Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

KEGAWATAN PSIKIATRI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu: Kasron, M.Kep .,Ners

Disusun Oleh :

1. Siti Rohayati (108116005)


2. Badriatus Sa’diyah (108116012)
3. Dudi Triwibowo (108116010)
4. Sukma wardana (108116031)
5. Yola Amelia (108116034)
6. Lia Laudiya (108116035)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan
Kebutuhan Gawat Darurat sub bab materi “kegawatan psikiatri” untuk
melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
nara sumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon
maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, karena kami masih dalam tahap belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik
guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 10 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Utama ................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan ........................................................................................ 3
1. Pengertian .......................................................................................... 3
2. Faktor penyebab GADAR psikiatri ................................................... 3
3. Dasar hukum kedaruratan psikiatri .................................................... 7
4. Data tentang psikosis ........................................................................ 11
5. Asuhan keperawatan ......................................................................... 13
BAB III Penutup ............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan
pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada
semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat
urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang
mengalami keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.
Kondisi pada keadaan kegawat daruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh
diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi,
kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan,
serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala
psikiatriks umum.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan
pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24
jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman
pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis
lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan,
dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari kegawatan psikiatri?
2. Apa saja faktor penyebab GADAR psikiatri?
3. Apa dasar hukum kedaruratan psikiatri?
4. Apa saja data tentang psikosis?
5. Bagaimana asuhan keperawatan psikiatri?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari kegawatan psikiatri.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab GADAR psikiatri.

1
3. Untuk mengetahui dasar hukum kedaruratan psikiatri.
4. Untuk megetahui data tentang psikosis.
5. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kegawatan psikiatri.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang
mengalami keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.
Kondisi pada keadaan kegawat daruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh
diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi,
kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan
signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul
dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada
ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua
kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen
, akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
B. Faktor Penyebab Gadar Psikiatri
Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas
fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak
mendapat perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik
serta kronik. Perawatan GD harus dilakukan tanpa memikirkan kemampuan
pasien untuk membayar. Semua petugas medis harus diberi kompensasi yang
adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan yang diberikannya. Diperlukan
mekanisme pembayaran penggantian atas pelayanan gratis, hingga tenaga dan
sarana tetap tejaga untuk setiap pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi
atas penderita yang tidak memiliki asuransi, bukan penduduk setempat atau
orang asing. Semua pasien harus mendapat pengobatan, tindakan medis dan
pelayanan memadai yang diperlukan agar didapat pemulihan yang baik dari
penyakit atau cedera akut yang ditindak secara gawat darurat.

3
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari
berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya
sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit
jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera
bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan
diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk
memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan
diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan
intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan
pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan
selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat
kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk
mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap
dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.
1. Bunuh diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada
seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993). Perilaku
bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif
pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah berlebihan,
gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan
Heacock, 1993).

Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah


tanda-tanda bunuh diri yang mungkin terjadi:
a. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang,
melompat, menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.

4
b. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau
kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh
diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa
menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan
hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang
sebelumnya dinikmati.
c. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-
tanda kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
d. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau
kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
e. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan
tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
f. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau
bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan
atau penurunan berat badan.
g. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa
mencakup impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
h. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi
seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.
i. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan
jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.
j. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah
seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala
hal tidak akan pernah bertambah baik.

Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah mencoba bunuh diri,
memiliki riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja berlebihan,
hiperaktivitas, kegelisahan dan kelesuan.
2. Perilaku kekerasan
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa
ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi. Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat

5
membahayakan orang, diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau
sexua litas ( Nanda, 2005 ). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000). Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman ( Stuart dan Sunden, 1997 ).
Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-
tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain
bahkan dapat merusak lingkungan.
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk
kerumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Dapat dilakukan
pengkajian dengan cara:
a. Observasi:
1) Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi,
berdebat.
2) Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas
makanan, memukul jika tidak senang
b. Wawancara
1) Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang dirasakan klien. Keliat (2002) mengemukakan bahwa
tanda -tanda marah adalah sebagai berikut :

a) Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah


(dendam), jengkel.
b) Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c) Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan.
d) Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri,
keraguan,tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.

6
e) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan
dan humor.
3. Gaduh/ Gelisah
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah diantaranya:
a. Gelisah
b. Mondar-mandir
c. Berteriak-teriak
d. Loncat-loncat
e. Marah-marah
f. Curiga +++
g. Agresif
h. Beringas
i. Agitasi
j. Gembira +++
k. Bernyanyi +++
l. Bicara kacau
m. Mengganggu orang lain
n. Tidak tidur beberapa hari
o. Sulit berkomunikasi

C. Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri


Penaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat
darurat adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan
Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat
berbeda dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik
khusus. Beberapa isu khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan
pengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkan hubungan hukum yang
berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat. Ketentuan tentang pemberian
pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 5l
UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya,

7
walaupun dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah
pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan
pelayanan tersebut sebenamya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (pasal 4) Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa
“Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat” termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang
mampu. Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta).
Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah
sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang
muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.
Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-
rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk
fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.159b/1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan
kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
selama 24 jam per hari Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang
spesifik. Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum
adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan
dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan gawat darurat fase pra-rumah
sakit Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan pemerintah karena
menyangkut berbagai instansi di luar sektor kesehatan.

Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992


tentang Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Melihat
ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi
tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan mengandung
risiko yang tidak kecil.

8
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa
“pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu “. Ketentuan tersebut
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan
pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau
membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya tindakan
medis yang memelakukanngandung risiko.

Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan


medik diatur dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan yang
merumuskan bahwa “tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan”. Pengaturan di atas
menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, di mana pada
dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai
tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat.
Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang
bersangkutan harus menemelakukanrapkan standar profesi sesuai dengan
situasi (gawat darurat) saat itu.

Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan


pertolongan pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih
maupun yang teriatih di bidang medis. Dalam hal itu ketentuan perihal
kewenangan untuk melakukan tindakan medis dalam undang-undang kesehatan
seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat melakukan hal itu
dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu mereka tidak dapat
disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang
kesehatan.

Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang
telah mendapat pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat dan yang

9
memang tugasnya di bidang ini (misainya petugas 118), maka tanggungjawab
hukumnya tidak berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit. Penentuan
ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan membandingkan keterampilan
tindakannya dengan tenaga yang serupa.

Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi
hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan
gawat darurat Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung
menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan
pengertian gawat darurat. Menurut The American Hospital Association (AHA)
pengertian gawat darurat adalah. An emergency is any condition that in the
opinion of the patient, his family, or whoever assumes the responsibility of
bringing the patient to the hospital- remelakukanquires immediate medical
attention. This condition continues until a determination has been made by a
health care professional that the patient’s life or well-being is not threatened.

Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat


Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga
kesehatan karena diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau
pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya
kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause).
Bila tuduhan kelalaian tersebut dilamelakukankukan dalam situasi gawat
darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat peristiwa
tersebut terjadi. Jadi, tepat atau tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berkuamelakukanlifikasi sama,
pada pada situasi dan kondisi yang sama pula.Setiap tindakan medis harus
mendapatkan persetujuan dari pasien (informed consent). Hal itu telah diatur
sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2
dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medis. Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan
medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perLu
persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk

10
tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam
medis.

D. Data Tentang Psikosis


Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan
mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan
1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia
mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda
memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi
penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena
dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi
dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak
diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya
terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya
segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan


psikiatrik. Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien
masuk ke dalam status psikosis setelah sebelumnya putus dari perawatan yang
direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan mampu
menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini, cukup dengan
istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang menangani
kasus mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang diperlukan.
Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang kronis
dapat menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu
pergeseran kondisi medis.

Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan perawatan. Seseorang


dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat disiapkan
untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melakukan
suatu pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan
neuroimages, dan memperoleh pengujian neurofisiologi lain. Berdasarkan ini,

11
tenaga kesehatan dapat memperoleh suatu diagnosa diferensial dan menyiapkan
pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan penanganan pasien lainnya, asal
psikosis akut dapat sukar ditentukan karena keadaan mental dari pasien.

12
E. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a Faktor predisposisi
1) Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri
adalah adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha
melindunginya dengan mengorbankan dirinya sendiri yang bisa
membahyakan.
3) Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba
dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya
mengalami dendam terhadapnya.
4) Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya.
5) Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia
ingin teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga
merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia
juga tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang
membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia
Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu
perlindungannya.
6) Sosiokultural:
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang
baik dan Tn.K merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya.
Akan tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan
hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya
sekarang.

13
b Faktor prepitasi
Faktor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap
kakaknya, dan adanya perasaan dendam dari kakaknya yang terus ingi
menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan
dirinya.
c Respon terhadap stres
1) Kognitif
Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu
kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung hanya
mengulang tulisan yang sudah pernah dia tulis sebelumnya.
2) Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan
selain itu bayangan dari masa lalunya terus saja datang membayangi
3) Fisiologis:
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika
bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu
mencemaskan teman bayangannya.
4) Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering
melihat Tn.k mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang
diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berperilaku yang
membahayakn seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan
dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli
5) Sosial
Hubungan sosial Tn.k dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan
d Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping
1) Kemampuan personal:
Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut dengan
teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
2) Dukungan social:

14
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang
dialami Tn.K, akan tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga
dan temannya memberikan dukungan penuh pada Tn.K agar cepat sembuh.
3) Asset material:
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang
cukup untuk kehidupannya dan keluarganya
4) Keyakinan positif:
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan
keyakinan padaNya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar
juga menjadi penyemangat tersendiri baginya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko Bunuh Diri 1. Pengendalian Diri
Terhadap Bunuh Diri 1. Membantu klien untuk
mengenali masalah yang
sedang dialami.
2. Manajemen perilaku
a. Bantu klien untuk
menurunkan resiko
perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri
dengan cara:
1) Kaji tingkatan resiko
yang dialami klien: tinggi,
sedang, rendah
2) Kaji level Long-Term
Risk: lifestyle, dukungan
sosial, tindakan yang bisa
membahayakan dirinya

15
b. Bantu klien untuk
meningkatkan harga diri
1) Tidak menghakimi dan
bersikap empati
2) Mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki
3) Berikan jadwal
aktivitas

harian yang terencana


untuk klien dengan control
impuls yang rendah
4) Lakukan terapi
kelompok dan terapi
kognitif serta perilaku bila
diindikasikan

3. Surveillance: safety
a. Berikan lingkungan
yang aman (safety)
1) Tempatkan klien di
ruang perawatan yang
mudah dipantau
2) Mengidentifikasi dan
mengamankan benda-
benda yang dapat
membahayakan klien
3) Berikan ruangan yang
nyaman, dan aman yaitu
dengan situai lingkungan
yang cukup cahaya dan
jendela yang tidak terbuka

16
lebar untuk menghindari
kemungkinan klien lari
dari ruang perawatan
4) Ketika memberikan
obat oral, dampingi klien
dan pastikan semua obat
telah diminum
5) Monitor keadaan klien
scara kontinyu
6) Batasi orang dalam
ruangan

klien
4. Active Listening
a. Bantu klien untuk
mendapatkan dukungan
sosial
1) Informasikan kepada
keluarga dan saudara
bahwa klien
membutuhkan dukungan
sosial yang adekuat
2) Dorong klien
melakukan aktivitas sosial
3) Jadilah pendengar yang
baik bagi klien dan bantu
klien untuk mengatasi
masalah
5. Afirmasi Positif
6. Berikan reinforcement
positif kepada klien

17
4. Implementasi
Melakukan apa yang sudah direncakan di intervensi kepada klien

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan
integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak
mendapat perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik
serta kronik. Perawatan GD harus dilakukan tanpa memikirkan kemampuan pasien
untuk membayar.
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang
mengalami keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.
Kondisi pada keadaan kegawat daruratan psikiatrik meliputi percobaan
bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi,
kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan,
serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala
psikiatriks umum.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/372409397/Makalah-Kegawatdaruratan-
Psikiatri-dockx

20

Anda mungkin juga menyukai