Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAYI STUNTING DAN

KETIDAKADEKUATAN PEMBERIAN ASI

Untuk memenuhi tugas MK : 1000 Hari Kehidupan Anak

Oleh : Ns Pricilya M. Warwuru, S.kep, M.kes.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Novriawan Mokodompit
2. Astuti Molanu
3. Khofifa A. Gaib
4. Nurmala Datuela
5. Febrina Kadamong

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Tugas
ini kami susun untuk memenuhi tugas faktor yang mempengaruhi bayi stunting dan
ketidakadekuatan pemberian asi.

Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas ini, kami banyak mendapat
bimbingan, nasihat serta bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari bahwa Tugas ini tentu
tidak lepas dari kekurangan untuk itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kalimat kami berharap semoga Tugas ini memberikan manfaat bagi perkembangan
kesehatan Indonesia.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kotamobagu, 08 Oktober 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Judul............................................................................................................................................

Kata Pengantar …………………………………………………………………......................

Daftar Isi………………………………………………………………………….....................

BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………….........................

A. Latar Belakang …………………………………………………………........................

B. Tujuan …………………………………………………………...................................

BAB II. Tinjauan Teori ………………………………………………………......................

A. Definisi Stunting

B. Faktor yang mempengaruhi

C. Etiologi

D. Tanda dan Gejala

E. Gambaran stunting di Sulawesi Utara

F. Pathway

G. Definisi ASI

H. Kandungan Dalam ASI

I. Tehnik Pemberian ASI

J. Hal – Hal Yang Mempengaruhi Poduksi ASI

K. Gambaran Pemberian ASI di Sulawesi Utara

BAB III. Kesimpulan……………………………………………………………………........

Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama pada masa
janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Riskesdas 2018 meyebutkan
bahwa adanya peningkatan gizi buruk di tahun 2018 sehingga menyebabkan banyak
balita mengalami risiko stunting.

Sungguh disayangkan, masyarakat kita masih belum menyadari masalah ini


karena memang anak pendek umum terlihat di masyarakat sebagai anak-anak dengan
aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurang gizi. Padahal tahukah anda bahwa
stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka dimasa dewasa?
Penelitian membuktikan bahwa kemampuan membaca anak yang pendek lebih rendah
dibandingkan anak normal, dan pada saat mereka dewasa produktivitas anak yang
pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal (Martorell, 2007).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Stunting.
2. Untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Stunting.
3. Untuk mengetahui Etiologi Stunting.
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Stunting.
5. Untuk mengetahui Gambaran Stunting di Sulawesi Utara.
6. Untuk mengetahui Pathaway Stunting.
7. Untuk mengetahui Definisi ASI.
8. Untuk mengetahui Kandungan Yang Mempengaruhi ASI.
9. Untuk mengetahui Gambaran Pemberian ASI.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Stunting
Stunting adalah masalah gizi yang serius. Keadaan stunting mencerminkan kegagalan
pertumbuhan anak dalam jangka panjang. Dampak dari stunting yang terjadi sebelum
anak berusia 2 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya penurunan kognitif, yaitu
mereka cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang normal.

B. Faktor Yang Dapat Menyebabkan Bayi Stunting.


1. Berat badan lahir rendah
Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah
2.500–4.000 gr. Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir rendah jika berat
lahirnya kurang dari 2.500 gr. Hasil penelitian menyatakan bahwa bayi yang
memiliki berat lahir rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi stunting,
memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah.
2. Tidak mendapatkan Asi Eklusif
Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan, pemberian ASI eksklusif
sangat berkaitan dengan kejadian stunting pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak
yang stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) dini (sebelum anak berusia 6 bulan) juga
berhubungan dengan kejadian stunting pada anak. Hal ini disebabkan karena
pada saat ASI dihentikan, anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang
terkandung dalam ASI. Sedangkan jika MPASI yang diberikan tidak higenis
atau anak belum siap mengonsumsi makanan, ia akan terkena infeksi.
3. Kurangnya asupan energi dan protein
Asupan energi dan protein yang kurang pada anak dapat menyebabkan
pertumbuhannya terhambat, sehingga terjadi stunting. pada saat ini harus
sangat memperhatikan apakah asupan energi dan protein si Kecil sudah cukup
atau belum. Karena asupan yang kurang dapat menyebabkan anak mengalami
gangguan pertumbuhan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah si Kecil
mendapatkan asupan yang cukup adalah dengan rutin menimbang dan
mengukur tinggi badan bayi setiap bulannya, baik ke posyandu maupun ke
dokter anak.
4. Tidak di Imunisasi
Imunisasi dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi
yang dapat melawan agen infeksi atau menyediakan perlindungan sementara
melalui pemberian antibodi. Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan
penting, yaitu untuk mengurangi risiko anak terinfeksi dan mencegah
kematian pada anak, misalnya akibat TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio,
campak, hepatitis B, dan sebagainya. Status imunisasi anak ditemukan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hal ini
disebabkan karena ketika anak terkena penyakit, akan terjadi perubahan dalam
asupan zat gizi, seperti muntah, tidak nafsu makan, dan terjadi peningkatan
kebutuhan zat gizi. Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, akan
terjadi gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.
Sumber : Kemkes 2018

C. Etiologi Stunting
a. Faktor keluarga
Misalnya nutrisi yang buruk selama prakonsepsi, kehamilan dan laktasi, dan
genetik.
b. Infeksi
Gastroenteritis, enteropati, dan penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi
dapat mengakibatkan anoreksia atau menurunnya nafsu makan.
c. Kelainan Endokrin.
Kelainan endokrin dalam faktor penyebab stunting berhubungan dengan
defsiensi GH, IGF – 1, hipotiroidisme, diabetes mellitus.
Sumber : Kemkes 2018
D. Tanda dan Gejala
a. BB tidak naik, cendeung menurun.
b. Terlambatnya perkembangan Tubuh.
c. Mudah terkena penyakit infeksi.
d. Kemampuan kognitif lemah.
e. Mudah lelah.
f. Wajah tampak lebih mudah dari anak seusianya.
g. Usia 8 – 10 tahun menjadi pendiam.
Sumber : Kemkes 2018

E. Gambaran Stunting di Sulawesi Utara


Masalah stunting (kerdil) menjadi perhatian serius pemerintah provinsi
Sulawesi Utara. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut dr Debie Kalalo MSc
mengatakan, hasil pemantauan status gizi (PSG) 2017 yang dilakukan Direktorat Gizi
Masyarakat Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, masalah
stunting di Sulut berada di angka 31,4.
Sedangkan standar nasional adalah di angka 20. “Kabupaten Bolmong Selatan
menjadi yang tertinggi maaalah stunting di provinsi ini dengan angka 51,3. Karena
itu, Bolsel menjadi prioritas penanganan stunting di Sulut oleh Kementerian
Kesehatan,” sebut Kalalo. Diterangkannya, stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Terutama dalam 1.000 hari pertama
kehidupan. Anak stunting cenderung lebih kerdil dibanding anak seusianya. Kabid
Promkes Dinkes Sulut dr Rima Lolong MKes mengikuti peringatan Hari Gizi
Nasional ke-58 di Jakarta. (Sumber Foto: Facebook dr Rima Lolong MKes)
Kabid Promkes Dinkes Sulut dr Rima Lolong MKes mengikuti peringatan
Hari Gizi Nasional ke-58 di Jakarta. (Sumber Foto: Facebook dr Rima Lolong MKes)
“Cegah stunting itu penting,” seru Kalalo.Langkahnya, cukupi gizi ibu hamil,
pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI bergizi, dan imunisasi.
Kemudian, perhatikan sanitasi berupa pemakaian air bersih, jamban sehat, dan
biasakan mencuci tangan memakai sabun.
“Itu sangat penting untuk mencegah stunting sehingga menjadikan anak cerdas,
kreatif, serta produktif, ” ujarnya. Kalalo pun menekankan, di momen Hari Gizi
Nasional ke-58 ini, pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat khususnya orang
tua soal pemberian gizi terbaik bagi anak. Kelompok remaja putri dan usaha
kesehatan sekolah (UKS) pun menjadi sasaran Dinkes untuk mendeteksi apabila ada
gangguan fisik.
Sumber : Kemkes 2018
F. Pathway

Kemiskinan
Sanitasi, higien, pengetahuan,
kepedulian, dan pelayanan
kesehatan yang buruk

Kurang gizi selama kehamilan Defisiensi gizi anak Infeksi Anak

Gangguan Kognitif
Stunting
Pertumbuhan janin yang
buruk

Penurunan tinggi badan saat Prestasi sekolah buruk


dewasa

Tulang panggul yang lebih


Gawat janin kronis
sempit pada wanita Penurunan pendapatan
saat dewasa

Kematian janin dalam Foto – pelvic / masaka


kandungan stutingdisproportion

Gangguan
Afiksia pada bayi Pertumbuhan dan
Kesulitan persalinan perkembangan

Peningkatan moralitas dan BB Menurun,


Peningkatan
morbiditas wajah tampak
mortalitas dan
morbiditas maternal lebih mudah dari
anak seusianya
Sumber : diadaptasi dari Grantham – McGregor.Et.al (2007)

G. Definisi Asi
Air susu ibu ( ASI ) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk
konsumsu bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna
makanan padat. Air susu di produksi karena pengaruh hormone prolaktin dan
oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu yang pertama keluar adalah kolostrum
atau jolong dan mengandung banyak Immunoglobin igA yang baik untuk pertahanan
tubuh bayi melawan peyakit.

H. Kandungan Dalam Air Susu Ibu.


a. Laktosa
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting
sebagai sumber energi. Selain itu laktosa juga akan di olah menjadi glukosa
dan galaktosa yang berkembang dalam sistem saraf.
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang terbesar kedua yang terkandung dalam ASI
dan menjadi sumber energy utama si kecil. Lemak juga berperan dalam
pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak dalam ASI mengandung asam linolenat
dan asam alda linolenat yang menjadi AA dan DHA yang berperan penting
untuk perkembangan otak bayi.
c. Oligosakarida
Komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti
meningkatkan jumlah bakteri yang menguntungkan yang secara alami hidup di
dalam sistem pencernaan bayi.
d. Protein
Komponen dasar dari protein adalah asam amino yg berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino yaitu : triptofan,
fenilalanin, merupakan senyawa yang mengoptimalkan daya ingat.
I. Tekhnik Pemberian ASI
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
b. Perah sedikit Asi dan oleskan ke puting dan aerola sekitarnya, fungsinya
menjaga kelembaban putting susu.
c. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung.
d. Posisikan bayi dengan benar, bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
diletakkan dekat lingkungan siku ibu. Bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan.
e. Perut bayi menempel ke tubuh ibu dan mulut bayi berada di depn putting ibu.
f. Lengan bayi yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di di antara
tubuh ibu dan bayi.
g. Tangan bayi yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas atas dada
ibu.
h. Telinga dan lengan yang diatas berada dala satu garis lurus.
i. Bibir bayi dirangsang dengan putting bud an akan membuka lebar, kemudian
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola
di masukan ke dalam mulut bayi.
j. Cek apakah perlekatan sudah benar.
k. Dagu menempel ke payudara ibu, dan mulut terbuka lebar.
l. Tidak boleh terdengar bunyi decak, hana boleh terdengar bunyi menelan.
m. Ibu tidak kesakitan.

J. Hal – Hal Yang Mempengaruhi Produksi Asi


a. Makanan
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
c. Perawatan payudara.
d. Anatomis payudara.
e. Faktor fisiologi.
f. Pola istirahat.
g. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
h. Faktor obat – obatan.
i. Konsumsi rokok dan alkohol.

K. Gambaran pemberian ASI di Sulawesi Utara


Cakupan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif di Sulut tercatat jauh di bawah angka
ideal sasaran provinsi dan nasional. Paparan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulut saat
kegiatan Diseminasi Strategi Dalam Meningkatkan Cakupan ASI Ekslusif Serta
Akselerasi Lintas Sektor dan Program di Hotel Gran Central Manado, Selasa (16/4),
cakupan ASI ekslusif Sulut tahun 2011 hanya mencapai 26,3 persen, sementara 2012
tercatat 42,56 persen. Menurut Kepala Dinkes Sulut Dr Maxi Rondonuwu DHSM
melalui Kasi Bimdal Upaya Peningkatan Gizi, Eva Tawas, pencapaian ini jauh dari
target Sulut 70 persen, dan target nasional 70 persen. "Cakupan ASI Ekslusif di Sulut
memprihatinkan," ujarnya lewat rilis kepada Tribun Manado, Selasa (16/4).
Ia mengungkapkan, Dinkes Sulut pun berupaya agar bisa memacu cakupan
pemberian asi eklusif melalui kegiatan diseminasi "Diseminasi digelar sebagai upaya
memacu cakupan pemberian ASI ekslusif yang harus diberikan pada bayi sejak usia 0
hingga 6 bulan. ASI ekslusif sangat penting bagi tumbuh kembang bayi karena
mengandung nutrisi kekebalan tubuh paling esensial," ungkapnya.nKementerian
Kesehatan pun kata Tawwas, tengah mengagas Gerakan Akselerasi Cakupan ASI
Ekslusif sejak tahun 2012 untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif.
Ia menjelaskan, kurangnya cakupan disebabkan beberapa faktor. Antara lain,
kurangnya pengetahuan ibu, dukungan keluarga, khususnya suami kurang,
ketersediaan ruang menyusui di tempat umum dan tempat kerja. Dalam kegiatan itu
peserta menerima sejumlah materi.
Di antaranya, peran dan kiat tokoh masyarakat dalam membantu peningkatan
partisipai masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu (PMD) dan Pemberian ASI
Ekslusif. Adapula materi Pentingnya ASI Bagi Bayi oleh dr Stevie Rengkuan
SpA.Tak kalah penting materi peran Pendidikan Dalam Menopang Percepatan
Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat, melalui Dunia Pendidikan Formal,
Pengalaman, dan Peran Kader Posyandu dalam Meningkatkan Pemanfaatan
Posyandu, dan Pemberian ASI Ekslusif Bagi Ibu oleh Masyarakat. Peserta kegiatan
ialah kader Posyandu, tokoh agama, tokoh masyarakat, Kapus (kepala Puskesmas),
Tim Kesehatan Balita (Bappeda, Diknas, Dinkes Manado dan Sulut, Biro Kesra
Setdaprov Sulut), dan lain-lain

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting adalah masalah gizi yang serius. Keadaan stunting mencerminkan
kegagalan pertumbuhan anak dalam jangka panjang. Dampak dari stunting yang
terjadi sebelum anak berusia 2 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya penurunan
kognitif, yaitu mereka cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak
yang normal.

B. Saran
Penting untuk seluruh ibu hamil agar memperhatikan nutrisi di 1000 hari
pertama kehidupan anak untuk mencegah adanya stunting pada anak dan sebaiknya
memberikan Asi eklusif 6 bulan selebihnya di berikan makanan pendamping.
DAFTAR PUSTAKA

Ricci, Judith A. and Becker, Stan. Risk factors for wasting and stunting among children in
Metro Cebu, Philippines The American Journal of Clinical Nutrition. 2014.1996;63:966-75.

http://gizi.depkes.go.id/stop-generasi-stunting-di-indonesia

Sumber : Kemkes 2018

Anda mungkin juga menyukai