Anda di halaman 1dari 7

ANTIBIOGRAM RUMAH SAKIT: SEBUAH KEBUTUHAN

ABSTRAK

Antibiogram rumah sakit merupakan sebuah ringkasan kerentanan antimikroba


secara periodik dari isolasi bakteri lokal yang dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi
klinis rumah sakit. Antibiogram sering digunakan oleh ahli klinis untuk menilai angka
kerentanan lokal di daerah tersebut, sebagai sebuah panduan dalam memilih terapi
empiris antibiotik yang tepat, dan untuk memonitoring kerentanan sepanjang waktu
pada sebuah lembaga. Antibiogram juga dapat digunakan sebagai pembanding angka
keresistenan antar lembaga lembaga dan mengetahui jalur kecendrungan kerentanan.
Beberapa rumah sakit mempunyai dukungan yang adekuat dari departemen komputer
agar dapat memberikan data dari modul pelaporan mereka. Perangkat lunak WHONET
dapat di dapatkan secara gratis dan dapat digunakan untuk analisis. Guideline konsensus
telah dikembangkan oleh Clinical and Laboratory Standards Institue (CLSI) untuk men-
standarisasi metoda yang digunakan dalam menciptakan antibiogram. Guideline ini
dapat digabungkan dengan WHONET untuk analisa. Hanya isolasi pertama dari pasien
yang dapat dimasukan ke analisa. Analisa harus dilakukan berdasarkan lokasi basien
dan tipe spesimen. Persentase kerentanan dari isolasi bakteri yang paling sering terjadi
harus ditampilkan di antibiogram, lebih baik jika dalam bentuk tabel. Antibiogram harus
dicetak atau dimasukan ke internet agar semua ahli klinis memiliki akses yang mudah.
Kebijakan antibiotik merupakan salah satu kebutuhan wajib untuk akreditasi, dan
menciptakan sebuah antibiogram merupakan langkah awal sebelum menyusun
kebijakan antibiotik. Antibiogram di masa depan akan bergabung dengan data pasien
agar informasi semakin dapat diandalkan untuk memprediksi wabah.

Kata kunci: antibiogram, terapi antibiotik empiris, rumah sakit

PENDAHULUAN

Pekerjaan yang paling penting untuk dilakukan oleh sebuah laboratorium


mikrobiologi klinis adalah melaporkan ringkasan kumulatif pola kerentanan
antimikroba yang sedang terjadi, yang disebut sebagai antibiogram. Artikel ini
menjelaskan bagaimana cara menciptakan sebuah antibiogram, penjelasan nya, serta
perannya dalam kebijakan antibiotik empiris.
KEBUTUHAN

Antibiogram rumah sakit merupakan sebuah ringkasan periodik dari kerentanan


antimikroba pada isolasi bakteri lokal yang diberikan pada laboratorium mikrobiologis
klinis di rumah sakit. Antibiogram sering digunakan oleh ahli klinis untuk menilai
angka kerentanan lokal di daerah tersebut, sebagai sebuah panduan dalam memilih
terapi empiris antibiotik yang tepat, dan untuk memonitoring kerentanan sepanjang
waktu pada sebuah lembaga. Antibiogram juga dapat digunakan sebagai pembanding
angka keresistenan antar lembaga lembaga dan untuk mengetahui jalur kecendrungan
kerentanan.

PERAN AHLI MIKROBIOLOGI

Ahli mikrobiologi klinis memainkan sebuah peran yang penting dalam


menciptakan antibiogram. Tugas pertama adalah melaporkan biakan bakteri secara tepat
dengan hasil kerentanan berdasarkan guideline Clincal and Laboratory Institute (CLSI).
Ini merupakan praktik yang baik dalam mendidik pengguna laboratorium tentang arti
dari istilah Methicillin Resistance Streptococcus aureus (MRSA), Spectrum Beta
Lactamase (ESBL), Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) dan lainnya yang
diperluas., dan sebagai catatan pada implikasi pelaporan dalam hasil dan saran terapi
serta tindakan pencegahan pengendalian infeksi. Lalu, adanya kebutuhan antibiogram
kumulatif dalam menangkap data selama beberapa periode waktu, katakanlah setiap
tahun, atau sekali enam bulan. Terakhir, ahli microbiologis juga memainkan peran
dalam penciptaan kebijakan antibiotik empiris rumah sakit, mengubah antibiogram
kumulatif menjadi hal yang dapat dipraktekan.

METODA

Hal ini terlihat sebagai pekerjaan yang sangat menakutkan untuk menganailsa
semua isolasi biakan dalam sebuah lembaga. Beberapa rumah sakit mempunyai
dukungan yang adekuat dari departemen informasi dan tekhnologi nya agar dapat
measukan data dari module pelaporan mereka. Namun, hal ini tidak selalu mungkin
terjadi. Untuk memudahkan masalah, yang dibutuhkan ialah hanya mengunduh aplikasi
WHONET. WHONET ialah sebuah perangkat lunak database berbasis-windows yang
dikembangkan untuk menganalisa data laboratorium mikrobiologi, dengan tujuan
khusus untuk analisa hasil pemeriksaan kerentanan antimikroba. Perangkat lunak ini
telah dikembangkan sejak 1989 oleh WHO Collaborating Centre for Surveillance of
Antimicrobial Resistence dan dapat di unduh secara gratis. Setelah program ini diunduh
dan disimpan, pemasukan data isolasi dengan kerentanan telah dilakukan oleh program
secara otomatis. Hal ini juga dapat dilakukan secara manual dimana hanya akan
memakan waktu 1 menit untuk tiap memasukan 1 isolasi bakteri. Untuk laboratorium
yang telah memiliki sistem komputer dalam menyimpan hasil pemeriksaan
laboratorium, WHONET hadir dengan perangkat penkonversian data BacLink gratis
jika butuh menghindari pemasukan data yang ganda, untuk memindahkan data dari
sistem komputer laboratorium ke dalam WHONET. Dan lebih praktis nya lagi, BacLink
dapat memindahkan data ke dalam WHONET dari database umum dan perangkat lunak
spreadsheet; Microsoft Excel, Access, dBase, EpiInfo, dan bahkan dari dokumen teks
yang simpel.

GUIDELINES

Guidelines konsensus telah dikembangkan oleh CLSI untuk men-standarkan


metoda yang digunakan dalam menciptakan antibiogram, dengan tujuan untuk
meningkatkan laporan data antibiogram yang konsisten dan dapat diandalkan. Guideline
saat ini ialah CLSI M39-A3, dengan judul : Analysis and Presentation of Cumulative
Antimicrobial Susceptibility Test Data”. Poin yang menonjol pada dokumen ini adalah:

 Data harus di analisa tiap tahunnya. Namun, jika ada jumlah isolasi banyak, hal
ini harus dilakukan tiap 6 bulan atau lebih sering lagi.
 Seddikitnya 30 isolasi harus ada untuk dimasukan ke analisa.
 Isolasi biakan yang didapatkan dari pengawan hanya boleh dimasukan pada
biakan pengawasan. Contoh., skrining MRSA tidak boleh dimasukan.
Kolonosisasi tidak boleh dimasukan.
 Masukan hasil untuk antibiotik yang di test secara rutin.
 Hanya isolasi pertama pasien terlepas dari spesimen apapun yang boleh
dimasukan.
 Antibiogram kumulatif hanya boleh menampilkan persentase kerentanan dan
tidak boleh memasukan yang rentan nya menengah.
 Akan sangat berguna jika antibiogram dibagi tingkatan nya menjadi data pasien
rawat inap, data rawat jalan, dan data ICU

Data guideline ini dapat digabungkan ke dalam WHONET dan kemudian peng-
analisa-an akan dilakukan. Analisa dilakukan dengan pembagian lokasi pasien : apakah
itu pasien rawat jalan, ICU, atau pasien rawat inap (non-ICU). Parameter berikut yang
akan dianalisa adalah tipe spesimen. Setidaknya 5 organisme isolasi yang paling sering
ditemukan dari masing masing lokasi tubuh akan digunakan untuk antibiogram final.
Persentase kerentanan terhadap antibiotik harus digambarkan secara terpisah untuk
bakteri gram positif dan gram negatif.

Table 1 menunjukan contoh hipotesa antibiogram kumulatif untuk periode 6 bulan


pada bacil gram negatif yang didapatkan dari urin. Isolasi predominant dari pasien rawat
jalan dan rawat inap adalah Eschericia coli, sedangkan pada ICU adalah bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Angka ESBL diantara pasien rawat jalan mencapai 40%,
sedangkan pada pasien bangsal dan ICU mencapai 60% untuk bakteri E,.Coli. Melihat
dari tabel, pola kerentanan dari beberapa kelompok antibiotik juga dapat di analisa.
Pada antibiogram diatas, isolasi Enterobacteriaceae tampak resisten terhadap amikacin
dan fluoroquinolone terlihat pada pasien rawat inap dan ICU. Sedangkan isolasi
Klabsiella pneumoniae tampak resisten terhadap Carbapenem pada pasien bangsal dan
ICU. Diantara kombinasi penghambat betalactam, cefoperazone-sulbactum tampak
menunjukan kerentanan yang lebih baik dibandingkan piperacillin-tazpbactum. Untuk
merencanakan terapi antibiotik empiris pada infeksi traktus urinarius pasien rawat jalan
berdasarkan tabel di atas, dapat digunakan fluoroquinolone dan nitrofurantoin; dan
untuk pasien rawat inap dan ICU, dapat menggunakan cefoperazone-sulbactum untuk
infeksi ringan hingga sedang dan menggunakan carbapenem untuk infeksi berat.

PRESENTASI

Antibiogram antibiogram ini harus ditampilkan dalam bentuk tabel. Persentase


kerentanan harus disebutkan terpisah untuk bakteri gram positif dan gram negatif.
Antibiogram yang dicetak harus disediakan untuk ahli klinis di nurse station. Juga bisa
diletakan pada jaringan internet rumah sakit agar akses menjadi mudaah.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa memasukan isolasi duplikat dan isolasi
pengawasan ke dalam antibiogram dapat mempengaruhi laporan angka kerentanan.
Ketika isolasi isolasi bakteri ini dimasukan, data akan menunjukan hasil angka
kerentanan yang menurun. Sebuah penelitian tentang akibat dari memasukan isolasi
duplikat dari Staphylococcus aureus (MRSA) dari pasien yang sama telah dilakukan
selama periode 6 tahun. Mereka menemukan bahwa 39% pasien MRSA mempunyai
isolasi duplikat dibanndingkan dengan MSSA sebanyak 23%. Angka kerentanan rata
rata rumah sakit untuk S.aureus secara signifikan dipengaruhi oleh tingginya jumlah
isoasli duplikat MRSA ini. Dalam sebua penelitian di Wales, United Kingdom (Inggris),
telah dilakukan perbandingan dari angka keresistenan dari laboratorium 7 rumah sakit;
perbedaan angka keresistenan antara isolasi duplikat dan isolasi non-duplikat cukup
signifikan.

KEGUNAAN ANTIBIOGRAM

Antibiogram dapat membantu memonitor kerentanan antimikroba dalam periode


yang berbeda: data spesifik ICU atau bangsal dan rawat jalan vs rawat inap, dan lainnya.
Bagian lembaga yang berbeda pada pelayanan kesehatan dapat memiliki pola
keresistenan dan kegunaan yang berbeda juga. Binkley et al.membandingkan sebuah
antibiogram uang spesifik unit melawan antibiogram rumah sakit dan menmukan bahwa
pasien ICU dapat menyembunyikan organisme resisten sebanyak 5-25% daripada yang
di prediksi sebaliknya oleh antibiogram rata rata. Akibat dari pembagian tingkatan data
terhadap angka kerentanan S.aureus rerutama dari biakan darah, telah diteliti di Vienna;
isolasi biakan pasien rawat jalan dan rawat inap menunjuka angka MRSA yang lebih
rendah berkabilkan dengan isolasi ICU.

Kecendrungan keresistenan antibiotik dapat di monitoring selama beberapa


periode waktu. Sejumlah antibiogram dari daerah spesifik dapat membantu memonitor
kecendrungan ini. Peningkatan keresistenan pada penicillin dan makrolide selama lebih
dari 3 tahun telah diamati pada sebuah penelitian di AS. Ada sebuah kebutuhan darurat
untuk dunia dan guideline standaar untuk laporan dan pengawasn antibiotik di negara
kami. Analisa antibiogram dari daerah berbeda di negara kami akan menunjukan pada
kita kecendrungan serta pola kerentanan suatu antimikroba.
Merencanakan sebuah kebijakan antibiotik empiris pada rumah sakit
menggunakan analisa spesifik antibiogram subgrup. Rekomendasi pada terapi
pneumonia yang berkaitan dengan ventilator oleh American Thoracic Society dan
Infectious Diseases Society of America merekomendasikan penggunaan terapi
antibiotik empiris yang sesuai yang didasari pada hasil test mikrobiologi dan
antibiogram lokal. Antibiogram rumah sakit saja tidak dapat dipakai dalam memberikan
terapi antibiotik empiris yang optimal, dimana harus dipertimbangkan lagi faktor
kebutuhan pasien, termasuk tipe dan beratnya infeksi, organisme yang menginfeksi,
serta riwayat medik pasien dan penggunaan antibiotik di masa lalu.

KETERBATASAN ANTIBIOGRAM

Adanya peningkatan pada nilai minimum inhibotry concentration (MIC) yang


terjadi selama periode waktu yang diberikan dan yang tersisa dibawah poin kerentanan
tidak bisa terdeteksi (contoh., MIC creep). Pembatasan lebih jauh dari antibiogram
adalah mereka hanya bisa menangkap sejumlah proporsi isolasi rentan untuk kombinasi
organisme-antibiotik yang diberikan, dan kita tidak dapat menentukan aktivitas silang
dari antibiotik lainnya.

ANALISA WABAH

Huang et al. menghubungkan 2 sistem perangkat lunak yang tersedia yaitu


WHONET dan SaTScan, secara retrospektif menyaring data mikrobiologi untuk
kelompok yang signifikan secara statistik di antara patogen patogen pada bangsal dan
pelayanan. Mereka dapat menemukan 59 kelompok patogen nosokomial yang multidrug
resisten yang mana dapat mencetuskan sebuah wabah. Sebaliknya, metoda kontrol
infeksi yang telah ada sebelumnya hanya dapat menemukan 3 kelompok wabah. Akan
ada sebuah peran untuk memonitoring data mikrobiologi secara waktu nyata dan
otomatis untuk membantu mengontrol terjadinya wabah.

KESIMPULAN

Kebijakan antibiotik merupakan salah satu kebutuhan wajib untuk akreditasi,


dan menciptakan sebuah antibiogram merupakan langkah awal sebelum mempersiapkan
kebijakan antibiotik. Laboratorium mikrobiologis klinis memainkan sebuah peran
penting dalam menciptakan antibiogram dan menyediakan biakan spesifik pasien dan
data kerentanan. Antibiogram di masa depan akan digabungkan dengan data pasien agar
menjadikannya lebih informative dan dapat diaandalkan. Antibiogram dapat digunakan
untuk memprediksi wabah pada sebuah lembaga pelayanan kesehatan dan juga dapat
berguna dalam memonitoring kecendrungan terjadinya keresistenan antimikroba.

Anda mungkin juga menyukai