3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KOMPETENSI DASAR
3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan)
dalam makanan dan minuman (segar dan dalam
kemasan), dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya
terhadap kesehatan
INDIKATOR
Zat aditif atau zat tambahan makanan merupakan bahan
yang ditambahkan ke dalam makanan baik dalam
memproses, mengolah, mengemas dan menyimpan
makanan. Menurut Peraturan Pemerintah no. 28 tahun
2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, yang
dimaksud bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan.
D i I n d o n e s i a p e m a k a i a n z a t a d i t i f d i a t u r o l e h
Departemen Kesehatan, sedangkan pengawasanya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengwasan Obat dan
makanan (Dirjen POM).
Pemberian zat aditif pada makanan secara garis besarnya
bertujuan :
ü Untuk mempertahankan nilai gizi makanan karena
selama proses pengolahan makanan zat gizi ada yang
rusak atau hilang
ü Agar makanan lebih menarik
ü Agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga
ü Untuk konsumsi sebagian orang tertentu yang
memerlukan diet
ü Agar makanan lebih tahan lama disimpan
B. Macam-macam zat aditif
Berdasarkan sumbernya, zat aditif dibedakan menjadi 2
macam, yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau
buatan.
1. Zat aditif alami
Zat aditif alami yaitu zat tambahan pada makanan yang
sudah ada di alam, tanpa disintesis. Zat aditif alamiah
mudah diperoleh dan lebih aman digunakan. Sehingga
sampai sekarang penggunaan zat aditif alamiah ini
semakin diminati oleh masyarakat. Hanya kelemahan zat
aditif alamiah ini penggunaannya dibutuhkan dalam jumlah
yang lebih banyak, kurang stabil kepekatannya dan kurang
tahan lama.
Berikut beberapa contoh zat aditif alami dan kegunaannya
a. Pewarna
1. Wortel
Sebagai zat pemberi warna orange pada makanan. Sering
digunakan pada pembuatan selai nanas. Selain sebagai
pemberi warna orange, wortel juga baik dimakan
langsung atau diperas airnya dan
diminum karena mengandung vitamin A. Di
dalam wortel ini terkandung β-karotin yang merupakan zat
pewarna alamiah dan sekaligus mengandung vitamin A.
2. Kunyit
Pemberi warna kuning agak gelap pada pembuatan
makanan. Biasanya digunakan pada pembuatan
nasi kuning. Kunyit juga sering ditambahkan pada
pengolahan daging ayam atau itik karena dapat
menghilangkan bau amis dan menambah rasa yang khas
3. Daun suji pemberi warna hijau pada bahan
makanan. Bisa juga digunakan sebagi zat
warna pada minuman.
b. Pemanis
1. Gula tebu atau gula pasir
Dibuat dari tanaman tebu. Berfungsi juga sebagai zat
pengawet, karena gula ini bersifat menyerap kandungan air
(Bersifat higroskopis)
2. Gula aren
Gula aren ini dihasilkan dari tanaman aren.
Penggunaannya hampir sama dengan gula jawa. Hanya
saja gula aren ini lebih manis sehingga sering digunakan
pada pembuatan jenang.
3. Gula jawa (gula kelapa)
Gula kelapa ini dihasilkan dari tanaman kelapa.
Sering untuk pemanis minuman(dawet,
es degan, sirup) dan lain-lain. Gula kelapa
juga sering dipakai sebagai zat pemanis pada
saat memasak sayur.
4. Madu
Madu adalah zat pemanis yang sangat baik karena
mengandung zat-zat gizi yang banyak secara alami.
Penggunaan madu juga dapat menambag gizi di dalam
makanan
c. Pengawet
1. Garam dapur
Garam dapur digunakan sebagai pengawet makanan
karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dalam makanan. Bahkan garam dapur dapat
membunuh bakteri. Hal ini disebabkan karena garam
dapur bersifat higroskopois (menyerap kandungan air
dalam makanan).
2. Bawang Putih
Bawang putih mengandung zat allicin yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
sehingga dipakai untuk bahan pengawet .
3. Asam cuka
Nama kimia asam cuka adalah asam asetat. Karena sifat
yang asam, asam cuka dapat membunuh bakteri. Asam
asetat 4% meruapakan asam cuka yang sering digunakan
sebagai pengawet buah / sayuran.
d. Penyedap
1. Garam dapur
Garam dapur merupakan penyedap yang sering
digunakan. Rasa asin dalam garam dapur berasal dari
natrium klorida (NaCl)
2. Bawang putih
Selain sebagai pengawet, bawang putih juga digunakan
sebagai bahan penyedap. Selain mengandung alicin,
bawang putih juga mengandung silfur dan iodin yang tinggi.
3. Cabai merah
Cabai merah sebagai zat penyedap rasa
sekaligus sebagai merangsang selera makan
e. Pemberi Aroma
1. Daun jeruk
Daun jeruk memberikan aroma yang khas dan
membangkitkan gairah makan. Daun jeruk juga
dapat menghilangkan bau amis pada ikan.
2. Vanili
Zat ini memberikan rasa dan aroma yang harum. Bisa
digunakan pada pembuatan roti atau pada pembuatan
kolak.
3. Serai
Zat ini berfungsi biasanya sebagai penambah
aroma pada pembuatan air hangat (minuman
serai), juga dignakan untuk menambah aroma
segar pada makanan-makanan bersantan
4. Daun pandan
Biasa ditambahkan pada saat menanak nasi agar nasi
berbau harum dan tidak cepat basi, juga digunakan pada
pembuatan kue, bubur, atau es
f. Bahan Pengasam
Bahan pengasam bertujuan untuk menghilangkan rasa
enek (mual) pada saat mengonsumsi makanan.
2. Zat aditif Sintetis atau buatan
Zat aditif sintetis merupakan zat aditif atau tambahan yang
diperoleh melalui sintetis dari bahan kimia yang sifatnya
hampir sama dengan dengan bahan alamiah yang sejenis.
Keunggulan zat aditif sintetis jika dibanding dengan zat
aditif alamiah adalah lebih stabil, menggunakannya lebih
sedikit dan biasanya tahan lebih lama. Sedangkan
kelemahannya zat aditif dapat menimbulkan resiko
penyakit kanker atau bersifat karsinogenik.
Yang termasuk zat antioksidan adalah:
§ Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen
(BHT), ditambahkan pada lemak / minyak goreng agar
tidak cepat basi (tengik)
§ Asam askorbat (serta garam kalium, kalsium dan garam
natrium) ditambahkan ke dalam daging olahan, daging
awetan, makanan bayi kalengan, kaldu
f. Sekuestran (zat pengikat logam)
Sekuestran merupakan bahan penstabil yang digunakan
dalam berbagai pengolahan bahan makanan. Sekuestran
akan mengikat logam sehingga menjaga kestabilan bahan.
Sekuestran yang paling sering digunakan dalam bahan
makanan adalah asam sitrat dan turunannya, fosfat dan
garam etilendiamintetraasetat(EDTA)
Sebagai contoh seorang siswa mempunyai berat badan 40 Kg
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif dengan nilai ADI
5 mg/kg. Maka batas maksimal harian zat aditif itu diperbolehkan
dimakan adalah : 5 x 40 = 200 mg
D. Psikotropika
Narkoba singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya
disebut juga NAPZA singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.
Undang-undang yang mengatur tentang Narkotika
adalah : UU RI No. 22 tahun 1997. Menurut Undang-
undang ini narkoba jenis narkotika dibagi menjadi 3
golongan, yaitu :
Ekstasi
Setelah memakai ekstasi pengaruh langsung bagi
pengguna adalah menyebabkan perasaan “fly”
(gembira) dosisi, mudah tersinggung, cemas,
menjadi energik, matanya sayu, susah tidur dan
berkeringat. Akibat jangka panjang dari pemakaian
ekstasi adalah kerusakan syaraf otak, dehidrasi
(kekurangan cairan), halusinasi (penglihatan atau
pendengaran semu), kurang gizi, ketergantungan
dan gejala putus asa (murang dan letih), agresif
(dapat melakukn tindakan keji dan akal sehat
hilang)
3. Sabu-sabu
Nama asli sabu-sabu adalah Methamfetamin.
Sedangkan nama shabu-shabu adalah nama gaul
dari narkoba jenis ini. Shabu-shabu berbentuk
kristal seperti gula pasir atau seperti vetsin. Ada
beberapa jenis shabu-shabu antara lain : Crystal,
Coconut dan Gold River. Shabu-shabu dikenal
dengan sebutan ice, juga dikenal dengan sebutan
Kristal, Ubas, Mecin, Glass, Hirropon, Quart.
Obat ini dapat di temukan dalam bentuk kristal dan
obat ini tidak mempunyai warna maupaun bau,
maka ia di sebut dengan kata lain yaitu Ice.
Sabu-sabu
Obat ini juga mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap syaraf. Si pemakai shabu-shabu akan
selalu bergantung pada obat bius itu dan akan
terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami
sakit jantung atau bahkan kematian.
Dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas
aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu
ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang
ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong
(sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong
tersebut berfungsi sebagai filter karena asap
tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada
sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu
dengan pipa kaca karena takut efek jangka
panjang yang mungkin ditimbulkan oleh aluminium
foil.
2. Ekstasi
Nama Kimia ekstasi adalah 3,4 methylenedioxy
methamfetamine disingkat MDMA. Ekstasi adalah
salah satu zat psikotropika dan diproduksi secara
tidak sah / ilegal di dalam laboratorium dan dibuat
dalam bentuk tablet atau kapsul. Jenis obat ini
yang populer beredar di masyarakat adalah:
Alladin, Apel, Butterfly, Elektric. Nama gaul di
jalanan ekstasi antara lain dikenal dengan nama :
E, XTC, Doves, New Yorkers, Inex, I, kancing,
Essence
E. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat atau obat-obat bukan narkotika
atau psikotropika yang jika dikonsumsi akan bekerja
pada sistem saraf pusat dan dapat mengakibatkan
ketagihan atau ketergantungan. Zat yang masuk dalam
kategori zat adiktif adalah alkohol, nikotin, kafein,
inhalansi yaitu larutan yang mudah menguap (lem,
aerosol, cat semprot, hairspray, pengharum ruangan,
deodoran, gas cair, penghilang cat kuku, pengencer cat,
cairan pengisi korek api, bensin, butana, propana, obat
pembius/anestesi, eter).
Zat adiktif yang akan dipelajari pada bab ini adalah
rokok dan minuman keras.
1. Rokok
Rokok terbuat dari tembakau yang dibungkus kertas
kemudian dijual. Tetapi ada pula rokok yang dibuat
sendiri oleh perokok kemudian dihisap sendiri. Rokok
merupakan zat adiktif yang yang dapat merusak
kesehatan dan menyebabkan berbagai macam penyakit,
diantaranya penyakit paru-paru, jantung, bahkan dapat
menimbulkan kematian.
Sumber : http://www.antirokok.or.id
b. Perokok Aktif dan Perokok pasif
Perokok aktif adalah orang menghisap rokok secara
langsung. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang
tidak merokok tetapi ikut menghisap asap rokok.
b.Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat dan positif
c. Memilih pergaulan dengan teman yang baik dan tidak
mudah terpengaruh oleh bujukan orang lain, termasuk
bujukan teman sebaya.
b. Detoksifikasi
Terapi dengan cara detoksifikasi (menghilangkan racun
di dalam darah) dapat dilakukan secara medis dan non
medis. Secara medis, terapi detoksifikasi dilakukan
dengan beberap cara. Cara yang pertama dengan
melakukan pengurangan dosis secara bertahap dan
mengurangi tingkat ketergantungan. Cara kedua dengan
menggunakan antagonis morfin, yaitu senyawa yang
dapat mempercepat proses neuroregulasi. (pengaturan
kerja saraf).
Cara yang ketiga dengan melakukan penghentian total
pemakaian obat akan dapat menimbulkan gejala putus
obat (sakaw) sehingga pada cara ini perlu diberi terapi
untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul.
c. Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes
urin sudah negatif), tubuh pemakai secara fisik memang
tidak ketagihan lagi, tetapi secara psikis biasanya sering
timbul keinginan terhadap zat tersebut yang terus
membututi alam pikiran dan perasaannya. Untuk itu,
setelah detoksifikasi perlu juga diproteksi lingkungan dan
pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu.
TERIMA KASIH