Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
Sebelum mengkaji kasus Sprained ankle, perlu dipahami terlebih dahulu
etiologi, tanda dan gejala klinis, komplikasi, prognosis, dan diagnosis banding,
Ligamen adalah jaringan elastik yang kuat yang menghubungkan tulang yang satu
sendi.
Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan
pada ligamen (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul
Tiga tulang membentuk sendi ini, tibia, fibula, dan talus. Berat badan yang
posterior kaki.
Ligamen dari sendi pergelangan kaki dikelompokkan menjadi dua
ligamen pergelangan kaki terdiri dari serat fibrous yang kuat, ligamen ini sering
9
rentan terhadap cedera karena gerakan yang berlebihan dari sendi subtalar selama
aktivitas.
Ligamen collateral lateral terdiri dari ligamen anterior talofibular,
medialis ke tepi calcaneus. Keduanya mencegah gerak plantar fleksi dan dorsal
fleksi masing-masing.
10
Gambar 2.1
(Putz and
Pabst, 2000)
Anatomi tulang
sendi pergelangan
kaki
Keterangan
gambar:
1. Tulang tibia
2. True ankle joint
3. Tulang talus
4. Tulang fibula
5. Subtalar joint
6. Tulang calcaneus
Keterangan gambar:
1. Posterior talofibular ligament (PTFL).
11
3. Biomekanik
Menurut Syatibi (2007) bahwa gerakan yang seharusnya terjadi pada sendi
ankle yaitu dorsal flexi dan plantar flexi. Dalam keadaan normal, plantar flexi ini
12
bisa dilakukan sampai punggung kaki segaris dengan permukaan depan tungkai
bawah. Dengan demikian, Range of Motion (ROM) plantar flexi normal adalah 90
derajat. Dari jumlah tersebut sendi pergelangan kaki ini hanya memberi andil
sejumlah 45°. Dorsal flexi mempunyai ROM ± 20° dari posisi netral. Posisi netral
kaki adalah apabila posisi kaki membentuk sudut 90° dengan tungki bawah.
Gerakan plantar flexi dihambat oleh ligamentum-ligamentum yang
itu, karena trochlea tali bagian anterior lebih lebar dari pada bagian posterior
sehingga pada saat gerakan dorsal flexi, trochlea tali bagian anterior ini terjepit
4. Patofisiologi
Sprained ankle ini dapat mempengaruhi tidak hanya pada bagian sisi
pergelangan tetapi biasanya dapat juga merusak bagian luar (lateral) ligamen. Hal
ini terjadi pada saat kaki melakukan rotasi pada tungkai kaki, meregangkan
pergelangan pada titik dimana akan dapat merobek atau retak tulang (ligamen
lateral. Tetapi kadang-kadang ligamen robek sama sekali dan sendi bersubluksasi,
talus untuk sementara miring ke dalam inversi, kemudian dengan cepat kembali
Menurut Kaikkonen (1994) yang dikutip oleh McKay and Cook (2006)
bengkak ringan dan nyeri tekan ringan, tidak ada gangguan fungsional dan
kestabilan sendi.
b. Grade II (moderate sprain)
adanya kerobekan dari sebagian ligamen, dengan nyeri sedang, ada
bengkak dan nyeri tekan, dan terjadi gangguan sebagian fungsi gerak dan
pendarahan, nyeri tekan, dan ada kehilangan fungsi gerak dan stabilitas sendi.
aliran darah sehingga dapat mengakibatkan tulang dan jaringan lainnya bisa
simpatis atau atrofi suddect, yang dapat menyebabkan nyeri dan pembekakan
merembes pada ruangan intetisial dan cairan itu keluar sehingga terjadi odema
atau bengkak.
5. Etiologi
biasanya dapat terjadi karena olah raga (misalnya: lompat dan terbentur dengan
benda lain), berjalan pada permukaan yang tidak seimbang dan gerakan yang
Penyebab yang lain yaitu karena jatuh atau terpeleset, berlari, angkat
darbel (angkat benda yang berat), kecelakaan dan kesalahan gerak badan yang
1997).
Banyak faktor yang dapat ikut berkontribusi dalam meningkatkan faktor
(2) Sedang dalam masa rehabilitasi sprained ankle, (3) Ketidakstabilan sendi yang
dimiliki oleh pasien, (4) Kelemahan otot-otot disekitar sendi, (5) lemahnya core
stability atau kurangnya koordinasi, (6) Kekakuan sendi. (7) Buruknya tingkat
(10) Kurang layanknya permukaan tanah atau tumpuan yang labil, (11) Buruknya
struktur biomekanik postur kaki, (12) Penurunan kebugaran atau kondisi olahraga
tertentu, (13) Kelelahan yang pada penderita, dan (14) Ketidaksesuaian alas kaki
beberapa tanda-tanda umum yang dapat dirasakan pasien atau penderita berupa:
(1) Terasa sangat sakit dan bengkak pada sendi yang sprain, (2) Kulit akan terlihat
(3) Persendiaan jadi sulit digunakan atau terasa tidak stabil bila kita
menggerakkannya, (4) Ada rasa yang sangat sakit dan lunak pada bagian yang
15
sprain, (5) Sprain pada anak-anak, membuat badannya menjadi panas. Panasnya
sprained ankle terbagi dalam 3 jenis sesuai tingkatan dari sprained ankle yang
oleh pasien yaitu, (1) Nyeri pada pergelangan kaki saat cedera terjadi, (2) Terasa
lepas atau robek pada bagian luar sendi pergelangan kaki, (3) Bengkak sedang
pada sisi cedera, (4) Sedikit kehilangan fungsinya, Pasien yang mengalami cedera
sprained ankle grade 1 dapat berdiri dan berjalan sendiri tanpa bantuan selama 30
menit atau selama cedera terjadi. Kemudian tergantung sejauh mana cedera.
Kestabilan sendi akan terlihat sedikit berkurang, (5) Bengkak pada pergelangan
kaki, (6) Memar muncul setelah beberapa jam setelah cedera terjadi.
memiliki tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, yaitu; (1) Rasa sangat
nyeri pada pergelangan kaki ketika cedera terjadi, (2) Terasa lepas atau terobek
pada bagian luar sendi pergelangan kaki, (3) Nyeri yang sangat ekstrim di lokasi
cedera, (4) Kehilangan fungsinya, Penderita biasanya jatuh, tetapi dapat berjalan
selama beberapa detik, tetapi hanya bermampu berjalan sebentar dan hanya
mampu menumpu dengan satu kaki pada kaki normal. Sendi pergelangan kaki
yang cedera terasa longgar apabila digerakkan ke arah nyeri, (6) Pembengkakan
menyuluruh segera setelah cedera pada daerah pergelangan kaki dan kaki
c. Grade 3 ( severe atau 3rd degree ankle sprain )
Sprained ankle grade 3 atau sprained ankle terparah memiliki tanda dan
gejala yang lebih spesifik lagi yang dapat dirasakan pasien, yaitu; (1) Rasa nyeri
hebat pada pergelangan kaki ketika cedera terjadi, (2) Terasa lepas atau terobek
pada bagian luar atau dalam pergelangan kaki. Kadang pula rasanya seperti sendi
pergelangan kaki terasa terkilir atau dislokasi, (3) Nyeri sangat pada daerah yang
mengalami cedera, (4) Kehilangan fungsi. Penderita cedera ini biasanya jatuh dan
sangat sulit untuk berjalan. Sendi kehilangan stabilitasnya, (5) Sendi terasa lepas
apabila kaki di paksa untuk bergerak kearah nyeri, (6) Bengkak dengan cepat,
umumnya muncul di pergelangan kaki dan kaki, (7) Muncul memar dengan segera
7. Komplikasi
Sprained ankle sebagian besar terjadi pada kelompok usia mulai dari
remaja hinga dewasa muda. Mekanisme cedera ini biasanya mengakibatkan nyeri
pada sprained ankle dengan modalitas pengobatan dasar (rest, ice, elevation, dan
elastic ankle support) biasanya tiga sampai empat minggu tanpa komplikasi.
penderita tidak boleh mengalami kesulitan untuk berjalan dan beraktifitas secara
normal setelah empat sampai enam minggu pasca cedera. Ketika penderita
mengalami kesulitan berjalan, dan nyeri saat proses rehabilitasi normal untuk
sprained ankle, biasanya terdapat cedera lebih serius ada pada awal kejadian. Hal
ini mungkin akibat beberapa alasan, seperti ketidakpatuhan terhadap latihan yang
17
telah diberikan, misdiagonsis pada awal cedera, pengobatan yang tidak tepat
tidak terdeteksi secara dini. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi jangka
panjang atau komplikasi yang tertunda pada sendi pergelangan kaki. Beberapa
cedera yang umum yaitu ada pada kondisi sprained ankle adalah sebagai berikut:
Rupture lateral ligamen, patah tulang pada pergelangan kaki, Strain (cedera pada
rontgen atau MRI pada area cedera. Foto rontgen dapat membantu dalam
mendeteksi fraktur dengan baik pada pergelangan kaki, namun pada beberapa
insiden, MRI perlu dilakukan guna mendeteksi patah tulang yang tersembunyi di
dalam persendian pergelangan kaki yang mungkin termasuk tulang rawan, serta
trauma jaringan lunak di area pergelangan kaki. Gejala awal biasanya meliputi
pembengkakan dan nyeri yang signifikan dengan kekakuan sendi dan kesulitan
awal, terapi fisik, dan kadang-kadang dengan obat-obatan anti inflamasi. Kondisi
ini biasanya memakan waktu setidaknya enam sampai delapan minggu untuk
penyembuhan atau lebih lama lagi. Ketika kondisi seperti ini tidak terdeteksi oleh
kesulitan berjalan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa komplikasi umum
18
dari sprained ankle tipe cedera dengan atau tanpa pengobatan yang tepat dapat
Hal ini dapat terjadi ketika ligamen mengalami cedera, kapsul sendi juga cedera
sendi akibat sprained ankle juga dapat menyebabkan gerakan yang tidak normal
oleh beberapa kondisi. Paling umum, ligamen pada pergelangan kaki yang robek
dan tidak mendapat penyembuhan yang tepat, atau memar tulang dimana aspek
ini terjadi ketika ligamen di bagian luar pergelangan kaki telah terluka dan robek
atau setengah robek, dan ligamen belum sembuh dalam posisi anatominya, dan
kronis yang menyebabkan penekanan pada pergelangan kaki dan saraf kulit
pertanda ketika sprained ankle gagal untuk disembuhkan atau dipulihkan. Jika
diagnosa dari cairan tendon gagal, baru pengobatan dengan proses pembedahan
akan dilaksanakan, hal itu dikarenakan hasil pengobatan pembedahan akan sama
sprained ankle itu sendiri dan cedera yang mungkin menyertai. Latihan untuk
dilaksanakan ketika patologi bengkak pada cedera telah sembuh dan pasien
banding untuk ini adalah; (1) Fraktur pergelangan kaki, (2) Lesi kubah talar
B. Problematik fisioterapi
Problematika yang muncul ada kasus sprained ankle yang akan dihadapi
penyakit yang diderita pasien. Pada kasus sprained ankle, problematika fisioterapi
yang timbul pada kasus ini diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang
diakibatkan oleh sprain yang terjadi pada ligament area pergelangan kaki, dimana
nyeri akan semakin terasa apabila ada gerakan yang memaksa ligament yang
adanya kerusakan jaringan pada daerah ligament pada penderita sprained ankle.
c. Keterbatasan LGS
Pada umumnya dimana setiap ada problematika nyeri pada suatu sendi
makan akan ikut mempegaruhi LGS yang dimiliki oleh sendi itu sendiri.
d. Penurunan kekuatan otot
Adanya nyeri pada daerah ankle juga dapat berdampak pada kekutan otot
tambahan pada saat sendi digerakkan, dimana problematik kekutan otot itu sendiri
akan seiring berkurang ketika persepsi nyeri yang dirasakan oleh pasien
berkurang.
e. Instabilty sendi pergelangan kaki
dimana sendi pergelangan kaki yang telah mengalamai cedera berupa
seharusnya menjadi kunci penting dalam membentuk stabilitas sendi yang ada
telah mengalami cedera atau gangguan, sehingga ligamen tersebut tidak dapat
aktivitas fungsional sebagai akibat adanya impairment yang ada. Pada kasus
berupa adanya gangguan saat berjalan, dimana berjalan memiliki peran penting
bekerja lagi. Pada hubungan sosial, penderita juga mengalami kesulitan untuk
sistem saraf melalui permukaan kulit dalam hubungannya dengan modulasi nyeri
impuls saraf yang berjalan dengan dua arah di sepanjang akson yang
berujung terjadinya vasodilatasi arteriole dan ini merupakan dasar bagi proses
triple responses. Adanya triple responses dan penekanan aktifasi simpatis akan
terhadap nyeri seperti bradikinin, histamin atau materi P juga akan meningkat
neuron nosiseptif di cornu dorsalis medula spinalis yang mengacu pada teori
gerbang kontrol (Gate Control Theory) yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall
(1965) dikutip oleh Pardjoto (2006) yang menyatakan bahwa gerbang terdiri dari
sel internunsial yang bersifat inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa
yang terletak di cornu posterior dan sel-T yang merelai informasi dari pusat yang
lebih tinggi. Tingkat aktivasi sel-T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari
serabut berdiameter besar A-Beta dan A-Alfa serta serabut berdiameter kecil A-
23
Delta dan serabut C. Asupan dari saraf berdiameter kecil akan mengaktivasi sel-T
gelatinosa yang berdampak pada penurunan asupan terhadap sel-T, baik yang
berasal dari serabut berdiameter besar maupun berdiameter kecil dengan kata lain
asupan impuls dari serabut aferen berdiameter besar akan menutup gerbang dan
berkurang.
3) Mekanisme ekstrasegmental
TENS yang menginduksi aktivasi aferen yang berdiameter kecil juga
fasik yang dihasilkan oleh TENS akan membangkitkan aktivasi aferen motorik
Target arus adalah mengaktivasi saraf berdiameter besar, yaitu A-Beta dan
mekanoreseptor. Sensasi yang ditimbulkan dari arus ini berupa paraestesia yang
kuat dan disertai sedikit kontraksi. Karakteristik fisika dari arus ini adalah
frekuensi yang tinggi namun intensitas yang rendah dengan pola continue, dimana
durasi: 100-200 µs dan frekuensi: 10-200 pps. Posisi elektroda adalah pada titik
dinyalakan dan menghilang < 30 menit setelah alat dipadamkan. Durasi terapi
yaitu secara terus menerus saat nyeri terjadi dimana mekanisme analgetik pada
tingkat segmental.
24
otot-otot fasik yang berakhir pada aktivasi saraf berdiameter kecil non noxius.
Serabut saraf yang teraktivasi adalah G III dan A-delta ergoseptor. Sensasi yang
diinginkan dari arus ini adalah kontraksi otot fasik yang kuat tetapi nyaman
dengan karakteristik fisika yaitu frekuensi rendah dan intensitas tinggi, dimana
durasi: 100-200 µs dan frekuensi hingga 100 pps dengan pola burst. Penempatan
elektroda adalah pada motor point atau nyeri myotom. Profil analgetik dari arus
ini adalah terjadi > 30 menit setelah dinyalakan dan baru hilang > 1 jam setelah
mesin dimatikan. Durasi terapi 30 menit setiap kali terapi dimana mekanisme
3) Intens TENS
Target arus adalah mengaktivasi serabut saraf berdiameter kecil dimana
intensitas tertinggi yang masih tertolerir pasien dengan sedikit kontraksi otot.
Fisika dasar dari arus ini yaitu frekuensi hingga 200 pps, durasi > 1000 µs,
intensitas tertinggi yang masih bisa ditolerir pasien dengan pola continue.
Penempatan elektroda yaitu pada daerah nyeri atau di sebelah proximal titik nyeri
pada cabang utama saraf yang bersangkutan. Profil analgetik < 30 menit setelah
terapi dimulai, pengaruh analgetik bisa bertahan > 1 jam, bisa terjadi hipoestesia
arus listrik semakin dalam penetrasinya. Intensitas arus diatur sehingga pasien
2) Frekuensi pulsa
Frekuensi pulsa merupakan kecepatan atau pulse rate yang terjadi pada
setiap second sepanjang arus listrik yang mengalir. Frekuensi pulsa dapat berkisar
1-200 pulsa/detik.
3) Pemasangan elektroda
Prosedur pemasangan elektroda meliputi: (1) Titik akupuntur, motor atau
trigger, dimana elektroda dipasang pada titik nyeri, (2) plexus: salah satu elektrode
diletakkan di plexus sedangkan elektrode lainnya di distal atau daerah perifer, (3)
segmental yaitu; satu elektrode dipasang pada level spinal sedangkan yang lainnya
diletakkan di area dermatom yang berhubungan trigger point, (4) dermatom; dasar
pemikiran metode ini adalah daerah kulit tertentu mempunyai persarafan yang
sama dengan struktur yang ada di bawahnya. Elektrode dipasang pada area
(1) Penyakit vaskular (arteri maupun vena), (2) Adanya kecenderungan terjadinya
pendarahan, (3) Adanya proses keganasan, (4) Pasien dengan alat pacu jantung,
(5) Luka tebuka, (6) Kondisi infeksi, (7) Kondisi dermatologi, (8) Hilangnya
2. Kinesio Taping
a. Definisi Kinesio Taping
Kinesio Taping adalah modalitas perawatan berdasarkan proses
penyembuhan alami tubuh. Metode ini bekerja melalui aktivasi sistem sirkulasi
tubuh dan otot dalam proses rahabilitasi dan kehidupan sehari-hari (Kaze, 2005)
b. Indikasi
Indikasi dalam penggunaan kinesio taping adalah yaitu; (1) Stimulasi dan inhibisi
otot hypotonus, (2) melindungi otot terhadap beban berlebih, (3) Melindungi
(1) Trauma akut tanpa diagnosis, (2) Demam, (3) Keluhan pola abnormal,
(4) Luka tebuka, (5) Reaksi alergi pada tape, (6) Thrombosis.
d. Karakteristik kinesio taping
Kinesio tape memiliki karakteristik tersendiri pada struktur pembentuknya,
yaitu: (1) Penguluran panjang mencapai 130% - 140%, (2) Dapat ditembus air dan
udara, (3) Tahan air, (4) Bebas Latex, (5) Aman untuk segala usia, (6) Lama
beriuku; (1) Memastikan kulit dalam keadaan kering dan bersih (bebas minyak
dan lotion), (2) Menghilangkan rambut pada daerah yang akan diaplikasikan,
panjang potongan tape yang tepat, (4) Memotong sekitar ujung tape untuk
(5) Menghindari menyentuh bagian perlekatan tape karena hanya bisa digunakan
sekali, (6) Bagian basis dan anchor tidak memerlukan tarikan atau penguluran,
(7) Menghindari kerutan pada tape dan permukaan kulit karena dapt menimbulkan
blister, (8) Memberikan gosokan pada tape yang telah terpasang, (9) Bila timbul
penguluran dan metode tape itu sendiri sesuai jaringan yang akan dituju dalam
penggunaanya yaitu;
Lymph tape
0% - 5% Aplikasi dengan metode kipas
muscles
10% - 15% Aplikasi dari insersio ke origo
(inhibition)
Muscle
15% - 25 % Aplikasi dari orige ke insersio
(stimulation)
Ligament 75% - 100%
28