PENGERTIAN OBESITAS
Overweight adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan
seseorang melebihi berat badan normal. Sedangkan obesitas adalah suatu keadaan dimana
terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh
diatas normal.
B. KLASIFIKASI OBESITAS
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk
melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan
kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak(Sherwood, 2012).
Menurut Fauci, et al., (2009), obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi,
penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Obesitas disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-
obatan, perkembangan dan aktivitasfisik (Sherwood, 2012).
a. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Selain
faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu dapat
mendorong terjadinya obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Farida, 2009).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan yang cukup
berarti terhadap kejadian obesitas(Farida, 2009).
c. Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif (Farida, 2009). Ada dua pola makan
abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan
makan di malam hari (Shils, 2006).
d. Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelainan kongenital dan kelainan neuroendokrin yang dapat
menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down Syndrome, Cushing Syndrome, kelainan
hipotalamus,hipotiroid, dan polycystic ovary syndrome (Shils, 2006).
e. Faktor obat-obatan
Obat-obatan merupakan sumber penyebab signifikan dari terjadinya overweight dan
obesitas.Obat-obat tersebutdiantaranya adalah golongan steroid, antidiabetik, antihistamin,
antihipertensi,protease inhibitor(Shils, 2006).Penggunaan obat antidiabetes (insulin,
sulfonylurea, thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers(lithium),
antidepresan (tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) dapat
menimbulkan penambahan berat badan. Selain itu, Insulinsecreting tumorsjuga dapat
menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas(Fauci, et al., 2009).
f. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang terjadi pada
pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak
dibandingkan orang yang berat badannya normal (Farida, 2009).
g. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat. Orang yang tidak aktif memerlukan
lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas (Farida, 2009).
Tahapan
Riwayat alamiah penyakit terdiri dari empat fase: (1) fase rentan, (2) fase subklinis, (3)
fase klinis, (4) fase penyembuhan (konvalesens), cacat dan kematian (terminal). Namun dapat
juga dibuat dalam dua kelompok yaitu periode prepatogenesis dan patogenesis.
Periode prepatogenesis
Periode prepathogenesis adalah adanya interaksi awal antara faktor-faktor host, agent dan
environment. Pada fase ini penyakit belum berkembang tapi kondisi yang melatarbelakangi
untuk terjadinya penyakit telah ada. Fase rentan termasuk dalam tahapan prepathogenesis.
Fase rentan adalah tahap berlangsungnya proses etiologis, di mana faktor penyebab
pertama untuk pertama kalinya bertemu dengan pejamu. Di sini faktor penyebab pertama belum
menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit.
Contoh kolesterol LDL (low density lipoprotein) yang tinggi meningkatkan kemungkinan
kejadian penyakit jantung koroner (PJK), kebiasaan merokok meningkatkan probabilitas
kejadian Ca paru, dsb.
Periode Pathogenesis
Yaitu periode dimana telah dimulai terjadinya kelainan/gangguan pada tubuh manusia
akibat interaksi antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya kesembuhan,
kematian, kelainan yang menetap dan cacat. Periode pathogenesis dapat dibagi menjadi fase
subklinis, fase klinis dan fase penyembuhan.
Fase Subklinis
Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana perubahan faali atau system dalam
tubuh manusia (proses terjadinya sakit) telah terjadi, namun perubahan tersebut di atas tidak
cukup kuat untuk menimbulkan keluhan sakit. Akan tetapi jika dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan alat-alat kesehatan seperti pap smear (alat untuk mendeteksi adanya kelainan
jaringan pada serviks uterus), atau mammografi (alat untuk mendeksi adanya kelainan jaringan
pada payudara) maka akan ditemukan kelainan pada tubuh mereka.
Pada keadaan ini umumnya pencarian pengobatan belum dilakukan. Penemuan kasus
(kelainan) pada tahap pre symptomatic ini pada penyakit tertentu umumnya akan memberikan
keuntungan yang lebih baik I(angka kesembuhan lebih tinggi atau angka kegansan penyakit lebih
rendah). Keadaan ini sering juga disebut sebagai masa clinically inapparent.
Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala (symptoms) dan tanda-tanda (signs) penyakit. Fase ini dapat dibagi
menjadi fase akut dan fase kronis.
Fase Konvalesens
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh total,
sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele) dan penyakit menjadi kronis.
Sekuele lebih cenderung kepada adanya defect/cacat pada structural jaringan sehingga
menurunkan fungsi jaringan, akan tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas seseorang.
E. GAMBARAN EPIDEMIOLOGI OBESITAS
Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh dunia pada tahun 2005 mencapai 400 juta
jiwa (WHO, 2011). Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi
9obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5
% dari tahun 2010 (15,5%) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped(usia >15 tahun) di Indonesia sebesar 19,1%
(8,8% overweight dan 10,3% obesitas) dan prevalensi obesitas tipeapple shapedsebesar 26,6%,
lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Kelompok dengan karakteristik obesitas
tipe apple shapedtertinggi di Indonesia berada dalam rentang umur 40-54 tahun sebanyak 27,4%
(Riskesdas, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Moehji (2003) tiga jenis pekerjaan yang memiliki
prevalensi obesitas tertinggi yaitu PegawaiNegeri Sipil (PNS), yang menempati urutan pertama
karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta
sebesar 26,5%. Menurut Arambepola (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa obesitas
abdominal 33% lebih banyak pada laki-laki yang memiliki pekerjaan sedentarian (profesional,
manager, tata usaha) dan hanya 6% pada mereka yang memiliki pekerjaan aktif yang tinggi
(petani, nelayan, tukang kayu).
Pravelensi nasional obesitas umum pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 10,3%.
Sebanyak 12 provinsi mempunyai pravelensi obesitas umum pada umur ≥15 tahundiatas
pravelensi nasinal, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur,Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua
Barat dan Papua (Riskesdas, 2007).
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern
ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan. Pravelensi obesitas di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2010. Angka obesitas pada anak laki-laki tahun
2010 sekitar 15% dan sekarang meningakat menjadi 20% (Riskesdas, 2013).
Selain itu, pencegahan juga perlu dilakukan pada tingkat masyarakat (WHO, 2014), yaitu :
Industri makanan juga memiliki peran penting dalam mensukseskan promosi kesehatan ini
(WHO, 2014), dengan cara :
- Makan makanan pokok cukup 3 kali sehari, pagi, siang, dan menjelang malam, secara
teratur.
- Hindari konsumsi makanan camilan, manisan dan sejenisnya.
- Usahakan jangan makan sebelum tidur.
- Perbanyak makan sayuran segar dan buah-buahan, hindari mengkonsumsi makanan siap
saji.
- Sebaiknya menggunakan bahan makanan yang berkadar lemak rendah.
- Berolahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar bersama
keringat.
- Kunyah makanan dengan baik sebelum ditelan.
- Jangan makan sambil nonton tv atau chatting sehingga lupa seberapa banyak makanan
yang dikonsumsi.
- Hindari makanan yang mengandung garam atau kadar garam berlebihan karena garam
akan membantu tubuh menyimpan air dalam skala lebih besar sehingga berat badan
bertambah.
- Jangan konsumsi minuman beralkohol karena kadar gula dan kalori dalam alkohol akan
mempercepat kegemukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/190807415/PENYAKIT-OBESITAS
fk.uns.ac.id/static/materi/Riwayat_Alamiah_Penyakit_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1416/1259
http://repository.usu.ac.id//bitstreame/handle