Anda di halaman 1dari 7

HASIL TELAAH JURNAL

DARI PATOFISIOLOGI SEPSIS UNTUK PERAWATAN PASIEN


SECARA INDIVIDU

Oleh :

Kelompok PKGD Gelombang 3

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI
BOJONEGORO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Sepsis adalah kondisi disfungsi organ yang mengancam jiwa sebagai hasil dari
respon infeksi yang mengakibatkan kegagagalan regulasi pada pasien dengan insiden yang
tinggi. Insiden global yang tercatat di rumah sakit terkait menunjukkan perawatan sepsis
sebanyak 437 (dengan mortalitas 17%) dan sepsis berat dengan jumlah 270 (dengan
mortalitas 26%) kasus per 100.000 orang pertahun. Tingkat kejadian sepsis tahunan yang
terjadi secara global mencapai 31.5 juta kasus, dengan 19,4 juta diantara kasus tersebut
adalah sepsis berat, dan menyebabkan 5,3 juta meninggal.
Sepsis telah menjadi masalah kesehatan utama, dengan lebih banyak pasien
meninggal di rumah sakit karena komplikasi terkait sepsis dibandingkan dengan kanker
payudara dan kolorektal. Pada instalasi gawat darurat RSUD Jombang pada tahun 2017,
menunjukkan bahwa diagnose sepsis (disebabkan bakteri gram negative) masuk dalam
peringkat 4 besar dari 10 besar penyakit pada instalasi gawat darurat dengan jumlah
kunjungan 52 pasien (38 kasus baru dan 14 kasus lama). Jumlah seluruh pasien sepsis pada
bulan Februari-November 2017 berjumlah 257 kasus, dengan karakteristik pasien sepsis
berusia lebih dari 20 tahun berjumlah 242 pasien. Dari total pasien tersebut, 79 pasien
meninggal, dan 163 pasien pulang paksa atau sembuh.
Dari uraian di atas seorang perawat diharapkan dapat menjadi lini terdepan di unit
gawat darurat untuk dapat memprediksi mortalitas pasien dengan sepsis untuk menentukan
tindakan definitif dengan segera tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium. Karena hal
tersebut sangat penting untuk mengenali factor yang berhubungan dengan mortalitas pasien
dengan sepsis. Tindakan yang diimplementasikan untuk menyelamatkan jiwa pasien harus
cepat dan tepat, kerena terutama pada pasien dengan sepsis terjadi disfungsi beberapa organ
tubuh.
BAB II

A. PENGENALAN
Istilah Sepsis menurut konsensus terbaru adalah keadaan disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang disebabkan karena disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Septik
syok didefinisikan sebagai keadaan sepsis dimana abnormalitas sirkulasi dan metabolik
yang terjadi dapat menyebabkan kematian secara signifikan.
Salah satu tugas yang paling menantang dalam pengobatan perawatan kritis
adalah pengobatan infeksi terkait beberapa organ yang serius disfungsi, diistilahkan
secara umum sebagai sepsis, sepsis berat, dan syok septik. Namun, kejadian sepsis
masih sangat heterogen, yang bervariasi dalam etiologi dan keparahan, oleh karena itu,
kriteria diagnostik yang berlaku secara universal dan algoritme pengobatan tidak dapat
ditiru. Heterogenitas sepsis terbukti menjadi salah satu rintangan yang paling sulit
percobaan acak prospektif tidak bisa setuju; karenanya, mereka gagal menunjukkan
manfaat kelangsungan hidup yang jelas atau hasil positif studi pusat tunggal yang
kemudian dikontradiksi oleh besar uji coba multicenter. Namun demikian, sepsis telah
menjadi masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia. Selanjutnya, mengobati
sepsis adalah tugas multidisiplin. Pengenalan dini dan memulai langkah awal resusitasi
tidak dapat dihindarkan untuk memberikan kesempatan terbaik untuk bertahan hidup,
yang harus dimulai pada tingkat perawatan primer, di luar rumah sakit, di gawat darurat
atau di bangsal. Dalam tidak adanya manajemen awal yang memadai, bahkan
menyediakan perawatan intensif tingkat tertinggi akan sia-sia. Meskipun hasil klinis
acak prospektif uji coba mungkin mengecewakan sejauh menyangkut kelangsungan
hidup, tidak diragukan lagi bahwa kami telah belajar banyak tentang patofisiologi sepsis
selama melakukan penelitian ini selama beberapa dekade terakhir. Memahami
imunologi latar belakang gambaran klinis adalah yang paling penting, yang
memungkinkan dokter untuk menafsirkan hasil diagnostik menguji dan
merasionalisasikan modalitas pengobatan dengan cara yang paling tepat.
B. EPIDEMOLOGI
Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama kematian di Amerika
Serikat dan penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis. Sekitar 80% kasus sepsis
berat di unit perawatan intensif di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 1990-an
terjadi setelah pasien masuk untuk penyebab yang tidak terkait. Kejadian sepsis
meningkat hampir empat kali lipat dari tahun 1979-2000, menjadi sekitar 660.000 kasus
(240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau syok septik per tahun di Amerika Serikat.
Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482 kematian di Amerika Serikat. Dari jumlah
tersebut, 1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari semua kematian). Sebagian besar
kematian terkait sepsis terjadi di rumah sakit, klinik dan pusat kesehatan (86,9%) dan
94,6% dari ini adalah pasien rawat inap tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Normalnya, pada keadaan infeksi terdapat aktivitas lokal bersamaan dari sistem
imun dan mekanisme down-regulasi untuk mengontrol reaksi. Efek yang menakutkan
dari sindrom sepsis tampaknya disebabkan oleh kombinasi dari generalisasi respons
imun terhadap tempat yang berjauhan dari tempat infeksi, kerusakan keseimbangan
antara regulator pro-inflamasi dan anti inflamasi selular, serta penyebarluasan
mikroorganisme penyebab infeksi
D. MANIFESTASI KLINIS
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang ditandai dengan
bakteremia selanjutnya berkembang menjadi systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat, syok sepsis dan berakhir pada multiple organ
dysfunction syndrome (MODS).Sepsis dimulai dengan tanda klinis respons inflamasi
sistemik (yaitu demam, takikardia, takipnea, leukositosis) dan berkembang menjadi
hipotensi pada kondisi vasodilatasi perifer (renjatan septik hiperdinamik atau “hangat”,
dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta peningkatan curah jantung)
atau vasokonstriksi perifer (renjatan septik hipodinamik atau “dingin” dengan anggota
gerak yang biru atau putih dingin). Pada pasien dengan manifestasi klinis ini dan ambaran
pemeriksaan fisik yang konsisten dengan infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi
dapat dimulai secara dini. Pada bayi dan orang tua, manifestasi awalnya kemungkinan
adalah kurangnya beberapa gambaran yang lebih menonjol, yaitu pasien ini mungkin lebih
sering ditemukan dengan manifestasi hipotermia dibandingkan dengan hipertermia,
leukopenia dibandingkan leukositosis, dan pasien tidak dapat ditentukan skala takikardia
yang dialaminya (seperti pada pasien tua yang mendapatkan beta blocker atau antagonis
kalsium) atau pasien ini kemungkinan menderita takikardia yang berkaitan dengan
penyebab yang lain (seperti pada bayi yang gelisah).
Pada pasien dengan usia yang ekstrim, setiap keluhan sistemik yang non-spesifik dapat
mengarahkan adanya sepsis, dan memberikan pertimbangan sekurang kurangnya
pemeriksaan skrining awal untuk infeksi, seperti foto toraks dan urinalisis. Pasien yang
semula tidak memenuhi kriteria sepsis mungkin berlanjut menjadi gambaran sepsis yang
terlihat jelas sepenuhnya selama perjalanan tinggal di unit gawat darurat, dengan permulaan
hanya ditemukan perubahan samar-samar pada pemeriksaan. Perubahan status mental
seringkali merupakan tanda klinis pertama disfungsi organ, karena perubahan status mental
dapat dinilai tanpa pemeriksaan laboratorium, tetapi mudah terlewatkan pada pasien tua,
sangat muda, dan pasien dengan kemungkinan penyebab perubahan tingkat kesadaran,
seperti intoksikasi. Penurunan produksi urine (≤0,5ml/kgBB/jam) merupakan tanda klinis
yang lain yang mungkin terlihat sebelum hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dan
seharusnya digunakan sebagai tambahan pertimbangan klinis.
E. PENATALAKSANAAN
1. Nonfarmakologi Mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70%
dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.
2. Sepsis Akut Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg,
menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.
a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi cairan.
b. Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila rata-
rata tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg tidak dapat dipertahankan oleh hidrasi
saja. Penelitian baru-baru ini membandingkan vasopresin dosis rendah dengan
norepinefrin menunjukkan bahwa vasopresin dosis rendah tidak mengurangi
angka kematian dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien dengan syok
sepsis.
c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jaringan dilakukan
ventilasi mekanik ,bukan dengan memberikan bikarbonat.
d. Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai
rekomendasi antibotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik
spektrum luas dari bakteri gram positif dan gram negative.cakupan yang luas
bakteri gram positif dan gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).
e. Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk rekayasa genetika
aktifasi protein C, telah disetujui untuk digunakan di pasien dengan sepsis berat
dengan multiorgan disfungsi (atau APACHE II skor >24); bila dikombinasikan
dengan terapi konvensional, dapat menurunkan angka mortalitas.
3. Sepsis kronis Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi
dilanjutkan minimal selama 2 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ilham dkk. 2018. Factor Dominan dalam Memprediksi Mortalitas Pasien dengan
Sepsis di Unit Gawat Darurat. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 30. No 2.
Irvan dkk. 2018. Sepsis dan Tata Laksana berdasar Guidline Terbaru. Jurnal Anestesiologi
Indonesia. Vol 10. No. 1.
Laszlo, Ildko dkk. 2015. Sepsis : from Pathophysiology to Individualized Patient Care.
Journal of Immunology Research. Vol 2015.
Martin, Gregs. 2014. The Epidemology of Sepsis in the United States From 1979 through
2000. The New England Journal of Medicine. Vol 348 No. 16.

Anda mungkin juga menyukai