Anda di halaman 1dari 11

1

JURNAL

KUALITAS PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT)

TRANS SEMARANG PADA KORIDOR I DAN II

Oleh: Kukuh Mirsa Satya

NIM: D2B009042

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

Pembimbing 1: Drs. Achmad Taufiq, M.Si

Pembimbing 2: Dra. Puji Astuti, M.Si

Alamat: Jl. Lamper Tengah 2 RT 01/RW 02 No.562 Semarang

Email: kmeersath@gmail.com HP: 081228811862


2

ABSTRAK

Semakin banyaknya orang yang memiliki kendaraan pribadi, namun tidak diimbangi dengan
pembangunan infrastruktur jalan raya yang memadai, sehingga pada kota-kota besar seperti Semarang
terlihat jelas kemacetan yang berujung pada kurang efektif dan efisien dalam melakukan aktifitas.
Secara umum, ada tiga dimensi yang menjadi penentu dalam mobilitas transportasi umum, yaitu
dimensi evaluasi pelayanan, yang akan ditentukan oleh pengguna (user), dimensi kinerja pelayanan
yang lebih banyak ditinjau dari sisi pemilik (operator) transportasi umum, dan dimensi kebijakan
pemerintah (regulator). Penelitian ini mengemukakan kualitas pelayanan BRT Trans Semarang pada
koridor I dan II, karena kedua koridor tersebut merupakan koridor yang padat penumpang dari pada
koridor lainnya.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai metode kualitatif
dengan purposive sampling. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
pengamatan atau observasi lapangan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Lokasi penelitiannya
adalah shelter pada koridor I dan II.
Dalam penelitian ini mencakupi dua pembahasan yaitu terkait infrasruktur BRT Trans
Semarang dan kualitas pelayanan pada koridor I dan II. Pembahasan infrastruktur melingkupi tentang
jumlah armada, kondisi armada, jumlah shelter serta kondisi shelter pada koridor I dan II. Pembahasan
kualitas pelayanan mencakupi tentang kecepatan, kenyamanan, keamananan, dan keterjangkauan akses
menuju shelter maupun ongkos perjalanan yang harus dibayar penumpang.
Kesimpulan penelitian menunjukkan Pertama, kualitas pelayanan pada BRT Trans Semarang
baik dari segi infastruktur maupun pengelola BRT sudah baik yang indikatornya bisa dilihat dari
jumlah armada, akses menuju shelter, dan pelayanan petugas. Selain itu juga jumlah penumpang pada
koridor I maupun II mengalami peningkatan. Kedua, Mengenai kondisi shelter BRT koridor I dan II
baik dari segi kondisi tempat dan pelayanan petugas, penumpang memberikan tanggapan yang positif.
Hanya saja pada jam-jam sibuk halte penuh sehingga calon penumpang berdesakan, sehingga perlu
perluasan shelter pada daerah-daerah yang padat penumpang. Sedangkan untuk pemerataan shelter
pada koridor I dan II sudah merata, yang membuat akses penumpang untuk menggunakan BRT lebih
mudah.

Kata Kunci: BRT Trans Semarang, Koridor, Kualitas Pelayanan, Shelter.


3

ABSTRACT

Increasing number of people who have a personal vehicle, but not matched by the
development of an adequate road infrastructure, so that in large cities such as Semarang obvious
congestion that resulted in less effective and efficient in doing activities. In general, there are three
dimensions that determines the mobility of public transport, namely the dimensions of evaluation of
services, which will be determined by the user, the dimensions of service performance that is more in
terms of the owner (operator) public transport, and the dimensions of government policy (regulator ).
This study suggests the quality of services Trans Semarang BRT corridor I and II, as both the corridor
is a corridor crowded passenger of the other corridors.
Methods of data analysis used in this research is to use a qualitative method with purposive
sampling. In this research, data collection techniques used were observation or observation, interview
and documentation. The location of research is shelter in the corridors I and II.
In this study covers two related, namely, the BRT Trans Semarang infrastructure and quality
of service on the corridor I and II. The discussion surrounding infrastructure on fleet size, condition of
the fleet, the number of shelters and shelter conditions in the corridor I and II. Discussion on the
quality of services includes about speed, convenience's security, and affordability of access to shelter
and travel expenses to be paid passengers.
Conclusion The study shows First, the quality of service on the BRT Trans Semarang both in
terms of infrastructure as well as managing the BRT is good that the indicator can be seen from the
number of fleets, access to shelter, and concierge services. In addition, the number of passengers in the
corridor I and II increased. Second, On the condition of shelter BRT corridor I and II both in terms of
the conditions of service and personnel, passengers give positive feedback. Only in rush hour full stop
so that passengers crowded, so it needs the expansion of shelter in dense areas of passengers. As for
equalization shelter in the corridor I and II has been uneven, which makes passenger access easier to
use BRT.

Keywords: Corridor, BRT Trans Semarang, Quality Service, Shelter.


4

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH “Bagaimana kualitas pelayanan

Transportasi atau perhubungan transportasi BRT Trans Semarang ?”

berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan


penunjang pembangunan. Tujuan utama 1.3 TUJUAN PENELITIAN

penyelenggaraan urusan perhubungan adalah Tujuan penelitian ini adalah untuk

terjaminnya penumpang atau barang yang menjawab permasalahan yang akan dikaji

diangkut, akan sampai ke tempat tujuan dalam dalam rumusan masalah tersebut di atas, yaitu:

keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. “Untuk mengetahui kualitas pelayanan

Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kota pada transportasi BRT Semarang”

Semarang dalam penyelenggaraan urusan


perhubungan ini maka dibentuklah transportasi 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

berbasis Bus Rapid Transit. Dengan adanya Ada beberapa alasan yang menjadi

BRT diharapkan transportasi umum kota pendorong penulis untuk mengangkat tema

semarang dapat memberikan pelayanan yang penelitian ini, yaitu :

nyaman, cepat dan efektif untuk 1. Bagi Dinas Terkait

menanggulangi kemacetan. BRT Trans Sebagai masukan dan saran untuk

Semarang mulai beroperasi pada bulan pengembangan standar pelayanan minimal

Oktober tahun 2010. BRT Trans Semarang di masa yang akan

Penelitian ini mengambil obyek studi datang yang melingkupi pada pelayanan pada

lapangan tentang implementasi atau armada, shelter, petugas dan lain sebagainya.

pelaksanaan standar pelayanan BRT 2. Bagi Penulis

Semarang. Standar pelayanan minimal BRT Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

mengikuti UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu untuk mendapatkan suatu pemahaman baru

lintas dan peraturan Mentri No. 10 tahun 2012 ataupun wacana baru akan implementasi

tentang pelayanan transportasi umum, serta standar pelayanan minimal transportasi BRT

peraturan dan kebijakan pemerintah kota Semarang. Mengevaluasi secara kritis atas

Semarang mengenai transportasi di kota kualitas pelayanan transportasi BRT Trans

Semarang. Objek studinya akan dikhususkan Semarang pada koridor I dan II dengan

pada koridor BRT I dan II. pendekatan perundang-undangan.


3. Bagi Institusi

1.2 RUMUSAN MASALAH Sebagai tambahan khazanah ilmu

Berdasarkan latar belakang diatas, dan pengetahuan yang berhubungan dengan

juga untuk mempermudah penulis dalam transportasi umum, khususnya BRT Trans

melakukan kajian dalam hal ini, maka di rasa Semarang. Karena sebagaimana penulis

perlu adanya suatu rumusan masalah yaitu: pahami setelah melakukan penelitian ini
bahwasanya buku-buku yang berhbungan
dengan transportasi, apalagi yang
5

berhubungan dengan BRT masih tergolong data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
minim. berlangsung secara terus menerus sampai
1.5 METODE PENELITIAN tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan kejenuhan data ditandai dengan tidak
Penelitian diperolehnya lagi data atau informasi baru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Aktivis dalam analisi meliputi reduksi data
lapangan (field research) yang didukung (data reduction), penyajian data (data
dengan data kepustakaan. Penelitian ini display), serta penarikan kesimpulan dan
menggunakan pendekatan social legal untuk verifikasi (conclusion drawing / verification)
mendeskripsikan dan menganalisis kualitas (Milles, 1984).
pelayanan BRT Trans Semarang pada koridor
I dan II. HASIL PENELITIAN DAN
2. Teknik Pengumpulan Data PEMBAHASAN
Tehnik sampling yang digunakan 1. Infrastruktur BRT Trans Semarang
dalam penelitian ini adalah dengan teknik a. Shelter/Halte BRT Semarang
purposive sampling. Dalam penelitian ini Dalam perencanaannya, pemerintah
teknik pengumpulan data yang digunakan kota Semarang akan memiliki 6 koridor Trans
adalah pengamatan atau observasi lapangan, Semarang (BRT). Sampai akhir tahun 2016,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. jumlah koridor yang telah dioperasikan adalah
Ketiga teknik pengumpulan data tersebut 4 koridor, yaitu :
digunakan untuk menggali data dan informasi a. Koridor I: Mangkang – Penggaron.
sebanyaknya mengenai kualitas pelayanan b. Koridor II: Terboyo – Sisemut
BRT Trans Semarang pada koridor I dan II. Ungaran.
3. Lokasi Penelitian c. Koridor III: Pelabuhan – Akpol –
Sumber utama penelitian ini adalah Elizabeth.
data yang diperoleh dari penelitian lapangan d. Koridor IV: Cangkiran – Bandara –
yang berkaitan –baik langsung maupun tidak Stasiun Tawang.
langsung- dengan kualitas pelayanan BRT Trans Semarang memiliki lebih
Trans Semarang koridor I dan II. Lokasi kurang 100 halte bus sepanjang empat koridor
penelitian adalah pada shelter transit point yang telah beroperasi. Tinggi halte sekitar 110
BRT di kota Semarang yang akan di cm dari permukaan jalan yang digunakan
khususkan pada koridor I dan II. untuk akses ke bus. Halte bus berada di kiri
4. Teknik Analisis Data jalan. Tidak ada jalur khusus BRT Semarang,
Teknik analisis menggunakan analisis hanya ada penanda jalan dari cat yang
kualitatif model Miles dan Huberman dan bertuliskan jalur tempat BRT yang bertujuan
analisis spasial. Miles dan Huberman (1984), agar pengguna kendaraan memberi ruang
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
6

kepada BRT apabila akan mengambil sampai IV, untuk meningkatkan pelayanan dan
penumpang di halte. mengurangi kepadatan penumpang di halte
Demikian pula tidak ada jembatan transit, operator BRT Semarang menambah
penghubung ke halte sebagaimana halte bus rute langsung berdasarkan sistem jaringan dan
Transjakarta. Akan tetapi halte juga dirancang dapat diakses sesuai dengan tujuan
khusus agar penyandang cacat dapat penumpang.
menikmati juga bus TransSemarang. Sarana c. Penumpang BRT Semarang
yang ada di halte adalah, loket penjualan tiket Secara umum pertumbuhan
bus, pintu masuk, ruang tunggu bus, tempat penumpang BRT Semarang terus meningkat
duduk. Waktu pengoperasian shelter/halte bus dari tahun ke tahun, dimana hal tersebut
dan bus adalah jam 5.00 pagi dan paling akhir menunjukan bahwa minat masyarakat untuk
bisa sampai jam 22.00 jika sedang acara besar mnggunakan BRT kian bertambah. Bisa jadi
di kota Semarang yang memungkinkan warga karena menggunakan BRT dirasa lebih efesien
masyarakat untuk melakukan aktivitas hingga dan terhubung dengan wilayah-wilayah yang
malam hari. dituju, serta tentu saja tiketnya yang tergolong
b. Kondisi BRT Semarang murah, karena adanya subsidi pemda Kota
Setiap bus dibuat dengan Semarang.
mengutamakan keselamatan dan kenyamanan Pertumbuhan penumpang BRT terus
penumpang. Sebagai contoh, badan (body) bus mengalami kenaikan, khususnya pada koridor
dibuat dengan menggunakan Galvanyl (Zn – I sebagai koridor pertama yang beroperasi
Fe Alloy), metal yang padat dan tahan yang mencapai angkat 30 ribu lebih
terhadap karat. Selain itu ada palu pemecah penumpang pada tahun 2015. Koridor II juga
kaca sebanyak 8 sampai 10 buah palu pemacah mengalami jumlah penumpang yang terus
kaca. Juga terdapat alat pemadam kebakaran meningkat, sejak dioperasikan pada tahun
portable. Warna dari bus di koridor I adalah 2012. Sejauh ini penumpang yang
merah. Bus menggunakan bahan bakar diesel menggunakan jasa BRT berasal dari berbagai
campuran antar solar dan biodiesel. Dan ada kalangan, baik pelajar, pegawai, karyawan,
juga yang menggunakan bahan bakar gas pedagang, sampai dengan wisatawan.
(BBG). 2. Pelayanan pada Koridor I dan II BRT
Pada umumnya, BRT menggunakan Semarang
bahan bakar gas alam. Kapasitas setiap bus Saat ini ada 24 bus yang beroperasi di
terdiri dari 30 tempat duduk dan kapasitas 55 koridor I dan ada 70 shelter/halte BRT. Jam
penumpang berdiri. Pada jam-jam sibuk pelayanan Koridor I adalah dari 05.35 sampai
jumlah penumpang bisa menyampai 80 dengan 17.35 WIB. Pembangunan Koridor I,
penumpang per bus. Armada BRT Semarang bertujuan untuk mengurangi kepadatan
saat ini berjumlah 72 bus, yang dioperasikan kendaraan saat jam sibuk. Daerah yang
untuk 4 koridor. Selain mengatur koridor I dilewati oleh bus koridor I adalah daerah yang
7

sangat paling sibuk dan macet. Kawasan ini Jakarta. Disamping itu juga ruas jalan untuk
merupakan kawasan perkantoran pemerintahan jalur khusus menuju halte tidak mencukupi.
dan perkantoran swasta. Di sebagian halte, walaupun tidak
Sedangkan Koridor II Terboyo – semuanya terdapat seorang petugas yang
Sisemut mulai beroperasi pada bulan Oktober berjaga dan menjual tiket. Petugas ini yang
2013 untuk melayani pergerakan aktivitas menentukan apakah seorang penumpang
masyarakat Kota Semarang yang meningkat dikatagorikan pelajar, atau masyarakat umum.
dengan melihat penumpang BRT pada koridor Karena terdapat perbedaan harga antara pelajar
I. Koridor II Terboyo – Sisemut merupakan dan masyarakat umum. Selain itu petugas ini
koridor pada jalur sibuk, karena merupakan bertugas mengawal perpindahan penumpang
jalan masuk dan keluar Kota Semarang ke dari halte menuju ke BRT. Pada petugas halte
Solo, Jogja, dan Surabaya. Jika dilihat panjang ini pula penumpang bisa mendaftarkan diri
rute koridor II adalah 60 Km dari Terboyo – untuk menggunakan e-tiket yaitu tiket yang
Sisemut sebaliknya. Kapasitas penumpang bus berbasis elektronik, dengan sejumlah saldo di
pada koridor II adalah 42 penumpang, dalamnya. Dengan menggunakan e-tiket cukup
kapasitasnya lebih kecil dari pada bus pada dilakukan pemindaian dimana saldo akan
koridor I. Dalam sehari perjalanan BRT pada berkurang secara otomatis. Pelayanan petugas
koridor II mencapai 160 trip bus. Adapun, yang berada di halte sejauh ini, berdasarkan
waktu tunggu antar halte pada koridor II kira- beberapa penelitian dan tanggapan dari
kira 10 menit. sejumlah narusumber adalah tergolong baik
Berdasarkan pengamatan dan dan positif.
informasi dari sejumlah pihak, halte pada
koridor I dan II cukup nyaman. Mengenai KESIMPULAN
kebersihan memang ada beberapa halte yang
Berdasarkan pembahasan dan analisis
kurang bersih. Sebagaimana diakui oleh
dari beberapa bab terdahulu, maka selanjutnya
pemkot Semarang, bahwa pendanaan untuk
penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban
perawatan halte masih minim Halte BRT pada
akhir dari pokok-pokok permasalahan sebagai
koridor I dan II mempunyai kemiripan yaitu
berikut:
dibangun di pinggir jalan, ada jalan untuk
a. Sistem pelayanan BRT Semarang
masuk kedalam halte dan juga terdapat jalur
dapat dilihat dari beberapa indikator,
khusus untuk kaum disabilitas. Belum ada
yaitu pertama bahwa pengelolaan BRT
jalur khusus untuk menuju halte seperti halnya
Semarang yang dilimpahkan kepada
pada Trasnjakarta. Lagipula jika dibuatkan
BLU UPTD Terminal Mangkang kota
jalur khusus menuju halte belum menjadi
Semarang merupakan lembaga
kebutuhan yang mendesak di Semarang,
independen yang mengelola
karena kepadatan penduduk nya tidak seperti
transportasi BRT Kota Semarang.
8

Total hingga bulan April 2016, jumlah armada BRT yang baru agar
petugas BRT baik itu yang berada keberadaan BRT dapat lebih efektif
dalam jajaran staff maupun petugas sebagai solusi kemacetan di kota
lapangan sebanyak 440 orang petugas. Semarang, serta dapat mendukung
Hal ini menunjukan misi BLU BRT kenaikan load factor penumpang BRT.
Trans Semarang yang terus berusaha c. Perlu adanya koordinasi yang lebih
secara optimal memberikan pelayanan baik dalam kepemimpinan lembaga
yang terbaik dalam pengelolaan BRT. pengelola BRT, yaitu BLU UPTD
b. Kualitas pelayanan BRT Semarang Terminal Mangkang sebagai operator,
pada koridor I dan II menunjukkan agar memudahkan dalam pelaksanaan
sudah sangat baik, baik dari segi kebijakan dari pemimpin kepada
infrastruktur maupun pelayanan yang karyawan sehingga kinerja lembaga
diberikan oleh penjaga koridor. dapat berjalan secara efisien dan
Terbukti bahwa jumlah penumpang efektif.
misalnya pada koridor II mengalami d. Perlu adanya jalur khusus untuk
peningkatan pesat. Mengenai kondisi menunjang mobilitas BRT Semarang
shelter/halte BRT baik dari segi sebagai wujud visi misi BRT yang
kondisi tempat dan pelayanan petugas memberikan pelayanan yang nyaman,
sebagian penumpang memberikan cepat, dan aman. Karena dari hasil
tanggapan positif, baik, sudah nyaman. penelitian ini, sebagian besar keluhan
panumpang BRT Semarang adalah
SARAN masalah kecepatan, yang salah satu

a. Mengenai kondisi shelter/halte BRT penyebabnya adalah belum adanya

koridor I dan II baik dari segi kondisi jalur khusus BRT.

tempat dan pelayanan petugas


sebagian penumpang memberikan DAFTAR PUSTAKA
tanggapan baik, sudah nyaman. Hanya
saja pada jam-jam sibuk halte penuh
1 Adisamita, Sakti Adji. 2011. Jaringan
sehingga calon penumpang berdesak-
Transportasi: Teori dan Analisis Edisi 1.
desakan. Sehingga kiranya perlu
Yogyakarta: Graha Ilmu.
pelebaran shelter pada daerah-daerah
2 Anggoman, Johan Paul E. 2007. “Studi
yang padat penumpang.
Tingkat Pelayanan Angkutan Umum
b. Penambahan armada bus BRT baru
Damri Di Kota Manado”. Tesis Program
pada setiap koridor dan juga
Studi Magister Teknik Pembangunan
mengganti armada-armada bus lama
Wilayah dan Kota, Universitas
yang dirasa tidak layak pakai dengan
Diponegoro, Semarang.
9

3 Anonim. 2007. Semarang dan Angkutan 14 Harmunanto, Agus. 2013. Sembilan Bus
Umumnya. Tersedia: untuk BRT Koridor 2 Semarang.Laporan
http://semarangan.loenpia.net. Diakses wartawan Tribun Jateng, M. Alfi.
Kamis, 21 April 2016. Tersedia: http://jateng.tribunnews.com.
4 Anonim. 2012. Gambaran Umum Kondisi Diakses Kamis, 21 April 2016.
Daerah Kota Semarang. Tersedia: 15 Kartono, DR.Kartini. 2010. Pemimpin dan
http://semarangkota.go.id . Diakses Kepemimpinan. Rajawali Pers. Jakarta.
Kamis, 21 April 2016. 16 Kementrian Perhubungan Republik
5 Anonim. 2014. E-ticket Tak Bisa Indonesia. 2010. Trans Semarang: Masih
Digunakan. Tersedia: Banyak Hambatan. Tersedia:
http://radarsemarang.com. Diakses http://m.dephub.go.id. Diakses Sabtu, 23
Kamis, 21 April 2016. April 2016.
6 Anonim. 2014. Waktu Tak Tepat dan 17 Keputusan Dirjen Perhubungan Darat
Shelter Belum Ideal. Tribun Jateng, hal.1. Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002
7 Assael, Henry. 1995. Consumer tentang Pedoman Teknis
Behaviour and Marketing Action, 5th Penyelenggaraan Angkutan Umum Di
ed.South Western: College Publishing. Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap
8 Badan Litbang Departemen dan Teratur
Perhubungan. 2004. Kajian 18 Khristy, C.Jotin, Lall, B.Kent. 2003.
Penyelenggaraan Busway. Jakarta: Warta Dasar- Dasar Rekayasa Transportasi Jilid
Penelitian Perhubungan. 1. Erlangga. Jakarta.
9 Dinas Perhubungan Komunikasi dan 19 Kotler, Philip. 1994. Marketing
Informasi (Dishubkominfo) Kota Management: Analysis, Planning,
Semarang Tahun 2012. Implementation and Control. Eight
10 Federal Transit Adminstration. 2009. Edition. Prentice Hall International
Characteristic of Bus Rapid Transit for Edition.
Decision Making. Project No. FTA-FL- 20 Kuntarso, Bambang. Interview Radio.
26-7109.2009.1. Department of Pengelolaan dan pelayanan BRT. Sonora
Transportation: United States. Semarang. 29 Agustus 2015.
11 Giannopoulos, G.A. 1989. Bus Planning 21 Levinson, Herbert et al. 2003. Bus Rapid
and Operation in Urban Area: A Transit Volume 1 : Case Studies In Bus
Practical Guide. Avebury: Gower Rapid Transit, Transit Cooperative
Publishing Company. Research Program (TCRP) Report 90.
12 GIZ. 2011. Urban Mobility for Indonesia. Dalam www.trb.org. Washington D.C :
13 Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. The Federal Transit Administration.
Jakarta : PT. Grasindo. 22 Llyod, Wright dan Karl Fjellstrom. 2002.
Angkutan Bus Cepat Transportasi
10

Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat 31 Pemerintah Kota Semarang. 2009.


Kebijakan di Kota-kota Berkembang. Masterplan Sistem Transportasi dan
Terjemahan Miftahuljannah. tersedia: Jaringan Jalan Kota Semarang.
http://www.bmz.de. Diakses Sabtu, 23 32 Pemerintah Kota Semarang. 2010. Dasar-
April 2016. Dasar Hukum Pengelolaan BLU UPTD
23 Lubis, Herry et al. 2005. Persepsi Pelaku Terminal Mangkang Kota Semarang.
Perjalanan Terhadap Pelayanan 33 Peraturan Menteri Perhubungan RI
angkutan Umum di Kota Medan. Jurnal Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Standar
Arsitektur Atrium, vol.02, No. 03, hal 12- Pelayanan Minimal Angkutan Massal
23. Berbasis Jalan.
24 Manheim, L., M. 1979. Fundamental 34 Peraturan Walikota Semarang Nomor 13
Transportation Systems Anlysis. Volume Tahun 2010 Tentang Pola Tata Kelola
I. Basic Concept. Cambridge : The MIT Badan Layanan Umum Unit Pelaksana
Press. Teknis Dinas Terminal Mangkang Kota
25 Mathis, Robert L , Jackson, John H. 2002. Semarang.
Manajemen Sumber Daya Manusia. 35 Purwanto, Ervan Agus dan Dyah Ratih
Salemba 4. Jakarta. Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian
26 Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kuantitatif. Yogyakarta : Gava Media.
Kota. Bandung : Tarsito 36 Riduwan dan Tita Lestari. 2001. Dasar-
27 Nanang Prayudyanto ,Muhammad, dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Murtejo,Tedy, Sufiani,Assafa . 2011. 37 Rini, Indri Nurvia Puspita. 2007.
Evaluasi Sistem Transit. GIZ.Palembang. “Analisis Persepsi Penumpang Terhadap
28 Nanang Prayudyanto ,Muhammad, Bus
Murtejo,Tedy, Sufiani,Assafa . 2011. 38 Salim, Abbas. 2003. Manajemen
[Prosiding] Workshop Angkutan Umum Transportasi. Jakarta : PT Rajagrafindo
dan Forum Transit III. GIZ.Palembang Persada.
29 Nasution, S. 2001. Metode Research : 39 Setijowarno, Djoko. 2013. Pakar
Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara. Transportasi: BRT Seharusnya
30 PEDOMAN TEKNIS Menjangkau Perumahan. Tersedia:
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN http://jateng.tribunnews.com. Diakses
PENUMPANG UMUM DI WI LAYAH Sabtu, 23 April 2016.
PERKOTAAN DALAM TRAYEK 40 Setijowarno, Djoko. 2013. Terminal –
TETAP DAN TERATUR. Nomor BRT Dikelola Terpisah. Tersedia: dalam
SK.687/AJ.206/DRJD/2002. DIREKTUR http://koran-sindo.com. Diakses Sabtu, 23
JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. April 2016.
11

41 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 47 Vuchic, Vulkan., R. 1981. Urban Public
1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Transportation System and Technology.
LP3ES. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.
42 Subekti. 2013. Survei: Kualitas Angkutan 48 Walgito, B. 1994. Pengantar Psikologi
Umum Semarang Buruk. Tersedia: Umum, Edisi Revisi, Cetakan keempat.
http://jateng.tribunnews.com. Diakses Jogjakarta: Andi Offset.
Sabtu, 23 April 2016. 49 Wandono, Andi Agus. 2009. Semarang
43 Sumanto. 2002. Pembahasan Terpadu Butuh Pembenahan Transportasi.
Statistika dan Metodologi Riset (Buku 1). Tersedia:
Yogyakarta: Penerbit ANDI. http://www.tempo.co/read/news/2013/04/2
44 Suratno interview 2014. Wawancara 4/058475522/Survei-Kualitas-Angkutan-
Kinerja Operasional dan Pelayanan BRT. Umum-Semarang-Buruk . Diakses Rabu,
BLU UPTD Terminal Mangkang 27 April 2016.
Semarang. 50 Warpani, Suwardjoko. 1990.
45 Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Merencanakan Sistem Perangkutan.
Pemodelan Transportasi. Edisi ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
Bandung : Penerbit ITB. 51 Wells, G.R. 1975. Comprhensive
46 Undang-undang Republik Indonesia Transport planning. London : Charles
Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Griffin and Company Ltd.
Lintas dan Angkutan Jalan beserta 52 White, Peter. 1995. Public Transport: Its
peraturan pelaksanaannya. Direktorat Planning, Management and Operation
Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta: Third Edition . London : UCL Press.
Departemen Perhubungan.

Anda mungkin juga menyukai