Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL WORKSHOP ASOSIASI PROFESI LAUNDRY INDONESIA

( APLI )

Kepada Yth : Direktur RSUD Cilacap


Dari : Ka. CSSD RSUD Cilacap
Perihal : Laporan Hasil Workshop Asosiasi Profesi Laundry Indonesia ( APLI )
Tempat : JIEXPO Hall B2 Kemayoran Jakarta
Waktu : Tanggal 26 - 28 Maret 2015
Peserta : SUTARYONO

I. HASIL
A. STANDAR LAUNDRY RUMAH SAKIT SESUAI PERMENKES 1204 / TAHUN 2004
1. PENGERTIAN LAUNDRY
Adalah fasilitas untuk pengelolaan linen yang terdiri dari : Penerimaan,
pemilihan, penimbangan, pencucian, pengeringan, perapihan, pelicinan, perbaikan,
pengemasan, penyimpanan, pendistribusian linen dan memutus mata rantai transmisi
kuman untuk meminimalkan ninfeksi di rumah sakit.
2. PRINSIP PENGELOLAAN LINEN RS
 Linen merupakan bahan / alat yang terbuat dari kain, tenun.
 Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit dan fasyankes.
 Kemungkinana menimbulkan infeksi :
a. Rendah : Disinfeksi tingkat rendah
b. Tinggi : Strerelisasi
 Secara Umum infeksi yang disebabkan linen relatife rendah karena Linen tidak
kontak langsung dengan jaringan tubuh yang steril.
3. KETENTUAN PERSYARATAN LOKASI LAUNDRY
 Ruang Lundry tidak boleh berdekatan dengan instalasi Gizi / Dapur, Kamar
jenazah dan Ruang Gas Medik.
 Harus mempunyai dua pintu dengan letak berbeda untuk akses kotor dan akses
bersih..
4. DAMPAK PENANGANAN LINEN
Pengelolaan Linen yang tidak baik akan menimbulkan :
 Penumpukan Linen kotor
 Linen kotor akan mengotori Linen bersih
 Akan menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit.
 Menimbulkan masalah K3 dan infeksi.
5. PROSES PENANGANAN LINEN
 PEMILAHAN adalah proses pemisahan antara Linen kotor infeksius dan non
infeksius.
 PENGANGKUTAN adalah proses pengangkutan Linen kotor dari ruangan sumber
ke Laundry rumah sakit, menggunakan troli secara terpisah, sehingga menjamin
tidak terjadi pencampuran Linen infeksius dan non infeksius.
6. PROSES PENANGANAN LINEN DI RUANGAN
Pemilahan yang harus diperhatikan :
Pemisahan proses pewadahan ( pengumpulan Linen menggunakan kantong palstik
kuning untuk infeksius dan kantong plastik hitam untuk noninfeksius )
Hilangkan bahan padat dari Linen yang sangat kotor.
Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati – hati untuk mencegah
kontaminasi.
Linen yng sudah digunakan kemudian harus dicuci.
Jangan memilih Linen ditempat perawatan pasien.
Lakukan penghitungan dan pencatatan Linen di ruangan.
7. PROSES PENANGANAN LINEN DI LAUNDRY.
Proses pendistribusian dilakukan dengan kartu tanda terima dari petugas kemudian
petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan.
Kantong untuk membungkus harus dibedakan antara Linen bersih dan Linen kotor.
Menggunakan troli yang berbeda dan tertutup. Troli harus dicuci dengan
disinfektan setelah digunakan.
Pengangkutan Linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan secara bersamaan.
Linen bersih diangkut dengan troli yang berbeda warna.
8. PENGENDALIAN DAMPAK PENANGANAN LINEN
 Pengendalian sumber ( linen )
Merupakan upaya isolasi pada Linen kotor dan Linen bersih setelah proses
pencucian.
 Pengendalian pada Media ( Udara, Alat )
Mekanisme dampak penanganan Linen kotor adalah terjadinya infeksi bakteri
melalui udara, air bekas cucian dan fasilitas penanganan Linen.
 Pengendalian pada tenaga
Pembekalan pengetahuan tenaga akan dampak negatif penanganan Linen,
penyediaan alat pelindung diri, menciptakan ruang kerja Lundry yang nyaman,
melakukan medical chek up.
B. LINEN DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT DALAM STANDAR AKREDITASI
1. Pelayanan Linen dan Laundry bertanggung jawab untuk menyediakan Linen yang
aman bersih.
2. Tujuan Layanan Laundry
 Untuk memberikan kenyamanan dan lingkungan menyenangkan kepada pasien
dan penunjang RS dengan menyediakan Linen bersih.
 Untuk mengontrol infeksi RS ( 3 – 4 % dari HAI adalah karena kesalahan
penanganan Linen yang terinfeksi )
 Untuk memasok Linen ke unit – 2 tepat jumlah dan waktu.
 Untuk meningkatkan citra rumah sakit.
3. Skema Manajemen Linen di RS

Perencanaan

Proses Pengadaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Identitas

Distribusi ke unit – unti terkait


yang membutuhkan

Pemanfaatan Linen Oleh Unit –


unit terkait

Hilang Rusak

Perbaikan Musnahkan

Pencatatan / Pelaporan
4. Prinsip Pengelolaan Linen di RS
 Kemungkinan menimbuilakan infeksi disinfeksi rendah disinfeksi tinggi dan
sterilisasi.
 Secara umum infeksi yang disebabkan karena Linen relatif rendah.
 Karena tindak langsung dengan jaringan tubuh yang steril atau dengan pembuluh
darah.

5. Bahan Kimia yang dipakai.


 Alkali : mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan
emulsifier serta membuka pori dari Linen.
 Detergen : menghilangkan kotoran yang berbentuk minyak dan lemak.
 Emulsifier : untuk mengemulsir kotoran yang berbentuk minyak dan lemak.
 Bleach / pemutih : mengangkat kotoran, mencemerlangkan Linen, dan sebagi
desinfektan baik pada Linen yang berwarna ( Ozona ) dan yang putih ( chlorine ).
 Sour / penetral : menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH –
nya menjadi 7 atau netral.
 Softener : melembutkan Linen pada akhir pencucian.
 Starch : untuk membuat Linen menjadi kaku dan sebagai pelindung terhadap
noda sehingga tidak sampai ke serat.
6. Pengelolaan Linen
Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati – hati menggunakan APD yang
sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Cuci dan keringkan Linen sesuai
dengan standard dan prosedur tetap fasilitas kesehatan. Untuk pencucian dengan air
panas, cuci Linen dengan detergen dengan air 70o C ( 160 oF ) minimal25 menit.
C. PERAN LAUNDRY DALAM PENGENDALIAN INFEKSI DIRUMAH SAKIT
1. Faktor penting dalam infeksi

 MIKROBA
- Endogen dan Eksogen
- Penggunaan antibiotik

 LINGKUNGAN  KERENTAAN PASIEN


- Manusia - Usia : bayi manula
- Alat, bahan, air - Status imun, penyakit
- Makanan dan Minuman. penyerta manultrisi
- Udara, tempat tidur Linen.
2. Mikroorganisme Penyebab Infeksi
 Bakteri : ditemukan di tanah, air, udara, makanan, kulit.
- Komensal
- Pantogen
- Virus
- Jamur
- Parasit
 Flora noirmal kulit manusia
- Jumlah bakteri aerob total pada kulit
Kepala > 1 x 106 CFU / cm2
Ketiak 5 x 105 CFU 5 / cm2
Perut 4 x 104 CFU / cm2
Punggung tangan 3.9 x 104 – 4. 6 x 106 CFU / cm2
 Cara Bakteri Bertahan Hidup
 Parasit : hidup pada makhluk benda mati
 Saprofit : hidup juga pada benda mati
 Dekomposer : mampu memecah makanan menjadi bentuk dengan struktur kimia.
 Membentuk Spora : tahan pada kekeringan, dingin, panas, desinfektan.
Dapat hidup bertahun – tahun, tidak bisa mati dengan
desinfektan, Mati dengan sterilan.
3. BEDDING
 Matras dan bantal yang tertutup plastic dilap dengan detergen.
 Matras tanpa penutup plastik dibersihkan dengan penguapan ( steamed clean ) bila
terkontaminasi tubuh pasien.
 Bantal dicuci atau dry – clean.
4. Proses Dekontaminasi pada Laundry
 Dilusi : menghilangkan sebagian mikroba
 Mekanik : meregangkan tekstil memudahkan pelepasan mikroba.
 Pemanasan akan mematikan mikroba.
 PH yang berubah ubah ( 5 – 12 ) akan melemahkan mikroba
 Oksidasi ( Bleaching )
 Desinfektan kimia
 Pemanasan tamabahan : pengeringan dan setrika.
D. PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI BIDANG LAUNDRY
1. Standar kompetensi bidang keahlian
 Merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh orang – orang
yang akan bekerja dalam bidang tersebut.
 Memiliki kesetaraan dan relevansinya terhadap standar yang berlaku pada sektor
industry di Negara lain dan berlaku secara internasional.
2. Peninjauan kompetensi kerja
 Kualitas dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
 Kualitas dalam mengorganisasikan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
 Kualitas dalam mengantisipasi sebuah kondisi di luar rencana semula.
 Kualitas dalam menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah.
3. Keguanaan standar Kompetensi
 Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian dan sertifikasi.
 Untuk dunia usaha dan penggunaan tenaga kerja.
 Membantu dalam rekrutmen calon karyawan.
 Membantu penilaian kerja dalam pengisian performance appraisal karyawan.
 Dipakai untuk membuat uraian jabatan.
 Sebagai acuan dalam penyelenggraan pelatihan, penilaian dan sertifikasi.
4. Skema Sertifikasi Kompetensi
Tahapan bagi seseorang untuk dapat mengikuti rangkaian proses uji kopetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi profesi ( LSP ) agar mendapat pengakuan
secara resmi bidang tugas dan pekerjaan. Unsur – unsur kompetensi ada tiga faktor :
a. Ketrampilan ( Skill )
b. Pengetahuan Bidang Pekerjaan ( Knowledge )
c. Sikap ( Attitude )
5. Standar Kompetensi Bidang Keahlian
 Merupakan kompetensi yang diharapakan oleh seseorang yang akan bekerja dalam
bidang tersebut.
 Memiliki kesetaraan terhadap standar yang berlaku pada sektor industry di negara
lain dan berlaku secara internasional.

Cilacap, 01 April 2015


Ka. CSSD RSUD Cilacap Peserta Workshop

D.BUDIYUWONO, S.Kep SUTARYONO


NIP : 19720516 199303 1 002
Mengetahui :
KABID PELAYANAN PENUNJANG MEDIK

LISTYORINI,SKM,MH
NIP : 19610216 198103 2 002

Anda mungkin juga menyukai