Anda di halaman 1dari 20

SURAT KEPUTUSAN

: 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Te


DIREKTUR
ntang Rumah Sakit ;
RUMAH
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Te
M E N G I N G AT
ntang Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nom
or 16,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431)
3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Te
ntang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomo
r 100,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495).
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001
Tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit
.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
159b/Menkes/SK/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
382/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya.
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI KEMULIAAN


BATAM TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT BUDI
KEMULIAAN BATAM.

Pertama : Peraturan tentang kebijakan pelayanan pencegahan dan


pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
diberlakukan secara konsisten;
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam ;
Ketiga : Ketentuan mengenai Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit Budi Kemuliaan terlampir dalam lampiran
kebijakan ini.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, di evaluasi
setiap tahun dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya;.

1
Ditetapkan Di : Batam

Pada Tanggal : 10 Maret 2017

DIREKTUR,

drg. M. Arsjad Effendy, MM

NIK.P.2016.04.08061953.1496

Lampiran I
2
Surat Keputusan Direktur
RS. Budi Kemuliaan Batam
Nomor : Maret 2017

BAB I
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

1. Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam menyelenggarakan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi (PPI) dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan
petugas terhadap penularan infeksi di rumah sakit.
2. Satu atau lebih individu mengawasi program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
3. Kualifikasi individu yang kompoten sesuai ukuran rumah sakit,tingkat
resiko,ruang lingkup program dan kompleksitasnya.
4. Individu yang menjalankan tanggung jawab pengawasan sebagaimana
ditugaskan atau yang tertulis dalam uraian tugas.
5. RS. Budi Kemuliaan Batam menyelenggarakan pemantauan kegiatan PPI
dengan membentuk Komite dan Tim
6. an bersama yang sinergi dari semua pihak yang melibatkan dokter, perawat
profesional pencegahan dan pengendali infeksi, house keeping dan tenaga
lainnya sesuai ukuran da kompleksitas rumah sakit.
7. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
8. Komite dan Tim PPI wajib membuat laporan setiap bulan.
9. PPI mendapatkan alokasi sumber daya yang cukup dan dimasukkan dalam
Rencana Anggaran Belanja (RAB) tahunan.

BAB II
Program PPI

3
1. PPI menyusun dan mengimplementasikan program komprehensif dan rencana
penurunan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, keluarga,
pengunjung dan tenaga kesehatan.
2. Program PPI harus berdasarkan atas ilmu pengetahuan terkini, pedoman praktik
yang diakui dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
standar sanitasi/kebersihan dari badan-badan nasional dan harus selalu
berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Pimpinan rumah sakit menunjuk staf yang cukup untuk program PPI yang terdiri
dari Komite PPI,IPCO,IPCN dan IPCLN.
4. Pimpinan rumah sakit mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk program
PPI dengan memfasilitasi SDM yang memadai, peralatan medis dan tekhonologi
yang canggih.
5. Rumah sakit menyediakan sistem manajemen informasi untuk mendukung
program PPI.
6. Program PPI harus komprehensif dan terdapat rencana menurunkan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan tenaga kesehatan
7. Program PPI harus termasuk kegiatan surveillance yang sistematik dan proaktif
untuk menentukan angka infeksi biasa (endemik) dan sistem investigasi
outbreak dari penyakit infeksi.
8. Program PPI diarahkan oleh peraturan dan prosedur yang berlaku.
9. Tujuan penurunan risiko dan sasaran program PPI harus terukur dan direview
secara teratur.
10. Program sesuai dengan ukuran, lokasi geografis, pelayanan dan pasien rumah
sakit.
11. Semua area pelayanan pasien, staf dan pengunjung di rumah sakit harus
dimasukkan dalam program PPI.
12. Komite dan Tim PPI harus telah melakukan manajamen risiko dengan
mengidentifikasi proses-proses pelayanan yang terkait dengan risiko infeksi
sebelum menyusun program.
13. Program PPI dilaksanakan 24 jam secara terus menerus.
14. PPI mengusulkan kebijakan, menyusun pedoman, panduan, prosedur ataupun
melakukan edukasi staf, merubah cara praktik dan kegiatan lain yang diperlukan
dalam penerapan strategi penurunan risiko infeksi.
4
15. Kegiatan yang terdapat dalam program PPI diintegrasikan ke dalam program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
16. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPI termasuk dalam program peningkatan
mutu dan keselamatan rumah sakit.

BAB III
Surveilans Rumah Sakit

1. Rumah sakit harus mengidentifikasi secara epidemiologi infeksi penting ,tempat


infeksi dan alat-alat terkait,prosedur dan praktek-praktek yang memberikan
focus dari upaya pencegahan dan penurunan risiko dan insiden infeksi terkait
pelayanan kesehatan. Pendekatan berdasarkan risiko menggunakan surveilens
sebagai komponen penting untuk mengidentifikasi praktek atau kegiatan dari
infeksi yang seharusnya menjadi focus programnya. Pendekatan berdasarkan
risiko menggunakan surveilens sebagai komponen penting untuk penggumpulan
dan analisis data yang mengarahkan assesmen risiko.
2. Rumah sakit menggumpulkan dan mengevaluasi data dan tempat infeksi yang
relevan sebagai berikut:
a) Saluran pernafasan ,seperti: prosedur dan peralatan terkait dengan
intubasi,dukungan ventilasi mekanis,tracheotosmy dan lain sebagainya.
b) Saluran kemih seperti: prosedur invansife dan peralatan terkait dengan
indwelling urinary kateter,system drainase urin dan lain sebagainya.
c) Peralatan intravaskuler invansife,seperti insersi dan pelayanan kateter vena
sentral,saluran vena periferi dan lain sebagainya.
d) Lokasi operasi, seperti: pelayanan dan tipe pembalut luka dan prosedur
aseptic terkait
e) Penyakit dan organisme yang signifikan secara epidemiologis, multi drug
resistant organism, vurulensi infeksi yang tinggi.
f) Muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) infeksi di
masyarakat.

5
3. Rumah sakit menetapkan fokus program melalui pengumpulan data dan tempat
infeksi yang relevan.
4. Data yang dikumpulkan tentang saluran pernafasan, saluran kemih, peralatan
intravaskular invasif, lokasi operasi, penyakit dan organisme yang signifikan
secara epidemiologis, multi drug resistant organisme, virulensi infeksi yang
tinggi.Adanya muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) di
masyarakat di kumpulkan dan
1. pat ditugaskan kepada 1(satu) orang atau lebih, dimana kompetensi petugas
tersebut berdasarkan atas pengalaman atau pelatihan.
2. Petugas tersebut merencanakan dan melaksanakan program yang meliputi :
a. Merencanakan semua aspek dari program.
b. Melaksanakan program
c. Mendidik Karyawan
d. Memonitor dan melakukan uji coba program
e. Melakukan evaluasi dan revisi program secara berkala
f. Memberikan laporan tahunan ke badan pengelola tentang pencapaian
program
g. Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara konsisten
dan terus menerus
3. Adanya program untuk memonitor semua aspek dari program Manajemen Risiko
fasilitas / lingkungan dan datamonitoring digunakan untuk mengembangkan
atau meningkatkan program.

BAB V
Kebersihan Tangan

1. Rumah sakit mengidentifikasi situasi mana diperlukan prosedur cuci tangan,


desinfeksi tangan atau desinfeksi permukaan.
2. Prosedur cuci tangan dan desinfeksi digunakan secara benar diseluruh area
tersebut.
3. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene dari sumber yang berwenang.

6
4. Kebersihan tangan yang sesuai prosedur harus dilakukan disetiap area
pelayanan dengan benar.
5. Kebersihan tangan harus dilakukan pada saat lima momen tepat mencuci tangan
yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik,
setelah kontak dengan pasien, setelah terpapar cairan tubuh pasien dan setelah
kontak dengan lingkungan pasien.
6. Area yang harus cuci tangan yaitu telapak tangan, punggung tangan, sela-sela
jari, ujung-ujung jari, dan ibu jari.
7. Kebersihan tangan harus dilakukan sesuai dengan prosedur diseluruh area
rumah sakit.
8. Rujukan penulisan Panduan atau Prosedur kebersihan tangan sesuai dengan
pedoman A Guide to the Implementation of the WHO ultimodel Hand Hygeine
Improvement Srategy tahun 2009. Atau sumber nasional yang berwenang
seperti Kementrian Kesehatan.

BAB VI
Sterilisasi alat/instrumen kesehatan setelah dipakai

1. CSSD.
2. Alat medis yang sekali pakai yang non steril dilakukan pengawasan mutu
denhgan melihat secara visual dan fungsi dari alat tersebut.
3. Ada form daftar peralatan dan monitoring alat single use yang di re use.

BAB IX
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

1. Rumah sakit memproduksi banyak sampah setiap hari, sering kali sampah
tersebut adalah atau kemungkinan infeksius. Dengan pembuangan sampah
yang memadai akan mengurangi risiko infeksi dirumah sakit. Hal ini nyata pada

7
pembuangan cairan tubuh dan bahan – bahan yang terkontaminasi dengan
cairan tubuh,pembuangan darah dan komponen darah, serta sampah dari kamar
mayat dan area kamar bedah mayat (post mortem).Untuk pembuangan benda
tajam dan jarum yang tidak benar menjadi tantangan besar bagi keselamatan
staff.
2. Rumah sakit memastikan diterapkan dan mengatur secara adekuat semua
langkah dalam proses, mulai dari jenis dan penggunaan wadah, pembuangan
wadah, dan surveilens atas pembuangan. Memastikan semua fasilitas untuk
melaksanakan tersedia dan tepatserta ada surveilens/audit proses
pembuangan:
3. Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam membuat prosedur tertulis yang mengatur
penanganan dan pembuangan bahan infeksius dan berbahaya.
4. Pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh, dikelola untuk meminimalisasi
resiko penularan.
5. Penanganan dan pembungandarah dan komponen darahdikelola untuk
meminimalisasi resiko penularan.
6. Benda tajam dan jarum di kumpulkan pada wadah khusus yang tidak dapat
tembus (puncture proof) dan tidak direus sebagai mana ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan.
7. Pembuangan benda tajam dan jarum konsisten dengan kebijakan PPI rumah
sakit.
8. Rumah sakit membuang benda tajam dan jarum secara aman atau bekerja sama
dengan sumber yang kompeten untuk menjamin bahwa benda tajam dibuang
ditempat pembuangan khusus untuk sampah berbahaya atau sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan..
9. PPI memantau dan mengawasi pembuangan benda tajam/jarum dirumah sakit
agar sesuai dengan kebijakan PPI.
10. Rumah sakit menyelenggarakan kegiatan pengolahan air limbah (IPAL) yang
berasal dari seluruh rumah sakit.

BAB X
8
Sanitasi Dapur

1. Rumah Sakit melakukan Penggontrolan engineering/Engineering control,seperti


system ventilasi positif,tudung biologis( biological
hoods),dilaboratorium,thermostat pada unit pendingin dan pemanas yang
dipergunakan untuk sterilisasi peralatan makan dan dapur,adalah contoh
pentingnya peran standar lingkungan dan pengendalian dalam kontribusi untuk
sanitasi yang baik dan mengurangi risiko infeksi di rumah sakit.
2. Sanitasi dapur dan penyiapan makanan ditangani dengan baik untuk
meminimalisai risiko infeksi.
3. Pengontrolan engineering/engineering control dilakukan terhadap fasilitas yang
diterapkan untuk pengolahan sehingga dapat mengurangi resiko infeksi.

BAB XI
Pengkajian Resiko Infeksi pada Konstruksi dan Renovasi di Rumah Sakit

1. Rumah sakit dalam melakukan asesmen dan melayani pasien menggunakan


2.1 Pemantauan tanda-tanda infeksi pada Pemasangan Alat invasive.
 Pemantauan setelah dilakukannya tindakan invasive dilakukan oleh petugas/perawat.
 Pemantuan dilakukan terhadap kemungkinan tanda-tanda infeksi yaitu Calor
(panas),Dolor (rasa sakit), Rubor (Kemerahan), Tumor (pembengkakan),
danFunctiolaesa (Adanya perubahanfungsisecara superficial).

2.2 Penggantian alat invasive


 Penggantian alat invasive segera dilakukan apabila ada tanda tanda infeksi.
 Penggantian alat invasive dilakukan sesuai dengan batas waktu penggantian alat
invasive.

2.3 Pencegahan Infeksi Pada Penggunaan Alat Steril


Pencegahan infeksi akibat penggunaan alat tidak steril dilakukan pencegahan dengan cara
memastikan penggunaan alat steril dengan cara mengecek tanggal kadarluarsa, tidak
9
menggunakan peralatan yang sudah kadarluarsa dan atau menggunakan alat yang kemasannya
sudah rusak (robek/ basah)
2.3.1 Kemasan
Setiap kemasan bahan/alat steril harus ada informasi sebagai petunjuk bahwa
bahan/alat tersebut telah melalui proses sterilisasi.
2.3.2 Label
 Pelabelan wajib dilakukan pada alat yang telah disterilisasi
 Label memuat tanggal sterilasi dan tanggal kadaluarsa.
2.4 Alat Steril yang Beresiko menyebabkan infeksi
2.4.1 Kadaluarsa
 Alat steril yang telah memasuki tanggal kadaluarsa beresiko menyebabkan infeksi.
 Alat steril yang telah memasuki tanggal kadaluarsa dilakukan pensterilan ulang
walaupun alat steril tersebut tidak dapat digunakan.
2.4.2 Kemasan
 Kemasan dari alat steril yang mengalami kerusakan seperti lembab dan robek harus
dilakukan penggantian kemasan.
 Alat steril yang kemasanya mengalami kerusakan baik lembab ataupun robek dilakukan
pensterilan ulang.
2.5 Pemantauan Infeksi
2.5.1 Pemantauan Infeksi Saluran Kencing Pada Pemasangan Kateter
 Pemasangan Kateter pada pasien beresiko menyebabkan infeksi saluran kencing dan
menyebabkan trauma pada urethra.
 Faktor resiko utama dari pemasangan kateter diantaranya disebabkan karena pemakaian
kateter yang terlalu lama, pemasangan tidak sesuai indikasi dan kurangnya
prosedur aseptis saat kateterisasi.
 Penanganan infeksi saluran kencing dapat dilakukan dengan cara pelepasan atau
penggantian kateter sesuai dengan waktu penggantian katerter.
 Upaya pencegahan ISK akibat katerisasi difokuskan pada teknik pemasangan kateter
secara aseptik dan sesuai indikasi.

2.5.2 Pemantauan Plebitis pada Pemasangan Infus


 Pemasangan infus pada pasien beresiko menyebabkan phlebitis.
 Faktor penyebab terjadinya Phlebitis yaitu kimia (Chemical Phlebitis), mekan

10
A. :
Infeksi terjadi dalam 30 hari pasca bedah dan terjadinya pada kulit dan subkutan
disertai salah satu tersebut dibawah ini :
a. Keluar nanah dari luka operasi
b. Terisolasi kuman pada ultur yang diambil dari cairan atau jaringan
c. Salah satu dari tanda dibbawah ini nyeri, pembengkakan, merah, lebih
panas dan ahli bedah sengaja membuka luka kecuali apabila kultur tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
d. Rekomendasi dokter.
B. ILO DALAM ( PROFUNDA ) apabila didapat :
Infeksi terjadi 30 hari pasca bedah bila tanpa “ IMPLANT “ atau “ 1 “ ( satu )
tahun pasca bedah bila ada “ IMPLANT “ dan infeksi ini meliputi jaringan lebih
dalam dari fisia. Disertai salah satu tersebut dibawah ini :
a. Keluar nanah dari luka operasi.
b. Terjadi dehisensi luka secara spontan atau luka sengaja dibuka oleh dokter
apabila disertai dengan salah satu dari gejala panas ( 380C ) atau nyeri local
kecuali bila kultur tidak menunjukkan adanya kuman.
c. Adanya abses atau dibuktikan adanya abses dbawah fascia pada operasi
ulang atau pemeriksaan PA atau radiology menunjukkan gambaran infeksi.
d. Rekomendasi dokter.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi pada luka operasi meliputi.


1. Durasi rawat inap pra operatif
Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit sebelum operasi, makasemakin
rentan terhadap infeksi luka. Alasan tepat mengenai kondisi tersebut tidak dapat
diketahui secara pasti, tetapi dimungkinkan karena kulit pasienterpapar
mikroorganisme rumah sakit yang resisten terhadap antibiotik multipel.
2. Persiapan kulit pra operatif
Beberapa bentuk persiapan kulita pra operasi meliputi mandi dengan
sabun,mencukur sekitar daerah yang akan dioperasi.
3. Penggunaan antibiotik profilaksis

11
Penggunaan antibiotik profilaksis membuat risiko infeksi berkurang
sampaidengan 75%. Pemberian antibiotik secara umum diberikan satu jam
sebelumpembedahan maupun selama induksi anesthesia.
4. Faktor selama operasi
Lamanya operasi, tingkat trauma yang diderita jaringan selama operasi,masuknya
benda asing, misalnya benang atau drain mempengaruhi probabilitasinfeksi luka
operasi dan kemungkinan tinggi terjadinya kerusakan lukaberikutnya.
5. Perawatan luka pasca operatif
Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam pentalaksanaan lukabedah
tertutup. Peran perawat meliputi observasi luka dan pengkajian
pasien,penggantian balutan dan perawatan luka secara umum. Ruang perawatan
luka operasi juga berpengaruh terhadap peningkatanrisiko infeksi. Untuk
mencegah kontaminasi udara pada luka, ruang perawatandirekomendasikan
memiliki sistem ventilasi mekanik yang baik.
6. Kadar Albumin
Pasien yang akan dibedah pada umumnya tidak membutuhkan perhatiankhusus
tentang gizi. Mereka dapat berpuasa untuk waktu tertentu sesuai denganpenyakit
dan pembedahannya. Tetapi tidak jarang juga pasien datang dalamkeadaan gizi
yang kurang baik misalnya yang terjadi pada penderita penyakitsaluran cerna,
keganasan, infeksi kronik dan trauma berat (Pieter, 2005).
 Pencegahann Infeksi Luka Operasi dapat dikelompokkan dalam :
A. KALA SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Semua pemeriksaan dan pengobatan untuk persiapan operasi sebisanya
dilakukan sebelum rawat inap agar waktu pra bedah menjadi pendek ( kurang
1 hari )
2. Perbaikan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya ILO antara
lain :
• Diabetes Melitus
• Obesitas
• Pemakaian kortikosteroid
• Malnutrisi
• Infeksi
B. KALA PRA OPERASI
12
1. Perawatan pra operasi I hari untuk operasi berencana. Aapbila keadaan yang
memperbesar terjadinya ILO tidak dapat dilakukan di luar Rumah Sakit
misalnya malnutrisi berat yang memerlukan oral atau parenteral
hiperalimentasi, maka pasien dapat dirawat lebih awal.
2. Pasien dari ruangan ganti baju khusus untuk operasi di ruang ganti baju IBS (
Instalasi Bedah Sentral ).
3. mandi dengan antiseptic dilakukan sebelum operasi.
4. Pencukuran rambut daerah operasi dilakukan hanya bilamana perlu misalnya
daerah operasi dengan rambut yang lebat.
C. INTRA OPERASI
1. Tehnik operasi : harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari
kerusakan jaringan lunak yang berlebihan, menghilangkan rongga,
mengurangi perdarahan dan menghindarkan tertinggalnya benda asing yang
tidak diperlukan.
2. lama operasi : operasi dilakukan secepat – cepatnya dalam batas yang aman.
3. pemakai drain : pemakaian drain harus dengan system tertutup, baik dengan
cara penghisapan atau dengan cara memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan
drain harus melalui luka tusukan di luar luka operasi.
D. PERAWATAN PASCA OPERASI
1. Untuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer.
2. petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan yang baku
sebelum dan sesudah merawat luka. Petugas tidak boleh menyentuh luka
secara langsung dengan tangan kecuali setelah memakai sarung tangan
steril.
3. Kasa penutup luka diganti apabila basah dan atau menunjukkan tanda –
tanda infeksi.
4. Jika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan gram dan biakan.

2.5.3 Pemantauan IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer)


 Pemasangan Alat intra Vena (IV) beresiko menyebabkan terjadinya infeksi aliran darah
primer.
 Kriteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratorik,
dengan gejala/tanda sebagai berikut.

13
a) Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan, ditemukan diantaragejala berikut tanpa
penyebab lain:
 Suhu > 380 C axillar, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa
pemberian antiperetik.
 Hipotensi, sistolik < 90 mm Hg
 Oliguria, jumlah urin < 0.5 cc/kg BB/jam
 Tidak ada tanda-tanda infeksi di tempat lain
 Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
b) Penderita usia < 12 bulan dengan salah sat tanda di bawah ini:
 Panas > 380 C, hipotermi , 370 C, apnea atau bradikardi < 100 x /menit
c) Untuk Neonatus dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila
terdapat 3 atau lebih diantara 6 gejala berikut:
 Keadaan umum menurun, menurun antara lain:hipotermi (370 C),
hipertermi (380 C) dan sklerema, malas minum.
 Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan, yaitu takikardi,
160x / menit atau bradikardi 100x / menit dan sirkulasi perifer buruk.
 Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah
dan hepatomegali.
 Sistem pernafasan antara lain : nafas tidak teratur, sesak, apnea dan
takipnea.
 Sistem saraf pusat antara lain : hipertomi otot, iritabel kejang dan
letargi.
 Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
 Dan semua tanda / gejala di bawah ini :
1. Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kumam.
2. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi di tempat lain.
3. Diberikan terapi anti mikroba sesuai dengan sepsis
 Telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi.

 Faktor peyebab nfeksi Aliran Darah Primer adalah sebagai berikut:


1. Pemasangan alat intravena (IV) yang berkaitan dengan:
 Jenis Kanula
 Metode pemasangan
 Lama Pemasangan kanula
2. Kerentanan Pasien terhadap infeksi

14
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Tata Laksana Pencegahan Infeksi pada tindakan invasive


a. Sebelum melakukan tindakan invasive petugas atau perawat yang melakukan wajib
melakukan praktek kebersihan tangan.
b. Praktek kebersihan tangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu mencuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air dan dengan menggunakan larutan berbasis alcohol atau
handrub.
c. Praktek cuci tangan dilakukan dengan enam langkah dengan durasi 40-60 detik.

3.2 Tata Laksana Pelabelan Pada Tindakan Invasif


Adapun tata laksana dalam melakukan pelabelan pada tindakan invasive adalah sebagai
berikut.
a. Tuliskan tanggal pada fiksasi alat invasive
b. Informasikan pada pasien/keluarga tujuan penulisan label tanggal setelah
memasang alat invasive
c. Pastikan kesterilan alat yang digunakan untuk tindakan aseptic dengan melihat
tanggal kadaluarsa kesterilan alat
d. Pantau tanda tanda infeksi pada area tindakan invasive setiap hari
e. Pastikan alat invasive diganti sesuai batas tanggal pemasangan sesuai dengan SPO
masing masing alat.

3.3 Tata Laksana Pemantauan tanda-tanda infeksi pada Pemasangan Alat invasive.
a. Petugas/perawat yang melakukan tindakan invasif mengevaluasi alat invasive
yang terpasang di pasien.
b. Pemantauan dilakukan setiap hari terhadap kemungkinan adanya tanda-tanda
infeksi pada area tindakan invasive seperti, munculnya Calor (panas),Dolor
(rasa sakit), Rubor (Kemerahan), Tumor (pembengkakan), danFunctiolaesa
(Adanya perubahan fungsi secara superficial).
c. Lakukan penggantian alat invasive jika muncul tanda-tanda infeksi.

15
Tata Pasien setidaknya mengalami 2 keluhan dan tanda infeksi seperti demam
Laksana (>38o C), urgency, frequency, disuria atau suprapubic tenderness tanpa
Penggantian diketahui penyebab lain dan terdapat salah satu tanda berikut:
alat invasive a. tes dipstick positif untuk leukosit dan atau nitrat
2. b. pyuria (≥ 10 lekosit/mm3 atau ≥ 3 lekosit/high power fi eld dari
unspun urin)
c. terlihat organisme pada pengecatan Gram dari unspun urin
d. setidaknya ada 2 hasil kultur positif dari non-voided specimen yaitu ≥
105 CFU/mL urin dengan isolasi
berulang uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau S.
saprophyticus)
e. ≤ 105 CFU/mL dari satu uropatogen (bakteri Gram negatif atau S.
saprophyticus) pada pasien yang
telah diobati antimikroba untuk infeksi saluran kemih
f. diagnosis infeksi saluran kemih oleh dokter
g. adanya terapi infeksi saluran kemih oleh dokter

3.3.1 Pemantauan Phlebitis pada pemasangan infus


Phlebitis dapat dinilai melalui pengamatan visual yang dilakukan oleh perawat.
Rumah Sakit Bangli Medika Canti dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian phlebitis
mengacu pada VIP Score (visual Infusion Phlebitis Score yang dikembangkan oleh Andrew
Jackson. Berikut ini adalah skor visul untuk kejadian phlebitis menurut Andrew Jackson.
Tabel 4. VIP Score (visual Infusion Phlebitis Score oleh Andrew Jackson).
SKOR KEAADAAN AREA PENILAIAN
PENUSUKAN
0 Tempat suntikan tampak sehat Tak ada tanda-tanda phlebitis
1 Salah satu dari berikut jelas: Mungkin tanda dini phlebitis
a. Nyeri Area Penusukan
b. Adanya Eritema di area
penusukan
2 Dua dari berikut jelas: Stadium dini phlebitis
a. Nyeri area pnusukan
b. Eritema
c. pembengkakan
3 Semua dari berikut jelas: Stadium moat phlebitis
a. nyeri sepanjang kanul
b. eitema
16
c. indurasi
4 Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut atau awal
a. nyeri sepanjang kanul thrombophlebitis
b. eritema
c. indurasi
d. venous chord teraba
5 Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut thrombophlebitis
a. nyeri sepanjang kanul
b. eritema
c. indurasi
d. venous chord teraba
e. demam

3.3.2 Pemantauan Dekubitus


Dekubitus dapat dinilai melalui pengamatan/pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
Rumah Sakit Bangli Medika Canti dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian
dekubitus mengacu pada Skala Norton. Skala Norton ini lebih baik dalam mendeteksi
dini risiko decubitus (Widodo,2010). Berikut ini adalah pengkajian decubitus menurut
Skala Norton.
Tabel 5. Skala Norton untuk penentuan risiko decubitus

NO ITEM PENILAIAN SKOR

1 KONDISI FISIK
a. BAIK 4
b. CUKUP 3
c. BURUK 2
d. SANGANT BURUK 1
2 STATUS MENTAL
a. WASPADA 4
b. APATIS 3
c. KACAU 2
d. STUPOR 1

3 AKTIVITAS
a. BERJALAN 4
b. JALAN DENGAN BANTUAN 3
c. DENGAN KURSI RODA 2
d. SELALU DI TEMPAT TIDUR 1
4 MOBILITAS
a. PENUH 4
b. SEDIKIT 3
c. TERBATAS 2
d. IMMOBILITAS 1

17
5 INKONTINENSIA
a. TIDAK ADA 4
b. KADANG KALA 3
c. SERING/URINE 2
d. KEDUANYA 1
TOTAL SKOR
KETERANGAN : < 14 TERMASUK RESIKO DEKUBITUS
Nama / Paraf

3.3.3 Pemantauan ILO (Infeksi Luka Operasi)


Pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi luka operasi dipantau
dan dicata oleh dokter atau perawat yang menangani pasien. Rumah Sakit Bangli
Medika Canti dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian ILO (infeksi Luka
Operasi) mengacu pada penentuan tingkat infeksi ILO yang dijelaskan oleh
Morison(2003), dimana terdapat 7 kriteria penilaian ILO yaitueksudat, Eritema, edema,
1. perdarahan.
2. Periksa semua tanda / gejala di bawah ini :
 Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kuman.
 Tidak terdapat tanda – tanda infeksi di tempat lain.
 Diberikan terapi anti mikroba sesuai dengan sepsis
 Telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi.

BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi Pencegah infeksi pada tindakan invasive dan alat steril dilakukan pada
saat perawat atau petugas melakukan tindakan invasive dan monitoring terhadap ketersediaan
alat-alat steril

Tabel 7. Ceklist Pemantauan Alat-alat Steril

18
NAMA Petugas KET
NO ALAT JUMLAH TGL TANGGAL KEMASAN
STERIL KADALUARSA robek lembab basah

Tabel 7. Ceklist Pemantauan Label Pada Tindakan Invasif


NO JENIS TINDAKAN PELABELAN KETERANGAN
Ya Tidak

19
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.
Widodo, Arif. 2010. Uji Kepekaan Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam Mendeteksi
Dini Risiko Kejadian Dekubitus di RSIS. Program Studi Keperawatan. Unversitas
Muhamadiyah Surakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai