Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya dan Manfaat
Ekonomi Konversi Lahan Kawasan Hutan Menjadi Pertambangan Batubara (Studi
Kasus: WIUP PTBA Bukit Munggu, Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara
Enim, Sumatera Selatan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya
melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Batubara adalah salah satu sumberdaya alam yang masih sangat dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Konsumsi batubara Indonesia setiap
tahun mengalami peningkatan sekitar 13.4 persen per tahun (BPPT, 2013). Hal
tersebut berdampak pada produksi batubara nasional yang terus meningkat,
sehingga menuntut adanya perluasan areal pertambangan batubara. Salah satu
wilayah yang akan menjadi perluasan areal pertambangan batubara adalah
kawasan hutan Bukit Munggu, Kelurahan Tanjung Enim, Provinsi Sumatera
Selatan. Namun, perluasan areal pertambangan batubara harus mengorbankan
beberapa nilai lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi manfaat
dan biaya pertambangan batubara, mengestimasi nilai ekonomi sumberdaya
kawasan hutan Bukit Munggu, dan menganalisis biaya dan manfaat ekonomi
rencana kegiatan konversi kawasan hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan
batubara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah valuasi nilai
ekonomi kawasan hutan menggunakan Contingen Valuation Method (CVM) dan
analisis market value serta metode analisis market value untuk pertambangan
batubara, sedangkan untuk analisis biaya dan manfaat ekonomi kegiatan konversi
menggunakan B/C rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat yang
dapat dihasilkan dari produksi batubara di kawasan hutan Bukit Munggu adalah
sekitar empat triliun rupiah per tahun, biaya untuk pertambangan batubara adalah
sekitar satu triliun rupiah per tahun, dan Total Economic Value (TEV) sebagai
opportunity cost adalah sekitar seratus tujuh puluh ribu triliun rupiah per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan B/C rasio dari kegiatan konversi adalah
< 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konversi lahan kawasan hutan Bukit
Munggu menjadi pertambangan batubara perlu dipertimbangkan kembali.
Kata kunci: Analisis Biaya dan Manfaat Ekonomi, Kawasan Hutan, Pertambangan
Batubara, Nilai Total Ekonomi.
ABSTRACT
Coal is one of natural resources that is still needed to meet the need of
national energy. The consumption of Indonesian coal increases about 13.4 persen
every year (BPPT, 2013). This influeces the production of national coal which
keeps increasing so that this requires the extension of coal mining area. One of
the areas that will be become the coal mining area extension are Bukit Munggu
forest area, Tanjung Enim District, South Sumatra Province. However, this
extension must sacrifice some environmental value. This research aimed to
estimate the cost and benefit of coal mining, to estimate the economic value of
Bukit Munggu forest resources, and to analyze the economic cost and benefit of
plan to change the function of Bukit Munggu forest to coal mining. The method
used in this research was valuation of economic value of forest area using
Contingen Valuation Method (CVM) and market value analysis and the method of
market value analysis for coal mining. Whereas the analysis of economic cost and
benefit of conversion activity used B/C ratio. The results showed that the benefit
yielded from the coal production in Bukit Munggu forest area was about four
trillion rupiah per year, cost for coal mining was about one trillion rupiah per
year, and total economic value (TEV) as the opportunity cost was about one
hundred seventy thusand trillion rupiah per year. Based on the calculation result,
B/C ratio obtained from conversion activity was < 1. The result showed that the
land conversion of Bukit Munggu forest area to coal mining should be
reconsidered.
Keywords : Economic Cost and Benefit Analysis, Forest Area, Coal Mining,
Total Economic Value.
ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT EKONOMI KONVERSI
KAWASAN HUTAN MENJADI PERTAMBANGAN
BATUBARA
(Studi Kasus: WIUP PTBA Bukit Munggu,
Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
skripsi ini adalah Analisis Biaya dan Manfaat Ekonomi Konversi Lahan Kawasan
Hutan Menjadi Pertambangan Batubara (Studi Kasus: WIUP PTBA Bukit
Munggu, Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan). Penelitian dilakukan sejak bulan Februari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku
pembimbing. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Bapak Novindra, SP,
M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Benny Osta Nababan SPi, M.Si
selaku dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wali Al Hasuna
beserta staf satuan kerja perencanaan jangka panjang dari PTBA yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, danadik-adik tersayang, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan Atika
Dewi, Ayu Amalia, Dwi Saputra, Entin Febriana, Fikri Nuriyatul, Niki Nurul,
Rita Pajarwati, Nurul Puspita, dan Shiraz Fayeza. Terakhir penulis sampaikan
terima kasih atas segala dukungan dari sahabat-sahabat terdekat Yunus
Djamaluddin, Syarifah Dwi, Melinda, Dian Sidhikah, Yani Luvitasari, Dewi
Kuraesin, Tiffany, Asnidar Reni, Rina serta rekan-rekan ESL 47 dan CENTURY
2010-2013. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Halaman
PRAKATA ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12
2.1 Definisi dan Kebijakan ....................................................................... 12
2.1.1 Pertambangan Batubara ........................................................... 12
2.1.2 Kawasan Hutan ........................................................................ 14
2.2 Teori Valuasi ...................................................................................... 16
2.2.1 Valuasi Ekonomi Sumber Daya ............................................... 16
2.2.2 Contingen Valuation Method (CVM) ...................................... 20
2.2.3 Model Regresi Linier Berganda ............................................... 22
2.2.4 Analisis Market Value .............................................................. 23
2.3 Konsep Biaya dan Manfaat Ekonomi ................................................ 23
2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 26
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 28
IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 31
4.1 Lokasi dan Waktu .............................................................................. 31
4.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 31
4.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 32
4.4 Metode Analisis Data ......................................................................... 32
4.4.1 Contingen Valuation Method (CVM) ...................................... 33
4.4.2 Analisis Regresi dalam CVM .................................................. 35
ii
4.4.2.1 Hipotesa ...................................................................... 36
4.4.2.1 Pengujian Parameter ................................................... 36
4.4.3 Analisis Market Value .............................................................. 37
4.4.4 Analisis Biaya dan Manfaat Ekonomi ..................................... 39
V. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 41
5.1 Wilayah Penelitian ................................................................................ 41
5.2 Karakteristik Responden ....................................................................... 45
5.2.1 Jenis Kelamin ............................................................................. 45
5.2.2 Status Pernikahan ....................................................................... 45
5.2.3 Usia ............................................................................................ 46
5.2.4 Pendidikan .................................................................................. 46
5.2.5 Pekerjaan .................................................................................... 47
5.2.6 Pendapatan ................................................................................. 48
5.2.7 Jumlah Tanggungan ................................................................... 48
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 49
6.1 Analisis Biaya dan Manfaat Pertambangan Batubara .......................... 49
6.1.1 Manfaat Pertambangan Batubara .............................................. 49
6.1.2 Biaya Pertambangan Batubara .................................................. 52
6.2 Analisis Nilai Penggunaan Kawasan Hutan ........................................ 54
6.2.1 Nilai Air ................................................................................... 55
6.2.2 Nilai Karbon .............................................................................. 55
6.2.3 Nilai Oksigen ............................................................................ 56
6.2.4 Nilai Rumput ............................................................................. 57
6.2.6 Analisis Willingness To Pay (WTP) ................................. 58
6.2.6.1 Analisis WTP Existence Value ............................. 58
6.2.6.2 Analisis WTP Bequest Value ............................... 61
6.2.6.3 Analisis WTP Option Value ................................. 64
6.2.7 Nilai Total Ekonomi Kawasan Hutan ............................... 66
6.3 Analisis Biaya dan Manfaat Ekonomi Konversi .................................. 67
VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 71
7.1 Simpulan ............................................................................................ 71
7.2 Saran ................................................................................................... 72
iii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008-2012 ......................................................................................... 2
2 Matriks Metode Valuasi ............................................................................... 19
3 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 26
4 Metode Analisis Data ................................................................................... 32
5 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Lawang Kidul
Tahun 2013 .................................................................................................. 43
6 Luas Wilayah Kelurahan Tanjung Enim Berdasarkan Penggunaan
Tahun 2013 .................................................................................................. 44
7 Biaya Pertambangan Batubara ..................................................................... 53
8 Nilai Air ....................................................................................................... 55
9 Nilai Karbon ................................................................................................. 56
10 Nilai Oksigen ............................................................................................... 57
11 Peternak Sapi di Kawasan Hutan ................................................................. 57
12 Nilai Rumput ................................................................................................ 58
13 WTP Existence Value Responden ................................................................ 59
14 Analisis Linier Berganda WTP Existance Value ......................................... 60
15 WTP Bequest Value Responden ................................................................... 62
16 Analisis Linier Berganda WTP Bequest Value ............................................ 63
17 WTP Option Value Responden .................................................................... 64
18 Analisis Linier Berganda WTP Option Value .............................................. 65
19 Nilai Total Ekonomi Kawasan Hutan .......................................................... 67
20 Manfaat dan Biaya Ekonomi Kegiatan Konversi Kawasan Hutan .............. 68
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Potensi Batubara Indonesia ......................................................................... 3
2 Pasokan Batubara Indonesia Tahun 2007-2011 .......................................... 5
3 Diagram Nilai Sumber Daya Alam dan Lingkungan .................................. 18
4 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30
5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 45
6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan .......................... 46
7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................................ 46
8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ..................................... 47
9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................................... 47
10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ..................................... 48
11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ....................... 48
12 Produksi Batubara PT. A Unit Tanjung Enim Tahun 2008-2012 ........ 50
13 Penjualan Batubara PT. A Unit Tanjung Enim Tahun 2008-2012 ...... 51
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Kurva Penawaran WTP Existence Value .................................................... 78
2 Kurva Penawaran WTP Bequest Value ........................................................ 78
3 Kurva Penawaran WTP Option Value ......................................................... 78
4 Hasil Estimasi Regresi Berganda WTP Existence Value ............................ 79
5 Hasil Uji Kolgomornov-Smirnov WTP Existence Value ............................ 80
6 Hasil Uji Scatter plot WTP Existence Value................................................ 80
7 Hasil Uji Gletser WTP Existence Value ...................................................... 81
8 Hasil Estimasi Regresi Berganda WTP Bequest Value................................ 82
9 Hasil Uji Kolgomornov-Smirnov WTP Bequest Value ............................... 83
10 Hasil Uji Scatter plot WTP Bequest Value .................................................. 83
11 Hasil Uji Gletser WTP Bequest Value ......................................................... 84
12 Hasil Estimasi Regresi Berganda WTP Option Value ................................. 85
13 Hasil Uji Kolgomornov-Smirnov WTP Option Value ................................. 86
14 Hasil Uji Scatter plot WTP Option Value .................................................... 86
15 Hasil Uji Gletser WTP Option Value ........................................................... 87
vi
1
I. PENDAHULUAN
pertambangan dan penggalian. Pada Tabel 1 dapat dilihat data statistik PDB atas
dasar harga berlaku menurut lapangan usaha:
Tabel 1 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan
Usaha (Milyar Rupiah) Tahun 2008-2012
Tahun
Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011 2012(*)
1. Pertanian, 284 619.10 295 883.80 304 777.10 315 036.80 328 279.70
peternakan,
kehutanan,
perikanan
2. Pertambangan 172 496.30 180 200.50 187 152.50 189 761.40 193 115.70
dan
penggalian
3. Industri 557 764.40 570 102.50 597 134.90 633 781.90 670 190.60
Pengolahan
4. Listrik, gas, 14 994.40 17 136.80 18 050.20 18 921.00 20 080.70
dan air bersih
5. Konstruksi 131 009.60 140 267.80 150 022.40 159 993.40 170 884.80
6. Perdagangan, 363 818.20 368 463.00 400 474.90 437 199.70 473 110.60
hotel, dan
restoran
7. Pengangkutan 165 905.50 192 198.80 217 980.40 241 298.00 265 383.70
dan
komunikasi
8. Keuangan, 198 799.60 209 163.00 221 024.20 236 146.60 253 022.70
real estate, dan
jasa
perusahaan
9. Jasa-jasa 193 049.00 205 434.20 217 842.20 232 537.70 244 869.90
Total PDB 2 082 456.10 2 178 850.40 2 314 458.80 2 464 566.10 2 618 938.40
40000000
35000000
Pasokan Batu8bara (ton)
30000000
25000000
Produksi Batubara (ton)
20000000
Dalam Negeri (ton)
15000000
Ekspor (ton)
10000000 Impor (ton)
50000000
0
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
PTBA sebagai perusahaan pertambangan batubara besar juga ikut andil dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah dengan membantu
mengembangkan usaha yang dilakukan oleh masyarakat seperti memberdayakan
masyarakat sekitar untuk memenuhi keperluan konsumsi perusahaan dan
pelatihan pembuatan pupuk sekaligus pemberian modal usaha yang nantinya
pupuk tersebut akan dibeli oleh PTBA untuk digunakan pada kegiatan reklamasi
lingkungan.
Kawasan hutan yang ada di Kelurahan Tanjung Enim tidak seluruhnya
diubah untuk digunakan sebagai fasilitas umum, lahan hutan asli masih sangat
luas. Status kawasan lahan hutan ini dimiliki oleh pemerintah, dalam hal ini
adalah Kementrian Kehutanan yang bertanggung jawab atas penggunaan lahan
hutan tersebut. PTBA sebagai pemegang IUP harus membayar biaya sewa lahan
kawasan hutan setiap tahunnya. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga
bermanfaat secara tidak langsung bagi peningkatan kesejahteraan negara maupun
masyarakat Indonesia.
Lahan yang berada di Bukit Munggu, Tanjung Enim adalah lahan yang
diatasnya terdapat kawasan hutan dimana di dalam kawasan hutan tersebut
terdapat hutan yang bermanfaat secara ekologi dan di bawahnya terdapat sumber
dayaalam batubara yang dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi. Bahkan tidak hanya masyarakat Tanjung Enim yang dapat
merasakan manfaat atas sumber daya alam tersebut, tapi secara tidak langsung
bermanfaat bagi masyarakat nasional untuk memenuhi kebutuhan energi maupun
untuk meningkatkan pendapatan negara.
Upaya untuk mengetahui manfaat sumber daya alam yang terdapat pada
kawasan hutan di Kelurahan Tanjung Enim dan penggunaan terbaik atas kekayaan
sumber daya alam tersebut menjadi sangat penting untuk dilakukan. Menurut
Fauzi (2014), valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan mampu
menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan terkait
dengan kebijakan publik, dalam hal ini PTBA untuk mengubah kawasan hutan
menjadi areal pertambangan batubara. Valuasi dapat menjembatani untuk menilai
manfaat dari penggunaan suatu sumber daya alam untuk kegiatan ekonomi
tertentu dibanding dengan pemanfaatan lainnya. Champs et al. (2001) dalam
8
dan manfaat dari pelaksanaan kegiatan tersebut agar penggunaan terbaik lahan
dapat diketahui sehingga menjadi pertimbangan pelaksanaan kegiatan konversi
areal kawasan hutan tersebut.
Menurut Suparmoko (2009), setiap kegiatan atau kebijakan selalu timbul
adanya biaya dan manfaat sebagai akibat dari kegiatan atau kebijakan tersebut.
Sebagai dasar untuk menyatakan bahwa suatu kegiatan atau kebijakan itu layak
atau tidak layak diperlukan indikasi yang menunjukkan suatu nilai atau suatu rasio.
Untuk itu diperlukan suatu penilaian atau valuasi ekonomi terhadap dampak suatu
rencana kegiatan (kebijakan) terhadap lingkungan.
Pada penelitian ini analisis biaya dan manfaat yang akan diestimasi adalah
analisis biaya dan manfaat ekonomi kegiatan konversi lahan kawasan hutan
menjadi pertambangan batubara. Kawasan hutan memiliki banyak manfaat, baik
manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat dari nilai keberadaan, manfaat
dari nilai warisan, dan manfaat dari nilai pilihan yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat yang berada disekitarnya. Manfaat yang dapat dihasilkan dari
kawasan hutan diantaranya adalah manfaat ekologis seperti penghasil karbon,
penghasil oksigen, penangkap air, pencegah bencana alam, dan sebagainya.
Adapun manfaat yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat dari
sumber daya hutan diantaranya adalah hasil dari sumber daya hutan seperti kayu,
madu, rumput, buah-buahan, dan sebagainya, namun pada kawasan hutan ini yang
dimanfaatkan hanya sumber daya rumput saja yang digunakan untuk pakan ternak.
Perhitungan analisis biaya dan manfaat diperlukan untuk mengetahui penggunaan
terbaik pada kawasan hutan, sehingga pemanfaatan kawasan hutan dapat
digunakan secara optimal dan memberikan dampak positif atau manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi seluruh masyarakat.
Untuk melakukan kegiatan konversi atau perubahan pemanfaatan lahan
dari kawasan hutan menjadi area perluasan tambang batubara dibutuhkan
perhitungan analisis biaya dan manfaat ekonomi. Analisis biaya dan manfaat
ekonomi dibutuhkan agar pemanfaatan kawasan hutan yang akan dijadikan areal
pertambangan batubara dapat diketahui manfaat dan biaya ekonomi yang akan
diperoleh dan dikeluarkan, sehingga rencana pembukaan areal tambang batubara
tersebut dilakukan secara bijak dengan mempertimbangkan manfaat ekonomi dan
10
ekologi yang dihasilkan dari kawasan hutan. Berdasarkan uraian diatas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa besar manfaat dan biaya yang dapat diperoleh dari kegiatan
pertambangan batubara di kawasan hutan Bukit Munggu yang akan di
konversi menjadi pertambangan batubara?
2. Berapa nilai total ekonomi kawasan hutan Bukit Munggu yang akan di
konversi menjadi pertambangan batubara?
3. Bagaimana analisis biaya dan manfaat ekonomi dari rencana kegiatan
konversi kawasan hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan batubara?
Penelitian ini terbatas pada analisis biaya dan manfaat wilayah IUP PTBA
di kawasan hutan Bukit Munggu, Kelurahan Tanjung Enim. Pendekatan yang
digunakan adalah valuasi ekonomi menggunakan metode Contingen Valuation
Method (CVM) dan market value. Responden pada penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan Bukit Munggu yaitu masyarakat
Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
yang merasakan manfaat langsung maupun tidak langsung dari kawasan hutan
Bukit Munggu. Penelitian ini hanya membandingkan total benefit dan total cost
per tahun bukan per proyek karena keterbatasan data. Perbandingan perhitungan
B/C yaitu hanya pada periode ekonomis pemanfaatan batubara.
12
air raksa, intan, arsin, antimon, bismut, yttrium, rhutenium, cerium dan logam-
logam langka lainnya, berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa, kriolit,
fluorpar, barit, yodium, brom, khlor, dan belerang.
c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b adalah nitrat-
nitrat, pospat-pospat, gatam batu (halite), asbes, talk, mika, grafit, magnesit,
yarosit, leusit, tawas (alum), oker, batu permata, batu setengah permata,
pasirkwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit,
tanah diatome, tanah serap (fullers earth), marmer, batu tulis, batu kapur,
dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang
tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam
jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Adapun menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2011) faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan pertambangan salah satunya adalah
faktor ekonomis. Kajian dimaksudkan untuk mengetahui sebuah proyek
penambangan menghasilkan keuntungan atau tidak. Dalam perhitungan aliran
uang diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam situasi ekonomi,
meliputi:
1. Nilai (value) dari endapan mineral per unit berat, biasanya dinyatakan dalam
($/ton) atau (Rp/ton).
2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk
(tidak termasuk ongkos stripping).
3. Ongkos stripping of overburden.
4. Cut off grade, yaitu menentukan batas-batas cadangan sehingga akan
menentukan bentuk akhir penambangan. Tambang terbuka hanya memiliki
nilai ekonomis apabila lapisan batubara berada dekat dengan permukaan tanah.
Menurut UU No. 4 tahun 2009, batubara adalah endapan senyawa organik
karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.
Pertambangan batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di
dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Pertambangan
mineral dan/atau batubara dikelola berdasarkan:
a. Manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. Keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
14
Total Economic Value = Direct use value + Indirect use value + Existence value
+ Option value
Sumber: diadaptasi dari Barbier (1989) dalam Barbier, Acreman, Knowler (1997)
Gambar 3 Diagram Nilai Sumber Daya Alam dan Lingkungan
terdapat lima tahap kegiatan atau proses. Tahapan tersebut dapat dikategorikan
sebagai berikut (Fauzi, 2010):
1. Membuat Hipotesis Pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih
dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi.
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)
Tahap ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei
langsung dengan kuesioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat.
Tujuan survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar
(WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misalnya perbaikan lingkungan.
Nilai lelang ini bisa dilakukan dengan teknik:
a. Permintaan lelang (Bidding Game). Responden diberi pertanyaan secara
berulang-ulang tentang apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai
ini kemudian bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung respons atas pertanyaan
sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh.
b. Pertanyaan terbuka. Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan
nilai moneter (rupiah yang ingin dibayar) untuk suatu proyek perbaikan
lingkungan.
c. Payment Card. Nilai lelang dengan teknik ini diperoleh dengan cara
menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari
nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden
melalui kartu.
d. Model referendum atau descrete choice (dichotomous choice). Responden
diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.
3. Menghitung Rataan WTP dan WTA
Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai
rataan WTP setiap individu. Nilai yang dihitung berdasarkan nilai lelang (bid)
yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai
mean (rataan) dan nilai median (tengah).
22
5. Mengagregatkan Data
Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara
keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan
sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N).
jangka pendek total cost sangat ditentukan oleh input berbagai produksi secara
kuantitas maupun kualitas. Di mana input-input produksi tersebut dapat
memberikan konsekuensi pembiayaan bersifat tetap dan bersifat variabel.
Menurut Gray, et al. (1993) opportunity cost adalah benefit yang
dikorbankan karena sejumlah sumber yang ada telah digunakan untuk kegiatan X,
dan bukan kegiatan Y. Dengan kata lain, kegiatan Y tidak dilaksanakan karena
sumber yang seyogiyanya dapat dipergunakan untuk kegiatan Y tidak jadi
dilaksanakan karena sumber yang seyogiyanya dapat dipergunakan untuk kegiatan
Y telah dipergunakan untuk kegiatan X. Jadi dalam hal ini, benefit yang
seyogiyanya dapat dihasilkan oleh kegiatan Y, menjadi opportunity cost kegiatan
X, yang perlu dibandingkan dengan benefit netto kegiatan X sendiri.
Menurut Kadariah (1999), manfaat dibagi menjadi tiga yaitu manfaat
langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat terkait. Pertama, manfaat langsung
adalah berupa peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua, manfaat
tidak langsung adalah manfaat yang muncul akibat adanya suatu kegiatan tertentu.
Manfaat ini dapat berupa meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar. Ketiga,
manfaat terkait adalah keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan dengan
sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan.
Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan konversi kawasan hutan menjadi
petambangan batubara adalah manfaat dari pertambangan batubara. Untuk
mengidentifikasi manfaat yang dihasilkan dari kawasan hutan digunakan valuasi
sedangkan untuk mengidentifikasi manfaat yang dihasilkan batubara digunakan
market value, dimana penerimaan adalah cerminan dari manfaat yang dihasilkan
dari tambang batubara. Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total
dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi,
2002). Penerimaan menurut Sunyoto (2013) adalah penerimaan perusahaan dari
hasil penjualan output-nya kepada konsumen. Penerimaan total (total revenue =
TR) adalah keseluruhan penerimaan yang diterima perusahaan dari penjualan
outputnya kepada konsumen. Penerimaan total atau total manfaat dirumuskan:
TR = P x Q .......................................................................................... (2)
25
Keterangan:
TR = Total manfaat (Rp)
Q = Kuantitas yang dijual perusahaan kepada konsumen (unit)
P = Harga output yang dijual per unit (Rp/unit)
TR B1+B2+ ,… + Bi
B/C = = ................................................... (3)
TC C1+C2+ ,…+ Ci
Keterangan:
B/C = Benefit-cost ratio
TR = Total manfaat (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
B1+B2+,...+Bi = Penjumlahan manfaat (Rp)
C1+C2+,...+Ci = Penjumlahan biaya (Rp)
Batubara adalah sumbedaya alam yang tidak dapat diperbarui yang tidak
terdapat di seluruh lahan yang ada di Indonesia. Hanya beberapa wilayah di
Indonesia yang dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa sumberdaya alam
batubara, salah satunya adalah di wilayah Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Sumberdaya alam batubara mempunyai
banyak manfaat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun sektor
perindustrian, seperti pabrik kertas. Salah satu manfaat yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat adalah kebutuhan batubara untuk memenuhi energi nasional.
Hasil dari pertambangan batubara yang ada di Kelurahan Tanjung Enim sebagian
besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di wilayah Pulau
Sumatera, Jawa, dan Bali.
Pertambangan batubara yang berada di Kelurahan Tanjung Enim
merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat, pertambangan
batubara diharapkan dapat menopang perekonomian masyarakat. Pemerintah
sudah memberikan izin untuk melakukan pertambangan batubara yang ada di
wilayah Kelurahan Tanjung Enim, karena wilayah ini adalah salah satu penghasil
batubara terbesar di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan energi nasional.
Pertambangan batubara yang sudah dilakukan di Kelurahan Tanjung Enim adalah
pertambangan batubara yang peduli akan kelestarian lingkungan, terbukti dengan
pelaksanaan reklamasi lahan pasca tambang yang dilakukan oleh PTBA setelah
kegiatan pertambangan batubara sudah selesai dilakukan. Hal ini juga yang
mendukung pemerintah untuk tetap memberikan izin penambangan batubara
kepada PTBA.
Peningkatan kebutuhan batubara mengakibatkan produksi batubara harus
ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi batubara adalah
dengan memperluas lahan pertambangan batubara. Maka dari itu Bukit Munggu
yang merupakan salah satu wilayah yang memiliki cukup banyak cadangan
batubara dengan kalor tinggi direncanakan untuk di konversi menjadi lahan
pertambangan batubara. Bukit munggu adalah kawasan hutan yang perizinan
penggunaan lahannya dipegang oleh pemerintah Kehutanan, sehingga untuk
29
penggunaan lahan tersebut dibutuhkan perizinan dan biaya sewa lahan hutan yang
diserahkan kepada pemerintah Kehutanan.
Penelitian ini akan menganalisis biaya dan manfaat ekonomi kawasan
hutan dengan menggunakan metode valuasi kawasan hutan. Valuasi hutan yang
akan dihitung adalah nilai use value (nilai penggunaan) dan non use value (nilai
bukan penggunaan) yang dihasilkan kawasan hutan. Metode untuk mendapatkan
nilai hutan adalah dengan menggunakan Willingness To Pay (WTP) masyarakat
Kelurahan Tanjung Enim tentang keberadaan hutan, nilai warisan hutan, dan
manfaat pilihan hutan. Faktor yang mempengaruhi Willingness To Pay (WTP)
masyarakat juga akan dianalisis menggunakan Minitab 14. Sedangkan untuk
menganalisis direct value (nilai langsung) kawasan hutan adalah dengan
mengidentifikasi manfaat atau hasil hutan yang digunakan secara langsung oleh
masyarakat kelurahan Tanjung Enim, misalnya air. Salah satu indirect value (nilai
tidak langsung) kawasan hutan yang akan dihitung adalah nilai karbon yang
dihasilkan kawasan hutan.
Analisis biaya dan manfaat juga akan digunakan pada pertambangan
batubara yang direncanakan akan dilakukan di kawasan hutan tersebut. Analisis
biaya dan manfaat akan dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan manfaat
yang dapat dihasilkan dari pertambangan batubara, dimana manfaat batubara
dihitung dari cerminan penerimaan yang didapatkan dari produksi batubara di
wilayah tersebut. Setelah itu akan digunakan analisis deskriptif untuk
membandingkan manfaat dan biaya dari kawasan hutan dengan pertambangan
batubara. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada kerangka alur
pemikiran Gambar 4.
30
Valuasi Ekonomi
(CVM) Market Value
Rekomendasi
Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan di
lapangan secara langsung terhadap responden menggunakan kuesioner. Data
primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah identifikasi
manfaat kawasan hutan bagi masyarakat, identitas responden (nama, jenis kelamin,
usia, status pernikahan, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan), persepsi
masyarakat tentang manfaat hutan, besarnya willingness to pay (WTP) masyarakat
terhadap keberadaan hutan, nilai warisan hutan, dan manfaat pilihan hutan.
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya adalah
harga batubara (Rp/ton), luas lahan kawasan hutan yang akan dikonversi menjadi
pertambangan batubara dan jumlah cadangan batubara yang ada di kawasan
tersebut yang termasuk dalam lahan yang akan di konversi menjadi pertambangan
batubara. Data ini didapatkan dari PTBA sebagai perusahaan batubara yang akan
melakukan kegiatan penambangan batubara. Sedangkan data sekunder lainnya
diperoleh dari Kementrian Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah
daerah setempat, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang mendukung.
32
dan nilai warisan hutan (bequest value). Selanjutnya dalam hipotesis pasar
masyarakat diberikan gambaran tentang dapat berkurangnya manfaat dan jasa
hutan karena akan dilakukan alih fungsi pemanfaatan lahan kawasan hutan Bukit
Munggu menjadi areal perluasan tambang batubara.
Setelah pemberian hipotesis pasar, masyarakat ditanyakan seberapa besar
keinginan membayar atas existence value (nilai keberadaan) hutan, bequest value
(nilai warisan) hutan yaitu keberlanjutan keberadaan hutan untuk generasi
mendatang, dan option value (nilai pilihan) hutan yaitu manfaat yang belum
diketahui dari sumber daya alam yang ada dalam kawasan hutan Bukit Munggu.
2. Mendapatkan Nilai Lelang WTP
Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai maksimum keinginan
membayar (WTP) dari responden adalah dengan menggunakan pertanyaan
terbuka. Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah
yang ingin dibayar) untuk menjaga kualitas lingkungan.
3. Menghitung Rataan Nilai WTP
Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai
ini dihitung berdasarkan nilai lelang pada tahap dua. Perhitungan didasarkan pada
nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). Perhitungan dapat menggunakan
formula berikut ini:
𝑛
𝑛 =1 𝑊𝑇𝑃𝑥𝑖
DWTP = ..................................................................... (4)
𝑛
Keterangan:
DWTP = Dugaan WTP
WTPxi = Jumlah nilai WTP responden
n = Jumlah responden
i = Responden ke-i yang bersedia membayar
Keterangan:
Wi = Nilai WTP responden
TP = Tingkat pendidikan
P = Pendapatan
JT = Jumlah tanggungan
U = Usia
JK = Dummy jenis kelamin (0 = Perempuan; 1 = Laki-laki)
5. Mengagregatkan Data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang
yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel
ke rataan populasi secara keseluruhan. Nilai total WTP dihitung menggunakan
formula seperti berikut:
n
TWTP= n=1 WTPi ni ..................................................................... (6)
Keterangan:
TWTP = Total WTP
WTPi = WTP responden ke-i
ni = Jumlah responden ke-i
n = Jumlah responden
Keterangan:
ln WTPK = Nilai WTP responden terhadap nilai keberadaan hutan
ln WTPW = Nilai WTP responden terhadap nilai warisan hutan
ln WTPP = Nilai WTP responden terhadap nilai pilihan hutan
βo = Intersep
β1,β2,...βn = Koefisien regresi
TP = Tingkat pendidikan
P = Pendapatan
JT = Jumlah tanggungan
U = Usia
JK = Dummy jenis kelamin (0 = Perempuan; 1 = Laki-laki)
e = Galat
4.4.2.1 Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai WTP masyarakat diduga dipengaruhi oleh karakteristik responden yaitu
tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, usia, dan jenis
kelamin responden.
2. Tingkat pendidikan, usia, dan tingkat pendapatan pada WTP bequest value
diduga akan berkorelasi positif dengan nilai WTP yang ingin dibayarkan oleh
responden.
3. Jumlah pendapatan pada WTP existence value dan WTP option value, serta
jumlah tanggungan diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTP yang
ingin dibayarkan oleh responden.
Keterangan:
NA = Nilai air (Rp/tahun)
C = Konsumsi air per kapita per tahun (Rp/m3/tahun)
N = Jumlah populasi (Jiwa)
Pa = Harga air (Rp/m3)
Persamaan yang digunakan untuk menilai oksigen didapatkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Mahesi (2008). Maka persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
NO = CoP x Po x Jp ........................................................................... (12)
Keterangan:
NO = Nilai oksigen (Rp/tahun)
CoP = Capability of plant, dalam hal ini berapa besar kemampuan tanaman
dalam menghasilkan oksigen (liter/hari)
Po = Harga oksigen (Rp/liter)
Jp = Jumlah pohon (pohon)
NR = Jr x Pr ....................................................................................... (13)
Keterangan:
NR = Nilai Rumput (Rp/tahun)
Jr = Jumlah Rumput yang dimanfaatkan (kg/ha)
Pr = Harga Rumput (Rp/kg)
Manfaat Batubara
B/C = ........................................................................... (16)
TEV+Biaya Batubara
V. GAMBARAN UMUM
bagi usaha pertanian tanaman pangan (BPS, 2012). Luas lahan sawah dan bukan
sawah menurut penggunaannya di Kecamatan Lawang Kidul Tahun 2012 dapat
dilihat pada Tabel 5 berikut ini:
Jumlah penduduk pada Kelurahan Tanjung Enim pada tahun 2013 adalah
sebanyak 13 946 orang yang terdiri dari 3 531 kepala keluarga (KK). Jumlah
penduduk laki-laki pada kelurahan Tanjung Enim adalah sebanyak 7 099 orang
sedangkan jumlah penduduk pereampuan adalah sebanyak 6 847 orang. Sebagian
besar penduduk kelurahan Tanjung Enim bekerja pada perusahaan pertambangan
maupun kontraktor batubara, baik sebagai karyawan maupun buruh tambang
batubara. Menurut data dari Kelurahan Tanjung Enim, penduduk Kelurahan
Tanjung Enim sebagain besar bermata pencaharian sebagai buruh pertambangan
yaitu sebanyak 1 364 orang. Lalu diikuti dengan penduduk yang bermata
pencaharian sebagai buruh bangunan sebanyak 472 orang dan penduduk yang
bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 162 orang.
Sisanya penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, peternak, dan
sebagainya.
45
43% Perempuan
57% Laki-laki
15%
Belum Menikah
Menikah
85%
5.2.3 Usia
Tingkat usia responden sangat bervariasi dimulai dari umur 20 tahun
sampai dengan umur 63 tahun. Jumlah responden terbanyak terdapat pada kisaran
usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 33 persen dan responden yang
berusia pada kisaran 41-50 tahun memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 13
orang atau 33 persen, sedangkan paling sedikit responden berusia ≥ 60 tahun yaitu
sebanyak 2 orang atau 5 persen. Perbandingan sebaran usia responden dapat
dilihat pada Gambar 7.
5% 2%
5%
≤ 20
21 - 30
22%
31 - 40
33% 41 - 50
51 - 60
33% ≥ 60
5.2.4 Pendidikan
Karakteristik tingkat pendidikan responden pada penelitian ini cukup
beragam. Jumlah tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tingkat sarjana
(S1) yaitu sebanyak 21 orang atau 53 persen, sedangkan responden paling sedikit
47
pada tingkat pendidikan paling rendah yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak
1 orang atau 2 persen,. Perbandingan sebaran responden terhadap tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Gambar 8.
2%
10% SD
SMP
20% SMA
53%
D3
S1
15%
5.2.5 Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki responden pada penelitian ini sangat
bervariatif. Responden terbanyak memiliki pekerjaan sebagai PNS/BUMN yaitu
sebanyak 17 orang atau 42 persen, sedangkan responden paling sedikit memiliki
pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebanyak 3 orang atau 8 persen. Jenis pekerjaan
responden cukup mewakili jenis pekerjaan seluruh masyarakat Tanjung Enim.
Perbandingan sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada
Gambar 9.
15%
PNS/BUMN
8% Swasta
42%
Wiraswasta
13%
Pedagang
Ibu RT
22%
5.2.6 Pendapatan
Jumlah pendapatan responden pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa
kisaran pendapatan. Responden terbanyak dengan jumlah pendapatan pada kisaran
Rp 1 100 000 – 2 000 000 yaitu sebanyak 11 orang atau 27 persen, sedangkan
responden paling sedikit pada penelitian ini adalah dengan mempunyai
pendapatan pada kisaran Rp 500 000 – Rp 1 000 000 sebanyak 2 orang atau 5
persen. Perbandingan sebaran responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat
pada Gambar 10.
5%
500.000 - 1.000.000
23%
1.100.000 - 2.000.000
27%
2.100.000 - 3.000.000
15%
13% 8%
1 orang
2 orang
3 orang
27% 4 orang
37% 5 orang
14000000
Jumlah Produksi (ton)
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
16000000
Tahun
Penjualan batubara pada tahun 2008 sebanyak 12 797 922 ton, untuk
keperluan domestik sebanyak 8 321 310 ton. Hingga pada tahun 2012 penjualan
menjadi sebanyak 15 335 883 ton, untuk keperluan domestik sebanyak 8 435 302
ton. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber daya batubara
masih sangat dibutuhkan di negeri ini. Sumber daya batubara masih menjadi salah
satu pilihan bagi PLTU maupun industri untuk pembangkit tenaga listrik.
Tetapi untuk memproduksi batubara memang dibutuhkan aturan dan
strategi yang baik, agar sumber daya batubara dapat dimanfaatkan secara bijak
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maka dari itu pada penelitian ini akan
menganalisis biaya dan manfaat ekonomi wilayah kawasan hutan Bukit Munggu
yang terdapat sumber daya batubara melimpah di dalamnya dan direncanakan
akan dikonversi menjadi pertambangan batubara. Secara ekonomi, akan dianalisis
apakah pada kawasan hutan ini akan lebih bermanfaat saat tetap menjadi kawasan
hutan atau saat dikonversi menjadi pertambangan batubara. Untuk perhitungan
manfaat pertambangan batubara yang dihasilkan, akan diestimasi dari jumlah
penerimaan dari kegiatan pertambangan batubara. Seperti yang sudah dijelaskan
pada metode penelitian bahwa penerimaan dari produksi batubara adalah
cerminan dari manfaat yang dihasilkan dari pertambangan batubara. Penerimaan
52
Biaya Tambang
1. Tanah (bcm) 35 000 140 000 000 000
2. Batubara (7000 Kcal/kg GAR) 29 000 116 000 000 000
(ton)
Total Biaya 1 070 300 000 000
Sumber: Satuan Kerja Perencanaan Jangka Panjang PTBA (2014)
penambang batubara, garasi alat berat, bengkel alat berat, dan lain-lain sebesar Rp
84 milyar/tahun. Keempat, biaya railway cost adalah biaya pengiriman batubara
ke stockpile menggunakan kereta api sebesar Rp 424 milyar/tahun. Kelima, biaya
port cost adalah biaya pelabuhan yang digunakan untuk pengiriman batubara
kepada konsumen sebesar Rp 80 milyar/tahun. Keenam, surveyor, EMKL
(Ekspedisi Muatan Kapal Laut) adalah biaya untuk menguji sertifikasi kandungan
batubara dengan pihak ketiga (surveyor independent) kegiatan ini bisa dilakukan
sebelum maupun setelah pengiriman batubara kepada konsumen. Biaya surveyor,
EMKL yang dibutuhkan sebesar Rp 3.5 milyar/tahun. Ketujuh, royalties dan iuran
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat,
dari sisi pemerintahan biaya ini termasuk menjadi manfaat sedangkan untuk yang
memproduksi batubara termasuk dalam komponen biaya. Biaya royalties dan
iuran adalah sebesar Rp 22 milyar/tahun. Kedelapan, biaya coorporate OH (Over
Head) dan administration cost adalah biaya untuk pengelolaan dan pelaksanaan
administrasi kegiatan pertambangan batubara sebesar Rp 160 milyar/tahun.
Kesembilan, biaya lingkungan adalah biaya yang digunakan untuk reklamasi
(pemulihan kembali) lahan pasca tambang sebesar Rp 20.8 milyar/tahun.
Pada komponen biaya tambang terdapat dua jenis biaya. Pertama, biaya
tanah adalah biaya yang digunakan untuk penggalian tanah dan penyewaan alat
beratnya sebesar Rp 140 milyar/tahun. Kedua, biaya batubara (7000 Kcal/kg
GAR) adalah biaya penggalian batubara dengan kandungan batubara yang ada
pada lahan tersebut sebesar 7000 Kcal/kg GAR serta biaya penyewaan alat berat
untuk penggalian batubara sebesar Rp 116 milyar/tahun.
Nilai penggunaan kawasan hutan atau Total Economic Value (TEV) yang
dikuantifikasi pada penelitian ini adalah nilai air yang digunakan oleh masyarakat
Tanjung Enim, nilai karbon yang dapat dihasilkan kawasan hutan, nilai oksigen
yang dapat dihasilkan dari pepohonan dalan kawasan hutan, dan nilai rumput yang
digunakan peternak sapi. Nilai penggunaan kawasan hutan pada penelitian ini
dikuantifikasi dengan menggunakan metode valuasi dan analisis nilai pasar
(market value). Kuantifikasi nilai penggunaan sumberdaya dalam kawasan hutan
55
Manfaat langsung yang dihitung pada penelitian ini adalah manfaat hutan
dalam menghasilkan makanan untuk hewan ternak masyarakat Tanjung Enim.
Hewan ternak yang dibebaskan untuk mencari makan di kawasan hutan ini adalah
sapi. Peternak sapi yang mengembalakan sapinya pada kawasan hutan ini adalah
berjumlah empat orang, dengan jumlah sapi yang dimiliki adalah sebanyak 54
ekor. Pada tabel 11 dapat dilihat jumlah peternak sapi yang menggembalakan
sapinya di kawasan hutan yang akan dikonversi.
Hasil dari analisis WTP existence value menunjukkan nilai rataan WTP
existence value responden adalah sebesar Rp 22 000. Rataan nilai WTP dihitung
dari data distribusi WTP responden. Kemudian dilakukan pengelompokkan data
dari nilai WTP terkecil sampai nilai WTP terbesar yang sedia dibayarkan oleh
responden. Sedangkan untuk total nilai WTP existence value yang ingin
dibayarkan responden adalah sebesar Rp 880 000. Adapun nilai keberadaan
(existence value) didapatkan dari mengalikan nilai rataan dengan jumlah
penduduk, dimana jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Enim adalah sebanyak
13 465 orang. Maka didapatkan nilai keberadaan hutan adalah sebesar Rp 296 912
000 /tahun. Besaran nilai yang dihasilkan tersebut menggambarkan penilaian
masyarakat Tanjung Enim terhadap manfaat dan jasa lingkungan yang diberikan
atas keberadaan (exsistance value) hutan. Sedangkan hubungan antara jumlah
WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar dapat
digambarkan dengan kurva bid WTP, dimana semakin tinggi harga yang
dibayarkan maka semakin semakin sedikit jumlah orang yang bersedia membayar.
Kurva permintaan WTP existence value dapat dilihat pada lampiran 1.
Analisis fungsi WTP existence value digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berpengaruh terdahap WTP responden. Analisis fungsi WTP
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menduga lima
variabel penjelas (independent variable) yaitu variabel usia, tingkat pendidikan,
penghasilan, jumlah tanggungan, dan dengan variabel dummy jenis kelamin. Hasil
analisis regresi nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 14.
60
membayar yang lebih tinggi. Keinginan membayar yang lebih tinggi juga dapat
disebabkan karena sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi, memiliki pendapatan yang lebih tinggi.
Variabel pendapatan memiliki nilai P-value sebesar 0.000 menunjukkan
bahwa variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP responden pada
taraf kepercayaan (α) 5 persen. Nilai koefisien yang bertanda positif (+) dengan
nilai 0.7830 berarti bahwa setiap peningkatan pendapatan responden sebesar satu
rupiah akan meningkatkan WTP sebesar 0.7830 persen. Responden yang memiliki
pendapatan yang lebih tinggi mempunyai keinginan membayar yang lebih tinggi,
karena mereka mempunyai uang lebih untuk disisihkan bagi keperluan lain salah
satunya menjaga kelestarian hutan.
Variabel jumlah tanggungan mempunyai P-value sebesar 0.156
menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap
WTP responden pada taraf kepercayaan (α) 20 persen. Nilai koefisien yang
bertanda negatif (-) dengan nilai 0.1872 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah
tanggungan responden sebanyak 1 orang maka nilai WTP yang diberikan akan
menurun sebesar 0.1872 persen. Hal ini dikarenakan responden memiliki
tanggung jawab dan prioritas lebih untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
dibandingkan dengan menyisihkan uangnya untuk kelestarian lingkungan.
Adapun variabel-variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap nilai
WTP responden, namun setelah dilakukan analisis terhadap model ternyata tidak
berpengaruh secara signifikan yaitu jenis kelamin dan usia.
model sudah memenuhi parameter uji asumsi klasik (sumber lampiran 9). Model
yang dihasilkan dari hasil regresi ini adalah sebagai berikut:
kriteria efisien. Analisis biaya dan manfaat merupakan alat bantu untuk membuat
keputusan dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
Analisis biaya dan manfaat ekonomi pada kawasan hutan dilakukan
dengan menghitung B/C rasio dari lahan kawasan hutan, yaitu dengan membagi
jumlah manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
konversi. Dimana pada penelitian ini manfaat dalam konversi lahan adalah
manfaat dari produksi batubara yang dianalisis menggunakan analisis market
value, sedangkan komponen biayanya adalah biaya produksi batubara dan Total
Economic Value (TEV). TEV termasuk dalam opportunity cost dimana manfaat
yang diperoleh dari sumber daya yang ada dalam kawasan hutan akan hilang jika
lahan kawasan hutan di konversi menjadi pertambangan batubara. TEV di analisis
menggunakan metode valuasi dan market value, sedangkan biaya produksi
batubara menggunakan analisis market value. Hasil perhitungan manfaat dan
biaya ekonomi dari kegiatan konversi lahan kawasan hutan Bukit Munggu dapat
dilihat pada tabel 20 berikut:
Dari tabel 21 dapat diketahui ada delapan nilai yang diestimasi pada
valuasi total nilai ekonomi kawasan hutan dalam penelitian ini. Nilai manfaat
yang dapat dihasilkan dari pertambangan batubara pada kawasan hutan Bukit
Munggu adalah sebesar Rp 4.10 triliun/tahun. Opportunity cost terbesar dari
kawasan hutan adalah oksigen, dimana oksigen adalah kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Sebenarnya oksigen bukanlah barang ekonomi,
namun jika terjadi penurunan kualitas udara maka oksigen menjadi barang
ekonomi, maka dari itu dibutuhkan penilaian untuk oksigen. Berdasarkan
perhitungan, nilai oksigen yang ada di kawasan hutan Bukit Munggu adalah
sebesar Rp 176 752 triliun/tahun. Untuk opportunity cost terbesar kedua adalah air.
Air adalah salah satu sumberdaya yang memiliki nilai yang cukup besar, karena
air adalah sumberdaya yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Manusia membutuhkan air setiap harinya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti
minum, mandi, dan mencuci. Sedangkan opportunity cost terendah adalah rumput.
Dimana rumput hanya digunakan oleh peternak saja, sehingga nilainya tidak
sebesar manfaat sumber daya dalam kawasan hutan yang dimanfaatkan oleh
seluruh masyarakat Tanjung Enim. Berdasarkan perhitungan nilai rumput adalah
sebesar Rp 353.81 juta/tahun.
Selain itu biaya lain yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk
memproduksi batubara. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan
kegiatan pertambangan batubara di kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar
Rp 1.07 triliun/tahun dengan asumsi produksi batubara dalam setahun sebanyak
4 000 000 ton/tahun. Biaya yang dibutuhkan dalam pertambangan batubara dibagi
menjadi dua komponen, yaitu biaya produksi dan biaya tambang. Biaya tersebut
adalah biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pertambangan batubara mulai dari
biaya eksplorasi yaitu biaya untuk identifikasi lahan yang akan dijadikan tambang
batubara sampai dengan biaya lingkungan yaitu biaya untuk reklamasi lahan
pasca tambang. Penambangan batubara yang dilakukan oleh PTBA disertai
dengan kegiatan reklamasi lahan pasca tambang batubara sesuai dengan peraturan
pemerintah yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 2009 Pasal 96. Adapun dari
hasil perhitungan didapatkan total biaya dari kegiatan konversi lahan kawasan
70
hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan batubara adalah sebesar Rp 176 753
triliun/tahun.
Setelah mengetahui hasil estimasi dari manfaat dan biaya kegiatan
konversi kawasan hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan batubara maka
analisis biaya dan manfaat ekonomi dapat dilakukan dengan menganalisis dari
hasil perhitungan benefit cost rasio. Dari hasil perhitungan didapatkan benefit cost
rasio pada studi kasus penelitian ini adalah sebesar -0.000002 berarti tidak
mamenuhi kriteria B/C rasio dimana suatu kegiatan dapat dijalankan jika hasil
dari B/C rasio lebih besar daripada satu. Manfaat yang dihasilkan dari lingkungan
jika di moneterkan dan dibandingkan dengan kegiatan lain tentu nilai manfaatkan
akan jauh lebih besar dari pemanfaatan lainnya. Tetapi jika ada kebutuhan yang
lebih penting dan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
banyak tentu kegiatan konversi lahan kawasan hutan dapat dipertimbangkan
kembali, tentunya disertai dengan aturan dan ketetapan yang jelas dalam
melakukan kegiatan konversi tersebut. Misalnya jika akan melakukan kegiatan
konversi kawasan hutan menjadi pertambangan batubara adalah dengan
menyertainya dengan kegiatan reklamasi, dimana manfaat ekologis kawasan hutan
yang hilang saat dijadikan pertambangan dapat kembali memberikan manfaat
ekologis bagi masyarakat. Walaupun manfaat ekologis yang didapatkan tidak
akan sama persis seperti manfaat ekologis yang dihasilkan kawasan hutan pada
saat sebelum dilakukan konversi lahan.
71
7.1 Simpulan
1. Manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan penambangan batubara di
kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar Rp 4 105 001 760 000 /tahun,
sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
penambangan batubara di kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar
Rp 1 070 300 000 000 /tahun. Perkiraan cadangan batubara yang terdapat di
kawasan hutan Bukit Munggu dapat dimanfaatkan selama kurang lebih untuk
sepuluh tahun kedepan.
2. Nilai ekonomi total kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar Rp 176 752
722 009 890 000 /tahun, dimana dalam penelitian ini nilai ekonomi total
kawasan hutan menjadi opportunity cost dalam kegiatan konversi kawasan
hutan menjadi pertambangan batubara. Nilai ekonomi total adalah nilai yang
didapatkan dari penjumlahan delapan hasil valuasi nilai ekonomi sumber daya
kawasan hutan Bukit Munggu. Nilai ekonomi tersebut diantaranya adalah
nilai air, nilai karbon, nilai oksigen, nilai rumput, nilai keberadaan (existence
value) kawasan hutan, nilai warisan (bequest value) kawasan hutan, dan nilai
pilihan (option value) kawasan hutan.
3. Berdasarkan hasil perhitungan manfaat yang dapat dihasilkan dari produksi
batubara di kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar Rp 4 105 001 760
000 /tahun. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan dan dikorbankan untuk
kegiatan konversi adalah sebesar Rp 176 753 764 491 742 000 /tahun. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan
konversi kawasan hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan batubara lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan. Setelah dilakukan analisis biaya dan
manfaat ekonomi didapatkan B/C rasio sebesar -0.000002, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kegiatan konversi dari sudut pandang lingkungan belum
dapat dijalankan.
72
7.2 Saran
1. Pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara harus dilakukan dengan
mempertimbangkan luasan hutan yang ada pada wilayah tersebut, agar
tercipta pemanfaatan sumberdaya alam lestari.
2. Nilai lingkungan yang besar dari sumberdaya alam yang dapat dihasilkan dari
kawasan hutan harus dikelola secara optimal dan dimanfaatkan secara
bijaksana agar lingkungan dan sumberdaya alam yang terdapat pada kawasan
hutan dapat tetap lesatari dan manfaatnya dapat dirasakan manfaatnya secara
optimal bagi masyarakat.
3. Dari hasil perhitungan didapatkan B/C < 1, hasil ini menunjukkan bahwa
manfaat ekologis yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya hutan nilainya
sangat besar. Sehingga dibutuhkan pertimbangan atau analisis yang lebih
mendalam lagi untuk melaksanakan kegiatan konversi kawasan hutan
menjadi pertambangan batubara.
4. Penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan menggunakan cash flow
sehingga dapat dibandingkan manfaat dan biaya dari kegiatan konversi
kawasan hutan Bukit Munggu menjadi pertambangan batubara yang lebih
rinci sepanjang umur proyek.
73
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2009 – 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2006. Konsumsi Air Orang Indonesia. Jakarta:
Kementrian Pekerjaan Umum.
74
Fauzi, Akhmad. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. PT Penerbit IPB Press. Bogor.
Iriani, Diniyya. 2013. Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif
Penambangan Pasir Illegal di Sungai Berantas Kelurahan Semampir Kota
Kediri. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Iskandar, Aditya. 2009. Pengertian Harga, Biaya, Nilai, dan Pasar. Jakarta (ID)
Khasanah Eka N, Iskandar R, Kesuma AI. 2011. Penerapan Metode Full Costing
dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara pada PT Energi Alam Sejahtera
di Samarinda (Studi Kasus pada PT Energi Alam Sejahtera di Samarinda).
Samarinda (ID). Universitas Mulawarman.
Mahesi, Vidya. 2008. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Mutia SA, Ramli MI, Zubair A. 2013. Analisis Tingkat Ketersediaan dan
Kebutuhan RTH pada Kawasan Perumahan Kota Makassar. Makassar (ID):
Universitas Hassanudin.
Nurfatriani, Fitri. 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian
Sumberdaya Hutan. Bogor (ID): Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi
Kehutanan 3(1):1829-8109
Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian VI: Analisis Biaya dan
Manfaat. Malang: Universitas Brawijaya.
76
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo. Jakarta.
Sugiarto, Herlambang Tedy, Brastoro, Sudjana Rachmat, dan Kelana Said. 2000.
Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yusuf, S. 2010. Nilai Hasil Hutan yang Hilang Bila Terjadi Perubahan Fungsi
Hutan Lindung. Agritek Vol. 18. FPUB. Balikpapan.
77
LAMPIRAN
78
70000
WTP (Rp/tahun/KK)
60000
50000
40000
WTP Existance Value
30000
20000
Linear (WTP Existance
10000
Value)
0
0 10 20 30 40 50
Jumlah Responden (Orang)
50000
40000
WTP Bequest Value
30000
20000
Linear (WTP Bequest
10000 Value)
0
0 10 20 30 40 50
Jumlah Responden (orang)
60000
50000
40000
WTP Option Value
30000
20000
Linear (WTP Option
10000
Value)
0
0 10 20 30 40 50
Jumlah Responden (orang)
79
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 11,3159 2,2632 18,71 0,000
Residual Error 34 4,1127 0,1210
Total 39 15,4285
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,1941
Umur 1 0,0005
Pendidikan 1 6,3906
Penghasilan 1 4,4762
Tanggungan 1 0,2544
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin WTPK Fit SE Fit Residual St Resid
38 0,00 9,2103 9,9417 0,0817 -0,7313 -2,16R
60
50
40
30
20
10
1
-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8
Residuals
0,0
50
10 -0,5
1
-0,8 -0,4 0,0 0,4 0,8 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5
Residual Fitted Value
6
Frequency
Residual
0,0
4
2 -0,5
0
-0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 1 5 10 15 20 25 30 35 40
Residual Observation Order
81
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 0,13112 0,02622 0,73 0,605
Residual Error 34 1,22042 0,03589
Total 39 1,35154
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,05635
Umur 1 0,02435
Pendidikan 1 0,00085
Penghasilan 1 0,03063
Tanggungan 1 0,01894
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin ln WTPK Fit SE Fit Residual St Resid
38 0,00 0,7313 0,2469 0,0445 0,4845 2,63R
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 9,5843 1,9169 19,09 0,000
Residual Error 34 3,4149 0,1004
Total 39 12,9991
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,1186
Umur 1 0,1466
Pendidikan 1 5,6809
Penghasilan 1 3,6186
Tanggungan 1 0,0196
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin WTPW Fit SE Fit Residual St Resid
7 1,00 8,5172 9,1485 0,1668 -0,6314 -2,34R
10 0,00 9,2103 9,8495 0,0747 -0,6391 -2,08R
37 1,00 11,0021 10,3773 0,0972 0,6248 2,07R
38 0,00 9,2103 9,9585 0,0745 -0,7481 -2,43R
60
50
40
30
20
10
1
-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8
Residuals
90 0,4
Residual
Percent
50 0,0
10 -0,4
1 -0,8
-0,8 -0,4 0,0 0,4 0,8 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5
Residual Fitted Value
7,5
Residual
0,0
5,0
-0,4
2,5
0,0 -0,8
-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 1 5 10 15 20 25 30 35 40
Residual Observation Order
84
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 0,22957 0,04591 1,31 0,283
Residual Error 34 1,19206 0,03506
Total 39 1,42163
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,02584
Umur 1 0,10036
Pendidikan 1 0,06459
Penghasilan 1 0,03682
Tanggungan 1 0,00197
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin ln WTPW Fit SE Fit Residual St Resid
10 0,00 0,6391 0,2537 0,0441 0,3855 2,12R
37 1,00 0,6248 0,1749 0,0575 0,4499 2,52R
38 0,00 0,7481 0,2515 0,0440 0,4966 2,73R
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 9,4535 1,8907 10,54 0,000
Residual Error 34 6,1017 0,1795
Total 39 15,5553
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,2062
Umur 1 0,2135
Pendidikan 1 5,5326
Penghasilan 1 3,4560
Tanggungan 1 0,0453
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin WTPP Fit SE Fit Residual St Resid
7 1,00 8,5172 9,3467 0,2230 -0,8295 -2,30R
10 0,00 8,5172 9,8915 0,0999 -1,3743 -3,34R
60
50
40
30
20
10
1
-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0
Residuals
50
-0,5
10 -1,0
1 -1,5
-1 0 1 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0
Residual Fitted Value
10,0 0,5
Frequency
7,5 0,0
Residual
5,0 -0,5
2,5 -1,0
0,0 -1,5
-1,0 -0,5 0,0 0,5 1 5 10 15 20 25 30 35 40
Residual Observation Order
87
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 0,16829 0,03366 0,43 0,823
Residual Error 34 2,64924 0,07792
Total 39 2,81753
Source DF Seq SS
Jenis Kelamin 1 0,01684
Umur 1 0,02004
Pendidikan 1 0,02768
Penghasilan 1 0,10201
Tanggungan 1 0,00171
Unusual Observations
Jenis
Obs Kelamin WTPP Fit SE Fit Residual St Resid
10 0,00 1,3743 0,3101 0,0658 1,0642 3,92R
RIWAYAT HIDUP