Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN OBESITAS

Terkadang, kita masih dibingungkan dengan istilah overweight dan obesitas.


Keduanya memang sama-sama digunakan untuk mewakili keadaan kelebihan berat badan
seseorang. Tetapi, kedua istilah itu sebenarnya merujuk pada dua hal yang berbeda.
Overweight adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal.
Sedangkan obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang
berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal. Obesitas juga dapat
membahayakan kesehatan. Jadi, overweight adalah tahap awal menuju ke arah obesitas.

Penumpukan lemak berlebihan pada penderita obesitas tidak terdistribusi secara


merata dibagian-bagian tubuh. Penumpukan lemak hanya terjadi dibagian-bagian tertentu
biasanya diperut atau paha. Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, obesitas memiliki
dua tipe, yaitu tipe android (buah apel) dan tipe gynoid (buah pir).

Overweight adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan
seseorang melebihi berat badan normal. Sedangkan obesitas adalah suatu keadaan dimana
terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh
diatas normal.

B. KLASIFIKASI OBESITAS

1. Tipe Android (Buah Apel)


Tipe obesitas ini umumnya diderita oleh laki-laki. Pada obesitas tipe ini, lemak
banyak disimpan dibawah kulit dinding perut dan di rongga perut. Akhirnya, perut
menjadi gemuk/buncit dan penderita mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple
type). Karena, lemak banya berkumpul di rongga perut, obesitas ini disebut juga dengan
obesitas sentral.

2. Tipe Gynoid (Buah Pir)


Obesitas tipe ini paling banyak dialami oleh wanita. Kelebihan lemak pada wanita
disimpan dibagian bawah kulit daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk
seperti buah pir (pear type).

C. PENYEBAB ATAU ETIOLOGI OBESITAS

Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk
melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan
kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak(Sherwood, 2012).
Menurut Fauci, et al., (2009), obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi,
penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Obesitas disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-
obatan, perkembangan dan aktivitasfisik (Sherwood, 2012).
a. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Selain
faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu dapat
mendorong terjadinya obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Farida, 2009).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan yang cukup
berarti terhadap kejadian obesitas(Farida, 2009).
c. Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif (Farida, 2009). Ada dua pola makan
abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan
makan di malam hari (Shils, 2006).
d. Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelainan kongenital dan kelainan neuroendokrin yang dapat
menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down Syndrome, Cushing Syndrome, kelainan
hipotalamus,hipotiroid, dan polycystic ovary syndrome (Shils, 2006).
e. Faktor obat-obatan
Obat-obatan merupakan sumber penyebab signifikan dari terjadinya overweight dan
obesitas.Obat-obat tersebutdiantaranya adalah golongan steroid, antidiabetik, antihistamin,
antihipertensi,protease inhibitor(Shils, 2006).Penggunaan obat antidiabetes (insulin,
sulfonylurea, thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers(lithium),
antidepresan (tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) dapat
menimbulkan penambahan berat badan. Selain itu, Insulinsecreting tumorsjuga dapat
menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas(Fauci, et al., 2009).
f. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang terjadi pada
pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak
dibandingkan orang yang berat badannya normal (Farida, 2009).
g. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat. Orang yang tidak aktif memerlukan
lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas (Farida, 2009).

D. RIWAYAT ALAMIAH OBESITAS

Riwayat alamiah penyakit ( Natural History of Disease) adalah perkembangan


suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehinggasuatu
penyakit berlangsung secara natural. Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3 tahap,
yakni tahap patogenesis, pre-patogenesis (masa inkubasi, penyakitdini dan penyakit lanjut), dan
tahap pasca patogenesis (penyakit akhir).

Tahapan

Riwayat alamiah penyakit terdiri dari empat fase: (1) fase rentan, (2) fase subklinis, (3)
fase klinis, (4) fase penyembuhan (konvalesens), cacat dan kematian (terminal). Namun dapat
juga dibuat dalam dua kelompok yaitu periode prepatogenesis dan patogenesis.

Periode prepatogenesis

Periode prepathogenesis adalah adanya interaksi awal antara faktor-faktor host, agent dan
environment. Pada fase ini penyakit belum berkembang tapi kondisi yang melatarbelakangi
untuk terjadinya penyakit telah ada. Fase rentan termasuk dalam tahapan prepathogenesis.

Fase Rentan (susceptibility phase)

Fase rentan adalah tahap berlangsungnya proses etiologis, di mana faktor penyebab
pertama untuk pertama kalinya bertemu dengan pejamu. Di sini faktor penyebab pertama belum
menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit.
Contoh kolesterol LDL (low density lipoprotein) yang tinggi meningkatkan kemungkinan
kejadian penyakit jantung koroner (PJK), kebiasaan merokok meningkatkan probabilitas
kejadian Ca paru, dsb.

Periode Pathogenesis

Yaitu periode dimana telah dimulai terjadinya kelainan/gangguan pada tubuh manusia
akibat interaksi antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya kesembuhan,
kematian, kelainan yang menetap dan cacat. Periode pathogenesis dapat dibagi menjadi fase
subklinis, fase klinis dan fase penyembuhan.

Fase Subklinis

Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana perubahan faali atau system dalam
tubuh manusia (proses terjadinya sakit) telah terjadi, namun perubahan tersebut di atas tidak
cukup kuat untuk menimbulkan keluhan sakit. Akan tetapi jika dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan alat-alat kesehatan seperti pap smear (alat untuk mendeteksi adanya kelainan
jaringan pada serviks uterus), atau mammografi (alat untuk mendeksi adanya kelainan jaringan
pada payudara) maka akan ditemukan kelainan pada tubuh mereka.

Pada keadaan ini umumnya pencarian pengobatan belum dilakukan. Penemuan kasus
(kelainan) pada tahap pre symptomatic ini pada penyakit tertentu umumnya akan memberikan
keuntungan yang lebih baik I(angka kesembuhan lebih tinggi atau angka kegansan penyakit lebih
rendah). Keadaan ini sering juga disebut sebagai masa clinically inapparent.

Fase Klinis

Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala (symptoms) dan tanda-tanda (signs) penyakit. Fase ini dapat dibagi
menjadi fase akut dan fase kronis.

Fase Konvalesens

Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens
(penyembuhan) dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh total,
sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele) dan penyakit menjadi kronis.

Disabilitas (kecacatan/ketidakmampuan) dapat terjadi bila ada penurunan fungsi sebagian


atau keseluruhan dari struktur/organ tubuh tertentu sehingga menurunkan fungsi aktivitas
seseorang secara keseluruhan. Disabilitas dapat bersifat sementara (akut), kronis dan menetap.

Sekuele lebih cenderung kepada adanya defect/cacat pada structural jaringan sehingga
menurunkan fungsi jaringan, akan tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas seseorang.
E. GAMBARAN EPIDEMIOLOGI OBESITAS

Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh dunia pada tahun 2005 mencapai 400 juta
jiwa (WHO, 2011). Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak
19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi
9obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5
% dari tahun 2010 (15,5%) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped(usia >15 tahun) di Indonesia sebesar 19,1%
(8,8% overweight dan 10,3% obesitas) dan prevalensi obesitas tipeapple shapedsebesar 26,6%,
lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Kelompok dengan karakteristik obesitas
tipe apple shapedtertinggi di Indonesia berada dalam rentang umur 40-54 tahun sebanyak 27,4%
(Riskesdas, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Moehji (2003) tiga jenis pekerjaan yang memiliki
prevalensi obesitas tertinggi yaitu PegawaiNegeri Sipil (PNS), yang menempati urutan pertama
karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta
sebesar 26,5%. Menurut Arambepola (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa obesitas
abdominal 33% lebih banyak pada laki-laki yang memiliki pekerjaan sedentarian (profesional,
manager, tata usaha) dan hanya 6% pada mereka yang memiliki pekerjaan aktif yang tinggi
(petani, nelayan, tukang kayu).

Pravelensi nasional obesitas umum pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 10,3%.
Sebanyak 12 provinsi mempunyai pravelensi obesitas umum pada umur ≥15 tahundiatas
pravelensi nasinal, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur,Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua
Barat dan Papua (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa pravelensi nasional


obesitas umum pada laki-laki umur ≥15 tahun adalah 13,9 %, sedangkan pravelensi nasional
obesitas umum pada perempuan umur ≥15 tahun adalah 23,8 % (Riskesdas,2007).
Pravelensi nasional obesitas sentral pada penduduk umur ≥15 tahun adalah 18,8%.
Sebanyak 17 provinsi mempunyai pravelensiobesitas sentral pada penduduk umur ≥15 tahun
diatas praveensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Suawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua(Riskesdas,2007).

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern
ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan. Pravelensi obesitas di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2010. Angka obesitas pada anak laki-laki tahun
2010 sekitar 15% dan sekarang meningakat menjadi 20% (Riskesdas, 2013).

F. UPAYA PENCEGAHAN OBESITAS

Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab penyakit tidak menular


(noncommunicable disease) yang dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup (WHO, 2014).
Pada tingkat individual (WHO, 2014), obesitas dapat dicegah dengan:

- Membatasi asupan makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat.


- Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, termasuk tumbuhan polong-
polongan, gandum murni dan kacang-kacangan.
- Melakukan aktivitas fisik secara teratur (60 menit perhari untuk anak-anak dan 150 menit
perhari untuk dewasa).

Selain itu, pencegahan juga perlu dilakukan pada tingkat masyarakat (WHO, 2014), yaitu :

- Mendukung individu untuk mengikuti pencegahan di atas, melalui komitmen politik


berkelanjutan dan kerja sama dari banyak pihak publik dan swasta.
- Memberikan sarana untuk pelaksanaan aktivitas fisik dan menyediakan pilihan makanan
sehat yang dapat dijangkau oleh semua masyarakat, terutama masyarakat miskin.

Industri makanan juga memiliki peran penting dalam mensukseskan promosi kesehatan ini
(WHO, 2014), dengan cara :

- Mengurangi kandungan gula, garam dan lemak pada makanan olahan.


- Menyediakan pilihan makanan yang sehat dan bergizi yang terjangkau bagi konsumen.
- Melakukan sistem pemasaran yang bertanggung jawab, terutama bagi anak-anak dan
remaja.
- Memastikan ketersediaan makanan yang sehat dan mendukung adanya aktivitas fisik
yang teratur di tempat kerja.
- Peran serta lingkungan dan komunitas yang mendukung promosi kesehatan dapat
membantu masyarakat untuk mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat, sehingga
dapat mencegah obesitas.

Sedangkan menurut Soeria (2013), langkah-langkah untuk mencegah obesitas yaitu :

- Makan makanan pokok cukup 3 kali sehari, pagi, siang, dan menjelang malam, secara
teratur.
- Hindari konsumsi makanan camilan, manisan dan sejenisnya.
- Usahakan jangan makan sebelum tidur.
- Perbanyak makan sayuran segar dan buah-buahan, hindari mengkonsumsi makanan siap
saji.
- Sebaiknya menggunakan bahan makanan yang berkadar lemak rendah.
- Berolahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar bersama
keringat.
- Kunyah makanan dengan baik sebelum ditelan.
- Jangan makan sambil nonton tv atau chatting sehingga lupa seberapa banyak makanan
yang dikonsumsi.
- Hindari makanan yang mengandung garam atau kadar garam berlebihan karena garam
akan membantu tubuh menyimpan air dalam skala lebih besar sehingga berat badan
bertambah.
- Jangan konsumsi minuman beralkohol karena kadar gula dan kalori dalam alkohol akan
mempercepat kegemukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/190807415/PENYAKIT-OBESITAS

fk.uns.ac.id/static/materi/Riwayat_Alamiah_Penyakit_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1416/1259

Riset Kesehatan Dasar,2007

Riset Kesehatan Dasar,2013

http://repository.usu.ac.id//bitstreame/handle

Anda mungkin juga menyukai