8 OFF B / Semester IV
Kelompok 2
Intan Dwi Adhisty 14.131.0610
Sri Kusuma Dewi 14.131.0611
Lia Cahya Sari 14.131.0612
Luh Made Widhyasari 14.131.0613
M. Yudha Adi Putra 14.131.0614
Ni Made Restina Juliani 14.131.0615
Ni Nengah Pariani 14.131.0617
Ni Ketut Sumitri Febrayanti 14.131.0618
Ni Putu Gita Melani 14.131.0619
Putu Sita Octaviyanti A. 14.131.0621
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
tugas makalah yang berjudul Lalat Sebagai Vektor Loiasis dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk menambah wawasan mengenai
spesies lalat yang berperan sebagai vector dari penyakit Loiasis. Selain itu penulisan
tugas ini juga bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Parasitologi III.
Selama menyelesaikan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Drs. Gede Rimaya, DMM selaku dosen pengampu mata kuliah Parasitologi
III, serta segenap pihak yang telah memberikan arahan dalam penulisan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan tugas ini. Semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................3
1.4 Manfaat .............................................................................................................3
BAB II ISI
2.1 Morfologi Lalat Chrysops sp. ...........................................................................4
2.2 Penyebaran Lalat Chrysops sp. .........................................................................8
2.3 Siklus Hidup Chrysops sp. ................................................................................9
2.4 Penyakit yang Diakibatkan Dari Chrysops sp...................................................9
2.5 Gejala-Gejala Klinis Dari Penyakit Loiasis.......................................................10
2.6 Diagnosis Laboratorium Dari Penyakit Loiasis.................................................10
2.7 Pencegahan dari Penyakit Loiasis .....................................................................11
2.8 Pengobatan dari Penyakit Loiasis .....................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dipthera
Family : Tabanidae
Subfamily : Chrysopsinae
Tribus : Chrysopsini
Spesies :
- C. altivagus - C. reliticus
- C. caecutiens - C. sepulcralis
- C. carbonarius - C. subcaecutiens
- C. coloradensis - C. surdus
- C. excitans - C. tidwelli
- C. facialis - C. univittatus
- C. lateralis - C. viduatus
- C. niger - C. vitattus
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan pembuatan
makalah sebagai berikut.
1. Mengetahui morfologi dari lalat Chrysops sp.
2. Mengetahui penyebaran dari lalat Chrysops sp.
3. Mengetahui siklus hidup dari lalat Chrysops sp.
4. Mengetahui penyakit yang diakibatkan dari lalat Chrysops sp.
5. Mengetahui gejala klinis dari penyakit Loiasis
6. Mengetahui diagnosis laboratorium dari penyakit Loiasis
7. Mengetahui pencegahan dari penyakit Loiasis
8. Mengetahui pengobatan dari penyakit Loiasis
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan
mengenai karakteristik dari lalat Chrysops sp.
2. Paramedis
Paramedis mendapatkan tambahan informasi mengenai lalat Chrysops sp.
sehingga mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh lalat tersebut dan cara
pengobatannya.
3. Masyarakat
Masyarakat mendapatkan tambahan informasi mengenai lalat Chrysops sp.
sehingga mengetahui gejala klinis dan cara pencegahan penyakit akibat tergigit
spesies tersebut.
3
BAB II
ISI
1. Telur
Dalam kelompok pada bagian bawah daun tanaman air yg berlumpur
Ukuran kecil 1-2,5 mm, warna putih kekuningan abu-abu hitam, bentuk
melengkung / seperti sigaret
jumlah telur 100-1000 buah
4
telur menetas dalam 5-7 hari, tergantung pada kondisi cuacanya
Gambar 1. Chrisops cincticornis bertelur. Gambar 2. Chrisops sp., Massa telur setelah gelap.
Gambar 3. Habitat khas yang digunakan oleh lalat untuk meletakkan telur
2. Larva
Berada dalam air yang berlumpur, bentuk silindris, kedua ujung runcing,
warna putih kekuningan, coklat atau hijau bernoda hitam. Kepala kecil warna
hitam, mempunyai abdomen yang terbagi dalam 11-12 segmen
Tiap segmen abdomen terdapat bagian seperti cincin yang melingkar &
terdapat tonjolan seperti kaki palsu / pseudopoda
Ujung abdomen terdapat alat nafas / siphon dan alat sensoris yang bentuknya
piriform disebut organ grabers
Habitat air berlumpur dan sisa daun yang membusuk, sifatnya predator,
pemakan bangkai, canibal, menggigit kaki manusia yang masuk kedalam
lumpur
Stadium larva dapat mencapai 3 tahun dan memiliki 6-13 stadium
5
Larva matur memiliki ukuran 1 - 6 cm, bergerak ketempat kering berubah
menjadi pupa
Makanan zat organik yang membusuk
3. Pupa
Kepompong berwarna cokelat, bulat anterior, posterior lonjong, memiliki kaki
dan sayap melekat pada tubuh
Menembus permukaan lumpur yang mengering dengan posisi terbalik
Ukuran 6-35 mm, agak melengkung warna coklat
Tubuh: cephalothorax dan abdomen, memiliki bagian lateral spirakel, ujung
abdomen terdapat 6 lobus berspina (caudal aster)
Tahap pupa umumnya berlangsung 2-3 minggu
6
Makanannya berupa cairan tumbuhan, betina menghisap darah mamalia,
reptilia, burung dan manusia pada siang hari yg cerah
Kemampuan terbang jauh, istirahat di hutan / semak
Gigitannya cukup dalam , sakit & timbul perdarahan pada hewan ternak
(kuda, sapi, kerbau, kera)
Musim hujan populasi > musim kemarau
Sebagian besar spesies laki-laki muncul sebelum betina
Lalat jantan matanya bersebelahan dan agak renggang pada betina
Antena bersegmen tiga
Pada dada dan perut ditumbuhi bulu-bulu halus
Rentan panjang 7-10 mm
Warna kuning hingga hitam, memiliki garis-garis di perut, dan memiliki sayap
berbintik-bintik dengan bercak-bercak hitam
7
2.2 Penyebaran Lalat Chrysops sp.
Daerah endemi adalah daerah lalat Chrysops silacea dan Chrysops dimidiate
yang mempunyai tempat perindukan di hutan yang berhujan dengan kelembapan
tinggi. Lalat ini menyerang manusia, yang sering masuk hutan, maka penyakitnya
lebih sering ditemukan pada pria dewasa.
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan dan
sekitarnya. Ditemukan di Afrika tropic bagian Barat dari Sierra Leone sampai
Angola, lembah sungai Kongo, Republik Kongo sendiri, Kemerun dan Nigeria
bagian Selatan.
Distribusi geografis Loiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa
kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kemerun dan Sungai Ogowe.
8
2.3 Siklus Hidup Chrysops sp.
Beberapa spesies selain menghisap darah manusia ada yang menghisap darah
mamalia. Lalat ini aktif siang hari, mulai terbit matahari sampai jam 10 dan jam
16 sampai senja. Lalat betina meletakkan 200-800 telur pada tumbuhan air,
rumput dan batu karang. Menetas 4-5 hari, melewati 6 kali pergantian kulit dan
kemudian jatuh ke dalam air, lalu masuk ke dalam lumpur atau pasir. Setelah
mellui beberapa stadium, larva mencari tanah yang kering kemudian menjadi
pupa. Lalat dewasa keluar dari pupa 10-18 hari kemudian melakukan kopulasi.
Daur hidup di daerah tropik dalam waktu 4 bulan atau lebih, di daerah dingin
sampai 2 tahun.
9
2.5 Gejala-Gejala Klinis Dari Penyakit Loiasis
Sebagian besar orang yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala
apapun, bahkan hingga beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terinfeksi.
Cacing akan tinggal diam di dalam tubuh inangnya, tersembunyi di balik kulit
selama bertahun-tahun.
Gejala Loiasis yang biasa ditemukan adalah gatal dan pembengkakan (hilang-
timbul) pada bagian tubuh yang tidak terasa nyeri. Pembengkakan ini dapat
terjadi di bagian tubuh manapun, tetapi lebih sering terjadi berdekatan dengan
daerah persendian.
Selain itu, penderita juga dapat menemukan adanya cacing yang keluar di
permukaan bawah bola matanya. Kadangkala, penderita juga menemukan adanya
cacing yang keluar dari dalam kulitnya.
Gejala lainnya yang lebih jarang ditemukan adalah rasa gatal di seluruh tubuh,
nyeri otot, nyeri sendi, dan merasa sangat lelah. Pada pemeriksaan darah biasanya
ditemukan peningkatan kadar eosinofil.
Pengeluaran cacing pada mata melalui tindakan pembedahan tidak dapat
menyembuhkan infeksi cacing, karena cacing mungkin juga terdapat pada bagian
tubuh lainnya. Pemberian obat anti parasit harus dipertimbangkan karena dapat
menimbulkan efek samping berbahaya. Berkonsultasilah terlebih dahulu dengan
dokter Anda sebelum mulai mengkonsumsi obat-obatan apapun.
10
Immunoassay, untuk mendeteksi antigen
a) LIPS (luciferase immunoprecipitation assay)
b) QLIPS (LIPS quick version)
Hanya membutuhkan inkubasi 15 menit
Sensitivitas dan spesifisitas tinggi ( 97% dan 100%)
c) ELISA
Biopsi Subkutan
11
2. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik,
cara kimiawi dan cara biologi.
1) Cara fisik
a) Perangkap Lalat (Fly Trap)
b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)
c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi.
e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan
kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.
2) Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode
yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten yang cepat.
12
membunuh dengan mengganggu sistem saraf dan fungsi otot, khususnya dengan
meningkatkan penghambatan neurotransmisi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa lalat Chrysops sp. memiliki
karakteristik diantaranya:
Lalat Chrysops ialah Tabanid kecil, memiliki antena langsing, mata berwarna
terang, abdomen berwarna kuning dengan garis-garis gelap
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan dan sekitarnya.
Lalat ini aktif siang hari, mulai terbit matahari sampai jam 10 dan jam 16 sampai
senja.
Lalat Chrysops bertindak bertindak sebagai vektor dari cacing Loa loa yang
menimbulkan penyakit Loiasis.
Gejala Loiasis yang biasa ditemukan adalah gatal dan pembengkakan (hilang-
timbul) pada bagian tubuh yang tidak terasa nyeri.
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil
pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata
ataupun dalam jaringan subkutan.
Pencegahan dari penyakit Loiasis dilakukan dengan menghindari gigitan lalat.
Pengobatan Loiasis dilakukan dengan penggunaan dietilkarbamasin (DEC) ,
pembedahan untuk mengeluarkan cacing dewasa, dan Ivermectin.
3.2 Saran
a. Masyarakat atau pembaca
Masyarakat atau pembaca disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari lalat Chrysops sp.
b. Mahasiswa/peneliti selanjutnya
Mahasiswa/peneliti selanjutnya disarankan agar tidak cepat puas dengan
informasi yang ada dalam makalah ini, dan disarankan untuk mengkaji lebih luas lagi
mengenai lalat Chrysops sp.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-publichealth.com/jenis-dan-bionomik-lalat/
https://tothelastbreath.wordpress.com/2010/12/25/loiasis/
https://www.scribd.com/doc/178915317/Makalah-Pak-Kodir
http://antisera.wen.su/filaria.html
http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-limfatik-kaki-gajah-di-indonesia.html
https://www.dokter.id/berita/loa-loa-cacing-menjijikan-yang-menggerogoti-mata-
manusia
15