06 - Siti Komsiyah PDF
06 - Siti Komsiyah PDF
Siti Komsiyah
ABSTRACT
Petri Nets has been widely applied and developed in various aspects of modeling, control and
coordination, scheduling, planning, and design of product process systems. This paper provides an
example which show how to use Petri Nets for batch plant modeling and realistic analysis as well as
the simulation using PIPE2. The Modeling method which is designed for processing in a batch plant
with the concrete properties on petri net in that system, such as safe, liveness, Boundedness, and
coverability tree, can be proofed by analyzing each subnet. The overview of the complex models can
be made easier by simulating the model with PIPE2.
ABSTRAK
Petri Net telah banyak diterapkan dan dikembangkan dalam berbagai aspek pada pemodelan,
kontrol pengawasan dan koordinasi, penjadwalan, perencanaan, dan desain pada sistem pemrosesan
suatu produk. Artikel ini diberikan contoh yang menunjukkan bagaimana menggunakan Petri Net
untuk model pengolahan beton (batch plant) dan analisis yang realistis beserta simulasinya dengan
tool PIPE2. Metode pemodelan yang didesain untuk proses produksi (batch plant) sesuai dengan sifat-
sifat pada petri net pada sistem tersebut, seperti safe, liveness, Boundedness, reversible dan
coverability tree dapat ditunjukkan dengan menganalisis setiap subnet. Gambaran dari model yang
rumit dapat dipermudah dengan mensimulasikan model tersebut dengan PIPE2.
Kata kunci: model petri net, batch plant, coverability tree, PIPE2
Proses produksi batch plant mengambil tempat penting dalam proses industri sejenis beton
yang melibatkan urutan tahapan yang dilakukan pada sejumlah materi dalam instalasi operasionalnya
(misalnya reaktor, blender). Pengendalian proses produksi secara diskrit diperlukan untuk mencapai
transisi antara mode kontrol yang berbeda dan berkesinambungan misalnya terdapat dua tugas kontrol
diskrit yaitu sistem pengendalian urutan dan sinkronisasi.
Pemodelan dan pengendalian diskrit pada peristiwa konkrit sistem dinamika menggunakan
Petri net telah banyak diteliti dalam beberapa dekade ini. Penerapan teori Petri net untuk sistem
manufaktur di kehidupan nyata sangat penting dalam rangka mengembangkan sistem manufaktur
kontrol modern. Petri net telah digunakan untuk pemodelan proses produksi (Gu and Bahri, 2002),
untuk melakukan penjadwalan dan optimasi dengan menggabungkan dengan metode pencarian
Cabang & Bound (Lloyd et al., 1995), dengan berbagai jenis AI heuristik berdasarkan (Reyes, et al.,
2002) , dengan algoritma genetik (Reyes, et al., 2001), dan untuk perencanaan (Yu, et al., 1997). Petri
net lebih banyak digunakan untuk pemodelan sistem penjadwalan kejadian diskrit dinamis, dan kontrol
desain. Keuntungan dalam pemodelan sistem menggunakan Petri net diantaranya adalah dapat
menggambarkan model sistem secara grafis dengan demikian memungkinkan adanya visualisasi yang
mudah dari sistem yang kompleks (Murata,1989), Petri net dapat memodelkan secara detail hierarkis
dari suatu sistem dengan teknik analisis dari petri net dimungkinkan dapat dikembangkan sebuah
sistem yang baik dengan analisis yang sistematis dan kualitatif (Jeng and F, Dicesare, 1993).
Tujuan dari paper ini adalah untuk menerapkan teknik Petri net pada sistem proses produksi
batch plant secara praktis. Sistem produksi (batch plant) adalah sistem hierarkis dan kontrol yaitu
mengontrol proses produksi kinerja pabrik berdasarkan urutan yang memiliki sifat kejadian diskrit.
Pada makalah ini diuraikan sintesis dan analisis dari sistem produksi menggunakan Petri net. Konsep
Petri net dan pemodelan sistem pemrosesan beton secara singkat diuraikan kemudian dianalisis dan
dipermudah dengan simulasi menggunakan tool PIPE2.
METODE
Pada bab ini dikaji hal-hal yang berkaitan dengan pemodelan sistem event diskrit
menggunakan Petri net. Pembahasan diawali dengan notasi dan definisi yang digunakan. Konsep Petri
net bertanda selanjutnya dibahas salah satu bagian penting yaitu dinamika Petri net. Bagian terakhir
adalah analisis Petri net yang sebagian bisa diperoleh dari coverability tree. Coverability tree
merupakan teknik yang digunakan untuk menyelesaikan beberapa aspek analisis pada sistem event
diskrit di mana berupa tree yang menggambarkan performa dari hasil proses pemfirean transisi yang
enable pada Petri net yang dimulai dari keadaan awal token Mo. Analisis Petri net terdiri dari
keterbatasan (Boundedness ), life, reachability, dan reversible.
Berdasarkan definisi 1, himpunan Place dan transisi tidak harus berupa himpunan berhingga,
bisa berupa himpunan takhingga terhitung (countable sets). Tetapi pada hampir semua kasus yang
rumit dapat dimodelkan dengan Petri net yang mempunyai Place dan transisi berhingga. Petri net
dapat digambarkan sebagai graph berarah. Node dari graph berupa Place yang diambil dari himpunan
Place P atau transisi yang diambil dari himpunan transisi T. Pada Petri net graph diperbolehkan
menggunakan beberapa arc untuk menghubungkan dua node atau ekivalen dengan mem-berikan bobot
ke setiap arc yang menyatakan jumlah arc. Struktur ini dikenal dengan struktur multigraph. Grafik
Petri net terdiri dari dua macam node yaitu lingkaran dan garis. Lingkaran menyatakan Place
sedangkan garis menyatakan transisi. Arc disimbolkan dengan panah yang menghubungkan Place dan
transisi. Arc yang menghubungkan Place pi ke transisi tj berarti pi∈ I (tj ). Jika bobot arc dari Place pi
ke transisi tj adalah k ditulis w(pi, tj ) = k maka terdapat k arc dari Place pi ke transisi tj atau sebuah
arc dengan bobot k. Transisi pada Petri net menyatakan event pada sistem event diskrit dan Place
merepresentasikan kondisi agar event dapat terjadi. Diperlukan mekanisme untuk mengindikasikan
apakah kondisi telah terpenuhi. Token adalah sesuatu yang diletakkan di Place yang menyatakan
terpenuhi tidaknya suatu kondisi. Secara grafik token digambarkan dengan dot dan diletakkan di
dalam Place. Jika jumlah token besar maka dituliskan dengan angka.
Sementara pada definisi 2 (Cassandras, 1993), transisi ti ∈ T pada petri net bertanda enable
(dapat dieksekusi) jika m(pi) ≥ w(pi, tj ) , untuk setiap pi∈ I (tj ).
Transisi difire saat event yang dinyatakan oleh transisi dapar terjadi. Pada proses yang terjadi
pada pemfirean transisi, semua token di Place input dikurangi/diambil sebanyak bobot arc yang
menghubungkannya. Berdasarkan definisi 2 maka jumlah token di Place input setelah dikurangi
adalah bilangan bulat non-negatif. Token di Place output ditambah sebanyak bobot arc yang
menghubungkannya.
Liveness yaitu kondisi di mana menjamin Petri net tidak terjadi deadlock berdasarkan definisi
berikut:
Definisi 3 (Cassandras,1993): Petri net dengan vector keadaan awal Mo disebut live jika
terdapat beberapa sample path sedemikian hingga selalu ada transisi yang dapat difire untuk setiap
keadaan yang dapat dicapai dari Mo.
Boundedness
Sistem dikatakan tidak stabil jika terjadi ledakan (blow up) pada nilai variabel keadaannya.
Pengertian ini juga berlaku pada salah satu model sistemevent diskrit yaitu Petri net. Dengan variabel
keadaan dari Petri net adalah jumlah token pada setiap Place. Jika jumlah token pada satu atau lebih
Place bertambah menuju ke tak hingga maka Petri net tidak stabil. Place yang mempunyai token
menuju tak hingga disebut tak terbatas (unbounded) dan Place yang mempunyai token kurang dari
atau sama dengan nilai tertentu disebut terbatas (bounded).
Reachability
Definisi 5: Petri net dengan penanda awal M 0 , jika himpunan semua penanda M’∈PN dapat
diperoleh/dicapai dari M0 maka disebut reachability set dan dinotasikan dengan R(PN,M).
Reversible
Definisi 6: Petri net reversible jika untuk semua penanda M’∈PN maka Mo ∈R(PN,M) atau
Mo bisa dicapai dari setiap M’.
Reactor.
Blender.
Filling Tank.
Gambar 1 Flowchart sistem produksi dengan satu reaktor dan satu blender
Evaluasi kinerja pada suatu sistem produksi menyediakan kemampuan untuk membuat
rencana secara jelas dari sistem produksi tersebut. Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi jalannya
proses di dalam unit produksi, memperkirakan proporsi bahan baku yang diperlukan untuk produksi
dan memutuskan kebijakan-kebijakan pengoperasian sistem kerja tersebut sehingga didapatkan hasil
sesuai dengan kualitas yang diinginkan, dalam hal ini suhu campuran, konsentrat/kekentalan hasil
campuran solvent setelah proses selesai.
Tahap 1: Model petri net pada tahap proses pengisian material larutan ( Solvent Charging)
Pada Gambar 1 terdapat empat jenis larutan bahan baku yang berbeda yang diperlukan sebelum
proses pereaksian dimulai. Material larutan diisikan ke dalam reaktor satu persatu, dengan demikian
dibutuhkan 2 Place untuk memodelkan kondisi masing-masing larutan. Place pertama
merepresentasikan larutan siap untuk pengisian dan Place kedua merepresentasikan bahwa dalam
proses pengisian larutan. Setelah selesai pengisian, larutan telah siap kembali. Model Petri net nya bisa
dilihat dalam Gambar 2 dan ilustrasi Place dan transisi dari model ini ditunjukkan sebagai berikut.
Sebagai penanda awal (initial state) pada tahap ini adalah Mo = [S1,S2,S3,S4,P1, P2,P3,P4,P5,P6] =
[1,1,1,1,0,0,0,0,0,0 ].
Himpunan transisi yaitu terdiri dari T = { t1, t2, t3, t4, t5 ) di mana
t1: Mulai pengisian untuk solvent 1
t2: Selesai pengisian solvent 1 dan mulai pengisian solvent 2
t3: Selesai pengisian solvent 2 dan mulai pengisian solvent 3
t4: Selesai Pengisian solvent 3 dan mulai pengisian solvent 4
t5: Selesai pengisian solvent 4 dan proses pereaksian di reaktor dimulai
Pada tahap ini, model reaktor dan blinder secara bersamaan yaitu secara berurutan larutan
diisikan ke dalam reaktor kemudian terjadi reaksi, selanjutnya hasil pereaksian diisikan ke dalam
blender. Setelah itu dilakukan pengujian kualitas dan dikosongkan ke dalam tangki pengisian. Model
pada tahap ini ditunjukkan dalam Gambar 3 dan himpunan Place dan transisi sebagai berikut.
Pada tahap ini, setelah solvent diisikan, proses reaksi dilakukan di reaktor pada P8. Setelah
selesai direaksikan, reaktor dikosongkan dan kemudian blender diisi pada P9 untuk proses
pencampuran keempat solvent yang sudah direaksikan tersebut. Setelah proses pencampuran, blender
dikosongkan pada P10. Penanda awal pada tahap ini adalah Mo = [P7,P8,P9,P10,R,B]= [0,0,0,0,1,1 ]
Berikut ini adalah model petri net yang menggambarkan proses di Reactor dan Blender (Gambar 3).
Tahap 4: Model Petri Net pada Tahap Uji kualitas setelah Hasil Pencampuran 4 Solvent
Model Petri net ditunjukkan pada Gambar 4 di mana produk di uji oleh operator O1.
Kemudian hasil uji diterima maka dapat dikosongkan pada p17. Tetapi jika hasil uji ditolak, hasil
produk nya diisikan kembali ke larutan dan dicampur ulang pada p16. Jadi ada pilihan dalam susunan
net nya. Agar model bekerja pada produk yang tertolak, dibuat Place logika pada p13. Uraian
himpunan Place dan transisi ditunjukkan sebagai berikut. Penanda awal (initial state ) pada tahap ini
adalah Mo = [P12,P13,P14,P15,P16,P17,S5,O1,O2] = [0,0,0,0,0,0,1,1,1 ]
Himpunan transisi terdiri dari P = { t12, t13, t14, t15, t16, t17, t18 }di mana
t12: Pemompaan pada blender selesai
t13: Mulai pencampuran
t14: Selesai pencampuran dan mulai pengujian
t15: Selesai pengujian dan gagal
t16: Selesai pengujian dan berhasil dan mulai pengosongan blender
t17: Mulai pencampuran ulang
t18: Pengosongan selesai
Pada tahap ini, pada P15 yaitu proses pengujian kualitas campuran solvent terjadi dua
kemungkinan pengujian yaitu berhasil atau gagal. Jika pengujian kualitas berhasil, campuran solvent
diblender dikosongkan. Sedangkan jika pengujian kualitas gagal, solvent tersebut dilakukan proses
pencampuran ulang sehingga didapatkan hasil campuran sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
Mo = [R, P1,P2,P3,P4,P5,P6,P7,P8,P9,P10,P11,P12,S1,S2,S3,S4,S5,O1,O2,B ]
= [1,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,1,1,1,1,1,1,1,1 ]
(a) (b)
Gambar 7 (a) Analisis ruang keadaan model; (b) reachability graph model.
Coverability Tree dari model Petri net keseluruhan model di atas ditunjukkan pada Gambar 8
sebagai berikut:
Petri net di atas dengan keadaan awal M0 adalah live karena terdapat beberapa sample path
sedemikian hingga selalu ada transisi yang dapat difire untuk setiap keadaan yang dapat dicapai dari
Mo (tidak pernah terjadi dead-lock).
Root Node
Adalah node pertama pada coverability tree atau disebut dengan keadaan awal/initial state
yaitu Mo = [ 1,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,1,1,1,1,1,1,1,1]
Node Duplikat
adalah node yang sudah ada di tree yaitu node yang diberi tanda dengan garis putus-putus di
mana mempunyai keadaan tanda yang sama.
Boundedness ( Safe )
Semua Place dalam petri net di atas adalah 1-bounded/1-Safe karena mempunyai token
terbatas yaitu tidak lebih dari satu token sehingga merupakan sistem yang stabil.
Reachability
Petri net tersebut adalah reachable net karena setiap keadaan bertanda ( M’= vektor dengan
angka berisi banyaknya token pada masing-masing Place) selalu dapat dicapai dari keadaan awal Mo.
Reversible
Petri net di atas jelas reversible karena setiap M’ keadaan bertanda pada petri net, maka
keadaan penanda awal Mo dapat dicapai dari setiap M’jika arah panah dibalik.
SIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan pada paper ini dapat disimpulkan bahwa model petri net pada
proses batch plant sesuai deskripsi studi kasus disusun dengan metode modular dengan
menggabungkan subnet dari masing-masing tahapan yang merupakan model petri net yang stabil
karena bersifat bounded (1-safe), live, reachability dan reversible. Analisis performa dari Petri net
tersebut juga diperjelas dengan menyusun coverability tree sehingga sistem yang kompleks lebih
mudah dipahami dengan adanya tool PIPE2. Di lain pihak terdapat banyak literatur yang tersedia
dalam materi Petri net, akan tetapi masih jarang aplikasi yang dibuat. Saran dari peneliti dalam hal ini
adalah bisa dikembangkannya aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan prinsip kerja Petri net.
H. Yu, Kelleher, G. dan Ayesh, A. (1997). Planning Through Petri Nets. Proceedings of 16th AI
Planning and Scheduling SIG, Durham University, UK.
Jeng dan Dicesare, F. (1993). A Review of Synthesis Techniques for Petri Nets with Applications to
Automated Manufacturing Systems. IEEE Trans . Sys . Man, Cybernetics, 23 (1): 301 -312.
Murata. (1989). Petri Nets: Properties, Analysis and Applications. Proceedings of the IEEE, 77 (4):
541- 580.
Reyes, A., H. Yu, Kelleher, G. and Lloyd, S. (2001). An Evolutionary Hybrid Scheduler Based in Petri
Net Structures for FMS Scheduling. IEEE International Conference on Systems, Man, and
Cybernetics.
Reyes, A., H. Yu, Kelleher, G. and Lloyd, S. (2002). Integrating Petri Net Modelling and AI Based
Heuristic Hybrid Search for Scheduling of FMS. Journal of Computer in Industry, 47.
T. Gu and Bahri, P.A. (2002). A Survey of Petri Net Application in Batch Processes. Journal of
Computer in Industry, 47: 99-111.