5.1. Umum
Kuantitas atau koefisien adalah suatu istilah bagi banyaknya sumber daya
yang digunakan untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan. Koefisien terdiri
atas koefisien tenaga kerja, koefisien material, dan koefisien alat.
Agar terukur, maka kuantitas atau koefisien tesebut harus mempunyai
satuan. Satuan tenaga kerja dan peralatan adalah satuan waktu, dalam hal ini
adalah hari atau jam. Sedangkan satuan material bermacam-macam, sesuai dengan
pengadaannya dan keberadaannya di lapangan. Satuan material yang umum
digunakan adalah m, m2, m3, liter, kg, ton, dan lain-lain
Perhitungan koefisien dapat dihitung beradasarkan pada gambar rencana
yang mana masih merupakan sebuah estimasi dan dapat pula dihitung berdasarkan
pengamatan pada saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Pada pembahasan di bab ini perhitungan koefisien hanya dilakukan untuk
koefisien material saja terkhusus untuk material besi beton. Perhitungan koefisien
besi beton juga hanya di lakukan untuk beberapa item pekerjaan struktur saja yaitu
pekerjaan pondasi, pekerjaan sloof (tie beam), dan pekerjaan kolom. Data-data yang
digunakan untuk menghitung koefisien besi beton ini berdasarkan hasil pengamatan
di lapangan. Hal ini di sebabkan karena pada saat pelaksanaan di lapangan terjadi
perubahan dalam bentuk bangunan yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana
dengan berbagai pertimbangan tertentu.
V|1
Besar kecilnya koefisien tulangan yang dibutuhkan tergantung dari dimensi
pondasi, diameter tulangan yang digunakan, dan jumlah tulangan yang terpakai
untuk pekerjaan tersebut. Dimensi pondasi harus diketahui agar dapat menghitung
volume beton, sedangkan diameter tulangan dan jumlah tulangan terpakai harus
diketahui agar dapat menghitung berat tulangan.
Tulangan pondasi yang dihitung adalah tulangan atas (top bar) dan tulangan
bawah (bottom bar), sedangkan tulangan dari kolom pedestral yang masuk kedalam
pondasi tidak dihitung karena tulangan tersebut dianggap bagian dari kolom dan
akan dihitung dalam perhitungan tulangan untuk kolom.
P P' Q R
K L M N' 800 800 800
800 800 800 800
1
P2 P2 P3
P3 P2 P2 P2 P2
700
2
P3 P1 P1 P1 P1 P1 P3 400
P1
400
3
P3 P1 P1 P1 P1 P1
400
Keterangan Notasi:
V|2
Proses perhitungan koefisien tulangan pondasi yang di buat dalam diagram
alir berikut ini.
MULAI
DATA LAPANGAN :
3
VOLUME BETON (m ) :
K = WTot / Vbeton
PERBANDINGAN KOEFISIEN
HITUNG DENGAN KOEFISIEN
SYARAT SNI
RESUME
SELESAI
V|3
5.2.1. Data-Data
tul di = Jumlah tulangan dengan panjang tertentu sesuai diameter tulangan
yang digunakan.
Pondasi foot plat adalah salah satu konstruksi dalam suatu bangunan
gedung yang membutuhkan besi beton agar pondasi tersebut dapat menahan beban
bangunan di atasnya kemudian menyalurkannya ke tanah dasar di bawahnya. Pada
pembangunan gedung Sekolah Dian Harapan Kupang diameter besi beton yang
digunakan adalah besi ulir D22 dengan jarak 100 mm ( D22-100) untuk tulangan
bawah (bottom bar) dan untuk tulangan atas (top bar) digunakan besi ulir D16
dengan jarak antar tulangan 100 mm (D16-100).
V|4
Formula yang digunakan untuk menghitung berat tulangan pondasi adalah
sebagai berikut:
WTot Wdi
Keterangan:
tul di = Jumlah tulangan dengan panjang tertentu sesuai diameter tulangan
yang digunakan.
TB-T2-P1
BB-T2-P1
70
175 Tie Beam Tanah Dipadatkan
Lantai Kerja
A A
D22-100
BB-T1-P1
D22-100
D22-100
5
10
Lantai Kerja
175 175 350 Pasir Urug
350 Tanah Keras
V|5
Tabel 5.1 Berat Tulangan Pondasi Type 1
TB-T2-P2
BB-T2-P2
70
160 Tie Beam
Tanah Dipadatkan
Lantai Kerja
A A
BB-T1-P2
160 D16-100
100
D22-100
5
160 160 10
320
Lantai Kerja
Pasir Urug
Tanah Keras
V|6
Tabel 5.2 Berat Tulangan Pondasi Type 2
TB-T2-P3
BB-T2-P3
137.5
70
A A Tie Beam
Tanah Dipadatkan
Lantai Kerja
D22-100
D16-100
275.0 TB-T1-P3
Kolom Pedestral Variabel
BB-T1-P3
D16-100 D16-100
137.5
D22-100 80.0
D22-100
5.0
137.5 137.5 10.0
275.0 Lantai Kerja
275.0
Pasir Urug
Tanah Keras
V|7
Tabel 5.3 Berat Tulangan Pondasi Type 3
V L B H
Keterangan:
V = Volume beton (m3)
V|8
Sama seperti perhitungan tulangan, perhitungan volume beton juga
dilakukan untuk masing-masing type pondasi karena dimensi pondai yang berbeda-
beda walaupun material-material yang digunakan sama untuk ke-3 type pondasi
tersebut. Dimensi pengecoran beton untuk masing-masing type pondasi dapat
dilihat pada gambar detail dan potongan masing-masing type pondasi (gambar 5.3
– 5.5).
Berikut adalah perhitungan volume beton untuk masing-masing type
pondasi yang akan disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
14,70 m 3
10,24 m 3
6,05 m 3
WTot
K
V Beton
Keterangan:
K = Koefisien tulangan ( Kg/m3)
WTot = Berat total tulangan per type pondasi (Kg)
VBeton = Volume beton (m3)
V|9
Berikut adalah perhitungan koefisien tulangan pondasi untuk masing-masing
type pondasi:
WTotal 1525,40 Kg
V Beton 14,70 m 3
1525,40
K
14,70
103,77 Kg / m 3
WTotal 1181,34 Kg
V Beton 10,24 m 3
1181,34
K
10,24
115,37 Kg / m 3
WTotal 929,34 Kg
V Beton 6,05 m 3
929,34
K
6,05
152,71 Kg / m 3
V | 10
Rata-rata koefisien tulangan dihitung untuk keseluruhan pondasi yang ada
dalam bangunan tersebut dengan mengalikan koefisien tulangan untuk masing-
masing type pondasi dengan jumlah pondasi sesuai masing-masing type pondasi
tersebut.
Formula yang digunakan untuk menghitung rasio koefisien tulangan pondasi
adalah sebagai berikut:
∑ 253,390 371,85
V | 11
Besar koefisien tulangan yang di syaratkan dalam SNI adalah 126 kg/m3.
Formula yang digunakan untuk menghitung perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut:
Koefisien Tulangan ( SNI ) Koefisien Besi di Lapangan
K 100%
Koefisien Tulangan ( SNI )
V | 12
d) Koefisien berat tulangan/m3 pondasi type 3 sesuai dengan pengamatan di
lapangan lebih besar 21,198% dari yang disyaratkan SNI.
e) Rata-rata koefisien berat tulangan/m3 pondasi yang terdapat di lapangan lebih
kecil 10,774% dari yang disyaratkan SNI.
Type-type kolom yang terdapat dalam bangunan tersebut dapat di lihat pada
gambar denah perletakan kolom berikut ini:
Daerah Pith Lift
P P' Q R
K L M N' 800 800 800
800 800 800 800
K2 K4 K3
K2 K2 1
K2 K2 K2
700
2
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K4 K1
800
3
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K2D K2D
800
V | 13
Berikut ini adalah proses perhitungan koefisien tulangan kolom yang dibuat
dalam diagram alir.
MULAI
DATA LAPANGAN :
Bc, Hc, Tc, Li-di, ∑tul-di,
wi-di/m’
3
VOLUME BETON (m ) :
V = Bc x Hc x Tc
K = WTot / Vbeton
PERBANDINGAN KOEFISIEN
HITUNG DENGAN KOEFISIEN
SYARAT SNI
RESUME
SELESAI
V | 14
5.3.1. Data-Data
Data-data yang digunakan untuk menghitung koefisien tulangan kolom ini
berdasarkan pengamatan di lapangan karena data-data yang ada dalam gambar
kerja (shop drawing) terjadi perubahan saat pekerjaan di lapangan. Data-data yang
di butuhkan untuk menghitung koefisien berat besi kolom adalah:
Bc = Lebar kolom (m)
tul di = Jumlah tulangan dengan panjang tertentu sesuai diameter tulangan
yang digunakan.
Over Lapping
110
V | 15
Gambar 5.9 Panjang
sambungan di lapangan
Tulangan utama yang digunakan adalah besi ulir D25 dan untuk tulangan
sengkang digunakan besi ulir D10. Jumlah tulangan utama untuk masing-masing
dimensi kolom berbeda-beda begitupun dengan jarak antar tulangan utama, kecuali
untuk tulangan sengkang, jarak antar tulangan sengkang sama untuk semua
dimensi kolom yaitu D10-150 mm.
WTot Wdi
Keterangan:
Wdi = Berat Tulangan (Kg).
tul di =Jumlah tulangan dengan panjang tertentu sesuai diameter tulangan
yang digunakan.
V | 16
5.3.2.1. Berat Tulangan Kolom Type 1
Lt. 7 (Atap)
B B40/70 400 B
400
260
Bervariasi
Lt. 6
B40/70 590
B Tulangan 7 B
400
175
Lt. 5
B40/70
110
Tulangan 6
510
B B
400
Sketsa Tulangan 1-4
dan 6-8 175
Lt. 4
A
B40/70
Tulangan 5
450 A
400
220
200
Lt. 3
B40/70
750
A Tulangan 4 A
450
640
140
200
Lt. 2
B40/70
110
Tulangan 3
600
A A
Sengkang
250
Tulangan 2
Tice Y Lt. 1
90 32D25 Tice X
B40/70
6D10 660
110
A A
POT. B
600
110
Sengkang
190 Tulangan 1
Tice Y
530
90 36D25 Tice X
Lt. dasar
Tie Beam
6D10
130 V | 17
POT. A
Tabel 5.7 Perhitungan Berat Tulangan
∑
V | 18
5.3.2.2. Berat Tulangan Kolom Type 1
140 Tulangan 9
B40/70
500
400
Bervariasi
150 Tulangan 8
Lt. 7
B B40/70 400 B
400
260
110 Lt. 6
B40/70 590
B Tulangan 7 B
SKETSA Tulangan
1-4 dan 6-8 400
175
Lt. 5
B40/70
Tulangan 6
510
B B
400
200 175
Lt. 4
A
B40/70
Tulangan 5
450 A
400
450
220
140 Lt. 3
B40/70
750
A Tulangan 4 A
110 640
Lt. 2
Sengkang B40/70
Tulangan 3
600
Tice Y A A
90 32D25 Tice X
6D10
550
110
POT. B
250
Tulangan 2
Lt. 1
B40/70
660
A A
Sengkang
600
Tice Y 110
90 36D25 Tice X
6D10
190 Tulangan 1
130
Lt. dasar 530
POT. A
Tie Beam
V | 19
Tabel 5.8 Perhitungan Berat Tulangan
∑
V | 20
5.3.2.3. Berat Tulangan Kolom Type 2
Tulangan 8
Lt. 7 (Atap)
B40/70 400
400
260
Lt. 6
B40/70 590
Tulangan 7
400
175
Lt. 5
B40/70
Tulangan 6
510
400
175
Lt. 4
110 B40/70
450
Tulangan 5
400
220
Lt. 3
750
Tulangan 4
640
200
Sengkang
Lt. 2
Tice Y B40/70
100
550
Kolom Type 1
250 Tulangan 2
Lt. 1
B40/70
660
600
110
190 Tulangan 1
V | 21
Tabel 5.9 Perhitungan Berat Tulangan
V | 22
5.3.2.4. Berat Tulangan Kolom Type 2
B40/70
500
150 Tulangan 8
Lt. 7
B40/70 400
400
260
Lt. 6
B40/70 590
Tulangan 7
400
175
Lt. 5
B40/70
Tulangan 6
510
400
175
Lt. 4
110
B40/70
Tulangan 5 450
400
220
Lt. 3
SKETSA SAMBUNGAN
B40/70
750
Tulangan 4
640
Sengkang
200
Lt. 2
Tice Y
80 24D25 Tice X B40/70
4D10
Tulangan 3
600
100
Kolom Type 2
550
250
Tulangan 2
Lt. 1
B40/70
660
600
110
190 Tulangan 1
V | 23
Tabel 5.10 Perhitungan Berat Tulangan
V | 24
5.3.2.5. Berat Tulangan Kolom Type 3 (60x70)
Tulangan 9
140
Lt. Atap Lift
B40/70
500
400
150 Tulangan 8
Lt. 7
B40/70 400
400
260
Lt. 6
B40/70 590
Tulangan 7
400
175
Lt. 5
B40/70
Tulangan 6
510
400
175
Lt. 4
110
B40/70
Tulangan 5 450
400
220
Lt. 3
SKETSA SAMBUNGAN
B40/70
750
Tulangan 4
640
200
Lt. 2
B40/70
Sengkang Tulangan 3
600
Tice Y
14D25
550
70
Tice X
250
Tulangan 2
60 Lt. 1
Potongan B40/70
660
600
110
190 Tulangan 1
V | 25
Tabel 5.11 Perhitungan Berat Tulangan
V | 26
5.3.2.6. Berat Tulangan Kolom Type 4 (60x150)
150 Tulangan 8
Lt. 7 (Atap)
B40/70 400
400
260
Lt. 6
B40/70 590
Tulangan 7
400
175
Lt. 5
B40/70
Tulangan 6
510
110
400
175
Lt. 4
B40/70
Tulangan 5 450
SKETSA SAMBUNGAN
400
220
Lt. 3
B40/70
Sengkang
750
Tulangan 4
Tice X
Tice Y
60 24D25 640
150
200
Potongan
Lt. 2
B40/70
Tulangan 3
600
550
250
Tulangan 2
Lt. 1
B40/70
660
600
110
190 Tulangan 1
V | 27
Tabel 5.12 Perhitungan Berat Tulangan
V | 28
5.3.2.7. Berat Tulangan Kolom
150 Tulangan 5
Lt. 6 (Atap)
B B40/70 400 B
400
260
Bervariasi
Sengkang
Lt. 5
Tice Y
B40/70 590
90 32D25 Tice X
110 B Tulangan 4 B
6D10
110 400
Model Tul. Pot. B
POT. B
175
Lt. 4
B40/70
Tulangan 3
510
B B
Sengkang
400
270
Tice X
Tice Y
175
Lt. 3
130 42D25
B
B40/70
Tulangan 2
450 B
860
400
130 590 220
Lt. 2
POT. A
B40/70
640
A A
Lt. 1
V | 29
Tabel 5.13 Perhitungan Berat Tulangan
V | 30
Tabel 5.14 Rekapan Perhitungan Berat Tulangan Kolom
Berat Tulangan Total Berat
Jumlah
No Type Kolom 1 buah kolom Tulangan
Kolom
(Kg) (Kg)
1 K1 (90x130) luar daerah pith lift 11 7461,179 82072,970
2 K1 (90x130) daerah pith lift 2 9184,676 18369,350
3 K2 (80x100) luar daerah pith lift 5 6821,972 34109,858
4 K2 (80x100) daerah pith lift 1 7586,038 7586,038
5 K3 (60X70) 1 2755,480 2755,480
V Bc Hc Lc
Keterangan:
V | 31
Tinggi kolom yang akan di cor di ambil tinggi bersih kolom tanpa
memperhitungkan tinggi balok dan tebal pelat sehingga tinggi bersih kolom adalah
Tinggi lantai dikurangi dengan (tinggi balok-tebal pelat) dikali dengan jumlah balok
sepanjang tinggi total kolom itu berada.
Kolom type 1 adalah kolom yang dimensinya dari lantai 1-7 tidak sama
karena dari lantai 1-4 dimensinya 90x130 sedangkan pada lantai 5-7 ada perubahan
dimensi dari 90x130 menjadi 90x110. Pengaruh perubahan dimensi kolom ini tidak
hanya berpengaruh pada jumlah tulangan yang digunakan tetapi juga berpengaruh
pada volume beton yang terpakai. Oleh karena itu perhitungan volume beton untuk
kolom type ini dilakukan dua kali untuk dimensi 90x130 dan 90x110 setelah itu baru
di jumlahkan keduanya untuk mendapatkan volume totalnya.
90 36D25
V | 32
Lebar kolom (Bc) = 0.90 m
= 19.70 m
V1 Bc Hc Lc
0,90 m 1,30 m 19,70 m
23,05 m 3
90 32D25
110
Gambar 5.18 Potongan B Kolom Type 1
(luar daerah pith lift)
Lebar kolom (Bc) = 0.90 m
= 10.35 m
V | 33
V2 Bc Hc Lc
0,90 m 1,10 m 10,35 m
10,25 m 3
Total volume beton untuk kolom type ini adalah sebagai berikut:
V V 1 V 2
23,05 m 3 10,25 m 3
33,30 m 3
Kolom type ini sama dengan kolom type di atas perbedaannya hanya
telrletak pada tinggi kolomnya karna pada kolom type di atas tingginya hanya
mencapai 7 lantai sedangkan pada type ini tingginya sampai 8 lantai. Kolom type ini
dimensinya dari lantai 1-8 tidak sama karena dari lantai 1-4 dimensinya 90x130
sedangkan pada lantai 5-8 ada perubahan dimensi dari 90x130 menjadi 90x110.
Oleh karena itu proses perhitungan volume beton untuk kolom type ini dilakukan dua
kali seperti kolom di atas.
90 36D25
V | 34
Tinggi balok = 0.70 m
= 19.70 m
V1 Bc Hc Lc
0,90 m 1,30 m 19,70 m
23,05 m 3
90 32D25
110
Gambar 5.20 Potongan B Kolom Type 1
(daerah pith lift)
= 13.80 m
V | 35
V2 Bc Hc Lc
0,90 m 1,10 m 13,80 m
13,66 m 3
Total volume beton untuk kolom type ini adalah sebagai berikut:
V V 1V 2
23,05 m 3 13,66 m 3
36,71 m 3
5.3.3.3. Volume Beton Kolom Type 2 (80x100) Luar Daerah Pith Lift
Kolom type ini letaknya sama dengan kolom type 1 luar daerah pith lift tetapi
perbedaanya terletak pada dimensinya dan juga pada kolom ini tidak terdapat
perubahan dimensi seperti yang terjadi pada kolom type 1. Oleh karena itu
perhitungan volume beton untuk kolom type ini hanya dilakukan satu kali saja.
80 32D25
= 30.05 m
V | 36
V Bc Hc Lc
0,80 m 1,00 m 30,05 m
24,04 m 3
80 32D25
= 33.50 m
V Bc Hc Lc
0,80 m 1,00 m 30,50 m
26,80 m 3
V | 37
5.3.3.5. Volume Beton Kolom Type 3 (60x70)
Kolom type ini terletak pada daerah pith lift sehingga tingginya sampai pada
delapan lantai.
14D25
70
60
Gambar 5.23 Potongan A Kolom Type 3
Lebar kolom (Bc) = 0.60 m
= 33.50 m
V Bc Hc Lc
0,60 m 0,70 m 33,50 m
14,70 m 3
Kolom type ini terletak pada daerah pith lift sehingga tingginya sampai pada
delapan lantai.
60 24D25
150
Gambar 5.24 Potongan A Kolom Type 4
V | 38
Lebar kolom (Bc) = 1.50 m
= 33.50 m
V Bc Hc Lc
0,60 m 1,50 m 33,50 m
30,15 m 3
130 42D25
130
Gambar 5.25 Potongan A Kolom Type K2D
V | 39
Jumlah balok dari Lt. 2-7 = 5 buah
= 19.70 m
V Bc Hc Lc
1,30 m 1,30 m 19,70 m
33,21 m 3
Keterangan:
K = Koefisien tulangan ( Kg/m3)
V | 40
Berikut adalah perhitungan koefisien tulangan untuk masing-masing kolom
sesuai dengan typenya:
5.3.3.1. Koefisien tulangan kolom type 1 (90x130) luar daerah pith lift
WTotalTul = 7461.179 Kg
VBeton = 33.30 m3
7461,179
K
33,30
224,06 Kg / m 3
5.3.3.2. Koefisien tulangan kolom type 1 (90x130) daerah pith lift
WTotalTul. 9184,676 Kg
V Beton 36,71 m 3
9184,676
K
36,71
252,20 Kg / m 3
5.3.3.3. Koefisien tulangan kolom type 2 (80x100) luar daerah pith lift
WTotalTul. 6821,972 Kg
V Beton 24,04 m 3
6821,972
K
24,04
283,78 Kg / m 3
5.3.3.4. Koefisien tulangan kolom type 2 (80x100) daerah pith lift
WTotalTul. 7586,038 Kg
V Beton 26,80 m 3
7586,038
K
26,80
283,06 Kg / m 3
V | 41
5.3.3.5. Koefisien tulangan kolom type 3 (60x70)
WTotalTul. 2683,60 Kg
V Beton 14,70 m 3
2683,60
K
14,70
182,56 Kg / m 3
5.3.3.6. Koefisien tulangan kolom type 4 (60x150)
WTotalTul. 5473,887 Kg
V Beton 30,15 m 3
5473,887
K
30,15
181,56 Kg / m 3
5.3.3.7. Koefisien tulangan kolom type K2D (130 x 130)
WTotalTul. 5532,085 Kg
VBeton 33,21 m 3
5532,085
K
33,21
166,85 Kg / m 3
5 K3 (60X70) 182.56
6 K4 (60x150) 181.56
V | 42
5.3.5. Koefisien Tulangan Rata-Rata (Berat Besi/m3) Kolom
Rasio koefisien tulangan kolom berbeda-beda untuk type kolom yang satu
dengan type kolom yang lain begitupun dengan type kolom yang sama tetapi
berbeda tinggi kolomnya. Oleh karena itu untuk mengetahui rata-rata dari rasio total
untuk semua type kolom maka perlu untuk dihitung.
Formula yang digunakan untuk menghitung rasio rata-rata koefisien tulangan
untuk semua type kolom adalah:
Koefisien rata-rata:
=224,08*336,3+252,20*73,42+283,78*120,2+283,06*26,8+182,56*14,70+181,56*60,3+166,85*332,10
336,30+73,42+120,20+26,80+14,70+60,30+332,10+993,82
3
= 212,503 Kg/m
V | 43
5.3.6. Perbandingan Koefisien Hitung dengan Koefisien Syarat SNI
V | 44
b) Rasio Rata-Rata Koefisien Tulangan Untuk Keseluruhan Type Kolom
Tabel 5.19 Rasio Rata-Rata Koefisien Tulangan
Koefisien Tulangan Koefisien Tulangan (SNI) Rasio
(kg/m3) (kg/m3) (%)
212,503 227 6,39
a) Besar kecilnya koefisien tulangan tiap-tiap type kolom sangat tergantung dari
dimensi kolom, diameter tulangan terpakai, jumlah tulangan terpakai.
b) Koefisien tulangan untuk tiap-tiap type kolom berbeda-beda. Ini disebabkan
karena adanya perbedaan dimensi kolom antara type yang satu dengan type
yang lainnya, walaupun material yang digunakan sama untuk semua type kolom
tersebut.
c) Rata-rata koefisien berat tulangan/m3 kolom yang terdapat di lapangan lebih
kecil 6,39% dari yang disyaratkan SNI. Rasio ini masih di anggap cukup baik
karena lebih kecil dari 20%.
Sloof (Tie Beam) adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi
bangunan. Tie beam berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke
pondasi, sehingga beban yang tersalurkan ke setiap titik pondasi tersebar merata.
Tie beam juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak runtuh
apabila terjadi pergerakan tanah. Secara singkat, tie beam berfungsi
mendistribusikan beban dari atas (dinding dan kolom) untuk disalurkan ke pondasi,
sehingga semua beban yang terdistribusikan ke pondasi kurang lebih sama.
Tie Beam yang terdapat pada proyek pembangunan gedung Sekolah Dian
Harapan Kupang di buat dengan dimensi 40x80 dengan menggunakan diameter
tulangan besi ulir D22 dengan jumlah tulangan atas (tulangan tekan) adalah delapan
buah dan jumlah tulangan bawah (tulangan tekan) adalah 4 batang.
V | 45
Tie Beam
Pedestral
Pile Cap
P' Q R
K L M N' P 800 800
800 800 800 800 800
TB1
TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 700
400
TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 TB1
3
TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 TB1 400
V | 46
Proses perhitungan koefisien tulangan untuk tie beam dibuat dalam diagram
alir sebagai berikut:
MULAI
DATA LAPANGAN :
Dimensi Tie Beam (B,H,L),Li-di,∑tul-di,
wi-di/m’
3
VOLUME BETON (m ) :
V=BxHxL
K = WTot / Vbeton
PERBANDINGAN KOEFISIEN
HITUNG DENGAN KOEFISIEN
SYARAT SNI
RESUME
SELESAI
V | 47
5.4.1. Data-data
Data-data yang digunakan untuk menghitung koefisien tulangan tie beam ini
berdasarkan pengamatan di lapangan karena data-data yang ada dalam gambar
kerja (shop drawing) terjadi perubahan saat pekerjaan di lapangan. Data-data yang
di butuhkan untuk menghitung koefisien berat besi tie beam adalah:
tul di = Jumlah tulangan dengan panjang tertentu sesuai diameter tulangan
yang digunakan.
T2 T1 T3 T3 T4
8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22 8D22
V | 48
Tabel 5.20 Perhitungan Berat Tulangan As-K s/d As-P
V | 49
5.4.2.2. Berat Tulangan As- P’
K2 K1 K1
T4 T2 T3 T1 T5
8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22 8D22
V | 50
5.4.2.3. Berat tulangan As- Q dan As-R
K4 K4
T4 T1 T2
8D22 4D22 8D22 8D22
800 400
1230
Gambar 5.31 Detail Pemasangan Tulangan As-Q dan As-R
V | 51
5.4.2.4. Berat Tulangan As-1 dan As-2 section 1
K2 K2 K2
T1 T2 A
8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22 8D22 4D22
A
T5
2000
Gambar 5.32 Detail Pemasangan Tulangan As-1 dan 2
section 1
Tabel 5.23 Perhitungan Berat Tulangan As-1 dan As-2 Section 1
V | 52
5.4.2.5. Berat tulangan As-3
K1 K1 K1
T1 T2 T3 A
8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22 8D22 4D22
A
T6 T7
800 800 600
2265
K1 K1 K1
A T4
8D22 8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22
A
T8
200 800 800 400
2400
Gambar 5.33 Detail Pemasangan Tulangan As-3
V | 53
5.4.2.6. Berat tulangan As-1 dan As-2 Section 2
K2 K4 K3
T2 T1 T3 T4 T2
8D22 4D22 8D22 8D22 4D22 8D22
800 800
1685
Gambar 5.34 Detail Pemasangan Tulangan As-1 dan As-2 Section 2
V | 54
Tabel 5.26 Rekapan Perhitungan Berat Tulangan Tie Beam
No Tie Beam Berat Tulangan (Kg)
5 As-3 2828.840
6 As-K 1034.985
7 As-L 1034.985
8 As-M 1034.985
9 As-N’ 1034.985
10 As-P 1034.985
11 As-P’ 1214.405
12 As-Q 710.445
13 As-R 710.445
∑ 16902.530
Komposisi campuran yang digunakan dalam mengecor tie beam pada proyek
ini sama dengan komposisi campuran pada pengecoran pondasi yaitu 1 Pc : 2 Psr :
3 Krkl dengan mutu betonnya K-300. Pengecoran kolom pada proyek pembangunan
gedung Sekolah Dian Harapan Kupang ini menggunakan Concrete Pump dan ready
mix sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak karena tenaga kerja
V | 55
yang dibutuhkan hanya untuk memadatkan pengecoran dan juga untuk meratakan
permukaan pengecoran yang telah selesai.
Formula yang digunakan untuk menghitung volume beton tie beam adalah
sebagai berikut:
V BH L
Keterangan:
8D22
2D10-100
H=80 cm
4D22
B=40 cm
B 0,40 m
H 0,80 m
L 19,50 m
V 0,40 m 0,80 m 19,50 m
6,24 m 3
V | 56
5.4.3.2. Volume Beton As-P’
B 0,40 m
H 0,80 m
L 20,50 m
V 0,40 m 0,80 m 20,50 m
6,56 m 3
B 0,40 m
H 0,80 m
L 12,30 m
V 0,40 m 0,80 m 12,30 m
3,94 m 3
B 0,40 m
H 0,80 m
L 40,25 m
V 0,40 m 0,80 m 40,25 m
12,88 m 3
B 0,40 m
H 0,80 m
L 16,85 m
V 0,40 m 0,80 m 16,85 m
5,39 m 3
V | 57
5.4.3.6. Volume Beton As-3
B 0,40 m
H 0,80 m
L 44,25 m
V 0,40 m 0,80 m 44,25 m
14,16 m 3
5 As-3 14.16
6 As-K 6.24
7 As-L 6.24
8 As-M 6.24
9 As-N’ 6.24
10 As-P 6.24
11 As-P’ 6.56
12 As-Q 3.94
13 As-R 3.94
∑ 96.34
V | 58
5.4.4. Koefisien Tulangan (Berat Besi/m3) Tie Beam
WTo ta l
K
Vb eto n
Keterangan:
WTotal 1034,985 Kg
VBeton 6,24 m 3
1034,985
K
6,24
165,863 Kg / m 3
WTotal 1214,41 Kg
VBeton 6,56 m 3
1214,41
K
6,56
185,123 Kg / m 3
V | 59
5.4.4.3. Koefisien Tulangan Tie Beam As-Q dan As-R
WTotal 710,445 Kg
VBeton 3,94 m 3
710,445
K
3,94
180,316 Kg / m 3
WTotal 2204,570 Kg
VBeton 12,88 m 3
2204,570
K
12,88
171,162 Kg / m 3
WTotal 927,162 Kg
VBeton 5,39 m 3
927,162
K
5,39
172,015 Kg / m 3
WTotal 2828,840 Kg
VBeton 14,16 m 3
2828,840
K
14,16
199,777 Kg / m 3
V | 60
Tabel 5.28 Rekapan Perhitungan Koefisien Tulangan Tie Beam
No Tie Beam Koefisien Tulangan (Kg/m3)
5 As-3 199.777
6 As-K 165.863
7 As-L 165.863
8 As-M 165.863
9 As-N’ 165.863
10 As-P 165.863
11 As-P’ 185.123
12 As-Q 180.316
13 As-R 180.316
Rasio koefisien tulangan tie beam berbeda-beda untuk setiap as tie beam
yang satu dengan as tie beam yang lain. Oleh karena itu untuk mengetahui rata-rata
dari rasio total untuk semua as tie beam perlu untuk dihitung.
V | 61
Tabel 5.29 Koefisien rata-rata tulangan untuk keseluruhan type tie beam
Koefisien
N Vol. Beton Vol. Beton Total
Type tulangan/m3
(jumlah)
(m3) (m3) (Kg/m3)
Koefisien rata-rata:
171,16 *12,88* 2 172,02 * 5,39 * 2 199,78*14,16 165,86 * 6,24 * 5 185,12 * 6,56 180,32 * 3,94 * 2
12,88* 2 5,39 * 2 14,16 6,24 * 5 6,56 3,94 * 2
3
175,446Kg / m
V | 62
perbedaan di dalama keduanya maka dihitung berapa besar perbedaannya dan
dapat di ambil kesimpulan apa yang menyebabkan adanya perbedaan koefisien di
lapangan dengan yang disyaratkan oleh SNI tersebut.
Besarnya koefisien tulangan tie beam yang disyaratkan oleh SNI adalah 182
kg/m3.
V | 63
b) Rasio Rata-Rata Koefisien Tulangan Untuk Keseluruhan AS Tie Beam
a) Besar kecilnya koefisien tulangan tie beam sangat tergantung dari dimensi tie
beam, diameter tulangan terpakai, jumlah tulangan terpakai.
b) Koefisien berat tulangan untuk tiap-tiap as tie beam berbeda-beda. Ini
disebabkan karena adanya perbedaan dimensi panjang tie beam dalam satu As
antara type yang satu dengan type yang lainnya.
c) Rata-rata koefisien tulangan tie beam yang terdapat di lapangan lebih kecil
3,601% dari yang disyaratkan SNI. Rasio ini masih di anggap cukup baik karena
lebih kecil dari 20%
V | 64
5.5. Evaluasi Detailing Tulangan di Lapangan Berdasarkan SNI 03-2847-2002
dengan tanah
Kolom Pedestral Variabel
adalah 75 mm 5
5
Tebal Selimut
100
5 5
10
Lantai Kerja
Pasir Urug
Tanah Keras
320
minimum H=1.2 m
pondasi
telapak: 1200mm > OK
B=3.5 m
ketebalan 150mm
L=3.5 m Pondasi type 1
pondasi
telapak di atas
Kolom Pedestral
lapisan
H=1 m
tulangan 1000mm
bawah tidak >150mm
boleh kurang B=3.2 m
V | 65
Pasal Di ambil salah satu contoh penanaman
23.8(2(1)) tulangan longitudinal kolom pada satu
Tulangan type pondasi yaitu pondasi type 2
longitudinal karena penanaman tulangan
kolom dan longitudinal kolom pada semua type
dinding pondasi sama
structural yang Keterangan: tulangan longitudinal kolom
menyalurkan adalah yang berwarna merah
beban-beban
gempa harus Kondisi di
ditanamkan lapangan
OK
secara penuh Tie Beam
70 memenuhi
Tanah Dipadatkan
kedalam Lantai Kerja syarat SNI
fondasi Kolom Pedestral Variabel
telapak
100
10
Lantai Kerja
Pasir Urug
Tanah Keras
320
Kedalam Pondasi
Pasal Di ambil salah satu contoh tulangan
23.8(2(2)) lentur yang diberikan kait 90° di dasar
Kolom yang pondasi dengan ujung kaitnya
direncanakan mengarah ke pusat kolom pada type Model kait 90°
dengan pondasi type 2 karena model kait untuk yang
anggapan jepit semua type pondasi sama diberikan
pada pada tulangan
perletakannya lentur di dasar
harus sesuai pondasi dan
23.8(2(1)) 70
mengarah
Tie Beam
Tanah Dipadatkan
dan, bila perlu Lantai Kerja pada pusat
OK
kait, tulangan kolom yang
Kolom Pedestral Variabel
lentur harus terdapat di
diberikan kait lapangan
90° didasar 90° 90° 100 sesuai
pondasi 5
dengan syarat
dengan ujung 10 dalam SNI
Lantai Kerja
kaitnya Pasir Urug
Tanah Keras
pasal
320
mengarah ke 23.8(2(2))
pusat kolom Gambar 5.39 Model Kait Tulangan Pedestral
Yang Berhubungan dengan
Pondasi
V | 66
5.5.2. Evaluasi detailing tulangan kolom
a) Evaluasi kait standar (SNI 03-2847-2002 pasal 9.1)
Tabel 5.33. Evaluasi Tulangan Sengkang Kolom
Syarat SNI Kondisi di Lapangan Resume Kesimpulan
Untuk sengkang dan a 8-10 cm
kait pengikat:
b
Batang D-16 dan yang 135°
8-10 cm
lebih kecil, bengkokan 90.00°
90° ditambah
perpanjangan 6db
pada ujung bebas kait. 6db
(6x10
mm) = 60 OK
mm = 6
Gambar 5.40 Panjang Kait cm < 8-
Sengkang 10 cm
Diameter sengkang yang
digunakan adalah D10, dengan
panjang bengkokan 8-10 cm
Untuk kait gempa Sengkan
adalah sebagaimana g tertutup
yang didefinisikan yang
pada pasal 23.1 yaitu: terdapat
Kait pada sengkang, 90° di
sengkang tertutup, lapangan
atau pengikat silang sudah
yang mempunyai memenu
bengkokan tidak hi syarat
135°
kurang dari 135° 8-10 cm yang ada
kecuali bahwa b dalam
sengkang cincin harus SNI yaitu
mempunyai bengkokan 8-10 cm bengkoka OK
tidak kurang dari 90°. nnya
Kait harus diberi tidak
perpanjangan enam- Gambar 5.41 Besar Derajat 135° dan
diameter (namun tidak Pembengkokan Kait juga
kurang dari 75 mm) Sengkang kurang
yang mengait tulangan dari 90°
longitudinal dan dan
mengarah pada bagian panjangn
dalam sengkang atau ya tidak
sengkang tertutup. kurang
dari 75
mm
V | 67
Pasal 23.4.(4.(4) Ambil salah satu contoh Sebagian
bahwa tulangan pemasangan tulangan pengikat jarak
pengikat silang tidak silang di lapangan untuk salah tulangan
boleh dipasang dengan satu type kolom pengikat
spasi lebih daripada silang di
350 mm dari sumbu ke lapangan
sumbu dalam arah lebih dari
tegak lurus sumbu 350 mm
komponen struktur
TIDAK OK
70
BALOK 40/70
daerah lo
daerah lo
SLOOF 40/80
V | 68
Tabel 5.34. Evaluasi sambungan tulangan kolom
Kondisi di Kesimp
Syarat SNI Resume
Lapangan ulan
a. SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.3.2 bahwa Letak Letak
sambungan lewatan hanya diizinkan di lokasi sambunga sambunga
setengah panjang elemen struktur yang n lewatan n lewatan
berada di tengah, direncanakan sebagai yang di
sambungan lewatan tarik, dan harus diikat terdapat di lapangan
dengan tulangan spiral atau sengkang lapangan memenuhi
tertutup. berbeda- syarat SNI
Sambungan lewatan kolom hanya boleh beda. Ada
dipasang ditengah tinggi kolom yang sambunga
direncanakan sebagai sambungan tarik dan n yang
harus dengan tulangan sengkang tertutup terletak di OK
sesuai tulangan transversal pada daerah lo daerah lo
Panjang daerah lo dan spasi pada daerah lo dan ada
-. lo > tinggi efektif kolom (dc=hc-d’) = 1300- juga yang
50 = 1250 mm terletak di
-. lo > 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 5700 = luar
950 mm daerah lo
-. lo > 500 mm
Jadi, panjang lo yang digunakan adalah 1250
mm (pilih terbesar)
V | 69
5.5.3. Evaluasi Detailing Tulangan Tie Beam
a) Diameter Bengkokan Minimum (SNI pasal 9.2)
Tabel 5.35. Evaluasi diameter bengkokan minimum
Syarat SNI Kondisi di Lapangan Resume Kesimpulan
Diameter bengkokan
yang diukur pada a 8-10 cm
bagian dalam batang
b
tulangan tidak boleh 135°
8-10 cm
kurang dari nilai 90.00°
dalam tabel 6 SNI 8 -10 cm
03-2847-2002. > 6db =
Ketentuan ini tidak 6x1 cm = OK
berlaku untuk 6 cm
sengkang dan
sengkang ikat
dengan ukuran D-10 Gambar 5.45 Panjang Kait
hingga D-16 Sengkang
V | 70
b) Batasan Spasi Tulangan
Ø22 -. 30 mm
> 25 mm
V | 71
Pembatasan jarak
bersih antar batang
tulangan ini juga
Kondisi
berlaku untuk jarak Sesuai dengan pengamatan di
di
bersih antara suatu lapangan untuk kasus seperti ini
lapanga
sambungan lewatan tidak di temukan penyimpangan OK
n=
dengan sambungan dengan yang di syaratkan dalam
syarat
lewatan lainnya atau SNI
SNI
dengan batang
tulangan yang
berdekatan.
V | 72
#Maka panjang penyaluran yang di gunakan
sesuai diameter besi yang digunakan di
lapangan adalah:
db 22 mm ; fy 400 Mpa ; fc 30 Mpa
1,0 ; 1,0 ; 1,0
Ld 3 fy
db 5 fc '
Ld 3 400 1 1 1
22 5 30
26400
Ld
27,386
Ld 963,993 mm 96,399 cm 97 cm
K L M N' P P' Q R
800 800 800 800 800 820 800
160 160 250 150 200 160 K2
K4 K3
115 105
1
K2 K2 K2 K2 K2
220 180
700
215 180 80
228 400
400
155 155 245 145 195 155
K1
K1 K1 K1 K1 K1 3
215 180
400
V | 73
d) Evaluasi Jumlah Tulangan Atas dan Bawah
Tabel 5.39 Evaluasi Jumlah Tulangan Atas dan Bawah Balok
Syarat SNI Kondisi di Lapangan Resume Kesimpulan
Pada setiap irisan Kondisi
penampang tulangan
komponen struktur atas dan
lentur, kecuali tulangan
sebagaimana yang bawah
ditentukan 12.5(3), yang
jumlah tulangan terdapat di
atas dan bawah lapangan
tidak boleh kurang lebih dari
dari yang dua batang
ditentukan oleh
OK
persamaan 20, dan
tidak boleh kurang
dari 1,4bwd/fy.
Sekurang-
kurangnya harus Gambar 5.48 Jumlah Tulangan
ada dua batang Atas dan Bawah
tulangan atas dan
Tie Beam
dua batang
tulangan bawah
yang dipasang
secara menerus
Kolom
2 x Hbalok =140 cm
150
Balok
Sengkang
pertama Sengkang
tertutup
V | 74
Tabel 5.40 Evaluasi Pemasangan Tulangan Sengkang Balok
Syarat SNI Kondisi di Lapangan Resume Kesimpulan
Sengkang tertutup
harus dipasang
pada komponen
struktur pada
daerah-daerah
dibawah ini:
a. Pada daerah Sesuai dengan pengamatan di Kondisi di
hingga dua lapangan bahwa semua Lapangan
kali tinggi tulangan longitudinal balok, baik memenuhi
balok di ukur yang berada pada jarak 2 x syarat
dari muka tinggi balok dari muka kolom yang di OK
tumpuan pada kedua sisi penampang tentukan
kearah tengah sampai dengan tulangan
bentang, di longitudinal yang berada pada
kedua ujung daerah tengah bentang di ikat
komponen oleh sengkang tertutup
struktur lentur.
V | 75
Jarak maksimum Jarak maksimum sengkang 150 mm <
antar sengkang tertutup yang ada di lapangan semua
tertutup tidak boleh adalah 150 mm syarat
melebihi: Dbalok = 650 mm yang di
a. d/4 = 650/4 = tentukan
162,50 mm dalam SNI
b. delapan kali
diameter tekecil
tulangan
OK
memanjang =
8x22mm = 176
mm
c. 24 kali diameter
batang tulangan
sengkang
tertutup = 24 x
10 = 240 mm
d. 300 mm
V | 76
Sambungan lewatan Sesuai
tidak boleh pengamatan
digunakan pada: di lapangan,
a. Pada daerah tidak ada
hubungan sambungan
Pertemuan
balok kolom Kolom - Balok lewatan
yang
terdapat
pada
hubungan OK
balok-kolom,
baik itu
sambungan
lewatan
pada kolom
Gambar 5.51 Evaluasi Letak maupun
Sambungan Lewatan sambungan
Pada Join Balok- lewatan
Kolom pada balok
telapak
100
10
Lantai Kerja
Pasir Urug
Tanah Keras
320
V | 77
Pasal Di ambil salah satu contoh tulangan
23.8(2(2)) lentur yang diberikan kait 90° di dasar
Kolom yang pondasi dengan ujung kaitnya
direncanakan mengarah ke pusat kolom pada type Model kait 90°
dengan pondasi type 2 karena model kait untuk yang
anggapan jepit semua type pondasi sama diberikan
pada pada tulangan
perletakannya lentur di dasar
harus sesuai pondasi dan
23.8(2(1)) 70
mengarah
Tie Beam
Tanah Dipadatkan
dan, bila perlu Lantai Kerja pada pusat
OK
kait, tulangan kolom yang
Kolom Pedestral Variabel
lentur harus terdapat di
diberikan kait lapangan
90° didasar 90° 90° 100 sesuai
pondasi 5
dengan syarat
dengan ujung 10 dalam SNI
Lantai Kerja
kaitnya Pasir Urug
Tanah Keras
pasal
320
mengarah ke 23.8(2(2))
pusat kolom Gambar 5.53 Model Kait Tulangan Pedestral
Yang Berhubungan dengan
Pondasi
V | 78