Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN MIKROSKOPIK GINJAL TIKUS WISTAR (RATTUS

NORVEGICUS) SETELAH DIINDUKSI DENGAN GENTAMISIN

Poppy M. Lintong
Carla F. Kairupan
Priska L. N. Sondakh

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: magda_plin@yahoo.com

Abstract: Gentamycin, a frequently used aminoglycoside antibiotics, has a nephrotoxic effect


to human beings and animals. The purpose of this research was to find out the microscopic
changes of wistar rat kidneys after gentamycin induction. This was an experimental study,
using five adult wistar rats, divided into three groups. Group I was the control group; group II
consisted of two rats, injected with gentamycin 0,3 ml/day (dose of 60 mg/kg body
weight/day) intraperitoneally for seven days; and group III consisted of two rats, injected with
gentamycin 0,3 ml/day intraperitoneally for 10 days. Group I and II were terminated at day-8,
and group III at day-11. Their kidneys were processed for microscopic slides, stained with
hematoxylin eosin and Periodic Acid Schiff. In microscopic evaluation, group II and III
showed oedema, necrosis, apoptosis, and basal membrane destruction of tubular epithelial
cells. Group III also showed fat vacuoles in these epithelial cells (macrovesicular fatty
changes). Conclusion: wistar rats injected with gentamycin 60 mg/kg body weight/day for 7
and 10 days showed oedema, necrosis, apoptosis, and basal membrane destruction of tubular
epithelial cells; and macrovesicular fatty changes after 10 days of gentamycin.
Key words: gentamycin, necrosis tubular epithelial cells, fatty changes

Abstrak: Gentamisin termasuk antibiotik golongan aminoglikosida berspektrum luas yang


bersifat nefrotoksik terhadap manusia dan hewan. Tujuan penelitian ini untuk melihat
perubahan mikroskopik struktur ginjal tikus Wistar setelah diberikan gentamisin. Metode
penelitian eksperimental dengan menggunakan lima ekor tikus Wistar dewasa yang dibagi
atas tiga kelompok. Kelompok I tanpa perlakuan; kelompok II terdiri dari dua ekor tikus
perlakuan yang diinjeksi dengan gentamisin 0,3 ml/hari (dosis 60 mg/kgBB/hari) secara
intraperitonial selama tujuh hari; dan kelompok III terdiri dari dua ekor tikus perlakuan yang
diinjeksi dengan gentamisin 0,3 ml/hari secara intraperitonial selama 10 hari. Tikus Wistar
kelompok I dan II diteminasi hari ke-8, sedangkan kelompok III diterminasi hari ke-11. Ginjal
tikus kelompok I -III kemudian dibuat preparat histopatologik dengan pengecatan rutin
hematoksilin eosin dan Periodic Acid Schiff (PAS). Hasil penelitian menunjukkan tikus
Wistar perlakuan yang diberikan gentamisin 0,3 ml/hari selama 7 sampai 10 hari secara
mikroskopik memperlihatkan pembengkakan, nekrosis, apoptosis, dan destruksi membrana
basalis sel epitel tubulus; dan pada hari ke-10 terlihat vakuol-vakuol lemak pada sel epitel
sehingga inti terdesak ke tepi (perlemakan makrovesikuler). Simpulan: pemberian gentamisin
pada tikus Wistar dengan dosis 60 mg/kg BB/hari selama 7-10 hari menunjukkan
pembengkakan, nekrosis, apoptosis sel epitel tubulus, dan membrana basalis tubulus rusak;
dan setelah hari ke-10 juga terlihat perlemakan makrovesikuler.
Kata kunci: gentamisin, nekrosis sel epitel tubulus, perlemakan makrovesikuler

185
186 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 185-192

Gentamisin merupakan antibiotika turunan jelas diperlihatkan melalui pengecatan


aminoglikosida yang berefek nefrotoksik, PAS.10
neurotoksik terhadap saraf otak, dan oto-
toksik terhadap komponen vestibular mau-
ASPEK FARMAKOLOGIK GENTA-
pun akustik. Efek antibakteri dari antibiotik
MISIN
turunan aminoglikosida seperti gentamisin
terutama ditujukan pada basil gram negatip Gentamisin merupakan antibiotik go-
aerobik. Transpor aminoglikosida me- longan aminoglikosida, yang sering digu-
merlukan oksigen sebagai transport aktif.1-3 nakan pada infeksi yang disebabkan oleh
Pemberian secara oral hanya diab- bakteri gram negatif. Bahan ini tersedia
sorpsi sedikit pada saluran pencernaan, dalam bentuk gentamisin sulfat2 yang ter-
sisanya diekskresi ke dalam feses. Amino- sedia dalam bentuk larutan dalam vial atau
glikosida juga dapat diserap bila terdapat ampul 60mg/1,5 ml, 80 mg/2ml, 120 mg/3
ulserasi pada usus. Pemberian aminogliko- ml, dan 280mg/ 2ml. Dosis pemberian
sida secara intramuskular dapat diserap gentamisin 5-6 mg/kgBB/hari.1 Semua
dengan baik dan mencapai puncak selama aminoglikosida akan diserap dengan cepat
30-60 menit. Aminoglikosida biasanya dari tempat-tempat injeksi secara intra-
diberikan melalui cairan infus secara intra- muskuler. Konsentrasi obat dalam plasma
vena selama 30-60 menit.2 Toksisitas ami- mencapai puncaknya sesudah 30-90 menit
noglikosida tergantung pada waktu pem- dan hal ini sama dengan 30 menit sesudah
berian dan dosis. Banyak penelitian yang infus intravena selesai.3
telah dilakukan menunjukkan bahwa pem- Aminoglikosida (termasuk gentamisin)
berian aminoglikosida harian dosis tunggal merupakan penghambat yang ireversibel
sama efektifnya dan tidak lebih toksik di- terhadap sintesis protein, namun mekanis-
bandingkan dengan pemberian dosis kecil me kerja dan aktivitas bakterisidalnya be-
berulang.2,3 lum jelas dipahami. Aktivitas ini berpa
Sejumlah kecil aminoglikosida akan difusi pasif melalui pori kanal pada mem-
tertahan di dalam tubulus proksimal setelah bran luar bakteri. Bahan ini kemudian di
bahan tersebut difiltrasi melalui glomeru- transpor secara aktif dari luar membran
lus. Aminoglikosida yang tertimbun dalam bakteri masuk ke dalam sitoplasma yang
sel terutama terdapat di dalam vakuol- sangat membutuhkan oksigen. Di dalam sel
vakuol lisosom dan endosom, dan di dalam bakteri, aminoglikosida berikatan dengan
kompleks Golgi. Nefrotoksisitas yang diin- reseptor pada subunit 30S protein ribosom
duksi oleh aminoglokosida secara klinis bakteri. Sintesis protein ribosom dihambat
ditandai oleh gagal ginjal nonoliguri, oleh aminoglikosida melalui beberapa cara
peningkatan ringan kreatinin serum, dan yaitu: mengganggu kompleks inisiasi pem-
urin hiperosmolar yang berkembang setelah bentukan peptida; menyebabkan kesalahan
beberapa hari pemberian bahan tersebut.4 pembacaan mRNA sehingga mengakibat-
Insiden gagal ginjal akut pada manusia ka- kan penggabungan asam amino yang salah
rena toksisitas gentamisin kira-kira 15%.5 ke dalam peptida; dan menguraikan polisom
Secara mikroskopik, toksisitas amino- menjadi monosom yang tak berfungsi.2
glikosida terhadap ginjal ditunjukkan oleh Umumnya konsentrasi aminoglikosida
adanya nekrosis sel-sel epitel tubulus yang rendah dalam sekresi dan jaringan. Amino-
merupakan penyebab utama terjadinya glikosida tidak berpenetrasi masuk ke da-
gangguan fungsi ginjal.6-9 Penelitian pada lam sel mast, susunan saraf pusat, atau ma-
tikus Wistar yang diinduksi gentamisin ta. Konsentrasi tinggi hanya ditemukan
memperlihatkan perubahan morfologik gin- pada korteks ginjal serta endolimf dan
jal berupa apoptosis sel-sel epitel tubulus, perilimf telinga bagian dalam; hal ini yang
robeknya membran basalis, proliferasi sel- menyokong terjadinya nefrotoksisitas dan
sel mesangial, dan menyempitnya ruang ototoksisitas.3 Hampir seluruh aminogliko-
Bowman. Robekan membran basalis lebih sida diekskresi melalui filtrasi glomerulus
Lintong, Kairupan, Sondakh; Gambaran Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar... 187

ginjal dan konsentrasinya dalam urine 50- hului gejala disfungsi ginjal, Gentamisin
200 mikogram/ml.3 menghambat aktifitas dari ensim phospho-
Nefrotoksisitas ringan dan reversibel lipase-dependent, Na+-K+-ATPase, dan
dapat terjadi pada 5-25% pasien yang adenylate cyclase. Selain itu golongan a-
menggunakan obat ini selama 3-5 hari.2 minoglikosida ini juga mengganggu res-
Beratnya nefrotoksisitas berhubungan de- piratorik mitokondria. Terjadi disfungsi
ngan kadar obat yang tinggi dalam plasma.1 mitokondria berat dan hal ini mengganggu
Insiden gagal ginjal akut disebabkan karena enersi seluler. Gentamisin juga mengham-
nefrotoksisitas sebesar 15%. Diperkirakan bat pengambilan kalsium dan meningkat-
10 % dari semua kasus gagal ginjal akut kan sitosolik bebas (Ca2+). Dalam keadaan
disebabkan karena penggunaan antibiotik ini sekuesterisasi dari aminoglikosida
aminoglikosida.5 dalam lisosom menyebabkan terbentuknya
Pada pemberian aminoglikosida sela- badan mieloid disebabkan karena degradasi
ma beberapa hari, 8-26% mengalami gang- phospholipid, dan integritas membran liso-
guan ginjal ringan yang hampir selalu som terganggu.5
reversibel. Toksisitas terjadi karena adanya Pemberian aminoglikosida dosis tera-
penimbunan dan retensi aminoglikosida da- peutik pada manusia dan hewan (10-20
lam sel-sel epitel tubulus proksimal. Mani- mg/kgBB tipikal untuk tikus di laboratori-
festasi awal dari kerusakan pada tempat ini um) telah menimbulkan perubahan-peru-
adalah ekskresi ensim (ensimuria) dari li- bahan yang karakteristik dan nyata pada
sosomal dan brush border sel epitel lisosom sel sel epitel tubulus proksimal.
tubulus.3,5 Setelah beberapa hari terlihat ge- Perubahan ini disertai oleh tanda-tanda
jala gangguan dalam kemampuan meng- disfungsi tubulus, pelepasan brush border
konsentrasi, proteinuria ringan, dan tanda- dan ensim-ensim lisosomal, penurunan re-
tanda cast dan hyaline ringan. Laju filtrasi absorpsi protein, K+, Mg2+, Ca2+, dan
glomerulus berkurang, dan terlihat tanda glukosa yang difiltrasi, phospholipiduria
insufisiensi ginjal fase non-oligurik dise- dan ekskresi cast. Pada manusia hal ini
babkan karena penimbunan aminoglikosida dapat diikuti oleh gangguan fungsi ginjal.4
pada porsio distal nefron disertai penurunan Pemberian gentamisin dosis tinggi (40
sensitivitas epitel duktus kolekting terhadap mg/kgBB atau lebih) dengan cepat meng-
ADH endogen. Meskipun nekrosis tubulus induksi terjadinya nekrosis korteks ginjal
akut yang berat jarang terjadi, namun tanda secara luas disertai disfungsi ginjal. Pada
yang sering bermakna adalah kreatinin keadaan ini terlihat sejumlah besar peru-
plasma meningkat ringan (5-20μg/ml; 40- bahan struktur metabolik, dan perubahan-
175μM).3 Gangguan fungsi ginjal hampir perubahan pada sel-sel epitel tubulus ginjal
selalu reversibel setelah pengobatan dihen- berupa disfungsi atau kematian sel.4 Sudah
tikan karena sel-sel epitel tubulus prok- banyak diteliti bahwa nekrosis tubulus
simal ginjal mempunyai kemampuan bere- merupakan hal utama dari toksisitas gen-
generasi.3,5 Perubahan-perubahan biokimia- tamisin. Ada tiga hipotesis yang telah dike-
wi pada kerusakan sel-sel epitel tubulus mukakan. Hipotesis pertama membuktikan
dan disfungsi glomerulus masih kurang di- bahwa toksisitas aminoglikosida berhu-
pahami. Aminoglikosida menghambat be- bungan langsung dengan konsentrasi lokal,
berapa phospholipase lisosomal seperti ak- dan lisosom merupakan tempat utama dari
tivitas phosphatidylinositol-specific phos- obat yang masuk ke dalam lisosom. Hipo-
pholipase C pada sitosol korteks ginjal dan tesis kedua menunjukkan bahwa amino-
membran brush border sel epitel tubulus glikosida menjadi toksik pada saat pertama
proksimal. Inhibisi dari phospholipase ini kali obat itu dilepaskan dari lisosom, pele-
merubah jumlah dan komposisi dari plasma pasan ini menyebabkan perubahan metabo-
dan membran subseluler dalam tubulus lik maupun kematian sel. Contoh, inhibisi
proksimal. Perubahan dalam korteks ginjal terhadap pernapasan mitokondria dan trans-
berhubungan dengan phospholipid menda- por Ca2+ atau peroksidase lemak, keduanya
188 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 185-192

menyebabkan kematian sel. Hipotesis keti- METODOLOGI PENELITIAN


ga menyebutkan bahwa penyimpanan obat Penelitian ini merupakan penelitian
dalam lisosom secara intrinsik tidak toksik. eksperimental dengan menggunakan lima
Simpanan lisosomal dapat melindungi sel ekor tikus Wistar dewasa, berat rata-rata
dari aminoglikosida yang toksik.4 200g. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Perubahan morfologik ginjal dengan Riset Biomedik dan Laboratorium Patologi
nekrosis tubuler akut disebabkan karena Anatomi Fakultas Kedokteran Unsrat
bahan toksik dan obat seperti gentamisin Manado. Kelima ekor tikus tersebut dibagi
paling banyak terlihat pada tubulus prok- atas tiga kelompok: kelompok I satu ekor
simalis.11 Gambaran histologik nekrosis tu- tikus tanpa perlakuan, hanya diberikan
buler akut umumnya tidak spesifik. Nekro- pelet dan air minum; kelompok II dua ekor
sis sel epitel tubulus akut disebabkan kare- tikus yang diberikan gentamisin dengan
na bahan toksik ditandai oleh adanya ne- dosis 60 mg/kgBB/hari (10 kali dosis terapi
krosis sel-sel epitel tubulus sepanjang tu- = 10X 6mg/kg BB/hari, dihitung sama
bulus proksimalis.6,9 Nekrosis sel-sel epitel dengan 0,3 ml/hari) yang di injeksi secara
tubulus jelas terlihat bilamana sel-sel epitel intraperitonial selama tujuh hari; dan ke-
terlepas ke dalam lumen tubulus dan inti lompok III dengan dosis dan cara yang
sel menghilang , hal ini terlihat pada kasus- sama diberikan selama 10 hari. Pada hari
kasus yang berat. Perubahan-perubahan pa- ke-8 tikus kelompok I dan kelompok II di-
da sel-sel epitel tubulus secara ultrastruktu- terminasi, kemudian ginjal difiksasi dengan
ral akan lebih jelas terlihat. Pada beberapa formalin 10%. Pada hari ke-11 tikus ke-
kasus sediaan mikroskopik ginjal dengan lompok III diterminasi, kemudian ginjal
menggunakan mikroskop elektron dapat diambil dengan perlakuan yang sama.
diidentifikasi penyebab dari nefrotoksik.
Jika pada kasus ini ditemukan badan-badan
myelin ini merupakan tanda bahwa ne- HASIL PENELITIAN
krosis disebabkan karena aminoglikosida.9 Ginjal tikus Wistar mempunyai berat
Keracunan yang disebabkan oleh ethylene rata-rata 1-2 gram, konsistensi kenyal, per-
glycol ditandai oleh degenerasi hidropik, mukaan licin, dan berwarna coklat muda.
bengkak keruh atau degenerasi vakuoler. Ginjal kelompok I – III tersebut dibelah
Keracunan yang disebabkan oleh karbon- dua simetris dan dibuat preparat histopato-
tetraklorida ditandai oleh penimbunan le- logik dengan pengecatan rutin hematoksilin
mak dalam sel-sel epitel yang cedera (per- eosin (HE). Untuk kelompok III, selain pe-
lemakan sel) diikuti oleh kematian sel.6,9 ngecatan rutin juga dibuat pengecatan
Edema interstisium dapat menyertai ne- Periodic acid-Schiff (PAS).
krosis tubulus tetapi sel-sel radang biasanya Hasil pemeriksaan mikroskopik ginjal
tidak ada atau tidak menonjol. Sering ter- tikus Wistar kelompok I (tanpa perlakuan)
lihat casts hyaline dan debris nekrosis se- memperlihatkan arsitektur ginjal normal
luler. Membrana basalis tubulus tetap utuh terdiri dari medula dan korteks dengan
dan regenerasi sel epitel dapat terjadi. Glo- tubuli dan glomeruli (Gambar 1). Tubulus
merulus dan pembuluh darah biasanya tersusun oleh sel-sel epitel kubis, inti bulat
normal.9 ditengah dengan sitoplasma berwarna me-
Salah satu hasil penelitian pada tikus rah muda homogen.
Wistar yang diinduksi gentamisin mem- Hasil pemeriksaan mikroskopik ginjal
perlihatkan sel-sel epitel tubulus nekrosis, tikus Wistar kelompok II dengan pemberi-
apoptosis, membrana basalis tubulus robek, an gentamisin 0,3 ml/hari secara intraperi-
proliferasi sel-sel mesangium, pengecilan tonial selama tujuh hari menunjukkan sel-
ruang Bowman. Dengan pengecatan PAS sel epitel tubuli membengkak (degenerasi
terlihat jelas robekan pada membrana ba- hidropik) dimana sel membesar, sitoplasma
salis tubulus.10 bervakuola dan granuler, inti bulat di-
Lintong, Kairupan, Sondakh; Gambaran Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar... 189

tengah, membran basalis utuh, serta pada Hasil pemeriksaan mikroskopik ginjal
beberapa tempat sel-sel epitel tubuli tam- tikus Wistar kelompok III yang diberi gen-
pak nekrosis dan apoptosis, dengan mem- tamisin dosis 0,3 ml dengan cara sama se-
bran basalis robek (Gambar 2A, B). lama 10 hari menunjukkan gambaran yang
sama dengan kelompok II (Gambar 3), na-
mun pada kelompok III terlihat juga adanya
perlemakan sel dimana sel epitel tubuli
membesar, sitoplasma bervakuola sehingga
mendorong inti ke tepi (perlemakan makro-
vesikuler), terutama pada sel-sel epitel tu-
bulus di bagian medula (Gambar 4). Pada
sediaan dengan pengecatan PAS tampak
sel-sel epitel tubuli dengan pembengkakan
sel/degenerasi hidropik, nekrosis, dan a-
poptosis, juga disertai membran basalis
robek (Gambar 5).

BAHASAN
Pemberian gentamisin pada tikus
Wistar dengan dosis 60 mg/kgBB/hari atau
sama dengan 10 kali dosis terapeutik se-
Gambar 1. Gambaran mikroskopik ginjal lama 7-10 hari pada penelitian ini ternyata
tikus Wistar kelompok I (tanpa perlakuan) telah dibuktikan menunjukkan perubahan
menunjukkan gambaran tubuli dan glomeruli morfologi pada ginjal tikus perlakuan. Hal
ginjal normal. Sel-sel epitel tubuli berbentuk ini sesuai dengan yang disebutkan bahwa
kubis dengan sitoplasma berwarna merah muda penggunaan aminoglikosida 10 kali dosis
homogen dan membran basalis utuh (pem- terapeutik dapat menimbulkan efek nefro-
besaran 200x). toksiknya.12

A B

Gambar 2 A dan B. Gambaran mikroskopik ginjal tikus Wistar kelompok II dengan pemberian
gentamisin 0,3 ml/hari secara intraperitonial selama tujuh hari. Tampak tubuli membesar, sel-sel
epitel membengkak sitoplasma granuler dan sebagian bervakuola, serta sel-sel epitel tubuli nekrosis,
inti sel menghilang, sebagian membran basalis tampak utuh tetapi lainnya robek (pembesaran 400 x).
190 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 185-192

Gambar 3. Gambaran mikroskopik ginjal tikus Wistar kelompok III dengan pemberian gentamisin
0,3 ml/hari secara intraperitonial selama 10 hari. Tampak tubulus membesar, sel-sel epitel
membengkak sitoplasma granuler dan sebagian bervakuola, tampak juga sebagian sel nekrosis, inti
sel menghilang, membrana basalis utuh. pembesaran 200X dan 400X.

Gambar 4. Gambaran mikroskopik ginjal tikus Wistar kelompok III, tampak sel-sel epitel tubulus
dengan lumen ditengahnya, sebagian dari sel epitel dengan sitoplasma bervakuola mendesak inti
ketepi (perlemakan makrovesikuler) dan tidak membentuk struktur tubulus normal lagi.
Pembesaran 100X dan 200X.

A B

Gambar 5. Gambaran mikroskopik ginjal tikus Wistar kelompok III dengan pengecatan PAS. A.
Tampak tubulus membesar, sel-sel epitel membengkak sitoplasma granuler dan sebagian
bervakuola, membrana basalis utuh. B.Tampak sel-sel epitel tubulus nekrosis dan apoptosis,
membrana basalis robek. Pembesaran 400 X.
Lintong, Kairupan, Sondakh; Gambaran Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar... 191

Penelitian lain telah membuktikan bah- reversibel, tetapi bilamana keadaan ini
wa pemberian gentamisin pada tikus labo- berlangsun terus dan melewati suatu titik
ratorium dosis 10-20mg/kgBB telah me- ‘point of no return’ maka pembengkakan
nimbulkan perubahan pada lisosom sel epi- sel akan beralih menjadi kematian sel.11
tel tubulus sehingga mengakibatkan tanda- Pemberian gentamisin selama 10 hari de-
tanda disfungsi tubulus dan gangguan ngan dosis 60 mg/kgBB/hari disamping
fungsi ginjal. Pada dosis 40 mg/kgBB atau gambaran tersebut diatas juga menunjuk-
lebih menimbulkan kerusakan lebih hebat kan adanya sel-sel epitel tubulus dengan
dan dengan cepat menginduksi terjadinya perlemakan, sel-sel membesar dengan va-
nekrosis korteks ginjal secara luas. Pada kuol besar dalam sitoplasme dan inti ter-
keadaan ini lebih banyak terlihat perubahan desak ketepi, hal ini disebut perlemakan
baik dalam struktur metabolik maupun makrovesikuler seperti terlihat pada gam-
kematian sel. Berdasarkan hipotesis yang bar 4. Perlemakan pada sel epitel tubulus
telah dijelaskan bahwa toksisitas gentami- ginjal juga terjadi karena adanya gangguan
sin berhubungan langsung dengan konsen- pada mitokondria., fosforilasi oksidatif me-
trasi lokal dan lisosom adalah tempat utama nurun menyebabkan penurunan ATP. Hal
obat itu di deposit. Pada saat obat itu dile- ini dapat menyebabkan ribosom terlepas,
paskan dari lisosom maka akan terjadi re- sintesis protein menurun dan terjadi deposit
aksi toksik yakni perubahan metabolik dan lemak.11
kematian sel.4
Perubahan morfologi ginjal tikus per-
SIMPULAN
lakuan pada penelitian ini dapat dilihat se-
cara mikroskopik pada Gambar 2 dan 3. U- Pemberian gentamisin pada tikus
mumnya terjadi pembengkakan sel-sel epi- Wistar dengan dosis 60 mg/kg BB/hari
tel tubulus secara luas, dan sel epitel tubu- selama 7-10 hari menunjukkan edema, ne-
lus yang nekrosis hanya fokus-fokus, inti krosis, dan apoptosis sel epitel tubulus,
sel menghilang, dan sebagian besar mem- serta robekan membrana basalis tubulus;
brana basalis utuh, namun ada beberapa dan setelah hari ke-10 juga terlihat per-
sudah robek. Membrana basalis yang robek lemakan makrovesikuler. Terjadinya nekro-
lebih jelas terlihat dengan pengecatan PAS sis sel epitel tubulus dan robekan mem-
(Gambar 5). Keadaan ini menunjukkan brana basalis menunjukkan tingkat toksisi-
tingkat toksisitas lebih berat. Sebab sesuai tas berat.
kepustakaan menyebutkan bahwa sel-sel e-
pitel tubulus yang nekrosis disebabkan ba-
han toksik masih memperlihatkan mem- DAFTAR PUSTAKA
brana basalis yang utuh.6,8,11 Pembengkak- 1. Istiantoro YH, Gan VHS. Aminoglikosid.
an sel epitel tubulus merupakan cedera pa- In: Gunawan SG, Setiabudy R,
ling awal dan masih reversibel, hal ini Nafrialdi, editors, editor. Farmakologi
dapat disertai hilangnya brush border dan dan Terapi (Edisi Kelima). Badan
terlepasnya sel epitel. Sel-sel epitel tubulus Penerbit FKUI, Jakarta: Departemen
membesar disertai vakuol-vakuol dalam si- Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
toplasma, dan sitoplasma kadang granuler. Kedokteran Universitas Indonesia,
Pembengkakan sel yang terjadi karena 2007; hal.705-14.
obat aminoglikosida disebabkan oleh pele- 2. Chambers HF. Aminoglikosida &
Spektinomisin In: Katzung Bertram G,
pasan aminoglikosida dari lisosom, meng-
editor. Basic and Clinical Pharmaco-
hambat pernapasan mitokondria.4 Akibat- logy (Tenth Edition). Jakarta; EGC,
nya dapat terjadi peningkatan sitosolik 2007; hal.62-71.
Ca++, stress oksidatif, dan peroksidasi le- 3. Mac Dougall C, Chambers HF.
mak, pompa Na menurun, menyebabkan Aminoglycosides. In: Brunton LL,
peningkatan influks Ca++ , air, dan Na+ ma- Chabner BA, Knollman BC, editors.
suk dalam sel. Pembengkakan sel masih Goodman & Gilman’s The
192 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 185-192

Pharmacological Basis of Therapeutics RA, Frable WJ, Livolsi VA, Wich MR,
(Twelfth Edition). New York: Mc.Graw editors. Silverberg’s Principles and
Hill Medical, 2011; p.1505-19. Practice of Surgical Pathology and
4. Mingeot-Leclercq MP, Tulkens PM. Cytopathology, Vol 2 (Fourth Edition).
Aminoglycosides: Nephrotoxicity. Philadelphia: Churchill Livingstone
Antimicrobial agents and chemo- Elsevier, 2006; p.485.
therapy. 1999;43(5):1003-12. 10. De Souza VB, de Oliveira RF, de Lucena
5. Hewitt WR, Goldstein RS, Hook JB. Toxic HF, Ferreira AAA, Guerra GCB
responses of the kidney. In: Amdes Freitas ML, et al. Gentamicin Induces
MO, Doull J, Klaassen CD, editors. renal Morphopathology in Wistar Rats.
Casarett and Doull’s Toxicology The Int. J. Morphol. 2009;27(1):59-63.
Basic Science of Poisons. (Fourth 11. Alpers CE. The Kidney. In: Kumar V,
Edition). New York: Mc. Graw Hill, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors.
Inc., 1991; p.334-79. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
6. Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Disease (Eigth Edition). Philadelphia:
Pathology Volume II (Ninth Edition). Elsevier Saunders, 2010; p.935-9.
London: Mosby, 2004; p.1159-63. 12. Servais H, Mingeot-Leclercq MP,
7. Dehghani F, Namavar MR, Noorafshan, Tulkens PM. Antibiotics induced
Karbalay-Doust, Esmaeilpour T. nephrotoxicity. In: Tarloff JB, Lash
Evaluation of the kidney extract on LH, editors. Target Organ Toxicology
gentamicin induced-nephrotoxixity in Series, Toxicology of the Kidney
rat. Kidney Research Journal. (Third Edition). New York: CRC Press,
2011;1(1):24-32. 2005; p.635-84.
8. Morin JP, Viotte G, Vandewalle A, Van 13. Uetrecht J, Phillips EJ, Walmsley SL.
Hoof F, Tulkens P, Fillastre JP. Antimicrobial agents that affect the
Gentamicin-induced nephrotoxicity: A synthesis of cellular proteins. In: Kalant
cell biology approach. Kidney H, Grant DM, Mitchell J, editors.
International. 1980;18:583-90. Principles of Medical Pharmacology
9. Guillermo HA, Xin G. Medical diseases of (Seventh Edition). Toronto: Elsevier,
the idney. In: Silverberg SG, DeLellis 2007; p.697-702.

Anda mungkin juga menyukai