Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Kwarganegaraan

Dosen Pengampu: Bakti Fatwa Anbiya, M.Pd

Disusun Oleh:
Miss Sareena Chemahma (1703016151)
Miss Fuseyah Navae (1703016154)
Ibrizatul Mutammima (1703016164)
Sururim Masfufah (1703016167)
Ahmad Ya’kup Mubarok (1703016177)
Heru Kurniawan (1703016186)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2017-2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami mengucapkan puji syukur ahamdulillah atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Demokrasi Indonesia”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kuwarganegaraan.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah in. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 17 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………….………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Demokrasi………………………………………………………


B. Prinsip – prinsip Demokrasi…………………………….……………………..
C. Sejarah Perjalanan Demokrasi di Indonesia…………….……………………..
D. Partisipasi politik warganegara terhadap demokrasi di Indonesia…….………

BAB III PENUTUP

A. Simpulan……………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman
yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi adalah memperbincangkan tentang kekuasaan,
atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradap. Itu merupakan sistem
menejemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang
menghargai martabat manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap
orang yang selama ini selalu diatas namakan namun tak pernah ikut menentukan.
Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak itu agar
siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu.
Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam
sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang
sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan
nasional juga mencita-citkan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-
foedalisme dan anti-imperalisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis.
Maka dari itu perlu adanya kajian yang membahas demokrasi guna memahami
tentang demokrasi yang diterapkan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar demokrasi?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip demokrasi ?
3. Bagaimanakah sejarah perjalanan demokrasi di Indonesia?
4. Bagaimana partisipasi politik warga negara terhadap demokrasi di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Demokrasi


Secara etimologi demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau
cratos yang berarti kekuasan atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-cratein atau
demos-cratos memeliki arti suatu keadaan negara dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tanga rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaaan oleh
rakyat. Secara terminologi adalah sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut
serta memerintah dengan perantara wakilnya (wakil rakyat). 1 Demokrasi menurut
beberapa ahli:
1. Abaraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan adri rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
2. Carol C. Gould
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang didalamnya rakyat
memerintah sendiri, baik melalui partisipasi langsung dalam merumuskan
keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka maupun denagn cara
memilih wakil-wakil mereka.
3. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

Dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (Hornby dkk,


1988) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “democracy” adalah :

(1) country with principles of government in which all adult citizens share
through their elected representatives; (2) country with government which
encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech, religion,
opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule,
accompanied by respect for the rights of minorities. (3) society in which there is
treatment of each other by citizens as equals”

1
Ubaedillah dan Abdul Razak, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatulla, 200l), hlm. 131-132.
Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk
kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat di mana warganegara dewasa turut
berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya
mendorong dan menjamin kemerdekaanberbicara, beragama, berpendapat, berserikat,
menegakkan ”rule of law”, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-
hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi
perlakuan yang sama. Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan
Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa
“demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”
atau “the government from the people, by the people, and for the people”.2

Karena “people” yang menjadi pusatnya, demokrasi oleh Pabottinggi (2002)


disikapi sebagai pemerintahan yang memiliki paradigma “otocentricity” atau
otosentrisitas yakni rakyatlah (people) yang harus menjadi kriteria dasar demokrasi.
Sebagai suatu konsep demokrasi diterima sebagai “…seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan, yang juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi
adalah pelembagaan dari kebebasan” (USIS, 1995).

B. Prinsip-prinsip demokrasi
.Suatu pemerintahan dikatakan demokratis, apabila mempunyai prinsip-prinsip
demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi itu ialah3 :
1. Kedaulatan di tangan rakyat
Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat. Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi, apabila
setiap warga negara mampu memahami arti dan makna dari prinsip
demokrasi.
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat
yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin,
agama, suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak asasi manusia di

2
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Ristekdikti, 2016) hlm. 146-147.
3
Artis, Demokrasi dan Konsitusi di Indonesia, (Pekanbaru: UIN SUSKA Riau, 2014) hlm. 38
Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
sebenarnya terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal
PBB yang lahir pada tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak
asasi manusia
Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea pertama dan empat, Batang Tubuh Undang-
Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia
Indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998.
Setelah itu, dibentuk Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia, Undang-Undang yang mengatur dan menjadi hak asasi manusia
di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia.
3. Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi).
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan
konstitusi.
4. Pengambilan keputusan atas musyawarah.
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan
sesuai keputusan bersama (musyawarah) untuk mencapai mufakat.
5. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik.
Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial
politik ini berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
6. Pemilu yang demokratis.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan
sama didepan hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan
jenis kelamin, ras, suku, agama, kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam
persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-bedakan perlakuan dan
tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika
merekabersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman
sesuai dengan kesalahannya.4

Menurut Inu Kencana, prinsip demokrasi, yaitu5


1. Adanya pembagian kekuasaan
2. Adanya pemilihan umum yang bebas
3. Adanya manajemen yang terbuka
4. Adanya kebebasan individu
5. Adanya peradilan yang bebas
6. Adanya pengakuan pihak minoritas
7. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum
8. Adanya pers yang bebas
9. Adanya beberapa partai politik
10. Adanya musyawarah.

C. Sejarah perjalanan demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami fluktuasi dan masa
kejaannya dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanan demokrasi
Negara Indonesia, terdapat berbagai masalah yang muncul yang harus dihadapi, yaitu
bagaimana suatu demokrasi sebagai tonggak berkembangnya suatu Negara dapat
menjadi peran dalam mewujudkan berdirinya sisi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perkembangan demokrasi Indonesia, dalam kurunnya waktu terbagi menjadi menjadi
empat periode, yaitu: Demokrsi Parlementer (1945-1959), Demokrasi Terpimpin
(1959-1965), Demokrasi Pancasila (1965-1998), DemokrasiReformasi (1998-sampai
sekarang).
1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi
parlementer.Dimana parlementer mulai diberlakukan sesudah sebulan
kemerdekaan di proklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD 1945
dan 1950.Namun dalam pelaksanaannya kurang sesuai untuk Indonesia.
4
Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2003) hal.118
5
Tim Pokja UIN Sunan Kalijaga, Pancasila dan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005), hal. 81
Karena persatuan yang dapat digalang selama menghadapi musuh bersama
dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan konstuktif sesudah
kemerdekaan dicapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi demokrasi
sistem peluang untuk mendominasi partai-partai politik dan DPR.
Dimana menurut UUD 1950 menetapkan berlakunya sistem
parlementer, dengan Badan Eksekutif yang terdiri dari presiden sebagai
kepala Negara beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung
jawab politik.
Karena fragmentasi partai politik, usia kabinet pada masa ini jarang
dapat bertahan cukup lama, juga ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan
politik yang tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis, padahal
merupakan kekuatan yang paling penting, akhirnya koalisi yang dibangun
dengan sangat gampang pecah, hal ini mengkibatkan, destabilisasi politik
nasional.
Faktor-faktor semacam ini ditambah dengan tidak mampunya
anggota-anggota partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai
konsesus mengenai dasar Negara untuk UUD baru, akhirnya mendorong
Ir. Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dengan
memperlakukannya kembaliUUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar.
Dengan peristiwa ini berakhirlah masa demokrasi parlementer.6
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965).
Pada masa periode ini, ialah adanya dalam pendominasian presiden
dalam kegiatan pemerintahan, berkembangnya komunis, dan meluasnya
peran ABRI dalam unsur sosial politik.UUD 1945 membuka kesempatan
bagi seorang presiden untuk bertahan sekurang-kurangnya 5 tahun.Akan
tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir.Soekarno sebagai
presiden seumur hidup, telah membatalkan pembatasan dalam kurun
waktu 5 tahun itu.Selain itu, banyak terjadi tindakan penyimpangan
lainnya yang terjadi terhadap ketentuan UUD 1945 yang eksplisit
ditentukan dan presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat
demikian.

6
Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2003) hal. 130-131
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong juga mengganti Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai hasil pemilu, ditonjolkan peranannya
sebagaipembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol ditiadakan.Dan di
dalam bidang perundang-undangan dimana segala aktifitas pemerintahan
dilaksanakan melalui Penetapan Presiden yang memakai sumber Dekrit 5
Juli.
Dan bagaimanakah rumusan demokrasi terpimpin dan apakah
butir-butir pokok demokrasi terpimpin?Seperti yang dikemukakan
Soekarno, dalam kutipan A.Syafi’I Ma’arif adalah demokrasi yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dan prinsip-prinsip demokrasi terpimpin yang dikemukakan oleh
Soekarno adalah sebagai berikut: pertama; tiap-tiap orang diwajibkan
untuk berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, bangasa, dan
Negara; kedua; tiap-tiap orangberhak mendapat penghidupan yang layak
dalam masyarakat, bangsa, dan negara.7
3. Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Dengan landasan formil, yaitu pancasila, UUD 1945, dan
Ketetapan MPRS.Dalam usah untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap UUD 1945.Dan begitupula meniadakan pasal yan memberi
wewenang kepada presiden untuk memutuskan permasalahan yang tidak
dicapai mufakat antara badan legeslatif. Selain itu beberapa hak asasi
diusahakan supaya diselenggarakan secara lebih penuh dengan memberi
kebebasan kepada pers untuk menyatakan pendapat, dan kepala partai-
partai politik untuk bergerak dan menyusun kekuatannya, terutama
menjelang pemilu 1971. Dengan demikian diharapkan terbinanya
partisipasi golongan-golongan dalam masyarakat disamping pembangunan
secara teratur.
Namun dalam pelaksanaanya, demokrasi pancasila pada masa
Soeharto belum mencapai pada tataran praksis. Karena dalam demokrasi
ini, ditandai dengan adanya; dominan para ABRI, birokratisasi dan
sentralisasi pengambilan keputusan politik; pengebirian peran dan fungsi
partai politik; adanya campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan

7
Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2003) hal. 131-132
partai politik; masa mengambang; monolitisasi ideologi Negara; dan
inkorporasi lembaga non pemerintah. Sehingga pelaksanaan demokrasi
pada masa ini belum secara penuh ditegakan berdasar nilai-nilai demokrasi
pancasila.8
4. Demokrasi Reformasi (1998-sampai sekarang).
Periode ini sering kali disebut dengan istilah periode paska-Orde
Baru. Periode ini erat hubungnnya dengan era reformasi yang menuntut
pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekuen. Tuntutan ini
bearakhir waktu lengsernya presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan pada
tahun 1998, setelah lebih dari 30 tahun berkuasa.9

D. Partisipasi politik warga negara terhadap demokrasi di Indonesia

Berpartisipasi merupakan gabungan dari kebebasan berpendapat dan


berkelompok, dinegara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak
partisipasi masyarakat, lebih baik. Karena partisipasi menunjukkan bahwa warga
mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan itu.

Bentuk partisipasi warga negara terhadap demokrasi dapat diimplementasikan


melalui partisipasi politik. Menurut Herbert McClosky dalam International
encyclopedia of the social sciences, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukkan kebijakan umum.

Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh negara, tercantum dalam UUD


1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Dan diatur
secara jelas dalam dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan
hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara

8
Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2003) hal. 133-134
9
Ibid, hal.135-141
mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama
dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan lain-lain.10

Pertisipasi warga Negara dalam politik antara lain :

1. Ikut andil dalam pemilihan pemimpin dan wakil rakyat.


2. Menjadi anggota dalam lembaga politik.
3. Menyampaikan aspirasi pada pemangku kebijakan.
4. Mengawasi pelaksanaan kebijakan.
5. Melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.

Sebagai pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat dalam politik


memiliki peran penting. Karena dalam Negara demokrasi semua bersumber dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

10
Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1996) hlm. 183
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Secara umum demokrasi ialah dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.
Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
Negara dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah
demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara
operasional implikasinya di berbagai Negara tidak selalu sama.
Demokrasi di Indonesia dimulai sejak 17 Agustus 1945 sampai sekarang ini.
Seiring berjalannya waktu demokrasi di Indonesia mengalami perubahan, dari mulai
demokrasi iberal sampai era reformasi saat ini.
Suatu pemerintahan dikatakan demokratis, apabila mempunyai prinsip-prinsip
demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi itu ialah, Kedaulatan di tangan rakyat,
pengakuan dan perlindungan HAM, pemerintahan yang berdasarkan konstitusi,
musyawarah untuk mufakat, pemilu yang demokratis, dan peradilan yang bebas serta
tidak memihak.
Partisipasi politik merupakan kegiatan warganegara yang bertujuan untuk
empengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang
dalam posisinya warganegara, bukan politikus ataupun pegawai negeri dan sifat
partispasi plitik ini bersifat sukarela.

B. Saran
Penulis menawarkan beberapa saran penting. Khususnya yang berkaitan
dengan persoalan kedaulatan rakyat sebagai tujuan dari demokrasi itu sendiri. Saran
tersebut anatara lain:
Pertama, apa yang menjadi kekurangan dan sejarah kelam bagi pelaksanaan
demokrasi Indonesia dimasa lalu hendaknya menjadi pembelajaran dan tidak diulang
kembali. Kedua, hendaknya masyarakat tidak terlalu eksklusif atau ekstrim dalam
memandang perbedaan keyakinan, agama, adat istiadat, perbedaan politik, dan lain
sebagainya. Sebab, perbedaan-perbedaan itu adalah bagian dari demokrasi. Ketiga,
Sebaiknya bagi semua warga negara/masyarakat, dalam pelaksanaan demokrasi,
benar-benar menyuarakan isi hatinya jangan hanya karena iming-iming hadiah berupa
materi sehingga lupa apa yang seharusnya disuarakan. dan Keempat, Bagi para elit
politik dan pemerintah, kiranya kehidupan rakyat lebih diperhatikan, jangan justru
bekerjasama untuk membodohi dan menipu rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi, Azra, dkk 2003. Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ristekdikti.

Budiarjo, Miriam. 1996 Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi


Pancasila. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Artis. 2014. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Pekanbaru: UIN SUSKA Riau.

Anda mungkin juga menyukai