Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PENGGUNAAN INSEKTISIDA ANTI-NYAMUK

DALAM RUMAH TANGGA


Oleh
Ni Putu Sri Ayu Astini (1609511034)

PENDAHULUAN
Pestisida adalah zat untuk mengendalikan, menolak, atau memikat
organisme pengganggu atau hama. Pestisida digolongkan ke dalam beberapa jenis
antara lain fungisida untuk mengendalikan jamur, rodentisida untuk hewan
pengerat, herbisida untuk gulma, akarisida untuk tungau, bakterisida untuk bakteri,
dan insektisida untuk membasmi serangga. Insektisida telah digunakan di berbagai
bidang. Pada bidang kesehatan, insektisida digunakan dalam pengendalian vektor
baik oleh pemerintah maupun rumah tangga. Insektisida merupakan kelompok
pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa jenis bahan kimia yang berbeda,
antara lain organoklorin, organofosfat, kabamat, piretroid, dan DEET (Raini, 2009).
Pengendalian serangga dengan menggunakan bahan kimia insektisida
menjadi pilihan utama, karena faktor kemudahan penggunaan, kemudahan
mendapatkan dan hasil yang langsung bisa terlihat oleh masyarakat. Produk-produk
yang digunakan dalam rumah tangga terdiri dari berbagai bentuk dan cara
pengaplikasian seperti (Repellent, Aerosol, Bakar, Mat, dan lain sebagainya).
Produk insektisida yang digunakan rumah tangga dengan berbagai bahan aktifnya
menjadi pilihan masyarakat. Penggunaan insektisida di satu sisi memberikan
keuntungan, akan tetapi penggunaan dosis dan cara yang tidak tepat bisa
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Maka dari itu perlu
pengetahuan masyarakat mengenai dampak penggunaan insektisida rumah tangga
pada lingkungan.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian Hendri et al (2016) ditemukan 19 jenis bahan aktif pada
insektisida anti nyamuk. Sebagian besar bahan aktif tersebut merupakan varian dari
piretriod, sisanya merupakan kelompok karbamat dan toluamid (DEET). Menurut
Prasetyowati et al (2016) insektisida rumah tangga yang berbahan aktif golongan
piretroid sintetik dengan tiga bahan aktif yang mendominasi yaitu praletrin, d-
aletrin dan d-fenotrin,(Sigit, 2006).mInsektisida golongan piretroid menjadi pilihan
karena kerjanya cepat dalam melumpuhkan serangga sasaran. Selain itu piretroid
juga bersifat repellent. Sifat sintetik piretroid adalah tidak mudah menguap
(volatilitas rendah), potensi insektisidanya tinggi, dan toksisitasnya terhadap
manusia rendah pada penggunaan normal (Harsoyo, 2006). Walaupun demikian,
penelitian Picciotto pada tahun 2008 dari Universitas California mendukung adanya
korelasi piretrin dengan autisme. Bahan ini juga bisa menjadi agen pencetus alergi
bagi yang sensitif bila menghirup secara berulang, menyebabkan bersin, batuk,
nafas pendek dan sakit di bagian dada pada anak-anak yang mengidap asma dan
alergi. Bila tertelan dapat menimbulkan mual, muntah dan diare. Dalam jangka
pendek penggunaan insektisida pyrethroid berpengaruh pada berbagai penyakit
alergi dan juga penyakit kulit, sedangkan dalam jangka panjang bisa mempengaruhi
sistem neurotransmitter pada pemakai maupun yang terpapar. Tertelannya bahan
aktif pyrethroid dalam dosis yang tinggi (200–500 ml) bisa menyebabkan
kerusakan sistem saraf pusat dan mengakibatkan sesak nafas serta koma. Pyrethroid
juga berbahaya bagi pertumbuhan janin dan paparannya dapat menyebabkan berat
bayi lahir rendah, prematur, serta intrauterine restriction (Ismawati, 2009) &
(Searles, 2010).
Bahan aktif DEET digunakan sebagai insektisida oles. DEET disarankan
tidak digunakan pada pemakaian berulang setelah delapan jam. DEET dapat
berpenetrasi melalui kulit sehingga menimbulkan keracunan. The America
Academy of Pediatrics merekomendasikan agar DEET tidak digunakan pada bayi
yang berumur kurang dari dua bulan (Raini, 2009). Selain piretroid dan DEET,
terdapat pula insektisda yang berbahan aktif organofosfat dan karbamat.
Organofosfat merupakan racun pengendali serangga yang paling toksik terhadap
binatang bertulang belakang. Akibat insektisida ini terjadi penumpukan asetilkolin.
Gejalanya adalah sakit kepala hingga kejang-kejang otot dan kelumpuhan.
Karbamat termasuk propoxur yang merupakan senyawa karbamat yang dapat
menyebabkan kerusakan syaraf dan diduga kuat sebagai zat karsinogenik.
Pengaruhnya tidak berlangsung lama tetapi tetap berbahaya jika terjadi akumulasi
(Raini, 2009). Insektisida karbamat dan organofosfat memiliki sifat yang sama
yaitu, persisten yang terbatas dalam lingkungan alamuah, larut dalam air, tidak
mengalami bioakumulasi, dan tidak mengalami biomagnifasi dalam rantai
makanan.
Racun insektisida dari berbagai zat aktif tersebut tidak hanya dirasakan oleh
serangga sasaran, tetapi bisa berakibat terhadap hewan peliharaan maupun manusia.
Pada manusia, yang paling rentan terhadap racun insektisida adalah anak-anak.
Mereka cenderung memasukkan berbagai jenis barang yang ditemui ke dalam
mulutnya. Jika yang dimasukkan adalah insektisida, risikonya adalah kematian.
Insektisida meracuni tubuh melalui beberapa cara, yaitu tertelan, terhirup, terkena
kulit atau mata (Nusa, 2011). Produk insektisida yang beredar di pasaran antara lain
bakar, aerosol, oles, mat, dan cair elektrik. Penelitian lain oleh Prasojo
menunjukkan bahwa insektisida kimia dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh
yang nantinya akan menjadi penyakit kronis, kelainan pada bayi yang baru lahir,
kanker, keracunan pada hewan peliharaan, tercemarnya air, dan rusaknya
lingkungan. Adapun dampak lain yang dapat ditimbulkan selain yang telah
disebutkan adalah tercemarnya makanan dan residu di permukaan tanah.
Menurut Kusumastuti (2014), penggunaan insektisida antinyamuk
digunakan sepanjang waktu. Penggunaan yang lama dan terus-menerus ini terjadi
karena adanya vektor DBD yang aktif pada siang hari dan vektor malaria yang aktif
pada malam hari. Penelitian Georghio menjelaskan bahwa penggunaan insektisida
yang terus menerus selama 2–20 tahun dapat menimbulkan resistensi terhadap
serangga sasaran. Penggunaan insektisida rumah tangga dalam jangka waktu lama
akan memberikan kesempatan nyamuk beradaptasi secara metabolik dan enzimatis
merubah dan memodifikasi susunan gen yang sensitif terhadap insektisida menjadi
lebih resisten terhadap bahan aktif tersebut (Read, 2010). Rotasi atau perputaran
penggunaan insektisida dalam rumah tangga merupakan salah satu cara untuk
mengurangi efek resistensi nyamuk terhadap bahan aktif yang terkandung dalam
sebuah produk insektisida rumah tangga (Zhao, 2010).

SIMPULAN
Penggunaan anti nyamuk di rumah dengan cara dan dosis yang tidak tepat,
dapat menyebabkan nyamuk menjadi resisten terhadap bahan aktif insektisida,
membahayakan manusia dan hewan serta menyebabkan pencemaran lingkungan.
Maka, sangat diperlukan perhatian berbagai instansi untuk memberikan
pemahaman yang benar terhadap masyarakat tentang segala resiko penggunaan anti
nyamuk di rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Harsoyo Sigit, Singgih, dkk. 2006. Hama Prestyowati, H. Astuti, E.P. Ruliansyah,
pemukiman Indonesia. Bogor: Unit Andri. Penggunaan Insektisida
Kajian Pengendali Hama Rumah Tangga dalam
Pemukiman Fakultas Kedokteran Pengendalian Populasi Aedes
Hewan, Institut Pertanian Bogor aegypti di Daerah Endemis Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta
Hendri, Joni. Kusnandar, A.J. Astuti, E.P. Timur. Loka Litbang P2B2
Identifikasi Jenis Bahan Aktif dan Aspirator: 8(1), 2016, pp, 29-36
Penggunaan Insektisida
Antinyamuk serta Kerentanan Raini, Mariana. 2009. Toksikologi
Vektor DBD terhadap insektisida rumah tangga dan
Organofosfat pada Tiga Kota pencegah keracunan. Jurnal Media
Endemis DBD di Provinsi Banten. Penelitian dan Pengembangan
Loka Litbang P2B2 Ciamis. Kesehatan Vol. XIX Suplemen II
Aspirator, 8(2), 2016, pp, 77-86
Read AF, Gandon S. Insecticide Control of
Isnawati, A., Mariana R., Herman, M.J., Vector-Borne Diseases : When Is
Paparan Propoxur Pada Anggota Insecticide Resistance a Problem ?
Rumah Tangga Yang PloS Pathog. 2010;6(8):e1001000.
Menggunakan Anti Serangga
Semprot di Jakarta, Tangerang, Sigit SH. and Hadi UK. 2006. Hama
Bekasi dan Depok .Buletin Permukiman Indonesia
Penelitian Kesehatan 2009 ; Vol. (Pengenalan, Pengendalian).
37 No. 1 Hal 43 – 54 Bogor. Fakultas Kedokteran
Hewan Insitut Pertanian Bogor
Kusumatuti, Nurul Hidayati. Penggunaan
Insektisida Rumah Tangga Searles Susan N, R.McKean,Federico M.F,
Antinyamuk di Desa Pangandaran, Elizabeth A.H, Susan P, Beth
Kabupaten Pangandaran. Loka A.M. Chilhood Brain Tumors,
Litbang Pengendalian Penyakit Residential Insecticide Exposure,
Bersumber Binatang Ciamis. and Pesticide Metabolism Genes,
Volume 17, Nomor 3: 417–424 Environmental Health Perspective
2010 Vol.118.
Nusa R E.S, Roy dan Nurul Hidayati
Kusumastuti. 2011. Risiko Zhao J-Z, Collins HL, Shelton, M A.
penggunaan pestisida dalam Testing insecticide resistance
rumah tangga. Majalah Kesehatan management strategies: mosaic
INSIDE, Edisi 11 Vol. VI No. 02. versus rotations. Pest Manag Sci.
Ciamis: Loka Litbang P2B2. 2010;66(10):1101–5.

Anda mungkin juga menyukai