Reformasi Perpajakan Indonesia PDF
Reformasi Perpajakan Indonesia PDF
Disusun Oleh:
KELAS A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mardiasmo, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta, 2011, hlm : 1.
2
lebih sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Dapat kita sajikan kenyataan
ketika era “80-an” dikala itu terjadi penurunan harga minyak bumi dunia yang
menyebabkan penurunan pula terhadap penerimaan dari sektor migas sebagai
penerimaan utama negara waktu itu, yang mengharuskan pemerintah menggali
sumber-sumber pendapatan negara dari sektor-sektor lain yang salah satunya
adalah pajak yang belum dikelola secara optimal. Oleh karena itulah muncul
kebijakan baru perpajakan untuk memicu peningkatan penerimaan negara. Hal
tersebut sebagai salah satu contoh bahwasanya sistem perpajakan sebagai sebuah
kebijakan negara di bidang keuangan harus berubah seiring perubahan kondisi
sosial ekonomi yang ada.
Terkait perubahan kebijakan dalam perpajakan, Indonesia telah melakukan
beberapa kali perubahan kebijakan perpajakan yang dapat disebut sebagai
reformasi perpajakan (Tax Reform). Kapan saja reformasi perpajakan tersebut
dilakukan, apa yang mendasarinya dan bagaimana bentuk perubahannya,
akanpenulis sajikan dalam bagian selanjutnya dari tulisan ini.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas serta mengetahui gambaran yang lebih
lanjut mengenai Reformasi Perpajakan (Tax Reform), maka penulis mencoba
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
− Apa latar belakang terjadinya reformasi perpajakan (Tax Reform)?
− Apakah tujuan dari reformasi perpajakan (Tax Reform)?
− Bagaimana wujud/bentuk reformasi perpajakan (Tax Reform)?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
c. Performa instansi pajak dan aparatnya yang kurang baik sehingga
menimbulkan sikap masyarakat apatis dan berprasangka jelek terhadap pajak.
Baik karena sistem perpajakan yang ada saat itu bukan saja tidak sesuai
dengan perekonomian Indonesia yang makin modern, tapi juga sangat rumit
dan sukar dipahami oleh pemungut pajak maunpun oleh pembayar pajak,
maupun sikap moral korup oknum-oknumnya. Dan berlanjut pada jumlah
penerimaan Pajak yang belum Optimal dan bisa dikatakan masih minim sekali
terlihat dari jumlah Wajib Pajak yang masih sedikit dengan jumlah
penerimaan yang sedikit pula terlihat dari Jumlah Penerimaan pada tahun
anggaran 1983/1984 hanya sebesar Rp 2,3 trilyun. Serta sampai dengan akhir
1983 tax ratio penerimaan pajak dengan produk domestik bruto hanya
sebesar 6,35 persen saja.2
5
b. Sebagai usaha mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula
sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat
menjanjikan karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang
berkelanjutan tidak seperti migas.
c. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman
luar negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan
dengan kondisi seharusnya.
d. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.
6
cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dan sumber-
sumber diluar migas. Untuk membiayai dan menjamin berhasilnya
Repelita IV, kita tidak akan sekedar mengandalkan kepada peningkatan
penerimaan negara yang berasal dari sektor migas, melainkan juga dari
usaha peningkatan penerimaan pajak (non migas). Guna meningkatkan
penerimaan dimaksud dianggap perlu untuk mengadakan penyempurnaan
Sistem Perpajakan”.4
4
Radius Prawiro, Pidato : Pidato Rancangan Undang-Undang Pajak, DPR-RI, Jakarta, 5 Oktober
1983.
7
f. Staatsblad No. 611 Tahun 1934 tentang Ordinasi Pajak Upah
g. Staatsblad No. 671 Tahun 190368 tentang Ordinasi Pajak Potong
h. Staatsblad No. 17 Tahun 1944 tentang Ordinasi Pajak Pendapatan
i. Staatsblad No. 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio
j. Staatsblad No. 144 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan 1
k. UU No. 12 Tahun 1952 tentang Pajak Peredaran
l. UU Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan yang diubah UU No. 2 Tahun 1968
m. UU No. 21 tahun 1959 tentang Pajak Deviden yang diubah dengan UU No. 10
tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Deviden, dan Royalti
n. UU No. 19 tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa
o. UU No. 74 tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing
p. UU No. 8 tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKk, dan PPs/ Tata
Cara MPS-MPO
8
administrasi perpajakan yang terintegrasi dengan pendekatan fungsi, dan
implementasi dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance;
c. Pembangunan KPP khusus WP menengah, dan KPP khusus WP kecil di
Kanwil VI Direktorat Jenderal Pajak;
d. Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian SPT
secara online;
e. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak; serta
f. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran Direktorat Jenderal
Pajak dan Komisi Ombudsman Nasional.
Secara bertahap, sampai dengan saat ini dapat dikatakan ada 5 tahapan
Reformasi Perpajakan (Tax Reform), yaitu :
I. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap I 1983-1985
Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP);
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh
1984);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN 1984
dan UU PPn Bm 1984);
4. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan
Bangunan; dan
5. Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU BM).
Dalam reformasi perpajakan pertama ini terdapat suatu perubahan sistem
yang sangat mendasar, yaitu dari official assessment menjadi self assessment,
di mana wajib pajak tidak hanya menjadi obyek tetapi justru menjadi subyek
yang diharapkan aktif berpartisipasi dalam system perpajakan nasional.
Selain perubahan system tersebut, terdapat beberapa perubahan penting
dalam tax reform pertama ini, antara lain:
1. Penyederhanaan jumlah dan jenis pajak;
9
2. Penyederhanaan tariff pajak untuk memudahkan wajib pajak dalam
menghitung pajaknya;
3. Menghilangkan insentif pajak;
4. Diabaikannya fungsi regulasi.
10
5. Undang-undang No.13 tahun 1985 tentang Bea Materai
Dalam tax reform II ini, terdapat beberapa perubahan sistem perpajakan
yang mendasar, antara lain:
1. Di bidang hukum pajak, meliputi:
a) Perluasan kewajiban wajib pajak sehingga termasuk kewajiban
mendaftarkan penghasilan usahanya;
b) Ditambahnya masa daluwarsa dari 5 tahun menjadi 10 tahun;
c) Sanksi pidana diperberat dan cakupan pidananya diperluas.
2. Di bidang Pajak Penghasilan, meliputi:
d) Pemisahan subyek pajak BUT dengan subyek pajak badan;
e) Perluasan biaya yang diperbolehkan yang berkaitan dengan
peningkatan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan;
f) Perubahan lapisan tarif pajak, namun masih tetap bersifat progresif;
3. Di bidang PPN dan PPnBM, meliputi perluasan obyek pajak.
4. Di bidang PBB dan BPHTB, meliputi:
g) Diberlakukan adanya NJOP;
h) Diadakannya tindak pidana di bidang PBB.
11
3. Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa;
4. Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak
5. Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
12
4. Mempertegas jenis-jenis retribusi yang menjadi wewenang Pemerintah
Daerah, baik pemerintah tingkat I maupun pemerintah tingkat II.
13
Dalam tax reform terakhir, terjadi beberapa perubahan dalam ketentuan
umum dan tatacara perpajakan, kenaikan besaran penghasilan yang tidak
dikenakan pajak (PTKP), dan lain-lain.
.
14
BAB III
SIMPULAN
Pajak dapat dipahami sebagai suatu pungutan paksa yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap rakyatnya (wajib pajak) yang tidak memberikan
kontraprestasi secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum (budgeter) maupun untuk mengatur segala sesuatu yang ada di luar bidang
keuangan (regulator).
Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi
regulasi. Fungsi budgeter berkaitan dengan fungsi pajak sebagai alat untuk
mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai
administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan.
Di Indonesia sendiri, pajak telah dikenal sejak zaman kolonial berjaya di
Indonesia. Latar pemikiran, jiwa, sasaran dan tujuan yang dibuat pada zaman
tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi kehidupan bangsa Indonesia yang telah
merdeka dan berdaulat. Pada zaman kolonial, pemungutan pajak semata-mata
dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah penjajahan. Sedangkan
dalam alam kemerdekaan, pemungutan pajak dijiwai oleh pancasila dan UUD
1945.
Sejalan dengan tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan, pemerintah
Indonesia telah melakukan berbagai langkah guna mereformasi sistem perpajakan
di Indonesia. Reformasi sistem perpajakan meliputi dua aspek yaitu :
1. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform);
dilakukan dengan penerbitan paket Undang-Undang Perpajakan / Perubahan
Undang-undang, yang lebih menitik-beratkan pada pemberian rasa keadilan
dan kepastian hukum di bidang perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong
investasi, serta mengoptimalkan penerimaan perpajakan.
2. Reformasi sistem administrasi perpajakan (Tax Administrative Reform);
meliputi penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan
dan sistem administrasi pajak serta pengawasan dan pengadilannya.
15
Perubahan tersebut dilakukan melalui lima tahap reformasi perpajakan di
Indonesia, yaitu :
f. Tax Reform yang Pertama pada tahun 1983 – 1985;
g. Tax Reform yang Ke-dua pada tahun 1997;
h. Tax Reform yang Ke-tiga pada tahun 1997;
i. Tax Reform yang Ke-empat pada tahun 2000;
j. Tax Reform yang Ke-lima pada tahun 2002 – 2009.
16
DAFTAR PUSTAKA
17