Anda di halaman 1dari 20

Makalah Tugas Kuliah:

Konsep pendidikan seumur hidup


dalam islam

Disusun oleh:

Nama/ NIM : Radhiati/ 25131786-2


Kelas & unit : B/ PAI-2
Mata kuliah : Sejarah dan Khazanah Pendidikan
Islam

Dosen pembimbing:

Dr. Sri Suyanta, M.Ag.

PROGRAM PASCA SARJANA UIN AR-RANIRY

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2014

1
KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM ISLAM
Disusun oleh: Radhiati/ 25131786-2
Dosen pengampu: Dr. Sri Suyanta, M.Ag.
Mata kuliah: Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan hak hidup bagi semua orang pada setiap tahap umur
(anak-anak, remaja, dan dewasa), yang dapat diperoleh baik dalam keluarga,
lingkungan, maupun disekolah. Semenjak dalam kandungan, seorang anak sudah
mendapat ajaran dan pendidikan dasar dari keluarganya, terutama dari seorang ibu.
Dari ibu pendidikan pertama berasal, karena beliaulah yang lebih banyak
menghabiskan waktu bersama anaknya. Segala tingkah laku/ perbuatan dan sifat-
sifat seorang anak ditiru dan diperoleh dari kedua orangtuanya, dia akan menyerap
serta mengingat apa yang dilihatnya tanpa mengetahui apakah yang dilihatnya itu
baik atau buruk baginya kelak. Pendidikan merupakan investasi terpenting yang
dilakukan orang tua bagi masa depan anaknya. Sejak anak lahir ke dunia, ia memiliki
banyak potensi dan harapan untuk berhasil di kemudian hari. Pendidikanlah yang
menjadi jembatan penghubung anak dengan masa depannya itu. Dapat dikatakan,
pendidikan merupakan salah satu pembentuk pondasi bagi tumbuh dan
berkembangnya seorang anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain
dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan
yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah
orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Cara guru
berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian
lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik.1
Menurut M. Makagiansar, pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya
berlangsung suatu saat saja, akan tetapi proses pendidikan harus berlangsung secara
berkelanjutan. Maka dari sinilah muncul istilah pendidikan seumur hidup (life long

1
http://arnimabruria.blogspot.com/2009/05/etika-pendidikan-agama-islam.html/diunggah hari
Senin 23 Desember 2013. Lihat Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1980),
hal. 18, 20.

2
education), ada juga yang menyebut dengan pendidikan terus menerus (continuing
education). 2 Dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat. Karena itulah, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Di dalam GBHN 1993 juga dinyatakan
bahwa Pendidikan Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi, baik antara
berbagai jalur, jenis, jenjang pendidikan, maupun sektor pembangunan lainnya serta
antar daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya
untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan.3
Oleh karena istilah tersebut, maka penulis mencoba memaparkan sedikit
penjelasan tentang ”Konsep Pendidikan Seumur Hidup dalam Islam” yang
diambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengannya.

B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Prinsip pendidikan Islam.
2. Konsep pendidikan seumur hidup, perkembangan, dan tujuannya.
3. Urgensi pendidikan seumur hidup dari berbagai aspek.
4. Pendidikan seumur hidup dalam pandangan/perspektif Islam.
5. Penerapan (implikasi) konsep pendidikan seumur hidup pada program
pendidikan.
6. Strategi dan sasaran pendidikan seumur hidup.

C. Prinsip Pendidikan Islam


Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS memiliki arti
yaitu:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 301. Lihat M. Makagiansar,
Continuing Education in Asia and the Pasific, (Bangkok Uneso Principal Press, 1987), hal. 2.
3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam), Edisi Revisi 6, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 63.

3
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”

Pendidikan dalam Islam dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip,


antara lain:4
1. Berlangsung seumur hidup
Menuntut ilmu itu hukumnya fardhu ‘ain yaitu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim selama hidupnya, karena itulah mencari ilmu
atau pendidikan itu berlangsung seumur hidup, yakni semenjak dilahirkan
sampai meninggal.
2. Tidak dibatasi ruang dan jarak
Pendidikan dalam Islam dapat dilaksanakan dimana saja,tidak hanya di
dalam ruang kelas saja, tapi juga bisa di alam terbuka. Bukan hanya di dalam
negeri bahkan kalau mau ke luar negeri juga bisa. Sabda Rasulullah Saw.:
”Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China, karena sesungguhnya
menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap orang Islam, dan bahwasanya malaikat
itu akan merendahkan sayapnya kepada orang yng menuntut ilmu karena rela
(senang) pada orang-orang yang menuntut ilmu” (HR. Ibnu Barri).
3. Berakhlakul karimah
Menuntut ilmu haruslah memperhatikan adab atau tata tertib, baik ketika
berlangsung proses pembelajaran, maupun sebelum dan sesudahnya; misalnya
murid/peserta didik menghormati gurunya, dan guru juga menghargai serta
mengasihi muridnya.
4. Bersungguh-sungguh dan rajin
Setiap pengalaman ibadah dalam Islam (termasuk pendidikan) harus
dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan rajin (berkesinambungan) karena
hanya dengan demikian akan terwujud harapan serta akan diridhai Allah Swt.
5. Harus diamalkan
Setiap ilmu yang telah dimiliki, dipahami dan diyakini kebenarannya
haruslah diamalkan. Manfaat ilmu baru dirasakan dan lebih berkah setelah

4
Heri Jauhar Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 131-133.

4
diamalkan. Orang yang mempunyai banyak ilmu tapi tidak pernah diamalkan
ibarat pohon rindang tapi tak berbuah, jadi kurang atau tidak bermanfaat,
akibatnya mereka juga akan sangat menyesal di akhirat kelak.
Sabda Rasulullah Saw.:
“Perumpamaan orang yang menuntut ilmu, lalu tidak mengajarkan,
menyebarkan, dan mengamalkannya adalah seperti orang yang menyimpan
(menimbun) hartanya tapi tidak pernah membelanjakannya” (HR. Thabrani).
6. Guna mewujudkan kemaslahatan/kebaikan hidup
Setiap ilmu yang didapat selain harus diamalkan juga harus membawa
manfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Misalnya ada
perubahan perilaku dirinya menuju ke arah yang lebih baik, setelah ia
mendapatkan ilmu. Sabda Rasulullah Saw.:
“Orang yang paling berat penderitaannya di hari kiamat ialah orang
pandai yang pengetahuannya tak memberi manfaat baginya” (HR. Thabrani).

D. Konsep Pendidikan Seumur Hidup, Perkembangan, dan Tujuannya


1. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Istilah konsep berasal dari bahasa latin yaitu conceptum, artinya sesuatu
yang dipahami.5 Di dalam memahami konsep pendidikan seumur hidup, harus
dipahami dulu bahwa setiap individu selalu berusaha untuk dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan di sekitarnya. Proses penyesuaian diri ini dilakukan dengan cara
mengubah dirinya, dalam arti berusaha memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperlukan atau mengubah lingkungannya. Karena lingkungan tempat
hidup individu tersebut selalu dan terus menerus berubah serta berlangsung dengan
cepat, sehingga proses penyesuaian diri ini juga akan berlangsung terus selama
individu tersebut hidup.
Berdasarkan proses tersebut diatas, maka pendidikan tidak dipandang sebagai
persiapan untuk hidup di dalam masyarakat yang berlangsung hanya sementara,
melainkan suatu bagian dari hidup manusia. Karena itulah proses pendidikan adalah

5
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konsep. Diunggah hari Jum’at tanggal 21 Maret 2014.

5
proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu sejak manusia lahir sampai meninggal
dan berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun di
lingkungan pekerjaan. Sehingga dapat dimengerti bahwa sekolah hanyalah salah satu
sumber pendidikan dalam pendidikan seumur hidup. Jadi pendidikan erat sekali
hubungannya dengan belajar. Belajar ialah suatu proses, dan melalui proses ini
terjadi pendidikan.6
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh
para pakar pendidikan. Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai
“pendidikan seumur hidup-PSH” (Life Long Integrated Education), apalagi bagi
umat Islam, sebelum orang barat mengusungnya, pada abad ketujuh Islam sudah
mengenalnya seperti yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw.:7

َ
ُ‫ُإلى‬ ِ
‫هد‬ ‫ْلم‬
َْ ‫َ ُا‬
‫ِن‬‫َ ُم‬ ْ‫ْلع‬
‫ِلم‬ ‫ْلب ُا‬
‫ُط‬‫ا‬
‫ْد‬
ِ
ُُ‫ُح‬‫ال‬
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”.
Sayangnya, kepopuleran ajaran pendidikan seumur hidup dari Rasulullah SAW
itu tidak sempat menggugah perhatian kita untuk memprakarsainya menjadi world
program. Dalam Al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan
pendidikan sangat penting, jika Al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka kita akan
menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan
inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.
Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan
pendidikan, antara lain; menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia,
penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial
masyarakat.8 Salah satu ayat Al-Qur’an yang membicarakan hal ini yaitu dalam surat
Al-Mujaadilah ayat 11:

6
M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jilid I (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 169-171.
7
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam), Edisi Revisi 6, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 64.
8
http://kang-rangga.blogspot.com/2013/04/konsep-pendidikan-seumur-hidup-dalam-Islam.html.
Diunggah tanggal 18 Maret 2014.

6
ِ‫ح‬
ْ‫س‬ َ ‫س فَاف َس ُحوا يَف‬ ْ ِ ‫س ُحوْا فِي ال َم َجا ِل‬ َْ ْ‫يَاأَيُّ َها الَّذِيْنَْ آ َمنُوْا ِإذَا قِي‬
َّ َ‫ل لَ ُكمْ تَف‬
َْ‫َللاُ الَّذِيْنَْ آ َمنُوْا ِمن ُكمْ َو ْالَّذِيْن‬
َّْ ِْ‫ش ُزوْا َيرفَع‬ ُ ‫ش ُزوْا فَان‬ ُ ‫ل ان‬َْ ْ‫َللاُ لَ ُكمْ َو ِإذَا قِي‬
َّْ
َّْ ‫أُوْتُوا ال ِعل َْم دَ َر َجاتْ َو‬
.ْ‫َللاُ ِب َما تَع َملُوْنَْ َخ ِبيْر‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Menurut konsep life long education, pendidikan tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Pendidikan akan selalu berlangsung dalam totalitas kehidupan, di dalam
keluarga, suku bangsa, melalui agma, mesjid, gereja, sekolah formal, organisasi-
organisasi kerja, organisasi pemuda, dan organisasi masyarakat pada umumnya,
dengan membaca buku, mendengarkan radio, memperhatikan televisi, dan
sebagainya.9

2. Hakikat Perkembangan Pendidikan Seumur Hidup


Pada tahun 1919 karena pertumbuhan masyarakat industri di Eropa, komite
pendidikan orang dewasa pada Kementerian Pendidikan Kerajaan Inggris, dalam
laporannya menggambarkan bahwa pendidikan orang dewasa merupakan suatu
kebutuhan nasional yang tetap, dan merupakan suatu aspek yang tidak dapat
dipisahkan dengan peradaban manusia. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa
kesempatan untuk pendidikan orang dewasa (adult education) harus bersifat
universal dan sepanjang hayat. Laporan inilah yang pertanda lahirnya istilah
pendidikan sepanjang hayat atau seumur hidup (life long education).10
Konsep pendidikan ini merupakan hasil kerjasama internasional. Konsep
tersebut merupakan hasil pemilihan bersama, tukar pendapat serta pengalaman-
pengalaman, antara pengajar, peneliti, dan administrator dari berbagai negara yang

9
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), cet. I, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997), hal. 217.
10
Burhanuddin Salam, Pengantar …., hal. 218-219.

7
disponsori oleh UNESCO dan CCC (Council for Cultural Cooperation) yang
didirikan oleh Dewan Eropa. Dalam bulan Desember 1965, Komite Internasional
UNESCO mempertimbangkan sebuah laporan yang dikemukakan oleh Paul Lengrad
mengenai konsep berkelanjutan dalam pendidikan dan menganjurkan agar UNESCO
membenarkan asas-asas “pendidikan sepanjang hayat”, yaitu prinsip dimana seluruh
proses pendidikan dianggap sebagai suatu yang secara terus menerus di dalam
seluruh kehidupan seseorang dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.
Tahun 1965 salah satu dewan CCC mendiskusikan pendidikan ini dan
menganjurkan bahwa masalah tersebut mesti dijadikan topik pembicaraan dalam
setiap diskusi. Dalam tahun 1967 CCC memutuskan bahwa pendidikan sepanjang
hayat mesti dipertimbangkan sebagai “guide line” (panduan) dalam seluruh
pelaksanaan pendidikan. Konsep ini kembali aktual setelah terbit buku An
Introduction to Life Long Education, tahun 1970 karya Paul Lengrad, yang
dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.
Tahun 1971 UNESCO lalu membentuk Komisi Internasional
Pengembangan Pendidikan (International Comision in The Development of
Education) yang diketuai oleh Edgar Faure (mantan Menteri Pendidikan dan Pedana
Menteri Perancis) untuk meneliti kembali definisi pendidikan dalam arti luas, dan
strategi untuk mengembangkan pendidikan di negara berkembang dan di negara
maju. Komisi ini menekankan ide yaitu life long education dan learning society,
yang artinya pendidikan sepanjang hayat dan masyarakat belajar. Laporan ini
terkenal dengan istilah “Laporan Faure”.
Konsep pendidikan seumur hidup ini dimasyarakatkan di Indonesia melalui
kebijaksanaan pemerintah dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 jo Keterangan
MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN, Bab IV Bagian Pendidikan Nomor d, yang
berbunyi:11
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”

11
M. Sudiyono, Ilmu …., hal. 171-172.

8
Karena ketetapan inilah maka pendidikan seumur hidup di Indonesia
menjadi landasan (asas) pelaksanaan pendidikan nasional yang wajib dilaksanakan
oleh setiap penyelenggara pendidikan.

3. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup


Ada dua tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup,
yaitu:12
1) Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Sehingga
secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar
berkembang secara wajar.
2) Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajib belajar
berlangsung selama manusia hidup.
Di dalam UU nomor 2 tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur
hidup dikemukakan dalam pasal 10 ayat (1) yang berbunyi:
“Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan luar sekolah dalam hal ini
termasuk di dalamnya pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan
bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan.”

Sementara dalam Pasal 26 dinyatakan bahwa peserta didik berkesempatan


untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam
perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses
pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik di dalam maupun di luar
sekolah.

E. Urgensi Pendidikan Seumur Hidup

12
Hasbullah, Dasar-dasar…, hal. 65-67.

9
Fuad Ihsan13 menulis beberapa dasar pemikiran – ditinjau dari beberapa
aspek- tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain:
1. Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan
menambah keterampilannya. Pendidikan seumur hidup akan membuka jalan
bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan
hidupnya.
2. Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat
keluar dari “lingkungan setan kemelaratan” akibat kebodohan, pendidikan
seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan
produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang
dimilikinya, hidup di lingkungan yang sehat dan menyenangkan, serta
memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga
pendidikan keluarga menjadi penting.
3. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang
menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus
sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. Pendidikan seumur hidup
bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut.
4. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para
sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju.
5. Aspek Politis, tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat
menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami
fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas
pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya
hak-hak pada negara demokrasi.

13
Hasbullah, Dasar-dasar …., hal. 67-70. Juga dapat dilihat pada Fuad Ihsan, Dasar-dasar
Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 44-45. Dalam http://furqanwera.blogspot.com/
2013/01/pendidikan-seumur-hidup-pandangan-umum.html/ diunggah hari Selasa 18 Maret 2014.

10
6. Aspek Psikologis dan Pedagogis, untuk memberikan keterampilan secara cepat
dan mengembangkan daya adaptasi maka pendidikan seumur hidup
memerlukan suasana yang kondusif.

F. Pendidikan Seumur Hidup dalam Perspektif Islam

Dalam perspektif Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan pada fase-


fase perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu disesuaikan
dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan yang dialami oleh seseorang
sampai akhir hayatnya, yakni:14
1. Masa al-Jauin (usia dalam kandungan)
Masa al-jauin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya
kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan
dapat diterapkan dengan istilah “pranatal”. Karena itu, seorang ibu ketika
mengandung anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun
psikisnya, sebab sangat berpengaruh terhadap proses kelahiran dan
perkembangan anak kelak.
2. Masa bayi (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia
hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis
melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan
interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut
Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri
ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian,
di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya, sudah diperkenalkan
kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai tuntunan agama.
3. Masa kanak-kanak (usia 2-12 tahun)
Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-potensi biologis,
paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan,
bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat

14
http://www.tuanguru.com/2011/12/pendidikan-seumur-hidup-dalam-islam.html. Diunggah
hari Selasa 18 Maret 2014.

11
atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan
tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun.
Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun
disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang
mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun
masih pada taraf pemula.
4. Masa puber (usia 12-20 tahun)
Pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis yang drastis,
postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan
jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa
transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan,
antara norma masyarakat yang telah melembaga yang mungkin tidak cocok
dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari
belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin
hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang
dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih
membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan
usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya di
didik mental dan jasmaninya, misalnya mendidik dalam bidang olahraga
dan memberikan suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia
mampu melewati masa remaja di tengah-tengah masyarakat tanpa
meninggalkan nilai-nilai Islam.
5. Masa kematangan (usia 20-30)
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses kedewasaan, mereka
sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil
keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang
dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa
depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.

6. Masa kedewasaan (usia 30 sampai akhir hayat)

12
Pada tahap ini, seseorang telah berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan
telah menemukan jati dirinya, sehingga tindakannya penuh dengan
kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang
lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka
lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan bahwa harta yang
dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan
masyarakat.

G. Penerapan (Implikasi) Konsep Pendidikan Seumur Hidup Pada Program


Pendidikan

Disini implikasi berarti akibat langsung atau konsekuensi dari suatu


keputusan. Maksudnya sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari
suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Secara garis besar, implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada
program pendidikan seperti yang dinyatakan oleh Ananda W.P. Guruge dalam
bukunya Toward Better Educational Management, dapat dikategorikan menjadi
enam macam:15
1. Pendidikan baca tulis fungsional
Maksudnya adalah memberi kesempatan bagi orang-orang yang
berekonomi rendah atau juga petani yang tidak dapat membaca maupun
menulis dengan cara menyediakan bahan-bahan bacaan yang menantang
mereka untuk terus meningkatkan pengetahuannya. Oleh sebab inilah maka
program baca tulis fungsional wajib memuat dua hal, yaitu:
a) Memberikan kecakapan membaca, menulis, dan menghitung (3M) yang
fungsional untuk anak didik,
b) Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.

2. Pendidikan vokasional

15
Hasbullah, Dasar-dasar …., hal. 71-74. Dapat juga dilihat dalam buku M. Sudiyono, Ilmu
Pendidikan Islam, Jilid I (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hal. 174-176.

13
Merupakan pendidikan yang khusus dipersiapkan untuk memperoleh
tenaga kerja yang terampil. Pendidikan ini merupakan program pendidikan di
luar batas usia sekolah.
3. Pendidikan profesional
Sebagai realisasi dari konsep ini, maka hendaknya dalam setiap profesi
tercipta suatu golongan professional yang terus mengikuti berbagai kemajuan
dan perubahan yang menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan
sikap profesionalnya. Karena semua akan terus menerus berubah sesuai
perkembangan zaman.
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya telah menyusup ke dalam
berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Misalnya seorang ibu
rumah tangga yang kesehariannya pasti memakai alat-alat elektronik seperti
memasak, mencuci, menyetrika, dan sebagainya, pasti memiliki konsekuensi
program pendidikan terus menerus, yang secara tidak formal tentunya. Hal
seperti tidak saja hanya dialami oleh IRT saja, tapi juga oleh yang lain. Agar
mereka dapat mengikuti perubahan tersebut, maka konsep pendidikan seumur
hidup sangat diperlukan.
5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik ini merupakan untuk
semua orang, baik warga negara biasa maupun pemimpin masyarakat sangat
membutuhkan pendidikan di bidang ini. Dalam suasana pemerintahan yang
demokratik, pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik sangatlah
penting. Sehingga program pendidikan ini termasuk bagian yang penting
dalam pendidikan seumur hidup.
6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang
Seorang yang terpelajar harus menghargai dan memahami sejarah
kesusastraan, agama, filsafat hidup, seni dan musik milik bangsanya sendiri.
Pengetahuan ini dapat memperkaya hidupnya, terutama dari segi pengalaman
yang memungkinnya mengisi waktu senggang dengan menyenangkan.

14
Sehingga program pendidikan ini juga termasuk bagian penting dari
pendidikan seumur hidup.
Itulah enam macam implikasi dari pendidikan seumur hidup yang
diharapkan seorang individu nantinya dapat meneruskan hidupnya dengan penuh
kebermaknaan dan dapat menghadapi era teknologi dengan hal-hal yang
bermanfaat.

H. Strategi dan Sasaran Pendidikan Seumur Hidup


 Strategi Pendidikan Seumur Hidup
Secara garis besar ada dua strategi dalam konsep pendidikan seumur hidup,
sebagaimana dinyatakan oleh Soelaiman Joesoef16 adalah sebagai berikut:
1) Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup
Dalam konsep ini dikenal adanya empat macam konsep kunci, yaitu:
i. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
Dalam konsep ini, pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau
ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-
pengalaman pendidikan. Ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh
rentangan usia dari yang paling muda sampai paling tua, dan adanya basis
institusi yang amat berbeda dengan basis yang mendsari persekolahan
pada umumnya (konvensional).
ii. Konsep pelajar seumur hidup
Ini berarti pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari
untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi
yang membantu belajar.
iii. Konsep belajar seumur hidup
Metode belajar seumur hidup adalah orang-orang yang sadar tentang diri
mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat metode belajar baru sebagai
cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong untuk belajar di

16
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal.
35-38.

15
seluruh tingkat usia, serta menerima tantangan dan perubahan seumur
hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Karena itulah, diperlukan sistem pendidikan yang bertujuan membantu
perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik dalam merespons
untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup (belajar dan
pelajar seumur hidup).
iv. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Disini, kurikulum dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup
yang betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara
berurutan melaksanakan belajar seumur hidup. Kurikulum seperti ini
merupakan kurikulum praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
2) Arah Pendidikan Seumur Hidup
Biasanya konsep pendidikan ini diarahkan untuk orang dewasa dan
anak-anak dalam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan mereka
yang sangat dibutuhkan dalam hidupnya.
a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa
Para pemuda ataupun dewasa, yang termasuk generasi penerus
bangsa, mmbutuhkan pendidikan seumur hiup ini dalam rangka
pemenuhan “self interest” yakni tuntutan hidup mereka sepanjang waktu.
Kebutuhan akan baca tulis bagi mereka dan latihan keterampilan
bagi pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi situasi dan
persoalan penting yang merupakan kunci dari keberhasilan.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan bagi anak merupakan bagian lain yang perlu perhatian
dan pemenuhan karena pengetahuan serta kemampuan anak memberi
peluang yang besar untuk pembangunan pada masa dewasanya, yang
pada gilirannya dia nanti akan menanggung beban hidup yang lebih
ringan waktu dewasanya.
Proses pendidikannya menekankan metodologi mengajar,karena
pada dasarnya seorang anak harus tertanama kunci belajar, motivasi

16
belajar, dan kepribadian yang kuat. Mengenai program kegiatan disusun
mulai dari peningkatan kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar, dan
mempertinggi daya pikir anak sehingga memungkinkan anak terbiasa
untuk belajar, berpikir kritis, dan mempunyai pandangan hidup yang
dicita-citakan di masa datang.

 Sasaran Pendidikan Seumur Hidup


Menurut Sudiyono,17 anak didik yang menjadi sasaran program
pendidikan sangat luas dan bervariasi, dan ini dapat dibagi menjadi enam
kategori, yaitu”
1. Para buruh dan petani
Mereka merupakan sasaran yang pertama, karena mereka pada umumnya
masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai takhayul dan
kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat kemajuan. Umumnya
mereka berpendidikan sangatrendah atau sama sekali tidak berpendidikan,
keadaan seperti ini masih banyak di negara-negara sedang berkembang
seperti negara Indonesia.
2. Para remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan
keterampilan memerlukan pendidikan vokasional khusus yang menarik,
merangsang dan relevan dengan kebutuhan hidupnya. Demi
perkembangan pribadinya, mereka perlu diberikan pendidikan kultural
dan kegiatan-kegiatan yang rekreatif. Namun pendidikan yang terpenting
adalah pendidikan yang bersifat remedial bagi mereka.
3. Para pekerja yang berketerampilan
Maka program pendidikan yang dirasa cocok untuk mereka ini ialah yang
bersifat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
agar mereka dapat menghadapi tantangan di masa depan.
4. Para tekhnisi dan profesional

17
M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan…, hal. 177-178.

17
Umumnya mereka ini telah memiliki kebiasaan dan motivasi yang kuata
dalam self learning. Namun mereka tetap dan harus selalu memperbaharui
dan menambah pengetahuan serta keterampilannya agar mereka tetap
berperan dalam masyarakat. Maju dan tidaknya masyarakat banyak
tergantung pada mereka.
5. Para pemimpin masyarakat
Ini termasuk tokoh agama, tokoh politik, tokoh organisasi sosial, dan
sejenisnya harus mampu mensintesakan/mentransfer pengetahuan dari
berbagai macam keahlian. Kemampuan mensintesa ini tidak pernah
diperoleh di sekolah biasa, sehingga program pendidikan untuk mencapai
tujuan tersebut perlu diciptakan.
6. Para anggota masyarakat yang sudah usia tua
Untuk anggota masyarakat golongan ini, karena pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, banyak ilmu pengetauan yang belum mereka
ketahui pada waktu masih muda, padahal mereka jumlahnya makin lama
makin banyak. Mereka juga perlu program pendidikan dalam rangka
pendidikan seumur hidup, terutama untuk memberi mereka kesempatan
agar mengetahui apa yang belum diketahui pada usia mudanya.
Dari uraian yang lumayan singkat mengenai konsep pendidikan seumur hidup
dalam pandangan Islam dan secara umum, semoga sudah dapat memberi gambaran
mengenai hakikat pendidikan seumur hidup, perkembangannya selama ini, prinsip
pendidikan dalam Islam, strategi dan sasaran dari pendidikan ini, dan penerapannya
dalam dunia pendidikan di negara Indonesia ini.

I. Kesimpulan
Proses pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu
sejak manusia lahir sampai meninggal dunia dan berlangsung di lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah, serta di lingkungan pekerjaan.
Benih-benih pandangan tentang proses pendidikan seumur hidup ini telah
lama ada dalam sejarah pemikiran tentang pendidikan, bahkan waktu Nabi

18
Muhammad Saw. masih hidup, namun penerapannya baru muncul sebagai asas
pelaksanaan pendidikan pada abad 20.
Penerapan konsep pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan
dimasyarakat ada berbagai macam dengan berbagai variasi, antara lain dengan
cara: pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan
profesional, pendidikan ke arah perubahan dan perkembangan, pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik, serta pendidikan kultural dan pengisian
waktu senggang.
Sasaran dari konsep pendidikan seumur hidup ini yaitu diarahkan untuk:
para petani dan buruh, para remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya, para
pekerja yang berketerampilan, para tekhnisi dan profesional, para pemimpin
masyarakat, serta para anggota masyarakat yang suah usia tua.
Ada dua tujuan untuk pendidikan seumur hidup, yaitu mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, serta untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia yang bersifat hidup
dan dinamis, maka pendidikan wajib belajar berlangsung selama manusia hidup.
Urgensi pendidikan seumur hidup ini dapat mempengaruhi berbagai aspek,
yaitu dari aspek ideologis, aspek ekonomis, aspek sosiologis, aspek teknologis,
aspek politis, serta aspek psikologis dan pedagogis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Salam. 1997. Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik). Cet.


I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fuad Ihsan. 1996. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam). Edisi
Revisi 6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Heri Jauhar Muchtar. 2005. Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Sudiyono. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta,.

M. Makagiansar, 1987. Continuing Education in Asia and the Pasific. Bangkok: Uneso
Principal Press.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Soelaiman Joesoef. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.

Zakiah Daradjat. 1980. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi dari Internet:

http://arnimabruria.blogspot.com/2009/05/etika-pendidikan-agama-islam.html/
diunggah hari Senin 23 Desember 2013.

http://kang-rangga.blogspot.com/2013/04/konsep-pendidikan-seumur-hidup-dalam-
Islam.html. Diunggah tanggal 18 Maret 2014.

http://www.tuanguru.com/2011/12/pendidikan-seumur-hidup-dalam-islam.html.
Diunggah hari Selasa 18 Maret 2014.

20

Anda mungkin juga menyukai