Anda di halaman 1dari 24

1

ANALISIS SILABUS KURIKULUM 2013


KASUS PADA MATA PELAJARAN IPA SMP/MTS KELAS VII
Asip Suryadi,
asip_sayurradi@yahoo.co.id
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama-Balai Diklat Keagamaan Jakarta

Abstrak
Dalam Kurikulum 2013 silabus disediakan oleh pemerintah dengan harapan guru
tidak terlalu banyak bergelut dengan konsep melainkan fokus ke implementasi.
Silabus adalah cetak biru pembelajaran. Silabus berfungsi sebagai landasan untuk
pengembang dokumen-dokumen kurikulum operasional seperti buku guru, buku
siswa, RPP dan instrumen evaluasi. Apabila dokumen-dokumen tersebut dilandasi
dengan silabus maka akan terjadi keselarasan antara satu dengan lainnya
sehingga mendukung efektifitas dan efisiensi tercapainya tujuan pembelajaran. Di
lapangan terjadi fenomena yang janggal. Misalnya kasus yang terjadi pada silabus
Mata Pelajaran IPA SMP/MTs Kelas VII. Pertama ditemukan ketidakkeselarasan
antara silabus dengan buku guru. Ini adalah sebuah sinyalemen bahwa buku guru
tidak disusun berdasarkan silabus. Kedua setelah dikaji silabus yang merupakan
dokumen resmi dari Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
untuk SMP/MTs bermutu rendah. Secara teoretis silabus tersebut cacat karena
prosedur pengembangannya tidak sistematis dan logis, komponennya tidak lengkap
dan substansinya ada yang tida mengena dengan KD. Secara praktis silabus
tersebut sulit diterjemahkan oleh para pemangku kepentingan, khususnya
pengembangan buku dan guru. Oleh karena itu diusulkan untuk merevisi silabus
tersebut mulai dari komponen, materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Revisi
tersebut bersifat mendesak karena harus digunakan untuk tahun pelajaran yang
akan datang.

Kata kunci: pengembangan instruksional, Kurikulum 2013 SMP/MTs, silabus,


Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, RPP

A. Pendahuluan
Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
[CITATION Kem13 \l 1057 ] diamanatkan bahwa setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Dalam
dokumen tersebut juga dijelaskan bahwa RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
2

Dalam Kurikulum 2013 silabus untuk semua mata pelajaran telah disusun
oleh pemerintah dan guru hanya tinggal menjabarkannya kedalam RPP. Selain itu
guru telah dibekali dengan buku panduan yang disebut buku guru dan buku siswa
yang dikembangkan berdasarkan silabus. Seyogyanya dengan sistem ini guru
merasa dimudahkan karena tidak harus menyusun silabus seperti pada Kurikulum
2006. Namun demikian dalam prakteknya guru banyak menemukan kesulitan
karena ditemukan bebeapa kekeliruan dan kejanggalan dalam silabus dan buku
guru. Salah satu contoh kekeliruan terjadi pada silabus mata pelajaran IPA
SMP/MTs terjadi pada alokasi waktu. Untuk menyelesaikan 10 KD dari KI 3 hanya
tercatat membutuhhkan waktu 55 jam pelajaran padahal waktu yang tersedia
minimal 160 JP. Apabila guru menyusun RPP berdasarkan silabus seperti itu maka
akan terjadi kesalahan yang fatal.
Melihat fenomena tersebut maka yang harus segera dilakukan adalah
mangkaji ulang silabus dan mengidentifikasi kekeliruannnya kemudian
merevisinya. Revisi dokumen-dokumen tersebut sedianya tuntas dan ditetapkan
kembali sebagai dokumen resmi secepatnya. Ketika silabus tuntas di revisi maka
segera akan digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan buku guru dan
buku siswa dan RPP untuk tahun ajaran yang akan datang.
Kajian terhadap silabus harus dilakukan mengacu pada teori megenai
pengembangan instruksional. Dalam teori pengembangan instruksional
(Instructional Development) rancangan pembelajaran dimulai dari analisis
kebutuhan. Melalui analisis dirumuskan siapa yang akan belajar, apa target hasil
belajar yang harus dicapai. Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut kemudian
disusun rancanagan pembelajaran dalam bentuk silabus yang memuat informasi
mengenai tujuan pembelajaran, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya,
materi ajar, strategi pembelajaran yang harus digunakan, teknik dan instrumen, dan
sumber-media yang harus digunakan. Informasi tersebut merupakan cetak biru
(blueprint) yang berfungsi bagi guru untuk mengembangkan rencangan operasional
operasional pembelajaran dalam bentuk RPP dan bagi para penulis untuk
mengembangkan buku panduan guru dan buku kegiatan siswa.
Berdasarkan prinsip tersbeut maka silabus adalah dokumen utama yang
menjadi landasan untuk pengembangan dan pelaksanaan proses pembelajaran.
3

Apabila silabusnya sudah tersetruktur dengan baik maka akan dapat diterjemahkan
kedalam buku guru, dan buku siswa dan RPP dengan baik.
Berdasarkan alasan tersebut maka penulis telah mencoba melakukan kajian
terhadap silabus dengan harapan dapat mengidentifikasi kekeliruan yang ada di
dalamnya dan merumuskan rekomenasi untuk dapat dipertimbangkan sebagai
masukan untuk perbaikan. Karena keterbatasan kajian yang telah dilakukan tidak
menyeluruh melainkan terbatas pada silabus Kurikulum 2013 Kelas VII Mata
Pelajaran IPA khusus pada fungsi, struktur, pemetaan KD, alokasi waktu, materi
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
Kajian ini dilakuakn untuk menjawab dua masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan berkut: Pertama, kekeliruan apa yang ditemukan dalam silabus mata
pelajaran IPA kelas VII? Kedua, Apa yang harus direvisi dari silabus tersebut
sehingga lebih baik berdasarkan kelayakan teoretis dan praktis? Hasil kajian ini
berupa deskripsi mengenai kekeliruan dan rekomendasi yang dapat dijadikan
landasan untuk merevisinya.

B. Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kualitatif
dengan metode analisis dokumen. Yang dimaksud dengan analisis dokumen adalah
sebuah prosedur untuk meninjau atau mengevaluasi dokumen, baik dokumen cetak
maupun elektronik [ CITATION Bow09 \l 1057 ]. Menurut Bown metode ini terdiri
dari langkah yaitu skimming , membaca secara detil (analsisi) dan menginterpretasi.
Dalam proses analisis dilakukan koding, pemilahan dan pengelompokkan data
kedalam tema-tema. Hasil pengelompokkan tersebut kemudian diinterpretasi dan
dievaluasi.
Yang dijadikan objek kajian pada penelitian ini adalah silabus mata pelajaran
IPA SMP/MTs Kelas VII yang merupakan lampiran II dai Permendikbud Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menegah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah. Aspek yang dikaji meliputi struktur, pasangan KD, jumlah jam,
kegiatan belajar, dan strategi penilaian.
Silabus tersebut akan dianalsis berdasarkan kelayakan teoretis mengenai
pengembangan instruksional (instructional development), prinsip penyusunan
silabus, prinsip pembelajaran IPA terpadu, pembelajaran saintifik dan penilaian
4

otentik. Untuk melengkapi kajian dokumen yang akan dijadikan pembanding dan
atau referensi adalah buku guru IPA SMP/MTs kelas VII dan buku siswa IPA
SMP/MTs kelas VII edisi revisi yang dimuat di situs BSE [CITATION Kem145 \l
1057 ].

C.Hasil
Struktur silabus
Silabus mata pelajaran IPA SMP/MTs, seperti silabus mata pelajaran lainnya
terdiri dari bagian identitas, daftar kompetensi inti dan matriks yang terdiri dari 5
kolom yaitu Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Penilaian, Alokasi Waktu dan Sumber Belajar [CITATION Kem14 \l 1057 ].
Bagian identitas memuat dua informasi yaitu satuan pendidikan dan kelas.
Dilanjutkan dengan kalimat dari empat kompetensi inti yang ditulis secara lengkap.
Dalam kolom KD termuat KD dari KI 1., KI 2., KI 3. Dan KI 4. KD KI 1 dan 2
dituliskan keseluruhan di awal, kemudian diikuti dengan KD dari KI 3 dan KD dari
KI 4 yang telah dipasanngkan. Berikut ini matriks hasil identifikasi pasangan KD
pada silabus tersebut.
Tabel 1. Matriks Hasil Identifikasi Pasangan KD dan Jumlah Jam Pelajaran
KD KD KD KD JUMLAH
NO
KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 JP
1 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.1 4.1 5
2 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.2 4.2 5
3 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.3 4.3 10
4 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.4 4.4, 4.5 10
5 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.5 4.6, 4.7 10
6 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.6 4.8, 4.9 15
7 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.7 4.10, 4.11 10
8 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.8 4.12 10
9 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.9 5
10 1.1 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 3.10 4.13 5
JMLH JP 85

Dalam amtriks tersebut terlihat bahwa KD KI 1 hanya ada 1 sehingga


berlaku untuk semua pasangan KD sedangkan KD dari KI 2 terdiri dari 4 KD yang
belum dipasangkan sehingga ditulis seluruhnya padahal dalam praktek penyusunan
5

RPP guru harus memilih KD KI 2 tersebut untuk sebuah RPP. Dalam baris
kesembilan terlihat adanya kekosongan pasangan KD 3.9 dari KI 4. Dalam kolom
jumlah JP terlihat distribusi jam pelajaran untuk setiap pasangan KD dan apabila
dijumlahkan keseluruhannya mencapai 85 JP dari yang seharusnya minimal 160 JP.
Pada kolom materi pembelajaran tertulis sub materi pokok yang dijabarkan
dari KD KI 3. Materi pembelajaran untuk setiap KD dapat dilihat dalam matriks
berikut.
Tabel 2 Hasil identifikasi KD dan Materi Pembelajaran
MATERI
NO KD
PEMBELAJARAN
Memahami konsep pengukuran Objek IPA dan Pengamatannya:1.
berbagai besaran yang ada pada diri, Pengukuran, 2. Besaran Pokok dan
makhluk hidup, dan lingkungan fisik Besaran Turunan.
3.1 sekitar sebagai bagian dari observasi,
serta pentingnya perumusan satuan
terstandar (baku) dalam pengukuran.
Mengidentifikasi ciri hidup dan tak Klasifikasi Benda, 1. Makhluk hidup,
hidup dari benda-benda dan makhluk 2. Benda tak hidup, 3. Zat padat, cair
hidup yang ada di lingkungan sekitar. dan gas, 4. Unsur senyawa dan
3.2 campuran,
5. Asam, basa dan garam.

Memahami prosedur pengklasifikasi- Klasifikasi zat dan Makhluk Hidup, 1.


an makhluk hidup dan benda-benda Klasifikasi dikotomi dan kuci
tak-hidup sebagai bagian kerja ilmiah, determinasi, 2. Kelompok makhluk
3.3 serta mengklasifikasikan berbagai hidup berukuran kecil (microskopis),
makhluk hidup dan benda-benda tak- 3. Kelompok jamur, 4.
hidup berdasarkan ciri yang diamati. Kelompok hewan.
Mendeskripsikan keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan, 1. Sel
sistem organisasi kehidupan mulai dari sebagai unit struktur dan fungsional
3.4 tingkat sel sampai organisme, serta kehidupan, 2. Jaringan, 3. organ, 4.
komposisi utama penyusun sel. Sistem organ, 5. Sistem organ dan
organisme.
Memahami karakteristik zat, serta Karakteristik Zat: 1. Perubahan fisika,
perubahan fisika dan kimia pada zat 2. perubahan Kimia.
3.5 yang dapat dimanfaat-kan untuk
kehidupan sehari-hari.
Mengenal konsep energi, berbagai Energi dalam Sistem Kehidupan: 1.
sumber energi, energi dari makanan, Sumber energi, 2. Perubahan bentuk
3.6 transformasi energi, respirasi, sistem energi, 3. Transformasi energi, 4.
pencernaan makanan, dan fotosintesis. Bernafas, 5. Fotosintesis, 6. Respirasi,
7. Sistem pencernaan makanan.
6

Memahami konsep suhu, pemuaian, Suhu dan Perubahannya: 1. Suhu dan


kalor, perpindahan kalor, dan termometer, 2. Kalor, 3. Pemuaian, 4.
penerapannya dalam mekanisme Konduksi, konveksi dan radiasi.
menjaga kestabilan suhu tubuh pada
3.7 manusia dan hewan serta dalam
kehidupan sehari-hari.

Mendeskripsikan interaksi antar Interaksi Makhluk Hidup dan


makhluk hidup dan lingkungannya. Lingkungannya: 1. Pengertian
3.8
lingkungan, 2. Interaksi,
3. Ekosistem.
Dampak Pencemaran bagi Kehidupan:
Mendeskripsikan pencemaran dan 1. Pencemaran udara, 2. Pencemaran
3.9
dampaknya bagi makhluk hidup. air,
3. Pencemaran tanah.

Pemanasan Global dan Ekosistem: 1.


Mendeskripsikan tentang penyebab
Pengertian pemanasan global, 2.
3.10 terjadinya pemanasan global dan
Pengaruh pemanasan global terhadap
dampaknya bagi ekosistem.
ekosistem.

Dalam kolom materi pokok terlihat adanya ketidakcukupan penjabaran KD


kedalam materi pokok. Bahkan ada materi pokok yang tertukar karena seharsnya
berada pada KD lain.

Kegiatan Pembelajaran
Kolom kegiatan pembelajara memuat rincian kegiatan pembelajaran per
KD dengan urutan langkah kegiatan mengikuti langkah-langkah kegiatan pada
pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar
dan mengomunikasikan. Kelihatannya kelima langkah kegiatan tersebut dijadikan
menjadi satu siklus atau paket kegiatan.
Paket kegiatan saintifik pada setiap KD berbeda-beda, ada yang hanya satu
siklus dan ada yang sampai tiga siklus. Berikut ini jumlah siklus kegiatan pada
setiap KD.
KD KD KD KD KD KD KD KD KD KD
KD
3. 1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3. 9 3. 10
JUMLA 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1
H
7

PAKET

Berikut contoh paket pembelajaran kasus di KD 3.1.


Mengamati
 Mengamati teman, untuk melihat ciri-ciri yang dapat diamati yang ada pada
teman, misalnya tinggi badan, warna rambut, warna kulit dst.
 Mengamati berbagai alat ukur, misalnya penggaris, neraca, stopwatch.
 Mengamati cara mengukur panjang benda.

Menanya
 Mengajukan pertanyaan tentang bagaimana para ahli IPA melakukan
pengamatan terhadap benda-benda di sekitar dan menguji prediksi.
 Menanyakan cara dan alat yang digunakan dalam mengukur serta sikap yang
tepat dalam melakukan pengukuran.
 Menanyakan pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran.

Mengumpulkan informasi
 Membaca teks tentang penyelidikan IPA.
 Melakukan eksperimen untuk menguji prediksi yang menunjukkan proses
penyelidikan IPA telah dilakukan.
 Membaca teks tentang pengamatan, membuat inferensi, dan mengomunikasikan.
 Mengukur panjang benda hidup dan benda tak hidup dengan satuan baku dan
tak baku.
 Mengukur panjang, dengan satuan tak baku.
 Membaca teks tentang pengukuran.
 Mengidentifikasi berbagai pengukuran yang mungkin dari mengamati benda di
sekitarnya.
 Mengukur massa benda benda hidup dan benda tak hidup dengan neraca.
 Menentukan simbol satuan pengukuran dengan menggunakan SI (Sistem
Internasional).
 Membandingkan pengukuran pada mikroorganisme dengan benda langit.
 Menaksir dan mengukur panjang, massa, dan waktu.
 Mengukur besaran turunan, misalnya: luas, volume, konsentrasi larutan, dan laju
pertumbuhan.

Menalar/Mengasosiasi
 Menyimpulkan berbagai pengukuran besaran pokok dan turunan dengan alat
ukur baku dan tidak baku.
 Menyimpulkan hasil analisis data yang diperoleh dari percobaan.

Mengomunikasikan
 Membuat tulisan sederhana yang menggambarkan cara atau prosedur ahli IPA
melakukan penyelidikan.
8

 Membuat laporan dan mempresentasikan hasil eksperimen.

D. Pembahasan
Fungsi Silabus
Dalam teori pengembangan instruksional, dikenal dengan model
pengembangan instruksional (instructional development/ID). Menurut Gustafson
and Branch [CITATION Ken02 \l 1057 ] model ID adalah grafik yang
menggambarkan pendekatan dan desain sistematik untuk memfasilitasi agar terjadi
proses pengembangan instruksional yang efektif dan efisien). Gustafson and Branch
mendefinisikan model ID adalah sebuah penjelasan dalam bentuk bagan alur
dan/atau teks yang mewakili sebuah ide, proses dan hasil dimana pengembangan
isntruksional dilakukan. Gentry dan Gustafson and Branc mengungkapkan
pengertian yang sama mengenai model ID yaitu penjelasan dalam bentuk grafik
atau skema yang menggambarkan komponen, prosedur dan hasil dari sebuah proses
pengembangan instruksional.
Gentry [ CITATION Cas94 \l 1057 ] menjelaskan bahwa secara struktural
sebuah model ID tersusun atas komponen yang independen namun saling interaktif.
Komponen-komponen tersebut menggambarkan proses (what need to be done)
yang dilakukan melalui teknik tertentu (how to do what need to be done).
Sebuah model ID memiliki ciri dan karakter yang khas pada asumsi, landasan
teoretis, tujuan, prosedur, sistimatika dan hasil dari sebuah kegiatan pengembangan
instruksional sehingga model ID yang satu memiliki prosedur, sistematika dan
produk yang berbeda dari model ID lainnya. Prosedur dan sistimatika kegiatan pada
model Gerlach and Aly misalnya berbeda dengan pada model Dick and Carey.
Dalam model tersebut dijelaskan langkah-langkah dalam pengembangan
rancangan pembelajaran. Gustafson dan Branch mengideintifikasi puluhan model.
Beberapa model yang paling terkenal seperti model EDDIE, model Gerlach and
Elly, model Dick and Carey, Instryctional Development Learning System (ISDL)
dari Kemp, dan model yang dianggap cukup up to date adalah model Rapid
Prototyping.
9

Model dasar yang sering dijadikan rujukan adalah model ADDIE. Model ini
bersifat generik sehingga dijadikan landasan untuk mengembangkan model lain
untuk konteks dan fungsi yang berbeda. Model EDDIE terdiri dari lima langkah
yaitu analiysis (mengkaji), design (merancang), development (mengembangkan),
implement (melaksanakan) dan evaluation (menilai). Setiap langkah pada model
tersebut menghasilkan output yang menentukan langkah berikutnya. Model tersebut
dapat digambarkan dalam skema berikut.

Bagan 1 Skema Model EDDIE [CITATION Ins14 \l 1057 ]

Berdasarkan model tersebut pengembangan instruksional dimulai dari


kegiatan analisis dalam bentuk need assessment. Melalui langkah ini ditentukan
subjek belajar, hasil belajar yang diharapkan (lerning goal), kendala-kendala belajar
yang mungkin dihadapi, pilihan-pilihan strategi pembelajaran (delivery option) dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai learning goal.
Hasil dari langkah ini dugunakan untuk melakukan langkah berikutnya yaitu
merancangn (design) cetak biru pembelajaran (blueprint). Dalam rancangan ini
durumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives) instrumen evaluasi, materi
ajar, rancagan kegiatan belajar pilihan media yang akan digunakan. Rumusan-
rumusan yang dihasilkan dalam langkah ini harus logis, sistematik dan spesifik.
Langkah berikutnya adalah pengembangan (development). Berdasarkan cetak
biru yang telah dihasilkan sebagai output pada langkah kedua dikembangankan
kedalam rancangan operasonal dalam betuk mataeri ajar, skenarion pembelajaran
10

(lesson plan), instrumen evaluasi dan media pembelajran. Materi ajar


dikembangkan dalam bentuk buku teks, buku panduan, modul, hand out, lembar
kegiatan dan sejenisnya. Lesson plan disusun dalm bentuk skenario pembelajaran
dilengkapi dengan instrumen evaluasi. Media pembelajaran dikembangkan dalam
bentuk benda nyata berbentuk printed, display, benda nyata, alat simulasi dan
sejenisnya.
Berdasarkan perangkat yang dikembangkan itulah pembelajaran
diselenggarakan dalam langkah pelaksanaan (implement). Output dari setiap
langkah dalam model dievaluasi dan direvisi sehinggga terjadi penjaminan mutu
produk setiap langkahnya.
Konteksnya dengan Kurikulum 2013, langkah analisis telah dilakukan dalam
bentuk need assessment yang menghasilkan rumusan-rumusan dalam bentuk
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum,
Standar proses dan Standar Penilaian. Dokumen-dokumen tersebut merupakan
babon dari perangkat kurikulum yang harus dikembangkan kemudian.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun cetak biru
pembelajaran dalam bentuk silabus yang akan dijadikan landasan untuk
mengembangkan panduan, buku siswa dan RPP. Karena silabus bersifat nasional
maka isi silabus harus bersifat generik namun lengkap, jelas, ringkas dan fleksibel
sehingga dapat dijabarkan oleh setiap pemangku kepentingan secara nasional untuk
semua kultur, geografis, kesiapan sarana dan prasarana, dan sebaran SDM yang
sangat beragam.
Dalam kurikulum 2013 silabus disusun oleh pemerintah. Kebijakan tersebut
tentu tidak menyalahi kaidah-kaidah teoretis. Dari segi praktis pengambilalihan
penyusunan silabus oleh pemerintah merupakan koreksi dari pengalaman penerapan
Kurkulum 2006 dimana penyusunan silabus dilakukan di tingkat satuan pendidikan
yang pelaksanaan dan haslinya kurang optimal.
Dalam kenyataanya silabus generik tersebut belum terlihat. Karakter silabus
yang beredar masih seperti silabus yang disusun oleh seorang guru untuk
pembelajaran sendiri dengan konsisi dan dimiliki pada kultur dan geografis sendiri,
dan cenderung menyamaratakan dengan Jakarta. Salah satu contoh di silabus
11

Biologi SMA/MA [ CITATION Kem142 \l 1057 ] dalam kegiatan belajarnya


tertulis “Melakukan pengamatan mikroskopis air kolam, air rendaman jerami dll
menemukan karakteristik protista lainnya melalui kerja kelompok”. Masalahnya,
apakah semua satuan pendidikan sudah memiliki mikroskop, terutama satuan
pendidikan yang dikelola masyarakat di daerah. Pada saat menulis makalah ini
penulis sedang berada di Kabupaten Kapuas Hulu, berdiskusi dengan guru
SMA/MA yang letaknya 5 jam perjalanan menggunakan perahu motor dan siswa
kelas 10 hanya berjumlah 10 orang dengan guru biologi lulusan setarap SLTA.
Bagaimana mereka bisa merealisasikan silabus tersebut?
Dalam Standar Proses (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013) dijelaskan
bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Berikutnya dinyatakan lagi bahwa silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Paling
sedikit silabus harus memuat informasi mengenai hasil pembelajaran yang
diinginkan oleh sebuah institusi pendidikan, gambaran materi ajar, strategi
pembelajaran, strategi penilaian dan sumber belajar yang harus dipilih.
Dalam pernyataan tersebut terdapat satu kelemahan. Silabus hanya disebutkan
sebagai acuan untuk menyusun kerangka pembelajaran yang secara kultural dan
peraturan di Idnonesia di dirumuskan dalam bentuk RPP. Seharusnya bukan hanya
RPP yang disusun berdasarkan silabus, melainkan juga panduan mata pelajaran,
buku panduan guru dan buku siswa. Aturan ini harus ditegaskan agar terjadi
keselarasan antara semua dokumen tersebut. Dengan demikian maka tidak akan
terjadi fenomena kekacauan yang ditemui sekarang ini antara silabus, pedoman
mata pelajaran, buku guru dan buku siswa yang berdampak terhadap kesulitan
dalam menyusun RPP.
Fenomena chaos tersebut disebabkan karena silabus resmi yang merupakan
Lampiran II Kurikulum SMP/MTs [CITATION Kem141 \l 1057 ] lahir belakangan
setelah buku guru dan buku siswa beredar di situs bse. Ini menunjukkan bahwa
pengembangan dokumen kurikulum tersebut tidak dijabarkan dari cetak biru
(silabus). Wajar saja apabila tidak sinkron antara satu dokumen dengan lainnya.
12

Berdasarkan alasan tersebut diusulkan adanya perbaikan pernyataan tentang


fungsi silabus dalam Stnadar Proses. Pertama harus ditegaskan bahwa silabus
berfungsi sebagai landasan untuk mengembangkan panduan mata pelajaran,
panduan guru, buku siswa dan RPP. Silabus bersifat minimal dan fleksibel sehingga
dapat diinterpretasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Kedua, di bagian
pendahuluan dokumen silabus ditambahkan dengan penjelasan mengenai aturan-
aturan dan prosedur penggunaannya.

Struktur
Dalam Standar Proses termuat aturan penyusunan silabus. Dalam aturan
tersebut terdapat klausul berikut
1. Silabus paling sedikit memuat identitas mata pelajaran, identitas sekolah,
kompetensi inti, kompetensi dasar, tema (khususSD/MI/SDLB/Paket A);
2. Materi pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi;
3. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
4. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
5. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;
6. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Setidaknya ada dua kekeliruan dan kelemahana dalam aturan tersebut.
Pertama adanya komponen identitas sekolah. Nampaknya klausul tersebut hanya
berupa copy-paste dari Stadar Proses lama (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).
Dalam Kurikulum 2013 silabus tidak disusun oleh satuan pendidikan seperti pada
Kurikulum 2006 melainkan disusun oleh pemerintah secara generik. Oleh karena
itu tidak membutuhkan identitas sekolah. Klasul pada Standar isi harus direvisi.
13

Kedua, komponen penting yang harus ditambahkan adalah tujuan


pembelajaran (learning objectives). Dalam Standar Penilaian Kurikulum 2013
[ CITATION Kem131 \l 1057 ] standar hasil belajar menggunakan acuan kriteria
dan acuan kriteria minimalnya telah ditetapkan. Artinya seluruh peserta didik
dimanapun berada dengan kondisi apapun harus memenuhi acuan kriteria minimal
tersebut. Kalau acuan kriterianya ditetapkan maka tujuan pembelajaran harus
ditetapkan.
Tujuan pembelajaran penting diketahui dan difahami oleh para pengembang
panduan, buku siswa dan guru agar dapat merancang kelengkapan kurikulum
dengan target yang sama. Kompetensi Dasar oleh pengembang slabus harus
diterjemahkan kedalam tujuan pembelajaran yang lebih spesifik. Rumusan tujuan
pembelajaran inilah yang akan digunakan untuk dasar penentuan materi ajar,
kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan penyusunan indikator untuk
penilaian.

KD dan Distribusi Jam Pelajaran


Bagian yang menarik untuk didikusikan dalam silabus ini adalah mengenai
pasangan KD dan jumlah jam pelajaran. Dalam bagian ini banyak ditemukan
fenomen yang janggal.
Prinsip utama dari Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara aspek afeksi,
kognisi dan psikomotor. Konsep tersebut diejawantahkan dengan 4 rumusan
Kompetensi Inti (KI) yaitu KI 1. sikap spiritual, KI 2. siklap sosial, KI 3.
pengetahuan dan KI 4. keterampilan. Pembelajaran untuk keempat KI tersebut
dilakukan dalam kegiatan integratif dengan pendekatan saintifik. Untuk
melaksanakan konsep pembelajaran tersebut guru menyusun RPP dengan cara
mengintegrasikan KD dari keempat KI tersebut. Oleh karena itu dalam Standar
Proses dan Panduan Mata Pelajaran[ CITATION Kem143 \l 1057 ] diamanatkan
bahwa dalam RPP harus dicantumkan KD dari keempat KI dan menuliskan
indikatornya. Telah disepakati pula bahwa yang menjadi acuan dalam pemasangan
KD adalah KD dari KI 3.
14

Yang jadi persoalan, KD mana saja dari KI 1, KI 2. KI 3., dan KI 4 yang


harus diintegrasikan dalam sebuah RPP? Untuk kebutuhan tersebut harus dilakukan
pemetaan atau pemasangan KD dan jumlah jam pelajaran untuk setiap pasangan
KD tersebut. Pemetaan ini harus dilakukan dengan cermat dan akurat sehingga
menghasilkan pasangan KD yang benar-benar relevan secara substasi. Pemetaan
KD ini harus dilakukan sebelum silabaus disusun karena justru akan dijadikan
landasan dalam pengembangan silabus.
Mari kita lihat hasil identifikasi pasangan KD dalam silabus yang sudah
diterbitkan pada tabel 1. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa silabus sudah
dikembangkan berdasarkan pemetaan KD, namun ada tiga fenomena yang perlu
didiskusikan. Pertama mengenai KD KI 1 dan KD KI 2. Berdasarkan daftar KI KD
[ CITATION Kem144 \l 1057 ] dalam Mata Pelajaran IPA SMP/MTs Kelas VII
hanya terdiri dari 1 KD KI.1, 3 KD KI.2, 10 KD KI.3 dan 13 KD KI.4. Berdasarkan
kesepakatan bahwa yang menjadi patokan adalah KD KI. 3 maka kemungkinan
besar ada 10 pasangan KD. Dengan demikian seluruh KD dari setiap KI harus
diditribusikan kedalam 10 KD tersebut.
Dalam silabus yang sudah dipasangkan adalah KD dari KI 3 dan KD dari KI.
4 saja sedangkan KD dari KI 1 dan KD dari KI 2 belum dipasangkan. Ini
membebani guru dalam menyusun RPP. Kalau pemetaan KD tersebut harus
dilakukan guru maka apa maksudnya? Akan lebih baik apabila KD tersebut telah
dipasangkan oleh pengembang silabus yang lebih memahami substansinya. Dengan
demikian guru tidak terlalu banyak berpikir tentang konsep melainkan lebih ke
implementasi.
Ada anggapan bahwa seluruh KD KI 2 cocok untuk semua KD KI 3.
Anggapan itu benar karena KD KI2 bersifat umum. Namun demikian yang jadi
masalah adalah bagaimana melakukan penilaian apabila aspek afeksi yang
dikembangkan terlalu banyak. Oleh karen itu akan lebih sederhana bagi guru
apabila jumlah KD KI 2 yang dipasangkan tidak lebih dari 2.
Kedua, ada satu KD KI 3 yang tidak memiliki pasangan dari KD KI 4 yaitu
KD 3. 9. Setelah dirujuk ke daftar KI-KD memang tidak ada KD dari KI 4 yang
relevan dengan KD tersebut. Ini tentu sebuah kekeliruan karena prinsip utama
15

pembelajaran di Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara aspek afeksi, kognisi


dan psikomotor. Oleh karena itu harus ada penambahan KD pada KI 4 untuk
pasangan KD 3.9. Substansi KD 3.9 sebagai berikut: Mendeskripsikan pencemaran
dan dampaknya bagi makhluk hidup. Alternatif pasangan KD KI 4 sebagai tabahan
kira-kira sebagai berikut: Menyajikan hasil observasi mengenai fenomena
pencemaran dan dampaknya terhadap makhluk hidup. Yang juga harus dikoreksi
adalah substansi KD tersebut yaitu tenang dampak pencemaran sebaiknya bukan
hanya terhadap makhluk hidup melainkan terhadap makhluk tak hidup. Oleh kerena
itu seharusnya kalimat KD 3.9 adalah Mendeskripsikan pencemaran dan
dampaknya terhadap ekosiste. Demikian juga kalimat KD KI 4-nya sebaiknya
Menyajikan hasil observasi mengenai fenomena pencemaran dan dampaknya
terhadap ekosistem.
Ketiga mengenai distribusi jumlah mata pelajaran untuk setiap KD. Dalam
struktur kurikulum SMP/MTs yang tercantum dalam Lampiran I Kurikulum
SMP/MTs jumlah jam pelajaran Mata Pelajaran IPA setiap minggu adalah 5 JP.
Dalam dokumen tersebut juga dijelaskan baha beban belajar di Kelas VII, VIII, dan
IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu efektif. Berarti dalam satu tahun
menjadi 36 minggu efektif. Apabila dikurangi untuk evaluasi tengah semester 2 kali
dalam setahun dan cadangan 2 minggu maka jumlah minggu efektif pembelajaran
pertahun adalah 32 minggu. Oleh karena itu jumlah alokasi waktu yang tersedia
untuk menyelesaiakna 10 KD (KI 3) adalah 160 JP per tahun.
Faktanya dalam silabus hanya tercantum 85 JP. Ini tentu keliru dan harus
diperbaiki. Apabila 160 JP dibagi rata kedalam 10 KD maka rata-rata 16 JP per KD.
Tentu waktu yang dibutuhkan untuk setiap KD berbeda-beda tergantung bobot
materinya dan kegiatan belajarnya. Oleh karena itu harus dilakukan pemetaan bobot
jam pelajaran untuk setiap KD. Hasil pemetaan tersebut bersifat prediktif karena
yang paling akurat untuk menentukan JP setiap KD adalah hasil kajian dalam
pelaksanaannya di lapangan. Artinya pemetaan jam pelajaran juga harus ongoing
process sampai menemukan peta yang akurat. Itulah perlunya uji coba Kurikulum.
Ketika dirujuk ke buku guru juga terjadi kekeliruan. Peta KD pada silabus
dan peta KD pada buku guru tidak sinkron. Malah peta KD pada buku guru lebih
16

buruk dari peta pada silabus. Demikian juga distribusi jumlah JP. Dalam silabus
jumlah JP keseluruhan 85, dan pada buku guru 151. Fenomena ini menunjukkan
kekacauan dokumen yang pada ujungnya membingungkan guru.

Materi Pembelajaran
Konsep kurikulum pada Mata Pembelajaran IPA adalah integrative (IPA
terpadu). Artinya materi pembelajaran pada Mata Pembelajaran IPA terdiri dari tiga
disiplin ilmu yaitu biologi, fisika dan kimia. Pengintegrasasian ketiga disiplin ilmu
tersebut dilakukan secara connected (Kemdikbud, Kurikulum IPA SMP/MTs).
Yakni ketika pembelajaran dilakukan pada disiplin ilmu tertentu (misalnya fisika),
kemudian konsep dari disiplin ilmu lain yang relevan dimasukkan kedalamnya.
Misalnya saat mempelajari suhu (konsep fisika), pembahasannya dikaitkan dengan
upaya makhluk hidup berdarah panas mempertahankan suhu tubuh (konsep
biologi), serta senyawa yang digunakan di dalam termometer.
Materi pembelajaran termuat dalam KD KI 3. Pada mata pelajaran IPA kelas
VII terdapat 10 KD yang meliputi konsep utama pengukuran, ciri makhluk hidup
dan tak hidup, klasifikasi, keragaman makhluk hidup, keragaman pada zat, suhu
dan kalor, interaksi antar makhluk hidup dan dampak pemanasan global. Materi
pada KD tersebut hasil revisi dari Kurikulum 2006. Dengan konsep yang sama
yaitu IPA terpadu namun pada Kurikulum 2013 materi pembelajaran lebih
terstruktur dan memiliki keterkaitan (connected).
Namu demikian ada yang perlu didiskusikan terkait dengan KD-KD tersebut.
Pertama bobot KD tidak seimbang antara satu dengan yang lain. Ada yang
bobotnya kecil namun ada yang terlalu besar. Misalnya KD 3.2 (Mengidentifikasi
ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar) terlalu kecil dibandingkan dengan KD 3.3 (Memahami prosedur
pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak-hidup sebagai bagian kerja
ilmiah, serta mengklasifikasi-kan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak-
hidup berdasarkan ciri yang diamati). Seharusnya KD 3.2 diperbesar dengan cara
memindahkan sebagaian kompetensi dari KD 3.3 yaitu memahami prosedur
pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak hidup. KD 3.2 menjadi
Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup
17

yang ada di lingkungan sekitar dan prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan
benda-benda tak hidup. KD 3.3 menjadi Mengklasifikasi-kan berbagai makhluk
hidup dan makhluk tak-hidup berdasarkan ciri yang diamati.
Revisi KD ini perlu dilakukan karena berdampak terhadap
ketidakseimbangan ditribusi jam pelajaran dalam silabus yang berakibat terhadap
kesulitan dalam mengembangkan buku guru, buku siswa dan RPP.
Kedua masih ada kelemahan dalam menjabarkan KD kedalam materi pokok.
Pertama penulisan materi pokok kurang rinci dan kedua masih ada tumpang tindih
atau tertukar. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan salah tafsir bagi
para pengembang buku dan pengembangan RPP.
Tabel 2 memperlihatkan KD KI 3 dan jabaran materi pokoknya. Contoh pada
KD 3.1. Kalimat KD: Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada
pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari
observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam
pengukuran. Jabaran materi poknya 1. Pengukuran, 2. Besaran Pokok dan Besaran
Turunan. Dengan rincian sesederhana itu petunjuk apa yang dapat ditangkap oleh
para pengembang buku dan pengembang RPP? Informasi yang ditampilkan sangat
minim sehingga bisa salah tafsir. Selain itu materi pokok tersebut tidak
memperlihatkan konsep IPA terpadu sehingga susah diterjemahkan kedalam buku
IPA terpadu dan RPP IPA terpadu.
Untuk menentukan materi pokok yang lebih baik maka langkah pertama
adalah menerjemahkan KD kedalam tujuan pembelajaran, kemudian menjabarkan
tujuan pembelajaran kedalam matri pokok. Dari pemetaan tersebut juga dapat
diprediksi alokasi waktu untuk setiap materi lebih akurat. Berikut ini contoh
pemetaannya.
Tabel 3 Pemetaan KD kedalam Materi Pokok

TUJUAN JML
KD MATERI POKOK
PEMBELAJARAN JP
18

3.1 Peserta didik dapat 1. Objek IPA, 2. 3


Memahami melakukan pengamatan Keterampilan proses sain, 3.
konsep terhadap objek yang ada Pengamatan sebagai salah
pengukuran pada diri, makhluk hidup satu keterampilan proses, 4.
berbagai besaran dan lingkungan dengan Mengolah dan menyajikan
yang ada pada teliti, tekun dan jujur, data hasil pengamatan
diri, makhluk melakukan infereni serta
hidup, dan menyajikannya.
lingkungan fisik Peserta didik dapat 1. Mengukur, 2. Besaran tak 7
sekitar sebagai melakukan pengukuran bakudan baku, 3. Besaran
bagian dari pada objek yang ada pada pokok panjang-masa-waktu,
observasi, serta diri, makhluk hidup dan 4. Alat ukur panjang-masa-
pentingnya lingkungan dalam besaran waktu, 5. Teknik melakukan
perumusan tak baku dan besaran baku pengukuran, 6. Satuan cgs
satuan terstandar panjang-masa-waktu, dan MKS.
(baku) dalam menyajikannya dalam
pengukuran satuan cgs dan MKS
dengan teliti, tekun dan
jujur serta menyajikannya.
Peserta didik dapat 1. Besaran turunan, 2. 3
melakukan pengukuran Contoh-contoh besaran
besaran turunan pada turunan dalam diri-makhluk
objek yang ada pada diri, hidup dan alam sekitar, 3.
makhluk hidup dan Menyajikan hasil pengukuran
lingkungan dengan teliti dalm satuan cgs dan MKS.
dan tekun serta
menyajikannya dalam
besaran cgs dan MKS.
Evaluasi formatif 2
Jumlah 15

Melalui hasil pemetaan tersebut diperoleh gambaran tujuan pembelajaran,


materi pokok dan alokasi waktu untuk setiap materi pokok. Berdasarkan tabel
tersebut maka dapat diterjemahkan bahwa pada KD 3.1 ada tiga tujuan
pembelajaran dan tiga kelompok materi pokok. Untuk mencapai setiap tujuan
pembelajaran tersebut telah dialokasikan waktu masing-masing 3, 7, dan 3 JP dan
untuk setiap KD harus disediakan waktu untuk evaluasi formatif.
Penentuan alokasi waktu disesuaikan dengan struktur jam pelajaran per
minggu. Dalam struktur kurikulum jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran IPA
SMP/MTs adalah 5 JP per minggu yang terdiri dari 2 kali tatap muka yaitu 3 JP dan
2 JP. Dengan demikian untuk menyelesaikan pembelajaran KD 3.1 dibutuhkan
waktu 15 JP atau 3 minggu.
19

Materi tumpang tindih terjadi pada KD 3.2. Kalimat KD Mengidentifikasi ciri


hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di lingkungan
sekitar, sedangkan materi pokoknya, 1. Makhluk hidup, 2. Benda tak hidup, 3. Zat
padat, cair dan gas, 4. Unsur senyawa dan campuran, 5. Asam, basa dan garam.
Materi yang berkaitan dengan KD tersebut hanya materi pokok nomor 1 dan 2
sedangkan sissanya merupakan materi pokok untuk KD 3.5 (Memahami
karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat dimanfaat-
kan untuk kehi-dupan sehari-hari).

Kegiatan Pembelaaran
Pada silabus tersebut kegiatan belajar belum terstruktur dengan baik. Kasus
pada kegiatan belajar KD 3.1 menunjukkan ketidakjelasan dan kesemrawutan
rangkaian kegiatan. Dapat dibayangkan kalau guru melaksanakan pembelajaran
dengan skenario tersebut. Rangkai kegiatan tersebut juga tidak menampakkan
kegiatan IPA terpadu.
Alternatif solusi untuk mengatasi kesemrawutan kegiatan tersebut adalah
dengan cara menetapkan paket-paket kegiatan berdasarkan tujuan dan materi pokok
yang telah ditetapkan. Mari kita kaji kembali hasil pemetaan pada tabel 3. Dalam
tabel tersebut kegiatan pembelajaran sudah dibagi menjadi 3 paket kegiatan dan
satu evaluasi formatif dengan alokasi waktu tersendiri. Karena dalam Standar
Proses dituntut untuk menerapkan pendekatan saintifik dengan lima kegiatan yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan maka setiap paket
pembelajaran dijabarkan kedalam lima langkah tersebut. Mari kita lihat contoh
betikut.
Tabel 4 Peta Kegiatan Pembelajaran

TUJUAN ALOKASI
MATERI POKOK PAKET KEGIATAN
PEMBELAJARAN WAKTU
20

Peserta didik dapat 1. Objek IPA, 3 Pertemuan pertama


melakukan 2. Keterampilan proses Mengamati:
pengamatan terhadap sain, 3. Pengamatan Menanya:
objek yang ada pada sebagai salah satu Mencoba:
diri, makhluk hidup keterampilan proses, 4. Menalar:
dan lingkungan Mengolah data dan Mengomunikasikan:
dengan teliti, tekun menyajikan data hasil
dan jujur, melakukan pengamatan
infereni serta
menyajikannya.

Peserta didik dapat 1. Mengukur, 2. Besaran 7 Pertemuan kedua


melakukan tak baku, 3. Besaran Mengamati:
pengukuran pada pokok panjang-masa- Menanya:
objek yang ada pada waktu, 4. Alat ukur Mencoba:
diri, makhluk hidup panjang-masa-waktu, 5. Menalar:
dan lingkungan dalam Teknik melakukan Mengomunikasikan:
besaran tak baku dan pengukuran, 6. satuan
besaran baku panjang- cgs dan MKS.
masa-waktu,
menyajikannya dalam
satuan cgs dan MKS
dengan teliti, tekun
dan jujur serta
menyajikannya.
Peserta didik dapat 1. Besaran turunan, 2. 3 Pertemuan ketiga
melakukan Contoh-contoh besaran Mengamati:
pengukuran besaran turunan dalam diri- Menanya:
turunan pada objek makhluk hidup dan alam Mencoba:
yang ada pada diri, sekitar, 3. Menyajikan Menalar:
makhluk hidup dan hasil pengukuran dalm Mengomunikasikan:
lingkungan dengan satuan cgs dan MKS.
teliti dan tekun serta
menyajikannya dalam
besaran cgs dan MKS.

Dalam silabus kegiatan yang disajikan harus sudah berbentuk paket


pertemuan agar dengan mudah dapat diterjemahkan oleh pengembangn buku dan
guru. Kegiatan harus bersifat generik dan fleksibel agar dapat diterjemahkan oleh
pengembang buku dan guru secara beragam sesuai dengan kultir dan geografis.
Selain itu kegiatan harus mencerminkan IPA terpadu. Harus dipertimbangkan juga
bahwa dalam Kurikulum 2013 SMP/MTs, siswa dapat diberi tugas mandiri
terseturktur dan tidak tersetruktur per minggu dengan bobot 50% dari jumlah jam
pelajaran. Apabila jam pelajaran IPA 5 JP per minggu (5x40 menit = 200 menit)
maka siswa dapat diberi tugas dalam bentuk pengamatan, wawancara, membaca
21

atau projek yang dapat dikerjakan kira-kira dalam waktu 100 menit (50% x 200
menit). Kegiatan tersetruktur dan tidak terstruktur tersebut dapat dimuat dalam
kegiatan belajar.

E. Kesimpulan dan Saran


Kajian di atas tentu saja belum lengkap karena belum mencakup keseluruhan
komponen silabus. Komponen yang belum termasuk dalam kajian ini adalah
penilaian dan sumber belajar. Selain itu kajian ini masih dangkal terutama terkait
dengan kajian teoretis sehingga harus ditambahkan. Meskipun demikian ada poin-
poin yang dapat disimulkan. Berikut ini simpulan-eimpulan dan rekomendasi yang
dapat dirumuskan.
1. Ditemukan ketidakselarasan antara silabus, buku guru dan buku siswa
sehingga para guru kebingungan menjabakannya kedalam RPP. Fenomena
tersebut disebabkan karena ketidakjelasan fungsi silabus dan pengembangan
silabus tidak dilakukan secara sistematis dan logis sehingga silabus sulit
dipahami dan diterjemahkan. Solusi untuk masalah tersebut diusulkan dua
hal berikut. Pertama dalam Standar Proses ditegaskan bahwa silabus
berfungsi sebagai landasan untuk menyusun panduan mata pelajaran, buku
guru, buku siswa dan RPP. Kedua, silabus harus direvisi kembali sehingga
sesuai dengan kaidah teoretis dan praktis. Revisi silabus tersebut sangat
mendesak karena akan digunakan sebagai landasan untuk merevisi panduan
mata pelajaran, buku guru, buku siswa, RPP dan instrumen penilaian untuk
kebutuhan tahun pelajaran yang akan datang.
2. Ditemukan kekeliruan dalam komponen dan sistimatika silabus. Pertama
dalam Standar Proses masih tercantum klausul harus adanya identitas
sekolah dalam silabus padahal dalam Kurikulum 2013 silabus disusun
secara generik oleh pemerintah. Oleh karena itu klausul tersebut harus
dihilangkan. Kedua, ada komponen penting yang tidak ada dalam silabus,
yaitu tujuan pembelajaran (learning objectives). Tujuan pembelajaran harus
dirumuskan dalam silabus karena akan menjadi dasar dalam menetapkan
22

materi pokok, kegiatan pembelajaran, staregi pembelajaran dan alokasi


waktu. Tujuan tersebut harus dijabarkan dari KD (KI 1, KI 2, KI 3,KI 4).
3. Ditemukan kelemahan dalam pasangan KD dan alokasi waktu. Kelemahan
pertama KD dari KI 3 dan KD dari KI 4 sudah dipasangkan, dan sudah
tepat, namun Kd KI 1 dan KD KI 2 belum. Hal ini menyulitkan guru dalam
penyusunan RPP karena harus melakukan pemetaan. Oleh karena itu
sebaiknya pengeembang silabus memasangkan seluruh KD sehingga guru
tidak harus berpikir konsep melainkan fokus untuk berfikir penerapannya.
Kelemahan kedua, ada KD 39 tidak memiliki pasangan dari KD KI 4. Hal
ini telah melanggar prinsip keseimbangan kompetensi karena dalam
pembelajaran KD 3.9 tidak menampilkan aspek keterampilan. Oleh karena
itu dalam daftar KD harus itambahkan KD KI 4 untuk pasangan KD 3.9.
Kalimat KD yang diusulkan seperti berikut: Menyajikan hasil observasi
mengenai fenomena pencemaran dan dampaknya terhadap ekosistem.
4. Ditemukan ketidakseimbangan bobot dalam setiap KD, terutama pada KD
3.2 dengan 3.3. KD 3.2 terlalu kecil sedangkan KD 3.3 terlalu besar. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan alokasi waktu. Selain itu sebagian
substansi KD 3.3 sebenarnya harus menempel pada KD 3.2. Oleh karena
itu sebagian substansi KD 3.3 harus dialihkan ke KD 3.3. KD 3.2
seharusnya menjadi Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-
benda dan makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar dan prosedur
pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak hidup. KD 3.3
menjadi Mengklasifikasi-kan berbagai makhluk hidup dan makhluk tak-
hidup berdasarkan ciri yang diamati.
5. Materi pokok dalam silabus tidak lengkap, tumpang tindih dan belum
seluruhnya menggambarkan konsep IPA terpadu. Untuk mengatasi masalah
tersebut harus dilakukan kajian mendalam terhadap tujuan pembelajaran dan
menjabarkannya kedalam materi pokok. Usulan pemetaan terdapat pada
tabel 3.
6. Kegiatan pembelajaran belum sistematis dan logis. Alternatif solusi untuk
mengatasi kesemrawutan kegiatan tersebut adalah dengan cara menetapkan
23

paket-paket kegiatan berdasarkan tujuan dan materi pokok yang telah


ditetapkan. Sebagai contoh, KD 3.1 dijabarkan menjadi 3 tujuan
pembelajaran. Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut pembelajaran
dipecah menadi tiga paket pembelajaran dengan waktu yang beragam sesuai
dengan bobot materi dan kegiatan. Setiap paket pembelajaran terdiri dari
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan.
Selain 3 paket tersebut ditambah satu paket untuk evaluasi formatif.
Sistimatika tersebut akan memudahkan para pengembang buku dan guru
dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Bown, G. A. (2009). Document Analysis as a Qalitatif Research Method. Qualitative


research Journal, vol 9, no 2.

Gentry, C. G. (1994). Instructional to Development Process and Technique. California:


Wadsworth Publishing Company.

Gustafson, K. L. (2002). Survey of Instructional Development Model. Fourth Edition. New


York: Eric Clearing House on Information and Technology.
24

Kemdikbud. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Dan Kebuadayaan.

Kemdikbud. (2013). Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian


Pendidikan . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014). Lamiran II Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum


SMA/MA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014). Lampiran I Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum


2013 SMP/MTs. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014). Lampiran II Permendikbud Nomor 58 Tahuan 2014 Tentang Kurikulum


2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrsah Tsanawiyah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014). Panduan Mata Pelajaran SMP/MTs, Lapmpiran III Permendikbud


Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SMP/Ts. jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014). Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SMP/MTs.


Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2014, Oktober 14). Rumah Belajar. Diambil kembali dari Buku Sekolah
Elektronik: http://bse.kemdikbud.go.id/buku/kkurikulum2013

Wikipedia. (2014, Oktober 6). Instructional Design. Diambil kembali dari Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Instructional_design#ADDIE_process

Anda mungkin juga menyukai