Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

VARICELLA

A. PENGERTIAN
Varisela disebabkan oleh virus Herpes varicella atau disebut juga varicella-z0ster virus (VZV).
Varisela terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer VZV, yang pada
umumnya menyerang z reaktif infeksi endogen pada peide laten VZV, serangan umum orang dewasa
atau anak yang mengalami defisiensi imun.Variela sebagai virus pada anak sangat menular, lebih
menular dari perotitis, tetapi kurang menular dibandingkan dengan campak.
B. ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk 8 jenis Virus herpes dari
keluarga herpesviridae.Virus ini masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas atas atau orofaring dan
menyebar kepembuluh darah dan limfe. (viremia 2) dan timbulnya demam dan malaise Sebagian besar
kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada kondisi
normal siklus hari akibat resistensi hormonal dan selular spesifik.
C. PATHWAY

Latency Reactivation

Vacirella
Zoster Zoster sine herpete
(shingles)
Primary
infection with Viremia (antibody virus)
varicella zooster
virus

Demam akut Hepato/splenomegal Aktivitas komplemen

Hipertermi Mendesak rongga Pelepasan omatila


abdomen toksin
Gangguan pola tidur
`1q Nyeri
Mual, muntah Permeabilitas dinding
kapiler meningkat
Hambatan rasa Postherpetic
nyaman neuralgia Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari Kebocoran plasma dari
Defisiensi kebutuhan tubuh endotel
Kurang
pengetahuan pengetahuan

Ht meningkat Penumpukan cairan


Ansietas ekstra
vasukuler+rongga
keletihan Imun menurun
serosa

Resiko infeksi
Defisit perawatan Edema
Intoleransi aktivitas diri mandi extremitasdan
jaringan ikat rongga,
timbul bula

Defisit perawatan Hambatan Defisit perawatan Kerusakan intregitas


diri mandi mobilitas fisik diri berpakaian kulit
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Stadium Prodromal
Gejala timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi dengan timbulnya ruam kulit disertai demam,
malaise. Pada anak lebih besar-besar dan dewasa didahului oleh demam selama 2-3 hari
sebelumnya, mengigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa kasus
nyeri tenggorok dan batuk
2. Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul dimuka dan kulit kepala, badan dan ekstremitas.Penyebaran lesi varisela
menjadi krusta 8-12 jam dan akan lepas dalam waktu 1-3 minggu tergantung pada kelainan kulit.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Zulies, 2011)
1. Isolasi Virus (3-5)
2. PCR
3. ELISA
4. FAMA
F. KOMPLIKASI

Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit.
Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang usianya
lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi
pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi
sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-
ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu
atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air
yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari.
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis,
glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam
purpura).
4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan
infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital
pada neonatus.
G. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Varicella dan Herpes zoster pada anak imunokompeten, bias tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu:
a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah
b. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder.
c. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk
dihindari jika terjadia Reye.
d. Kuku jari tangan harus diambil untuk mencegah infeksi sekunder akibat garukan.
2. Obat antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu pemulihan akan lebih singkat.
a. Pemberian anti virus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu penyembuhan akan
lebih singkat.
b. Pemberian antivirus, sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi
dikulit muncul
c. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir.
d. Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster:
- Neonatus: Asiklovir 500 mg / m IV setiap8 jam selama 10 hari.
- Anak (2-12 tahun): Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari.
- Pubertas dan dewasa: Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari atau Valasiklovir 3 x
1 gr / hari / oral selama 7 hari atau Famasiklovir 3x500 mg / hari / oral selama 7 hari.
H. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan berbagai metode pengkajian seperti
anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Metode pengkajian yang
digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi beberapa cara diantaranya head to toe,
teknik persistem, maupun berdasarkan atas kebutuhan dasar manusia.
1. Identitas klien dan penanggungjawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan penanggung jawabnya.
2. Keluhan Utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan karena klien
yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang
klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau
keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila diajak bicara
3. Riwayat Penyakit
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Ini dapat
dimengerti karena riwayat kesehatan terutama berhubungan dengan kejang sangat membantu
dalam menentukan diagnosa. Riwayat ini akan dirunjang dengan keadaan fisik klien saat ini.
Pemeriksaan neurologi terutama berkaitan dengan serangan kejang harus lengkap karena temuan-
temuan fokal sangat membantu dalam menentukan asal dari aktivitas kejang. Pada riwayat perlu
dikaji faktor pencetus yang dapat diidentifikasikan hingga saat ini adalah : demam, cedera kepala,
stroke, gangguan tidur, penggunaan obat, kelemahan fisik, hiperventilasi, dan stress emosional.

Deskripsi spesifik dari kejang harus mencakup beberapa data penting meliputi :
a. Awitan yakni serangan itu mendadak atau didahului oleh prodormal dan fase aura.
b. Durasi kejang berapa lama dan berapa kali frekuensinya.
c. Aktivitas motorik mencakup apakah ekstrimitas yang terkena sesisi atau bilateral, dimana
mulainya dan bagaimana kemajuannya.
d. Status kesadaran dan nilai kesadarannya. Apakah klien dapat dibangunkan selama atau setelah
serangan ?
e. Distrakbilitas, apakah klien dapat memberi respon terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting
untuk membedakan apakah yang terjadi pada klien benar epilepsi atau hanya reaksi konversi.
f. Keadaan gigi. Apakah pada saat serangan gigi klien tertutup rapat atau terbuka.
g. Aktivitas tubuh seperti inkontinensia, muntah, salivasi dan perdarahan dari mulut.
h. Masalah yang dialami setelah serangan paralisis, kelemahan, baal atau semutan, disfagia,
disfasia cedera komplikasi, periode post iktal atau lupa terhadap semua pristiwa yang baru
saja terjadi.
i. Faktor pencetus seperti stress emosional dan fisik.

I. Diagnosa
1. Kerusakan intregitas kulit yang berhubungan dengan edema ekstermitas dan jaringan ikat rongga
timbul bula
2. Hipertermi yang berhubungan dengan demam akut.
3. Nyeri yang berhubungan dengan posterpetic neuralgra
J. Intervensi
1. Kerusakan intregitas kulit yang berhubungan dengan edema ekstermitas dan jaringan ikat rongga
timbul bula
a. Tujuan: Tissu intregrity: skin and mocous
b. Kriteria Hasil:
1. klien terbebas dari cidera.
2. klien mampu menjelaskan factor resikodari lingkungan/perilaku personal, mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury.
3. menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, mampu mengenali perubahan status kesehatan.
c. Intervensi
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
Rasional : meningkatkan relaksasi pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
Rasional : membantu dalam mengetahui derajat kesehatan pasien terjamin
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan).
Rasional : pasien akan merasa nyaman bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
4. Memasang side rail tempat tidur.
Rasional : meningkatkan keamanan lingkungan pasien
5. Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
Rasional : Meningkatkan relaksasi pasien.
6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
Rasional : memberikan kemudahan posisi pasien.
7. Menganjurkan keluarga menemani pasien
Rasional : untu meningkatkan pengetahuan keluarga pasien
2. Hipertermi yang berhubungan dengan demam akut.
a. Tujuan: Thermoregulation
b. Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
c. Intervensi
1. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
Rasional : Anjuran diberikan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga pasien
2. Minta pasien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Rasional : untuk memberikan kenyamanan kepada pasien.
3. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien
4. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suction
Rasional : meningkatkan relaksasi pasien
5. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suction
Rasional : Untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien.
6. Monitor status oksigen pasien
Rasional : Dalam pemberian oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan.
7. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien.
3. Nyeri yang berhubungan dengan posterpetic neuralgra
a. Tujuan: Klien akan merasa nyaman yang ditandai dengan klien tidak mengeluh nyeri,
dan tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Kriteria Hasil:
4. klien terbebas dari cidera.
5. klien mampu menjelaskan factor resikodari lingkungan/perilaku personal, mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury.
6. menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, mampu mengenali perubahan status kesehatan.
c. Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri, lamanya,
serangannya, peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat, berkeringat dingin.
Rasional: untuk mengidentifikasi untuk keperawatannya
2. Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri.
Rasional: untuk memberikan yang nyaman
3. Kurangi rangsangan.
Rasional: agar dapat memberikan kenyamanan
4. Pemberian obat analgetik sesuai dengan program.
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri yang di rasakan
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.
Rasional: untuk memberikan suasana yang nyaman
6. Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi
Rasional: untuk meningkatkan relax bagi tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Heardman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC
Kusuma,H.,Amin,H.N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-
Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediadtion.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai