Anda di halaman 1dari 24

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PSIKOSOSIAL
RSUP PERSAHABATAN
I. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu
yang dirasakan sebagai ancaman

2. Tanda dan gejala


Respons fisik:
a. Sering napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Mulut kering
d. Anoreksia
e. Diare/konstipasi
f. Gelisah
g. Berkeringat
h. Tremor
i. Sakit kepala
j. Sulit tidur
Respons kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Tidak mampu menerima informasi dari luar
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respons perilaku dan emosi:
a. Gerakan meremas tangan
b. Bicara berlebihan dan cepat
c. Perasaan tidak aman dan menangis

3. Intervensi Generalis Pada Pasien


a. Tujuan:
1) Pasien mampu mengenal ansietas
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk
mengatasi ansietas

b. Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi

SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi:


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses


penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian


ansietas

3) Bantu pasien mengenal ansietas:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas


c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas

4) Latih teknik relaksasi:

a) Tarik napas dalam


b) Distraksi

SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri
sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi
2) Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas
3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

4. Intervensi Generalis pada Keluarga


a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ansietas.

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
akibat
2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya
2
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara


merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara


merawat ansietas pasien

3) Bantu keluarga mengenal ansietas:

c) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta


akibatnya

d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah


(stres) dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat
pada pasien

e) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta
untuk memotivasi pasien melakukannya

SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan
kegiatan spiritual
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi
pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien

EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN ANSIETAS

Penilaian

No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Pasien

SP 1 Pasien

3
Assesmen ansietas dan latihan relaksasi
SP 2 Pasien
Evaluasi ansietas, manfaat teknik
relaksasi dan latihan hipnotis diri
sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan
spiritual

B Keluarga

SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara
merawat
SP 2 Keluarga

Evaluasi peran keluarga merawat


pasien, cara merawat dan follow up

4
II STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN

1. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2005).

2. Tanda dan Gejala


a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
f. Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang
perawatan
g. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
h. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
i. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
j. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
k. Apatis dan pasif
l. Ekspresi muka murung
m. Bicara dan gerakan lambat
n. Tidur berlebihan
o. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
p. Menghindari orang lain

3. Intervensi Generalis Pada Pasien


a. Tujuan Umum

1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya

2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya.

3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif

4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang


berkenaan dengan perawatannya sendiri.

5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.


5
b. Tindakan Keperawatan

SP1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif


1) Bina hubungan saling percaya

a. Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien


sesuai nama panggilan yang disukai

b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan


agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan


pengendalian ketidakberdayaan

3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan


c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan
d) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi
area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk
mengontrol
e) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap ketidak berdayaannya
f) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan
g) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau subtitusi
h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
i) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien
j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
4) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)

SP2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif


dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b. Asesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan
pikiran postif

6
2) Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
3) Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu klien
mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung
kekuatan – kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien) misalnya klien masih
mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.

4. Intervensi Generalis pada Keluarga


a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota


keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara


merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara


merawat ketidakberdayaan pasien

3) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:

a) Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,


serta akibatnya

b) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu


mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan
memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien

2) Sertakan keluarga saat melatih afirmasi positif

7
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan dan follow up

1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran


keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol perasaan tidak berdaya
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk
pasien.

EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Penilaian

No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Pasien

SP 1 Pasien
Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir
positif

SP 2 Pasien
Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat
mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan

B Keluarga

SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara


latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
dan follow up

8
III STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
KEPUTUSASAAN

1. Pengertian
Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak
adanya alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan masalahnya.

2. Tanda dan Gejala


a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya
tidak dapat melakukan sesuatu”)
b. Sering mengeluh dan nampak murung
c. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Kontak mata kurang
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h. Nampak selalu murung atau blue mood
i. Menurun atau tidak adanya selera makan
j. Peningkatan waktu tidur
k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan
m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
n. Dapat merupakan lanjutan ansietas

9
3. Intervensi Generalis Pada Pasien:
a. Tujuan:
1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya
2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas
3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa,
perasaan/pikiran/perilaku yang berubah
2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup
3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna
hidup.

SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui


penemuan harapan dan makna hidup
1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien


sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa


agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan


pengendalian perasaan putus asa

3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/


kesendirian/ keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa

c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya


dengan kondisi real kondisi klien

d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa

e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran,


perasaan dan perilaku positif

4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan


mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup

10
SP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan
melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup

1) Pertahankan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan
3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri
5) Latih satu kemampuan positif
6) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup

4. Intervensi Generalis Pada Keluarga


a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami keputusasaan

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami


keputusasaan

b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara


merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara


merawat pasien dengan keputusasaan

3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:

a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,


serta akibatnya

11
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan
harapan positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan
makna hidup serta melatih kemampuan positif

c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan


kemampuan positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up

a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan


peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif
d. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan kondisi
pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan
cara merujuk pasien

EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

Penilaian

No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Pasien

12
SP 1 Pasien
Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir
positif melalui penemuan harapan dan
makna hidup
SP 2 Pasien
Evaluasi keputusasaan, manfaat berfikir
positif, dan latihan melakukan aktivitas
untuk menumbuhkan harapan dan makna
hidup

B Keluarga

SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga

Evaluasi peran keluarga merawat pasien,


cara merawat dan follow up

IV. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Pengertian

13
Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termaksud persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah
perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan.

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada gangguan citra tubuh adalah
a. Hilangnya bagian tubuh
b. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi
c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
d. Menolak melihat bagian tubuh
e. Menolak menyentuh bagian tubuh
f. Aktifitas sosial menurun.

Beberapa penyebab gangguan citra tubuh: tindakan invasif (pasang infus, cateter, mag slang,
oksigen), operasi, perubahan fungsi (lumpuh, sesak nafas, buta, tuli)

Sedangkan data yang bisa didapatkan saat wawancara adalah pasien :


a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi
b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
c. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
d. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
e. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
f. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
g. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Intervensi Generalis Pada Pasien

a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu

b. Tindakan keperawatan

14
1) Asesmen citra tubuh (gangguan dan potensi) dan menerima keadaan tubuh saat
ini
2) Latih cara meningkatkan citra tubuh

SP 1 Pasien : Assesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra
tubuh
1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien


sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan


agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian


gangguan citra tubuh

3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuh

c) Bantu klien menyadari perilaku akibat gangguan citra tubuhnya

4) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
5) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat
6) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
7) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehatBantu pasienmelihat,
menyentuh bagian tubuh yang terganggu

SP2 Pasien: Evaluasi citra tubuh & latihan peningkatan citra tubuh dan
sosialisasi
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b. Asesmen ulang citra tubuh dan hasil latihan peningkatan citra tubuh
2) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh
3) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal
4)Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin,
gunakan pakaian yang baru (jika diperlukan)
b) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
15
a. Susun jadual kegiatan sehari-hari
b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas dalam
keluarga dan sosial
c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi

4. Intervensi Generalis pada Keluarga


a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah gangguan citra tubuh pada anggota


keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
citra tubuh
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan kondisi pasien gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat gangguan citra tubuh pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan gangguan citra tubuh pasien


dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara


merawat gangguan citra tubuh pasien

3) Bantu keluarga mengenal gangguan citra tubuh:

a) Menjelaskan gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan


gejala, serta akibatnya

b) Menjelaskan cara merawat gangguan citra tubuh pasien: membantu


mengembangkan motivasi bahwa pasien untuk menerima kondisi tubuhnya yang
telah dilatih perawat pada pasien

3) Sertakan keluarga saat melatih pasien meningkatkan citra tubuh

16
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan
citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal
dan follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien mengatasi gangguan citra tubuh melalui
aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (penolakan terhadap perubahan diri bersifat menetap dan tidak mau
terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien

17
EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Penilaian

No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

18
A Pasien

SP 1 Pasien
Assesmen dan penerimaan citra tubuh
SP 2 Pasien
Evaluasi latihan peningkatan citra tubuh

B Keluarga

SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga

Evaluasi peran keluarga merawat pasien,


cara merawat dan follow up

V STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Pengertian
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).

2. Tanda dan Gejala


a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
e. Kesulitan dalam membuat keputusan

3. Intervensi Generalis Pada Pasien


a. Tujuan

1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara


harga diri dan pemecahan masalah yang efektif

19
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga
diri

3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan


balik yang efektif

4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan
kesehatan fisik

b. Tindakan Keperawatan

1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah,


tanda dan gejala dan akibat

2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif

3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui


kegiatan positif

SP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif:
1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien


sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses


penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian


ansietas

3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah

c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah

d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
20
4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang dimiliki
5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan
masalah yang efektif
6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
8) Latih kemampuan positif yang lain
9)Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif

SP 2 Pasien : Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan melakukan


kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2

1) Pertahankan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang harga diri rendah dan kemampuan melakukan kegiatan
positif
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah
3) Latih kemampuan positif ke 2
4) Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga
diri
5) Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan harga diri

4. Intervensi Generalis Pada Keluarga


a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah harga diri rendah pada anggota


keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami harga diri
rendah
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
harga diri rendah
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan harga diri rendah
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


4. Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara


merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
21
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah

3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:

a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
serta akibatnya

b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harag diri rendah:


menumbuhkan harga diri positif melalui melakukan kegiatan positif

c) Sertakan keluarga saat melatih latihan kemampuan positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up

a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan


peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif ke 2
d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi
pasien yang perlu dirujuk (kondisi pengabaian diri dan perawatan dirinya) dan cara
merujuk pasien

22
EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Penilaian

No Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A Pasien

SP 1 Pasien
Asesmen harga diri rendah dan latihan
melakukan kegiatan positif

SP 2 Pasien
Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan
melakukan kemampuan positif 1, melatih
kemampuan positif 2

B Keluarga

SP 1 keluarga
Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
SP 2 Keluarga

Evaluasi peran keluarga merawat pasien,


cara merawat dan follow up

23
24

Anda mungkin juga menyukai