Anda di halaman 1dari 16

BAB II Kajian Pustaka

 Sistematika Drosophila
Drosophila sp. merupakan salah satu serangga yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
perkembangan ilmu genetika. Drosophila sp. atau di Indonesia lebih sering disebut dengan lalat buah
ini banyak sekali ditemukan. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada di
Indonesia yang sangat mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan dari Drosophila sp. ini.
Menurut Borror (1992), sistematika Drosophila sp. adalah sebagai berikut:
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Pterygota
Ordo : Dyptera
Sub Bangsa : Clycloriphapha
Famili : Drosphilidae
Genus : Drosophila

 Ciri morfologi untuk Identifikasi Drosophila


Identifikasi Drosophila sp. dapat dilakukan dengan memperhatikan bagian-
bagian tubuhnya. Terdapat lima bagian tubuh pada Drosophila sp. yaitu kepala
(head), thorax, abdomen, sayap dan tungkai (Chyb dan Gompel, 2013).
1. Head (Kepala)

Gambar. Ciri morfologi kepala tampak ventral dan lateral. (Sumber : Chyb dan Gompel, 2013)

Catatan :
PV ; postvertical bristle
OC; ocellar britles
aOR; mOR; pOR : anterior. middle, and posterior orbital bristles
aVT; pVT : anterior and posterior vertical bristles
Pada kepala terdapat alat penglihatan berupa ocelli (Mata majemuk) yang
ada di tengah-tengah yang dikelilingi oleh bristle, serta daerah yang lebih gelap
di tengah mata disebut pseudopupil, bagian arista pada antena berbulu. Selain
itu juga terdapat probosis pada daerah ventral kepala, terdapat postvertical
bristle, terdapat faset mata, terdapat rambut vibrisa pada posterior mulut,
terdapat ocellar bristle, terdapat bulu interiocellular erdapat vibrissae dan gena.
Carina terletak diantara antenna.

2. Dada (Thorax)

Gambar. Morfologi Toraks tampak depan, ventral dan lateral(Sumber : Chyb dan Gompel,
2013)

Thorax atau notum terdiri dari dua bagian utama: scutum anterior dan scutellum
posterior yang dipisahkan oleh scutoscutellar. Pada bagian scutum tampak dorsal, terdapat
berbagai bristle diantaranya: humeral (HU), notopleural anterior dan posteior (NP), supra-alar
anterior dan posteior (SA), post-alar anterior dan posteior (PA), presutural (PS), serta dorso-
sentral anterior dan posteior (DC). Sedangkan pada bagian skutelum terdapat bristle skutellar
anterior dan posterior (SC) (Chyb dan Gompel, 2013).
Pada bagian scutum yang tampak lateral terdiri atas bagian, upper humeral (uHU), lower
humeral (lHU), anterior notopleural (aNP), posterior notopleural (pNP), anterior supra-alar
(aSA), posterior supra-alar (pSA), anterior post-alar (aPA), posterior post-alar (pPA), presutural
(PS), anterior dorso-central (aDC), posterior dorso-central (pDC) dan bagian scutellum terdiri
atas anterior scutellar (aSC), posterior scutellar (pSC) (Chyb dan Gompel, 2013).

3. Perut (Abdomen)

Gambar. Morfologi abdomen pada Droshopila Jantan dan Betina.(Sumber


: Chyb dan Gompel, 2013)

Abdomen pada individu jantan dan betina berbeda. Terlihat pada bagian 2 segment
terakhir pada individu jantan memiliki warna coklat gelap sedangkan pada individu betina tidak.
Selain itu, pada individu betina pada segmen terakhir terdapat bagian yang berbentuk lancip itu
menandakan adanya ovipositor.

4. Sayap

Gambar. Morfologi Drosophila padasayap.(Sumber: Gompel. N, 2013)


Pada sayap terdapat dua bagian yaitu wing cells (sel sayap) dan wing veins (peruratan sayap). Pada
wing cells terdapat bagian-bagian yaitu Costal cell (C), Marginal cell (M), Submarginal cell (S), Basal cell 1
(B1), posterior cell pertama (1P), Basal cell 2 (B2), Discal cell (D), Posterior cell kedua (2P), Anal cell (A),
Posterior cell (3P), Alula (Al), dan Axillary cell(Ax). Sedangkan pada peruratan vena terdapat bagian-bagian
yaitu vena L1, radial (L2), medial (L3), kubital (L4), distal (L5), L6, costal, dan aksilari, selain itu juga
terdapat tiga cross-vein yaitu humeral, anterior dan posterior.Daerah yang berada di antara urat disebut sel. Ada
sepuluh sel: costal, marginal, submarginal, basal, diskal, anal dan posterior ke-1 sampai ke-3. (Chyb dan
Gompel, 2013).

5. Tungkai

Gambar. Morfologi kaki pada Droshopila.(Sumber : Chyb dan Gompel, 2013)

Kaki tersusun atas lima bagian, dari proksimal ke distal terdiri atas coxa, trochanter, femur,
tibia dan tarsus. Setiap tarsus terdiri atas lima tarsomer. Hanya saja pada individu jantan yang
memiliki sex comb sedangkan pada individu betina tidak. Pada ujung tarsus Drosophila juga
terdapat Empodium(Chyb dan Gompel, 2013).

Gambar 2.6. Ujung Tarsus dengan Empodium (Sumber: Borror, 1992).

 Persebaran Drosophila
Genus Drosophila memiliki jumlah yang sangat besar yang tersebar luas di seluruh
benua. Anggotanya ditemukan di daratan subur, gurun pasir, rawa dan savanna,
semuanya merupakan habitat dari anggota Drosophila, tak terkecuali daerah hutan
dan pegunungan. Drosophilla sp pada umumnya memiliki sifat yang kosmopolit
(memiliki persebaran yang merata jika ditinjau secara geografis) tetapi penyebaran
bisa berpindah dari waktu ke waktu, faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran
tersebut adalah suhu, cahaya, arah mata angin, kelembaban maupun manusia
(Wheller,1981).

 Mekanisme Isolasi
Mekanisme Isolasi merupakan karakteristik yang menyebabkan sebuah spesies simpatrik (menempati daerah
geografi yang sama atau saling menutup dengan daerah persebaran geografi) tetap bertahan. Isolasi dapat
berupa isolasi tingkah laku mekanis, lingkungan, dan fisiologis yang dapat menghalangi dua individu dari dua
spesies yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang normal (Basuki, 1997).Menurut Munawaroh (1996)
isolasi dibedakan beberapa macam:

 Isolasi Geografi (Spasial) merupakan karakteristik dari populasi lokal, ras lokal, maupun ras
geografi.
 Isolasi reproduksi merupakan sesuatu yang secara genetik dikondisikan mencegah atau menghalangi
perubahan gen antara populasi yang melibatkan perubahan yang berupa perubahan lingkungannya,
tingkah laku mekanis dan fisiologinya.
 Mekanisme poszigotik(postmating) merupakan isolasi yang terjadi setelah fertilisasi dan terbentuk
zigot, namun dihasilkan keturunan yang lemah dan steril.

 Mekanisme male choice


Metode male-choice merupakan metode dimana suatu individu jantan dari satu strain dikawinkan dengan
dua individu yang berbeda, yaitu satu dari strain yang sama (betina homogami) yang lainnya dari strain yang
berbeda (betina heterogami) dalam jangka waktu 24 jam (Bock, 1978).
Keberhasilan perkawinan setelah dibiarkan bersama selama 24 jam diuji dengan pengamatan langsung
terhadap dihasilkan atau tidaknya keturunan. Peristiwa kawin yang terjadi pada tingkat spesies akan melibatkan
banyak hal terhadap feromon seks yang muncul pada peristiwa pendekatan sebelum kawin. Feromon seks ini
berupa tanda kawin yang dikeluarkan oleh individu yang mempunyai pengaruh meningkatkan tingkah laku
seksual spesies yang sama atau spesies yang masih mempunyai hubungan yang erat dari jenis seks yang
berbeda (Castrezana and Markow,2008).

 Indeks Isolasi
Indeks isolasi berfungsi untuk mengukur besar seleksi seksual dan isolasi seksual yang didapat dari
proporsi dari perkawinan homogami dan heterogami. Pada keadaan kawin yang acak, proporsi perkawinan
homogami dan heterogami diharapkan sama (Ehrman & Parson, 1981).
Menurut Solignac (1976) Indeks isolasi adalah selisih antara persentase perkawinan homogami dan
heterogami yang dibagi dengan total kedua jenis perkawinan. Indeks berkisar dari -1 hingga +1, dengan nilai
positif menandakan adanya kecenderungan homogami, nilai negatif menandakan adanya kecenderungan
heterogami dan nilai nol menandakan tidak adanya kecenderungan kawin.
% perkawinan homogami−% perkawinan heterogami
Indeks isolasi =
% perkawinan homogami+% perkawinan heterogami

 Profil wilayah penangkapan Drosophila


Keadaan Geografis kota Malang, Surabaya dan Gresik

Gambar 2.7. Peta jarak kota Malang, Surabaya, dan


Gresik (Sumber: maps.net)
Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah
satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada
ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak 112,06° – 112,07° Bujur Timur dan
7,06° – 8,02° Lintang Selatan. Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2008 tercatat rata-rata suhu udara
berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,7°C dan suhu minimum 18,4°C .
Rata kelembaban udara berkisar 79% – 86%. Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum mencapai
40%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim
hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso Curah hujan yang relatif
tinggi terjadi pada bulan Pebruari, Nopember, Desember. Sedangkan pada bulan Juni dan September Curah
hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.

Secara geografi s Kota Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ - 112° 57’ Bujur Timur,
sebagian besar wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas
permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian 25 -
50 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048
Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan
wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi
menjadi 5 wilayah kota, terdiri dari 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan. Dengan batas-batas wilayah kota
Surabaya adalah sebagai berikut : Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Sidoarjo, sebelah timur dibatasi Selat Madura dan sebelah barat dibatasi dengan Kabupaten Gresik.

Kabupaten Gresik adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Gresik.
Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang
berada 150 km lepas pantai Laut Jawa. Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat
Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kota
Sidoarjo dan Mojokerto di sebelah selatan.
 Kerangka Konseptual

BAB III Metode penelitian


 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini bersifat ex post facto (deskriptif). Penelitian ex post facto merupakan penelitian
yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang
disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang
secara keseluruhan sudah terjadi. Data yang diambil dari persilangan Drosophila sp. tangkapan lokal daerah
Malang, Tulungagung, dan Kediri yang sebelumnya telah dilakukan pengamatan 50 ciri morfologi umum dan
dilakukan galur murni sampai mendapat keturunan generasi ketiga (F3). Setelah itu dilakukan persilangan
dengan metode male-choice yaitu merupakan perkawinan pembebasan jantan untuk memilih individu betina
yang akan dikawini. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan anava tunggal.
 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika gedung Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September sampai Desember 2019.
 Populasi dan sampel
Populasi
Dalam penelitian ini populasi Drosophila sp tangkapan berasal dari 3 daerah yaitu Malang, Surabaya,
dan Gresik.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Drosophila sp. berasal dari Malang (Kecamatan Lowokwaru),
Surabaya (Pasar pacar keling) dan Gresik (Kecamatan Bungah).

 Instrumen penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; botol selai, spons penutup, selang
ampul, botol balsam, spidol, cotton bud, blender, kompor, kuas, panci, pengaduk,
pisau, timbangan dan mikroskop stereo. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Drosophila sp. tangkapan lokal daerah Malang, Surabaya dan Gresik, tape
singkong, gula merah, air, yeast, kertas pupasi, kantong plastik.
 Prosedur kerja
Penangkapan Drosophila sp.
a. Ditentukan daerah penangkapan Drosophila sp. tangkapan yaitu daerah
Malang, Tulungagung dan Kediri. Memasukkan potongan buah pisang ke
dalam beberapa botol selai/bekas air minum.
b. Diletakkan botol pada tempat yang ditentukan sampai terdapat
Drosophila sp. tangkapan, kemudian menutup botol tersebut dengan
spons/kasa.

Pembuatan medium
a. Ditimbang bahan pisang rajamala, tape singkong dan gula merah dengan
perbandingan 7:2:1.
b. Dihaluskan ketiga bahan dengan blender, kemudian menuangkannya ke
dalam panci.
c. Ditambahkan air secukupnya.
c. Dimasak selama 45 menit sambil diaduk (usahakan tidak terlalu encer
dan tidak terlalu kental), kemudian didinginkan.
d. Dimasukkan medium yang telah masak ke dalam botol persilangan
sebanyak seperlima bagian dari tinggi botol persilangan.
e. Ditambahkan yeast secukupnya dan meletakkan kertas pupasi ke dalam
botol tersebut.
g. Botol ditutup dengan spon yang telah dipotong sesuai ukuran.
Pemurnian dan Persiapan Stok
a. Diamati ciri-ciri Drosophila sp. yang telah ditangkap dari masing-masing
daerah dengan menggunakan mikroskop stereo dengan cara dimasukkan
dalam plastik (minimal 50 ciri morfologi).
b. Dibiarkan Drosophila sp. tersebut pada botol medium pemurnian hingga
terdapat pupa.
c. Dipindahkan pupa yang telah menghitam ke dalam selang ampul dan
mengampul sebanyak-banyaknya.
d. Dilakukan identifikasi terhadap lalat yang telah menetas dan
menyilangkan dalam satu daerah dari hasil ampul tersebut berdasarkan
persamaan ciri, dalam satu botol terdapat satu pasang serta melakukan
banyak ulangan.
e. Dibiakkan beberapa pasang Drosophila sp. dengan ciri yang sama
masing-masing daerah.
f. Dilakukan pemurnian sampai dengan F3

Persilangan
a. Diidentifikasi Drosophila sp. tangkapan jantan dan betina, kemudian
mewarnai Drosophila sp.tangkapan betina pada masing-masing daerah
dengan warna yang berbeda dengan menggunakan spidol.
b. Disilangkan Drosophila sp. tangkapan antar populasi dengan metode
male-choice yaitu dengan mengawinkan 5 individu jantan dengan 5
individu betina dari salah satu daerah dan 5 individu betina dari daerah
lainnya. Macam persilangannya adalah sebagai berikut:
1. ♂5Ma >< ♀5Ma >< ♀5Su (Heterogami dan homogami)
2. ♂5Ma >< ♀5Ma >< ♀5Gr (Heterogami dan homogami)
3. ♂5Ma >< ♀5Su >< ♀5Gr (Heterogami)
4. ♂5Su >< ♀5Su >< ♀5Gr (Heterogami dan homogami)
5. ♂5Su >< ♀5Su >< ♀5Ma (Heterogami dan homogami)
6. ♂5Su >< ♀5Su >< ♀5Ma (Heterogami)
7. ♂5Gr >< ♀5Gr >< ♀5Ma (Heterogami dan homogami)
8. ♂5Gr >< ♀5Gr >< ♀5Su (Heterogami dan homogami)
9. ♂5Gr >< ♀5Ma >< ♀5Su (Heterogami)
Keterangan:
Ma: Lalat Tangkapan Drosophila Malang
Su: Lalat Tangkapan Drosophila Surabaya
Gr:Lalat Tangkapan Drosophila Gresik

c. Dua hari setelah persilangan, individu jantan dilepas, kemudian masing-


masing individu betina dipindahkan dalam botol balsam yang telah berisi
medium pisang (masing-masing botol diisi satu individu betina
Drosophila sp. tangkapan).
d. Diamati ada tidaknya larva (jangka waktu 1 minggu) dalam botol balsem,
kemudian mencatatnya dalam tabel data pengamatan.

 Teknik pengumpulan data


Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melihat ada
tidaknya larva pada botol balsem yang berisi betina dari 2 daerah yang telah dibuahi
jantan pada masing-masing persilangan. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Adanya Larva pada Individu Betina Hasil Persilangan

Tipe Ulangan I Ulangan 2


persilangan ♂ ♀

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5Ma
1 5Ma
5Su
5Ma
2 5Ma
5Gr
5Su
3 5Ma
5Gr
5Su
4 5Su
5Gr
5Su
5 5Su
5Ma
6 5Su 5Gr
5Ma
5Gr
7 5Gr
5Ma
5Gr
8 5Gr
5Su
5Ma
9 5Gr
5Su
Dari tabel hasil pengamatan ada tidaknya larva di atas kemudian dimasukkan ke dalam tabel rekapan hasil
pengamatan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapan Data Hasil Pengamatan

Tipe
persilangan ♂ ♀ Ulangan I Ulangan 2

5Ma
1 5Ma
5Su
5Ma
2 5Ma
5Gr
5Su
3 5Ma
5Gr
5Su
4 5Su
5Gr
5Su
5 5Su
5Ma
5Gr
6 5Su
5Ma
5Gr
7 5Gr
5Ma
8 5Gr 5Gr
5Su
5Ma
9 5Gr
5Su
 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
rumus perkawinan homogami dan heterogami kemudian rumus indeks isolasi
untuk mengetahui kecenderungan perkawinan Drosophila sp. tangkapan yang
berasal dari Malang, Surabaya dan Gresik dengan rumus kemudian nilai indeks
isolasi ditransformasi kemudian menggunakan analisis statistik dengan metode
analisis varian tunggal.
1. Menghitung persentase perkawinan heterogami dan homogami
% perkawinan homogami =

∑ individu ♀ yang menghasilkan larva (persilangan homogami)


∑ total individu ♀ dalam satu persilangan (homogami)
% perkawinan heterogami =

∑ individu ♀ yang menghasilkan larva (persilangan heterogami)


∑ total individu ♀ dalam satu persilangan (heterogami)
2. Menghitung indeks isolasi.
% perkawinan homogami−% perkawinan heterogami
Indeks isolasi =
% perkawinan homogami+% perkawinan heterogami
3. Hasil perhitungan indeks isolasi ditransformasikan dalam transformasi dan
selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan Anava tunggal
RAK.
4. Analisis Varian Tunggal
Adapun langkah-langkah dalam teknik Analisis Data RAK menurut
Sulisetijono (2006) adalah sebagai berikut:
a. Menghitung JK Total = ∑ 𝑡2-FK
∑𝑡 2
b. Menghitung JK Perlakuan = 𝑡 − FK
𝑡
2
∑ 𝑡𝑡
c. Menghitung JK ulangan = − FK
𝑡
d. Menghitung JK Galat= JK Total – JK Perlakuan – JK ulangan
e. Memasukkan data pada tabel Ringkasan Anava
f. Membandingkan nilai F Hitung dengan nilai F Tabel
pada taraf 0,01 dan 0,05
g. Menarik kesimpulan
- Jika Fhit > F tabel, maka Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima
- Jika Fhit < F tabel, maka Ho terima dan hipotesis penelitian ditolak

DAFTAR RUJUKAN
Basuki, Supriyana. 1997. Indeks Isolasi Drosophila annanasse Lokal Pare dan Drosophila
annanasse Pulau Madura. Malang: FMIPA-IKIP Malang.
Bock, W.J. 1982. Chordata. In Parker, S.P., Synopsis and Classification of Living Organisms,
vol. 2. McGraw-Hill, New York: 822.
Borror, D. J, C.A. Ttiplehorn dan N. F. Jonhson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Castrezana, S. J. And Markow, T. A. 2008. Sexual isolation and mating properties among
allopatric Drosophila mettleri populations. Behav Genet, 38:437-445
Chib, S., dan Gompel, N. 2013. Atlas of Drosophila Morphology: Wild-type And Classical
Mutant. China: Elsevier Inc,.

Ehrman L. and Parson P. A. 1981. Sexual isolation among isofemale strains within a
population of Drosophila immigrans. Behav Genet, 1:127–133.

Munawaroh. 1996. Indeks Isolasi Pada D. annanasse Lokal dari Berbagai Ketinggian
Tempat. Malang: FMIPA-IKIP Malang.

Solignac, M. 1978. Genetics of ethological isolating mechanisms in the species complex


Jaera albifrons (Crustacea, Isopoda). Genetics, Ecology and Evolution: 637-664.

Wheeler, M. A. 1981. The Drosophilidae: A Taxonomic Overview. Ashubner, 1-97.

Anda mungkin juga menyukai