PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian EKG?
2. Apa tujuan dari pemasangan EKG?
3. Apa manfaat dari EKG ?
4. Bagaimana indikasi dari pemasangan EKG?
5. Bagaimana persiapan pasien untuk pemasangan EKG?
6. Apa saja alat yang digunakan dalam pemasangan EKG?
7. Bagaimana inetrpretasi hasil dari pemasangan EKG?
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hasil EKG yang normal dari jantung memiliki karakteristik yang khas.
Irama jantung yang tidak teratur atau kerusakan pada otot jantung dapat
berdampak pada aktivitas listrik jantung sehingga mengubah bentuk EKG.
Seorang dokter mungkin akan merekomendasikan tes EKG pada pasien yang
mungkin berisiko mengalami penyakit jantung karena adanya riwayat keluarga
penyakit jantung, atau karena kebiasaan merokok, obesitas, diabetes, kolesterol
tinggi, atau tekanan darah tinggi.
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
(rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar
ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
3. Berkas His
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
B. Tujuan
3
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan
ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
C. Manfaat
Selain itu, EKG juga berfungsi untuk sebagai sarana evaluasi untuk
menilai tingkat keberhasilan terapi yang sudah diberikan, serta sebagai sarana
evaluasi dari tindakan latihan yang telah dilakukan.
4
Kondisi Gawat Darurat
Pada ko ndisi gawat darurat, pemeriksaan EKG diindikasikan pada pasien yang
mengeluh:
Nyeri Dada
EKG diperlukan pada pasien dengan keluhan nyeri dada sebagai berikut:
Jantung Berdebar
Keluhan Lain
5
E. Alat-alat yang digunakan
F. Persiapan Pasien
6
G. Intrerpretasi Hasil
Untuk membaca atau interpretasi sebuah EKG kita harus memperhatikan data-
data dibawah ini :
1. Umur dan jenis kelamin sipenderita, untuk bentuk EKG normal pada bayi
dan anak-anak sangat berbeda pada EKG normal orang dewasa.
2. Tinggi,berat dan bentuk badan orang yang gemuk mempunyai dinding
dada yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil
sebab foltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan
sel otot jantung.
3. Tekanan darah dan keadaan umum penderita hal ini penting apakah
peningkatan voltase pada komplek vertikel kiri ada hubungannya dengan
kemungkinan hipertofi dan dilatasi vertikel kiri.
4. Penyakit paru pada penderita posisi jantung dan voltase dari komplek-
komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema fulmonum yang
berat, pleural, efusion dll
5. Penggunaan obat digitalis dan derifatnya akan sangat mempengaruhi
bentuk EKG maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari efek,
digitalis, perlu dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis
tersebut.
6. Kalibrasi kertas EKG
H. Interpretasi EKG
1) Irama :
Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus
SA dengan melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV,
dan seterusnya melalui berkas His cabang His kiri dan kanan jaringan
Purkinye akhirnya ke serabut otot ventrikel.
7
Di sini nodus SA menjadi pacemaker utama dan pacemaker lain yang
terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA terganggu maka fungsi
sebagai pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.
a. Irama Sinus
b. Sinus Aritmia
8
d. Ventricular Tachycardia (VT)
2) Frekuensi :
Sinus takikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung pada orang dewasa
lebih dari 100 kali/menit, pada anak-anak lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi
lebih dari 150 kali/menit.
Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari 60
denyut/menit.
1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P
interval.
9
300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval.
3) Aksis :
Pada gambar 11 dapat dilihat perhitungan aksis jantung serta contoh aksis normal,
right taxis deviation (RAD), dan left axis deviation (LAD).
10
A. Aksis normal (+) 72⁰ yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di
lead I (+) 4,5 dan di lead aVF (+) 6.
B. Right axis deviation (RAD) (+) 140⁰ yang diperoleh dari resultan vektor
kompleks QRS di lead I (-) 9,5 dan di lead aVF (+) 7.
C. Left axis deviation (LAD) (-) 60⁰ yang diperoleh dari resultan vektor
kompleks QRS di lead I (+) 5 dan di lead aVF (-) 7.
Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal,
yaitu :
a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation =
CWR) Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah
kranial. Pada keadaan ini ventrikel kanan terletak lebih ke depan,
sedang ventrikel kiri lebih ke belakang. Ini dapat dilihat pada lead
prekordial dengan memperhatikan transitional zone, dimana pada
keadaan normal terletak pada V3 dan V4 (transitionalzone = R/S =
1/1). Pada clock wise rotation tampak transitional zone lebih ke kiri,
yaitu pada V5 dan V6.
b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam
(counter clock wise rotation = CCWR). Pada keadaan ini ventrikel kiri
terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke belakang.
Pada counter clock wise rotation tampak transitional zone pindah ke
kanan, yaitu V1 atau V2.
11
Gambar12. Lead prekordial V1 hingga V6 pada potongan melintang jantung
yang dilihat dari kaudal. Kompleks QRS equiphasic di lead V3 (dilingkari). Lead
V3 dan V4 menggambarkan transitional zone antara gelombang S yang dalam di
lead V1 dan V2 dengan gelombang R yang tinggi di lead V5 dan V6. LV, left
ventricle/ventrikel kiri; RV,right ventricle/ventrikel kanan. A.Clockwiserotation.
B.Normal. C.Counterclockwiserotation.
4) Gelombang P :
12
b. Gelombang P mitral dan P pulmonal
P mitral adalah gelombang P yang melebar (> 0,12 detik) dengan notch
yang menandakan pembesaran atrium kiri. Pada kondisi ini juga bisa ditemukan P
bifasik di lead V1. P pulmonal adalah gelombang P yang tinggi dengan amplitudo
> 3 kotak kecil yang menandakan pembesaran atrium kanan.
Bila ditemukan gelombang P yang inversi (defleksi negatif pada lead yang
seharusnya defleksi positif) menandakan depolarisasi atrium dengan arah yang
abnormal atau pacemaker bukan nodus SA, melainkan pada bagian lain atrium
atau dextro cardia.
5) Interval PR :
Interval P-R atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari permulaan
timbulnya gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Ini menunjukkan
lamanya konduksi atrio ventrikuler dimana termasuk pula waktu yang diperlukan
untuk depolarisasi atrium dan bagian awal dan repolarisasi atrium. Repolarisasi
atrium bagian akhir terjadi bersamaan waktunya dengan depolarisasi ventrikuler.
Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.
6) Segmen PR:
13
menggambarkan delay ofexitation pada nodus AV (atau kelambatan transmisi
impuls pada nodus AV).
7) Kompleks QRS:
b. Gelombang Q patologis
14
Gambar14. Infark miokard lama dengan gambaran gelombang Q patologis pada
lead II, III, dan aVF.
Blok berkas his dibedakan menjadi 2 macam, yaitu right bundle brach
block (RBBB) dan left bundle brach block (LBBB). Pada RBBB ditemukan
gambaran rSR di lead V1-V2, sedangkan pada LBBB ditemukan gambaran
RSr di lead V5-V6.
Gambar15. Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan
left bundle brach block (bawah).
8) Segmen S-T:
Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari akhir
kompleks QRS sampai awal gelombang T. Ini menunjukkan waktu dimana kedua
ventrikel dalam keadaan aktif (excited state) sebelum dimulai repolarisasi. Titik
yang menunjukkan dimana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T dimulai,
15
biasa disebut J point. Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan
segmen P-R atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada lead prekordial
(dr.R.Mohammad Saleh menyebutkan 1 mm diatas atau dibawah garis) dianggap
tidak normal. Bila segmen ST naik disebut S-T elevasi dan bila turun disebut S-T
depresi, keduanya merupakan tanda penyakit jantung koroner. Panjang segmen S-
T normal antara 0,05-0,15 detik (interval ST).
a. Segmen S-T
b. ST elevasi
16
c. ST depresi
9) Gelombang T:
- Positif (upward) dilead I dan II; dan mendatar, bifasik atau negatif dilead III
- Negatif (inversi) di aVR; dan positif, negatif atau bifasik pada aVL atau aVF.
- Negatif (inversi) di V1; dan positif di V2 sampai V6
17
iskemia, abnormalitas gelombang T tersebut mungkin disebabkan oleh penyebab
lainnya.
10) Gelombang U:
Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir
gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel
(duration of electrical systole) atau depolarisasi ventrikel dan repolarisasinya.
Interval Q-T ini berubah-ubah tergantung frekuensi jantung ,jadi harus dikoreksi
sesuai frekuensi jantungnya (Q-Tc). Untuk koreksi ini menggunakan normogram
yang memberikan Q-Tc untuk frekuensi jantung 60x/menit. Q-Tc normal pada
laki-laki tidak boleh lebih dari 0,42 detik dan pada wanita tidak boleh lebih dari
0,45 detik (dr.R.Mohammad Saleh mengatakan 0,35-0,44 detik).
12) Lain-lain:
18
I. Kelebihan dan Kelurangan Elektrokardiogram
Kelebihan :
Kekurangan :
a. Bentuk Gelombang.
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen.
Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval
dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan
sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang
yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang
ditemukan. Sinyal EKG terdiri atas :
19
gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut
gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan
listrik istirahat (repolarisasi)
b. Pembentukan Gelombang
20
sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari
keadaan depolarisasi.
b. Interval Q-T
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam
<1/3>
21
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
e. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat.
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas
terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang
mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang,
semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian
jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena
merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung
secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua
22
kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing
elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
1. Sadapan I.
2. Sadapan II.
3. Sadapan III.
23
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent.
Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang
jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
24
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati
adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang
akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial
25
L. Gambaran Hasil Pemeriksaan EKG
Normal
Abnormal
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
27
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.medkes.com/2015/09/pengertian-fungsi-prosedur-elektrokardiogram-
ekg.html?m=1 tanggal 7 September 2018
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/toraks-dan-
kardiovaskular/ekg/indikasi tanggal 6 September 2018
29