NYERI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya
(Aziz Alimul,2006)
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan.
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang
dialaminya (Hidayat, 2008).
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
dalam enam, bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan
jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri
koroner.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul
dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu
timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri
kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus
terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun
telah diberika pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.
4. Etiologi
Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh - Kerusakan jaringan, iritasi langsung
pada reseptor nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem - Pemekaan pada
reseptor nyeri bradikinin - merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh - distensi lumen saluran
d. Kejang otot - Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor - penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung –
ujung saraf
Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar - Kerusakan
jaringan merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary - Rangsangan
pada reseptor karena tertumpunya asam laktat/bradikinin
dijaringan
b. Kejang otot - Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan
iskemia jaringan
5. Patofisiologi
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri
dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin,
prostaglandin, dan macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan
pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal
melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal
horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal
asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau
jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan
lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif.
System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn
ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur desendens
yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak
diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
6. Tanda dan Gejala
Gangguam tidur
Posisi menghindari nyeri
Gerakan meng hindari nyeri
Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
Perubahan nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Nadi meningkat
Pernafasan meningkat
.Depresi,frustasi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah
yang pecah di otak
9. Penatalaksanaan Medis
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik
berikut ini
- Teknik latihan pengalihan :
Menonton televise
Berbincang – bincang dengan orang lain
Mendegarkan music
- Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi
paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
- Stimulasi kulit
Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
Menggosok punggung
Menggompres dengan air hangat atau dingin
Memijat dengan air mengalir
c. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena
obat ini memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic
dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih
cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri
karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran
klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan
kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian
obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
- Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
- Analgesik narkotik atau opiate
- Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
d. Pemberian stimulator listrik
Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus
yang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
- Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk
,engendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa electrode diluar.
- Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan
dibawah kulit dengantransistor timah penerima yang dimasukkan
kedalam kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
- Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit
intraclavicula atau abdomen, yaitu electrode ditanam melalui
pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakan.
4) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
- Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur
tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
- Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi.
- Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah.
Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan
umum, keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan,
gerakan dinding dada.
Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan
jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer,
temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru,
atau kerja diafragma.
Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan, atau suara napas tambahan.
b. Data Fokus
1) Data Subjektif
Data yang berasal dari ungakapan pasien ataupun keluarga pasien
seperti :
a) Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur.
b) Pasien cemas karena nyerinya tidak berkurang.
c) Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya
2) Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
a) Observasi perilaku :
Pasien tampak gelisah, menangis keras, berteriak.
b) Observasi perubahan musculoskeletal :
Pasien tampak mengalami kekakuan otot seperti mengatupkan
tangan, menggertakan gigi, mengkontraksikan tungkai,
kekakuan tubuh.
c) Observasi perubahan kulit :
kemerahan,
d) Observasi jantung dan pernafasan :
Denyut jantung meningkat, tekanan darah, pernafasan
meningkat.
e) Perubahan sensoris :
Peka terhadap rangsangan
f) Perubahan proses berfikir :
Merasa bersalah, menganggap penyakitnya sebagai suatu
hukuman
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (mis., biologis, zat kimia,
fisik, psisikolog ) ditandai dengan :
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernafasan
5) Laporan isyarat
6) Diaphoresis
7) Perilaku distraksi ( mis., berjalan mobar-mandir, mencari
orang lain dan / atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek,
menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
9) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, gerakan mata
terpancar atau tetap pada satu focus, meringis)
10) Sikap melindungi
11) Focus menyempit (mis., gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Focus pada diri sendiri
18) Gangguan tidur
3. Intervensi
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan prioritas diagnosa keperawatan.Prioritas diagnosa
keperawatan ditentukan berdasarkan urutan kebutuhan Maslow, berdasarkan berat ringannya masalah.Hal tersebut tidak terlepas dari
keadaan dan kondisi klien saat menyusun rencana keperawatan.
a. Prioritas
1) Nyeri akut
b. Rencana Keperawatan
5. Evaluasi
1) Pasien mampu mengontrol nyeri, tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi uintuk mengurangi nyeri
2) Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
mamajemen nyeri
3) Pasien mampu mengenali nyeri seperti skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri
4) Pasien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
WOC
Trauma jaringan, infeksi
Tekanan Mekanis,
Deformasi, Suhu Kerusakan sel
Ekstrim
Merangsang Nosiseptor
( Reseptor Nyeri )
Dihantarkan
Serabut Tipe C
Medulla spinalis
Sistem Limbik
Otak
( Korteks Somatosensoriik )
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-
2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC