
20
atau projek yang dapat dikerjakan kira-kira dalam waktu 100 menit (50% x 200
menit). Kegiatan tersetruktur dan tidak terstruktur tersebut dapat dimuat dalam
kegiatan belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Kemdikbud. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Dan Kebuadayaan.
Kemdikbud. (2014, Oktober 14). Rumah Belajar. Diambil kembali dari Buku Sekolah
Elektronik: http://bse.kemdikbud.go.id/buku/kkurikulum2013
Wikipedia. (2014, Oktober 6). Instructional Design. Diambil kembali dari Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Instructional_design#ADDIE_process