Anda di halaman 1dari 14

Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan


di Sumatera Barat melalui Entrepreneurial Marketing;
Studi pada UMKM Bordir dan Sulaman

JAM Yulia Hendri Yeni


Elvira Luthan
12, 3 Lasti Yossi Hastini
Diterima, Nopember 2013
Direvisi, Januari 2014 Anggita Primasari
Maret 2014
Juli 2014
Universitas Andalas Padang
Disetujui, Juli 2014

Abstract: At West Sumatra, there are so many corporation in micro scale, small, and average
(UMKM).There are common crafting industries which are driven by three prior elements
such as creativity, innovation, and business. Embroidering is an icon of West Sumatra and it
contributes toward economic. Based on the previous research, it could be seen that the
capability of the businessman in managing corporation is limited. In addition, the govern-
ment noted that this case is a prior National strategic issue related to the managerial com-
petence need from the businessman, especially Entrepreneurship and Marketing. Both of
managerial aspects are known as Entrepreneurial Marketing. The aim of the research is to
empower embroider crafting of UMKM through Entrepreneurial Marketing. In addition,
this research want to give an image concerning to the relationship between Entrepreneurial
Orientation, Market Orientation, and organization performance. This research used quanti-
tative approach by conducting questionnaire. The analysis conducted by using Structural
Equation Modeling.

Keywords: entrepreneurial marketing, entrepreneurial orientation, market orientation,


UMKM, bordir dan sulaman

Abstrak: Di Sumatera Barat pada umumnya industri kreatif yang digerakkan oleh tiga unsur
utama seperti kreativitas, inovasi dan kewirausahaan merupakan usaha yang berskala mikro,
kecil dan menengah (UMKM). Bordir dan Sulaman merupakan ikon Sumatera Barat dan mampu
berkontribusi pada perekonomian. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terlihat bahwa
kemampuan wirausahawan usaha ini masih terbatas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
pemerintah yang menjadikannya sebagai isu strategis nasional terutama terkait dengan
dibutuhkannya kompetensi manajerial dari para pelaku usaha terutama dibidang Entrepre-
neurship dan Marketing. Kedua aspek manajerial tersebut dikenal dengan nama Entrepre-
Jurnal Aplikasi neurial Marketing. Penelitian ini ditujuankan untuk memberdayakan UMKM kerajinan bordir
Manajemen (JAM) dan sulaman melalui Entrepreneurial Marketing. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk
Vol 12 No 3, 2014 memberikan gambaran tentang keterkaitan antara Entrepreneurial Orientation, Market Ori-
Terindeks dalam entation dan Kinerja Organisasi. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui
Google Scholar
survey kuesioner. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Model-
ing.
Alamat Korespondensi:
Yulia Hendri Yeni, Universitas
Andalas Padang
Kata Kunci: entrepreneurial marketing, entrepreneurial orientation, market orientation,
UMKM, bordir dan sulaman

478 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME478
12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

Tidak dapat dipungkiri semenjak dicanangkan oleh Bruto Indonesia setelah sektor Fesyen (43,71%)
Presiden pada tahun 2008 sebagai salah satu isu (Departemen Perdagangan Republik Indonesia
strategis nasional, industri kreatif menjadi topik yang 2008).
banyak diperbincangkan para praktisi, akademisi, dan Bordir dan Sulaman merupakan ikon kerajinan
pemerintah. Diskusi tentang industri yang berdasarkan di Sumatera Barat. Kerajinan ini dijumpai hampir di
pada kreatifitas, keahlian dan talenta ini (Howkins semua kota dan kabupaten. Pada umumnya usaha
2001) selalu dikaitkan dengan era ekonomi baru yang kerajinan ini dihasilkan oleh usaha yang berskala
menekankan pada penciptaan barang dan jasa mikro, kecil dan menengah. Sebagaimana halnya
berdasarkan keahlian, bakat dan kreativitas dengan kontribusi industri kreatif, Usaha Mikro, Kecil
(Departemen Perdagangan Republik Indonesia 2008). dan Menengah (UMKM) juga memegang peran yang
Oleh sebab itu sangat beralasan bila industri kreatif penting dalam perekonomian. Berdasarkan data dari
dipercaya mampu menjadi motor penggerak ekonomi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat
suatu negara. UMKM binaan di Sumatera Barat pada kondisi 31
Menurut Howkins (2001) membagi industri Desember 2012 tergambar pada Tabel 1.
kreatif menjadi 15 kategori, yaitu: (1) periklanan, (2) Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa UMKM
arsitektur, (3) seni rupa, (4) kerajinan atau kriya, (5) mampu membuka lapangan kerja dan dapat menjadi
desain, (6) desain fesyen, (7) film, (8) musik, (9) seni penggerak pendapatan rumah tangga. Oleh sebab itu
pertunjukan, (10) penerbitan, (11) riset dan dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang bisa
pengembangan, (12) piranti lunak, (13) mainan dan memberikan masukan pada pengembangan UMKM
permainan, (14) TV dan Radio, dan (15) permainan sektor kerajinan di Sumatera Barat.
video. Sementara itu Kementrian Perdagangan Berdasarkan wawancara dengan pelaku usaha
Republik Indonesia mengklasifikasikan industri kreatif UMKM Bordir dan Sulaman, maka diperoleh
ini menjadi 14 kelompok, yaitu: (1) periklanan, (2) informasi bahwa ’pemasaran’ khususnya yang
arsitektur, (3) pasar seni dan barang antik, (4) kerajinan, berhubungan dengan ’produk pesaing’ merupakan
(5) desain, (6) fesyen, (7) video, film dan fotografi, persoalan yang dihadapi oleh pengusaha UMKM
(8) permainan interaktif, (9) musik, (10) seni Bordir dan Sulaman. Pesaing yang dimaksud dalam
pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12) bisnis ini bisa saja datang dari dalam negeri atau
layanan komputer dan piranti lunak, (13) televisi dan bahkan luar negeri seperti Malaysia. Pesaing utama
radio, (14) riset dan pengembangan. Tanpa memper- dari dalam negeri adalah kerajinan yang berasal dari
debatkan kedua argumen di atas, dapat disimpulkan Tasikmalaya. Dibandingkan dengan pesaing, bordir
bahwa kerajinan adalah salah satu sektor industri dan sulaman dari Sumbar, cenderung monoton baik
kreatif yang perlu dikembangkan. Pentingnya dari aspek motif ataupun perpaduan warna. Oleh
perhatian dan pengembangan pada sektor ini sebab itu berdasarkan hasil pantauan, tidak meng-
disebabkan karena pada tahun 2006 kerajinan herankan bila produk pesaing yang ditawarkan dengan
merupakan sektor kedua terbesar (25,51%) yang harga bersaing relatif lebih diminati.
memberikan kontribusinya pada Pendapatan Domestik

Tabel 1. Profil UMKM Binaan Provinsi Sumatera Barat

No UMKM Unit Persentase Asset Omset TK


(Rp. Juta) (Rp. Juta)
1 Mikro 6.649 92,4% 156.081,80 369.209,17 9.507,00
2 Kecil 538 7,47% 58.213,00 291.820,00 2.345,00
3 Menengah 10 0,13% 6.660,00 682.579,00 11.943,00
Total 7.197 100 ,00% 220.956,00 1.343.608,00 23.795,00
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV 2012 (diolah)

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 479


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

Menurut hasil penelitian Yeni, et al. (2011) ini. Moris, et al. (2002) menyebut hubungan kedua
pemahaman para pelaku usaha Kerajinan Bordir di unsur manajemen tersebut sebagai Entrepreneurial
Sumatera Barat tentang aktivitas pemasaran memang Marketing. Pada penelitian ini Entrepreneurial
masih kurang memadai. Penelitian tersebut Marketing digunakan untuk pemberdayaan industri
menemukan bahwa aktivitas pemasaran yang telah kreatif, karena pemasaran dan kewirausahaan adalah
dilakukan oleh 58% UKM baru berada pada level non- dua aspek penting untuk menciptakan innovation,
marketing. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan new product introduction, new venture creation
pengusaha tentang pemasaran masih sangat minim, dan economic development, yang menjadi akti-
sehingga belum mampu mengaplikasikan konsep- vitasaktivitas kunci pada industri kreatif (Hisrich,
konsep pemasaran terutama yang berhubungan 1992).
dengan pasar, pelanggan, pesaing, dan keunggulan Sejalan dengan uraian di atas yang menjelaskan
bersaing, pada bisnis yang dijalankannya. Secara bahwa Entrepreneurial Marketing memegang pe-
singkat dapat disimpulkan bahwa pemahaman para ran penting pada industri kreatif, maka penelitian yang
pelaku usaha atau wirausahawaan berskala kecil dan dirancang untuk melakukan kajian terhadap kedua
menengah tentang pemasaran masih rendah. Temuan aspek tersebut dihubungkan dengan strategi pember-
di atas sejalan dengan temuan-temuan pada negara dayaan industri kreatif. Masalah yang akan dibahas
lain, bahkan di negara maju sekalipun ketika tingkat pada penelitian ini adalah: bagaimana peran Entrepre-
persaingan para pelaku UKM belum sekompetitif saat neurial Orientation, dan Market Orientation dalam
sekarang. Huang dan Brown (1999) pada peneli- meningkatkan kinerja UMKM?
tiannya terhadap 973 UKM menemukan bahwa
pemasaran merupakan masalah terbesar (40,2%) TINJAUAN PUSTAKA
yang dihadapi oleh UKM di negara maju seperti Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya,
Australia. Oleh sebab itu cukup beralasan bila industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 ke-
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan lompok, yaitu: (1) periklanan, (2) arsitektur, (3) pasar
para wirausahawan terkait dengan pemasaran dan seni dan barang antik, (4) kerajinan, (5) desain, (6)
memperluas lingkup penelitian dengan memasukkan fesyen, (7) video, film dan fotografi, (8) permainan
usaha berskala mikro. interaktif, (9) musik, (10) seni pertunjukan, (11)
Penelitian ini akan menggunakan Entre- penerbitan dan percetakan, (12) layanan komputer
preneurial Marketing yang telah banyak digunakan dan piranti lunak, (13) televisi dan radio, (14) riset
oleh para peneliti sebelumnya (seperti: Jones & dan pengembangan (Kementrian Perdagangan
Rowley 2011; Moriaty, et al., 2008; Reynolds 2002; Republik Indonesia). Salah satu sektor kerajian yan
dan Gilmore, et al., 2001) untuk perusahaan yang populer di Sumatera Barat adalah Bordir dan
berskala kecil dan menengah. Penelitian-penelitian Sulaman. Sebagian Besar kerajinan ini dihasilkan oleh
tersebut menemukan bahwa penerapan pemasaran usaha berskala mikro, kecil dan Menengah. Berikut
pada usaha berskala kecil sangat ditentukan oleh dapat dilihat penjelasan tentang UMKM.
pengetahuan para wirausahawan yang cenderung
memiliki keahlian yang bersifat umum dibandingkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
dengan management or marketing skill (Moriaty,
et al., 2008; Gilmore, et al., 2001; Reynolds 2002). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sangat identik
Lebih lanjut Reynolds (2002) berpendapat bahwa dengan kewirausahaan. Defenisi terkait tentang usaha
entrepreneur behaviour menyebabkan pemasaran mikro, kecil dan menengah sangat bervariasi. Kera-
konvensional yang dianut perusahaan berskala besar gaman tersebut bukan hanya timbul karena perbedaan
tidak dapat diterapkan. Oleh sebab itu Hisrich (1992) lingkungan seperti Asia dan negara maju yang memiliki
berkeyakinan bahwa marketing dan entrepre- budaya barat saja, tetapi variasi ini juga terjadi karena
neurship merupakan dua hal yang memegang peran perbedaan indikator yang digunakan oleh para ahli
penting dan memiliki hubungan yang erat pada usaha untuk mengukur skala usaha tersebut.

480 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

Secara umum indikator yang sering dipakai untuk dianut perusahaan berskala besar sulit untuk
mendefenisikan skala usaha ini adalah jumlah pekerja, diterapkan. Terkait dengan faktor entreprenuer
nilai investasi, assets, penjualan, kredit atau kombinasi behaviour, maka pemasaran pada UKM dikenal juga
dari unsur-unsur tersebut (Tambunan, 2000). Salah dengan entreprenueurial marketing (Carson &
satu contoh indikator yang diberikan oleh The Cromie 1990; Moriaty, et al., 2008), sebagai alternatif
Malaysian Department of Industry and Trade dalam dari pemasaran klasik.
mendefinisikan UKM adalah usaha yang memiliki Para peneliti telah melakukan kajian entre-
asset kurang dari RM 2.5 million dengan jumlah prenuerial marketing dengan berbagai variasi.
pekerja kurang dari 200 orang. Sementara itu definisi Keragaman itu terjadi bukan hanya pada konteks
UKM sebagai usaha yang memiliki pekerja diantara penelitian, tetapi juga menyangkut metode analisis
5 sampai dengan 99 orang (BPS 1999), digunakan digunakan. Penlitian ini mengacu kepada Jones and
pada penelitian ini. Selanjutnya BPS (1999) Rowley (2011) yang menegaskan bahwa ada empat
mengklasifikasikan skala usaha berdasarkan orientasi yang harus dipahami oleh wirausahawan,
jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri kecil Mikro yaitu Entrepreneurial Orientation, Market Orien-
dengan pekerja < 5 orang; (2) industri kecil dengan tation, Customer Orientation, dan Innovation
pekerja 5–19 orang; (3) industri menengah dengan Orientation. Namun demikian Customer Orien-
pekerja 20–99 orang, juga akan digunakan pada tation tidak digunakan pada penelitian ini, karena
penelitian ini. MOTRN yang dikembangkan oleh Deshpane dan
Farley (1998) dan digunakan pada penelitian ini
Entrepreneurial Marketing sebagai pengukuran market orientation telah
Istilah pemasaran klasik atau konvensional ba- memasukkan customer orientation sebagai salah satu
nyak digunakan oleh para peneliti pemasaran UMKM. indikatornya. Sementara itu Innovation Orientation
Terminologi ini muncul karena pemasaran yang tidak digunakan dalam penelitian ini karena
dimaksud adalah filosofi atau konsep yang telah innovativeness sudah termasuk dalam dimensi
populer dibahas pada buku teks dan diadopsi oleh para Entrepreneurial Marketing sebagaimana yang
peneliti dan praktisi untuk perusahaan yang berskala digunakan oleh Wang (2008) dalam penelitiannya.
besar. Carson dan Cromie (1990) berpendapat bahwa Lebih lanjut Wang (2008) yang menambahkan satu
karakteristik UMKM mengakibatkan pemasaran orientasi lainnya yaitu Learning Orientation juga
klasik tidak dapat diterapkan. Menurut Moriaty et al dipakai pada penelitian ini. Dengan demikian ada tiga
(2008) keunikan usaha kecil dalam berhubungan orientasi yang digunakan pada penelitian ini. Ketiga
dengan pelanggan, mendapatkan informasi tentang orientasi tersebut saling berhubungan dan berpengaruh
pesaing dan juga informasi tentang faktor-faktor yang positif terhadap kinerja (Lin, et al., 2008; Wang, 2008).
mempengaruhi pasar dan pengembangan marketing Kedua penelitian ini digunakan sebagai dasar teori
mixnya, menyebabkan terminologi conventional untuk mengembangkan penelitian ini. Berikut dapat
marketing tidak bisa digeneralisir pada skala usaha dilihat defenisi masing-masing orientasi yang
ini. Gilmore, et al. (2001) membuktikan pada digunakan pada penelitian ini.
penelitiannya di Northern Irlandia bahwa karakteristik
UMKM mempengaruhi karakteristik pemasaran yang Entrepreneurial Orientation
dilakukan. Temuan Gilmore, et al. (2001) juga Entrepreneurship adalah karakteristik individu
memperlihatkan bahwa networking yang digunakan yang terlibat dalam bisnis yang mampu merespon
oleh pengusaha/pengelola UMKM dapat menjadi tool ketidakpastian lingkungan dengan melakukan inovasi-
untuk mengiplementasikan pemasaran. inovasi (Benito, et al., 2009). Entrepreneurial
Selain itu Reynolds (2002) juga berkeyakinan Orientation menunjukkan prioritas yang dipilih oleh
bahwa karakteristik yang dimiliki oleh UMKM seperti: perusahaan dalam mengidentifikasi dan memproses
keterbatasan sumber daya dan faktor entrepreuer peluang pasar (Shane & Venkataraman 2000).
behaviour menyebabkan pemasaran klasik yang Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian dan

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 481


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

dimensi Entrepreneurial Orientation. Namun demi- untuk digunakan pada konteks UMKM. Oleh sebab
kian penelitian ini mengikuti konstruk dikembangkan itu skala pengukuran yang digunakan juga mengikuti
yang oleh Naman dan Slevin (1993), Miller dan saran Baker dan Sinkula (2009) yang menggunakan
Friesen (1983), dan Hurt, et al. (1977) yang juga telah MOTRN yang dikembangkan oleh Deshpane dan
digunakan oleh Wang (2008). Kuesioner ini difokus- Farley (1998) pada penelitiannya.
kan pada Market Proaktiveness, Competitive
aggresiveness, Firm Risk Taking dan Firm
METODE
Innovativeness yang juga telah digunakan oleh Wang
(2008). Menurut para peneliti di atas, Entrepreneurial Penelitian ini menggunakan pendekatan kuanti-
Marketing terdiri dari empat dimensi yaitu: Market tatif dan kualitatif. Survey dengan menggunakan kue-
Proaktiveness, Competitive aggresiveness, Firm sioner yang disusun dengan menggunakan lima point
Risk Taking dan Firm Innovativeness. skala Likert dengan rentang dari sangat tidak setuju
sampai pada sangat setuju. Populasi yang dalam
penelitian ini adalah UMKM Bordir dan Sulaman di
Market Orientation Sumatera Barat yang sampel dipilih secara Purposive
Menurut persepektif budaya, orientasi pasar Sampling. Penelitian ini menggunakan kriteria UMKM
dipandang sebagai proses kognitif yang mencakup menurut BPS di mana Usaha Kecil jumlah tenaga
dimensi budaya seperti nilai-nilai dan norma yang kerja 5–19 orang, UsahaMenengah jumlah tenaga
dianut perusahaan. Sedangkan dari perspektif perilaku, kerja 20–99 orang. Sedangkan saha mikro ditetapkan
orientasi pasar dipandang sebagai proses pengum- pada penelitian ini dengan jumlah tenaga kerja kurang
pulan informasi pasar. Dari sejumlah pandangan dari lima orang.Penentuan ukuran sampel untuk
tersebut di atas, defenisi yang diberikan oleh Narver Structural Equation Model (SEM) menggunakan
dan Slater (1990) serta Jaworski dan Kohli (1990) pendapat Hair, et al. (2010) yang mengatakan bahwa
merupakan defenisi yang sangat populer dan banyak minimum ukuran sampel 100 untuk model penelitian
digunakan oleh para peneliti. Menurut Narver dan dengan lima atau lebih konstuk. Peneliti mengambil
Slater (1990) orientasi pasar merupakan budaya tiga wilayah di Sumatera Barat, yaitu Bukittinggi,
organisasi yang dimanifestasikan sebagai orientasi Agam, Lima Puluh Kota karena berdasarkan obser-
pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antar vasi, ketiga wilayah tersebut merupakan untuk daerah
fungsi yang ada. Budaya organisasi yang dimaksud yang sangat populer deusaha kerajinan ini. Jumlah
tersebut dilandasi oleh dua kriteria yaitu: difokuskan sampel dibagi secara proporsional dimana setiap
untuk jangka panjang dan bertujuan untuk daerah diambil sampel masing-masing adalah 34 Res-
menghasilkan laba. Berdasarkan kedua kriteria ponden. Jadi total keseluruhan responden sebanyak
tersebut maka untuk institusi non profit motif seperti 102 responden.
perguruan tinggi dirasa kurang tepat. Sementara itu Sejalan dengan tujuan penelitian maka variabel
Jaworski dan Kohli (1990) memandang orientasi pasar bebas (independent variable) adalah Orientasi Pasar
sebagai perilaku organisasi dalam mengimple- (Market Orientation) dan Orientasi Kewirausahaan
mentasikan konsep pemasaran. Perilaku ini dite- (Entrepreneurial Orientation), sedangkan variabel
kankan pada aktivitas yang terdiri dari pengumpulan, terikatnya (dependent variable) adalah Kinerja
penyebaran, respon terhadap informasi pasar. UMKM (Firm Performance). Operasionalisasi
Penelitian ini menggunakan definisi yang diberikan variabel penelitian dapat terlihat pada Tabel 2.
oleh Baker dan Sinkula (2009) yang berpendapat Untuk mendapatkan keabsahan atau kesahihan
bahwa Market Orientation ditunjukkan oleh kecen- pertanyaan-pertanyaan yang digunakan suatu hasil
derungan perusahaan untuk mengadopsi konsep penelitian sangat menentukan hasil yang dicapai, maka
pemasaran dan berkomitmen untu mengunakan dilakukan pengujian validitas (test of validity) dan
customer oriented sebagai dasar dalam pengambilan keandalan (test of reliability). Pada penelitian ini uji
keputusan strategis. Defenisi ini dipandang cocok validitas dilakukan dengan melihat the correlation

482 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

Tabel 2. Operasional Variabel


Konsep variabel
Variabel Dimensi Indikator Sumber
Orientasi Pasar Menggambarkan Orientasi pelanggan 1. Komitmen Pelanggan Narver dan Slater
(Market sejauha mana 2. Penciptaan Nilai Pelanggan (1990),
Orientation) perusahaan 3. Pemahaman Kebutuhan Pelanggan MKTOR Scale
menciptakan nilai 4. Tujuan Kepuasaan Pelanggan
unggul bagi 5. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
pelanggan untuk 6. Layanan Purna Jual
mewujudkan Orientasi pesaing 1. Wiraniaga Berbagi Informasi
kepuasan dari Pesaing
kebutuhan dan 2. Bereaksi Cepat terhadap tindakan
keinginan pesaing
pelanggan yang 3. Manajer puncak mendiskusikan
terwujud dalam strategi pesaing
budaya organisasi 4. Menargetkan peluang bagi
keunggulan kompetitif
Koordinasi Antar 1. Kontak Pelanggan antar fungsi
fungsi 2. Informasi dibagi antar fungsi
3. Integrasi fungsional dalam strategi
4. Semua fungsi berkontribusi terhadap
nilai pelanggan
5. Berbagi sumber daya dengan unit
bisnis lain
Orientasi Sejauh mana Inovasi 1. Perhatian pada penelitian dan Baker dan
Kewirausahaan perusahaan (innovativenes) pengembangan, kepemimpinan Sinkula (2009) ,
(Entrepreneurial membangun teknologi, dan inovasi Kreiser (2002),
Orientation) identifikasi dan 2. Banyak menawarkan lini Hansen et.al
mengeksploitasi (jenis/jumlah) produk baru atau (2011) yang
peluang yang layanan baru
belum 3. Perubahan lini produk dan layanan
dimanfaatkan telah dilakukan secara cukup
sebagai prinsip dramatis
pengorganisasin
Proaktif 1. Merespon tindakan – tindakan yang diadaptasi dari
(proactiveness) dilakukan pesaing Covin dan Slevin
2. Sangat sering menjadi bisnis
pertama yang memperkenalkan
produk atau jasa baru, teknik
administrasi, teknologi, operasi,
3. Tipe yan g mengambil suatu
persaingan yang ketat sebelum
adanya persaingan itu sendiri
Risiko (risk taking), 1. Kecendrungan kuat untuk menerima
proyek – proyek beresiko tinggi (
dengan kemungkinan pengembalian
yang san gat tinggi)
2. Sifat lingkungan, berani, tindakan
luas diperlukan untuk mencapai
tujuan perusahaan
Kinerja Kinerja 1. Pertumbuhan Volume Penjualan Narver dan
Perusahaan perusahaan 2. Pertumbuhan laba Slater, (1990)
(Firm menentukan 3. Produk baru yang sukses Lumpkin dan
Performance) bagaimana 4. Memasuki Pasar Baru Dess (1996), Ge
perusahaan 5. Kepuasaan Pelanggan dan ding (2005),
mempertahankan Y.M Sin (2005),
hubungan jangka Yoon (2012),
panjang dengan Avlonitis &
pelanggan Salavou (2007)

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 483


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

of factors within one construct (Sekaran, 2003). dikelola hanya sebanyak 46 responden atau 45%
Sedangkan untuk penilaian keabsahan isi kuesioner sedangkan sisanya sama sekali tidak pernah
dilakukan dengan meminta pendapat para pakar yang mendapatkan pelatihan. Dari 102 orang responden
kompeten dengan topik penelitian. Selanjutnya, Alfa ini diketahui hanya 35 atau 34% responden yang aktif
Cronbach digunakan untuk menilai reliability alat ukur. tercatat menjadi anggota suatu asosiasi terkait dengan
Secara umum, jika koefisien Alfa Cronbach minimal usaha yang dikelolanya.
sama dengan 0.60, artinya pertanyaan penelitian dapat Adapun karakteristik usaha objek penelitian ini
digunakan sebagai alat untuk mengukur variabel dapat dilihat pada Tabel 3.
penelitian (Hair, et al., 1998). Berdasarkan lama perusahaan beroperasi terlihat
Pemilihan analisis data sangat ditentukan oleh bahwa perusahaan yang paling lama beroperasi lebih
tipe pertanyaan penelitian yang ingin dijawab, jumlah >5 tahun yaitu sebanyak 79 usaha atau 77.45 %
variabel penelitian serta skala pengukuran yang digu- merupakan usaha yang tergolong Mikro. Daerah
nakan (Zikmund 2003). Penelitian ini menggunakan Pemasaran untuk ketiga wilayah tersebut terbanyak
multiple statistical techniques, oleh sebab itu analisis ke Kota Bukittinggi karena di Bukittinggi memang
data dilakukan dengan menggunakan SPSS and pusat perdagangan untuk wilayahhSumatera Barat
Partial Least Square (PLS) untuk analisis Structural terlebih lagi dengan adanya ”pasar atas” di Kota
Equation Modeling (SEM). Bukittinggi yang khusus menjual produk-produk
kerajinan daerah. Kabupaten Lima Puluh Kota
sebesar 79,41 % atau 27 usaha daerah pemasarannya
HASIL
Kota Bukittinggi, begitupun dengan Produk-Produk
Karakteristik Pemilik atau Pengelola UMKM yang dihasilkan di Kabupaten Agam 70,58% atau 24
Bordir dan Sulaman berdasarkan jenis kelamin adalah Usaha daerah Pemasarannya Kota Bukittinggi.
laki-laki sebanyak 28 orang (20%) dan perempuan Sedangkan untuk daerah pemasaran ke luar negeri
sebanyak 82 orang (80%). Kerajinan ini berkaitan yaitu Malaysia, Brunai, Australia, Singapura, China
dengan menciptakan desain motif sulaman dan bordir, dan Turki.
oleh karena itu wajar bila kebanyakan pengusahanya
adalah perempuan. Berdasarkan umur terlihat bahwa
jumlah responden yang paling banyak didominasi oleh Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
pengusaha berumur produktif yaitu 31–40 tahun Penelitian
dengan jumlah 36 orang atau 35%. Sedangkan jumlah Uji Validitas
responden yang paling sedikit berumur 71–80 tahun
Uji validitas instrumen untuk indikator-indikator
berjumlah 1 orang atau 1%. Menurut level pendidikan
pada setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
maka diketahui bahwa responden terbanyak (56%)
ini adalah dengan menggunakan software PLS. Hasil
memiliki latar belakang pendidikan terakhir SLTA dan
pengujian dievaluasi berdasarkan convergent dan
Perguruan Tinggi sebanyak 18%. Responden yang
discriminant validity indikatornya yang diukur dari
pernah mengikuti pelatihan terkait dengan usaha yang

Tabel 3. Karakteristik Usaha Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tenaga Kerja

Klasifikasi
No Skala Usaha Jumlah Persentase
Jumlah Tenaga Kerja
1 Mikro <5 26 25.49%
2 Kecil = 5 -19 29 28.43%
3 Menengah 20 -99 47 45.10%
Total 102 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer 2013

484 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

nilai outer loading melalui proses algoritma. Conver- yang akan di drop terlalu banyak, maka solusi selan-
gent validity dinilai berdasarkan korelasi (outer jutnya dilakukan Deteksi Outlier
loading) antara skor item atau indikator (component Deteksi Outlier dengan menggunakan program
score) dengan skor konstruk. Convergent validity SPSS 11,5 guna melihat data yang menyimpang, dari
digunakan untuk mengetahui validitas setiap hubungan jawaban responden dimana nilai Znya berada antara
antara indikator dengan konstruk (indikator) latennya. -1,96 dengan +1,96. Pada penelitian ini, nilai Z yang
Validitas konvergen dikatakan tinggi jika nilai besar dari +1,96 dan -1,96 dalam penelitian ini akan
loading atau korelasi skor indikator dengan skor di-drop pada pengujian validitas instrumen dan
konstruk di atas 0,7. Jika skor loading antara kemudian dilakukan reestimate. Setelah dilakukan
0,5–0,7, sebaiknya peneliti tidak menghapus pendeteksian Outlier terdapat 6 Oulier yang harus
indikator yang memiliki skor loading tersebut di-drop karena dapat disimpulkan merupakan data
sepanjang skor AVE dan communality indikator yang menyimpang. layak untuk diolah hanya sebanyak
tersebut >0,5 (Hartono dan Abdillah, 2009). Pada 96 responden.
penelitian ini, indikator yang loadingnya kurang dari Data dari 96 responden ini kembali diolah dengan
0,5 dalam penelitian ini akan di-drop pada pengujian program PLS untuk melihat kembali nilai outer
validitas instrumen dan kemudian dilakukan reesti- loading indikator pada variabel Kinerja Perusahaan
mate. (KN), Orientasi Kewirausahaan (OKW), Orientasi
Hasil pengolahan data dengan menggunakan PLS Pasar (OP). Nilai outer loading setelah Outlier di
menunjukkan nilai outer loading dua indikator yang Drop (tanpa memasukkan nilai OKW 4 dan OKW 7
mengukur variabel Orientasi Kewirausahaan mempu- yang telah di drop sebelumnya) menunjukkan nilai
nyai nilai loading di bawah 0,50. Dua indikator yang AVE dan communality dari variabel yang diteliti tidak
tidak valid tersebut adalah OKW4 dengan nilai outer memenuhi nilai yang disyaratkan (<0,5) yaitu pada
loading -0.455802 dan OKW7 0.361268. Kedua variabel Orientasi Kewirausahaan (0.470219) dan
indikator yang tidak valid tersebut akan di drop dalam Orientasi Pasar (0.390309). Karena nilai AVE dan
penelitian ini. Sementara itu skor AVE dan communa- communality tidak memenuhi nilai yang disyaratkan,
lity untuk konstruk Orientasi Pasar dan Orientasi Ke- maka nilai outer loading yang disyaratkan dinaikan
wirausahaan juga <0,5. yaitu pada variabel Orientasi menjadi (<0,6). Maka beberapa indikator OP (OP2,
Kewirausahaan 0,386060 dan Orientasi Pasar OP5, OP7, OP8, OP9 dan OP15) di-drop dan
0,392771. kemudian di-run kembali. Hasil re estimasi ini
Berdasarkan nilai outer loading, AVE, dan menunjukkan nilai loading indikator belum semuanya
communality, maka dua indikator yang tidak valid dari memenuhi telah memenuhi rule of thumb yang
variabel Orientasi Kewirausahaan di-drop dan ke- disyaratkan, yaitu lebih besar dari 0,5, tetapi nilai yang
mudian di-run kembali. Namun demikian hal ini masih didapat mendekati 5 yaitu OKW (0.469984 ) dan OP
belum menunjukkan hasil yang memnuhi persyaratan (0.473344).
karena setelah re estimasi nilai AVE dan Communality Untuk membuktikan validity maka menggunakan
untuk variabel Orientasi Pasar dan Orientasi Kewira- juga discriminant validity. Discriminant validity
usahaan masih di bawah 0,5. Oleh sebab itu dilakukan digunakan untuk menunjukkan bahwa konstruk atau
nilai outer loading yang disyaratkan dinaikan menjadi variabel laten memprediksi ukuran pada blok mereka
(<0,6). Nilai Outer loading menunjukkan bahwa lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Discri-
terdapat tujuh indikator dari variabel Orientasi Pasar minant validity dapat dilihat dari nilai Cross Loading
yang tidak valid OP1 (0,595516), OP2 (0,561883), yaitu korelasi skor indikator ke variabel lebih besar
OP3 (0,556631), OP5 (0,572894), OP7 (0,561845), dari korelasi indikator tersebut ke variabel lain.
OP8 (0,546166), OP9 (0,579628), OP15 (0,587452). Perbandingan nilai akar dari AVE setiap variabel
Total seluruhnya indikator yang di-drop ada 2 dari dengan korelasi antar variabel pada tabel di atas
variabel KWU dan delapan dari variabel OP, total memperlihatkan bahwa masing-masing nilai akar AVE
semuanya ada 10 indikator. Karena jumlah indikator pada variabel tersebut lebih besar dibandingkan

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 485


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

dengan korelasi antar variabel lainnya, sehingga dapat konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values
dikatakan bahwa seluruh variabel laten memiliki tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam
discriminant validity dan convergent validity yang model struktural. Nilai R-Square merupakan uji
baik. goodness-fit model. Model pengaruh Orientasi
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini diukur Kewirausahaan terhadap Kinerja Perusahaan
dengan dua kriteria yaitu nilai composite reliability memberikan nilai R-Square sebesar 0,288659 yang
dan Cronbach Alpha untuk setiap blok indikator pada dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk
konstruk reflektif. Rule of thumb nilai composite Kinerja Perusahaan yang dapat dijelaskan oleh
reliability harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai variabilitas konstruk Orientasi Kewirausahaan
0,6 masih dapat diterima (Hair, et al., 2006). Konstruk sebesar 28,86% sedangkan sisanya, dijelaskan oleh
dikatakan reiabel jika nilai composite reliability dan variabel lain di luar yang diteliti. Begitupun dengan
Cronbach Alpha di atas 0.70. Namun, sesungguhnya model pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap
uji konsistensi internal ini tidak mutlak dilakukan jika Orientasi Pasar dan Kinerja memberikan nilai R-
validitas konstruk telah terpenuhi, karena konstruk Square sebesar 0,338613 yang dapat diinter-
yang valid adalah konstruk yang reliabel, sebaliknya pretasikan bahwa variabilitas konstruk Orientasi
konstruk yang reliabel belum tentu valid. Uji Kewirausahaan yang dapat dijelaskan oleh varia-
Composite reliability dan Cronbach Alpha dari bilitas konstruk Orientasi Pasar sebesar 33,86%
setiap variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel sedangkan sisanya, dijelaskan oleh variabel lain diluar
4. yang diteliti.

Tabel 4 . Uji Reliabilitas

Composite Reliability Cronbach Alpha


Kinerja Perusahaan 0.885096 0.836612
Orientasi Kewirausahaan 0.841253 0.774728
Orientasi Pasar 0.889413 0.860408

Tabel 4 memperlihatkan nilai composite relia- Uji yang berikutnya adalah, melihat signifikansi
bility dan Cronbach Alpha dari setiap variabel yang pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi
diukur mempunyai nilai lebih besar dari 0,70, sehingga Pasar terhadap Kinerja Perusahaan dengan melihat
indikator yang digunakan dalam variabel penelitian nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi t
ini reliabel. statistic. Nilai koefisien path atau inner model me-
nunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian
PEMBAHASAN hipotesis. Skor koefisien path atau inner model yang
ditunjukkan oleh nilai T-statistic, harus di atas 1,96
Pengujian Model Struktural (Inner Model)
untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64
Model struktural terdiri dari konstruk-konstruk untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) untuk pengujian
laten yang tidak dapat diobservasi yang mempunyai hipotesis pada alpha 5 persen (Hair, et al., 2006).
hubungan teori. Pengujian ini termasuk mengestimasi Pengujian model struktural penelitian ini dapat dilihat
koefisien jalur yang mengidentifikasi kekuatan hu- pada Tabel 5.
bungan variabel dependen dengan independen. Pengu- Dari hasil Tabel 5 Total Effect hanya memperli-
jian model struktural menghasilkan nilai signifikansi hatkan pengaruh langsung masing-masing variabel.
hubungan jalur antar variabel laten dengan mengguna- Untuk pengaruh tidak langsung, dapat dihitung berda-
kan fungsi bootstrapping. Model struktural PLS di- sarkan Tabel Path Coefficients Tabel 6.
evaluasi dengan menggunakan R-Square untuk

486 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

Tabel 5. Total Effect (Mean, STDEV, T-Values)

Original Sa mple Standard Standard T Statistics


DeviatCKn Error
Sample (O) Mean (M) (STDEV) (STERR) (|O/STERR|)
Orientasi Kewirausahaan
0.472436 0.473583 0.058769 0.058769 8.038806
-> Kinerja Perusahaan
Orientasi Kewirausahaan
0.581905 0.592874 0.046677 0.046677 12.466601
-> Orientasi Pa sar
Orientasi Pasar ->
0.314609 0.317993 0.078153 0.078153 4.025569
Kinerja Perusahaan
Catatan: Pengujian dilakukan pada tingkat signifikansi two-tail
*) Signifikan pada p<0.05
Sumber: Data primer (diolah), 2013

Tabel 6. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Sample Standard Standard


Original T Statistics
Mean DeviatCKn Error
Sample (O) (|O/STERR|)
(M) (STDEV) (STERR)
Orientasi Kewirausahaan ->
0.289363 0.285846 0.072650 0.072650 3.982965
Kinerja Perusahaan
Orientasi Kewirausahaan ->
0.581905 0.592874 0.046677 0.046677 12.466601
Orientasi Pasar
Orientasi Pasar -> Kinerja
0.314609 0.317993 0.078153 0.078153 4.025569
Perusahaan
Catatan: Pengujian dilakukan pada tingkat signifikansi two-tail
*) Signifikan pada p<0.05
Sumber: Data primer (diolah), 2013

Dari Tabel 6 dapat disimpulkan, bahwa EO ber- Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap
pengaruh langsung terhadap kinerja, tetapi juga berpe- Orientasi Pasar (0.581905) dan signifikan pada
ngaruh tidak langsung ke Kinerja melalui MO. =0,05 dengan nilai statistik 12.466601 > 1,96. Se-
Ternyata koefisien pengaruh tidak langsung lebih kecil dangkan, Variabel Orientasi Pasar berpengaruh positif
daripada pengaruh langsung, jadi dapat disimpulkan terhadap Kinerja Perusahaan (0.314609) dan signifi-
semakin tinggi tingkat EO maka akan meningkatkan kan pada =0,05 dengan nilai statistik 4.025569 <
MO dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja 1,96.
hanya sebesar 0.183072. Untuk menilai signifikansi jalur antar variabel
dalam model struktural dilihat dari t statistik antar
variabel pada tabel total effect (tabel di atas).
Uji Hipotesis
Sehingga, hasil kesimpulan pengujian setiap hipotesis
Uji t digunakan untuk mengetahui uji hipotesis secara keseluruhan dilihat pada Tabel 7.
dan signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Orientasi
variabel terikat. Pengujian hipotesis menunjukkan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Kinerja
bahwa pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Perusahaan, Orientasi Kewirausahaan berpengaruh
Kinerja Perusahaan 0.472436 dan signifikan pada = positif terhadap Orientasi Pasar, Orientasi Pasar ber-
0,05 dengan nilai statistik 8.038806 > 1,96. Variabel pengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan, dan

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 487


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

Tabel 7. Kesimpulan Pengujian Hipotesis


Hipotesis P ernyataan Hipotesis Hasil
H1 Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Kinerja Diterima *
Perusahaan
H2 Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Orientasi Pasar Diterima *
H3 Orientasi Pasar berpengaruh negatif terhadap Kinerja Perusahaan Diterima *
H4 Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Orientasi Pasar Diterima *
dan berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan
Catatan: Pengujian dilakukan pada tingkat signifikansi pengujian two-tail
*) Signifikan pada p<0.05
Sumber: Data primer (diolah)

Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif terha- pemiliki atau pengelola UMKM Bordir dan Sulaman
dap Orientasi Pasar dan berpengaruh positif terhadap di Sumatera Barat yaitu melalui Inovasi (Innovati-
Kinerja Perusahaan. venes), Proaktif (Proactiveness), Risiko (risk taking)
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan akan berdapat semakin baiknya Kinerja UMKM
ditemukan bahwa Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Bordir dan Sulaman di Sumatera barat yang
berpengaruh terhadap Kinerja sebesar 28,86% digambarkan dengan meningkatnya pertumbuhan
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar volume penjualan, pertumbuhnan laba, kepuasaan
yang diteliti. pelanggan, memasuki pasar baru, dan produk baru
Orientasi Kewirausahaan (Entrepreneurial yang sukses.
Orientation) menggambarkan sejauhmana perusahaan Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan ditemu-
membangun identifikasi dan mengeksploitasi peluang kan bahwa Orientasi Kewirausahaan (Entrepreneu-
yang belum dimanfaatkan sebagai prinsip rial Orientation) berpengaruh terhadap Orientasi
pengorganisasin perusahaan (Baker dan Sinkula, Pasar. Orientasi Kewirausahaan (X2 ) selanjutnya
2009). Indikator-indikator yang terdapat pada disingkat EO memberi pengaruh sebesar 0.338613
Orientasi Kewirausahaan (Entrepreneurial Orienta- terhadap Orientasi Pasar (Market Orientation)
tion) yaitu yang dikemukakan oleh Hansen, et al. selanjutnya disingkat MO. Hal ini berarti jika EO
(2011) yang terdiri dari tiga dimensi Inovasi (Inno- dinaikkan sebesar 0.338613 satu satuan, maka MO
vativenes), Proaktif (Proactiveness), Risiko (risk juga meningkat sebesar 0.338613. Maka, semakin EO
taking). harus diperhatikan oleh pemilik atau penge- Pemilik atau pengelola UMKM Bordir dan Sulaman
lola UMKM Bordir dan Sulaman di Sumatera Barat. akan memberikan dampak terhadap meningkatnya
Pemilik atau Pengelola UMKM Bordir dan Sulaman Kinerja UMKM Bordir dan Sulaman. Hal ini sesuai
harun meningkatkan dengan cara-cara sebagai dengan penelitian yang dillakukan. Baker dan Sinkula
berikut; melakukan perubahan lini produk dan layanan (2009) mengambarkan Orientasi Kewirausahaan
dilakukan dengan dramatis dan berusaha untuk men- (Entrepreneurial Orientation) dan Orientasi Pasar
jadi bisnis pertama dalam mengenalkan produk dan (Market Orientation) keduanya memiliki keterikatan
jasa baru. Pemilik atau Pengelola Harus lebih mening- kuat sebagai proses pembelajaran, Orientasi Pasar
katkan sikap Proaktif yaitu Perilaku agresif diarahkan (Market Orientation) dicerminkan sejauh mana
pada perusahaan saingan, dan mengejar peluang bisnis perusahaan membangun kepuasan dari kebutuhan dan
yang menguntungkan. keinginan pelanggan sebagai prinsip penggorgani-
Semakin tinggi Orientasi Kewirausahaan (Entre- sasian perusahaan sedangkan Orientasi Kewirausa-
preneurial Orientation) yang digambarkan dengan haan (Entrepreneurial Orientation) mencerminkan
semakin tingginya suatu perusahaan untuk berusaha sejauh mana perusahaan membangun identifikasi dan
membangun, mengidentifikasi dan mengeksploitasi mengeksploitasi peluang yang belum dimanfaatkan
peluang yang belum dimanfaatkan sebagai prinsip sebagi prinsip pengorganisasin perusahaan, kedua
pengorganisasian perusahaan yang dilakukan oleh orientasi tersebut belajar menjadi sebuah proses untuk

488 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

mengenal pelanggan dan pasarnya. Secara khusus, yaitu yang digambarkan dengan pertumbuhan volume
kedua perusahaan yang berorientasi pasar dan penjualan, pertumbuhan laba, memasuki pasar baru,
kewirausahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan pelanggan yang puas. Berdasarkan uji hipotesis
pelanggan, mengejar ekspansi pasar seperti yang yang dilakukan Orientasi Kewirausahaan berpengaruh
diidentifikasi, dan memanfaatkan peluang yang positif terhadap Kinerja Perusahaan yang dimeditor
muncul. oleh Orientasi Pasar. Pengaruh Orientasi Kewirausa-
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan ditemu- haan terhadap kinerja yang dimediator oleh Orientasi
kan bahwa Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Pasar hanya memiliki pengaruh sebesar 0.183072.
Kinerja. Hal ini berarti Orientasi Pasar pemilik atau Baker dan Sinkula (2009) menemukan peran MO
pengelola sulaman memberikan dampak terhadap me- memperkuat pentingnya EO dalam keberhasilan
ningkatnya kinerja UMKM bordir dan Sulaman. perusahaan dan menyarankan bahwa EO dan MO
Pengaruh Orientasi Pasar (Market Orientation) melengkapi satu sama lain, pada setidaknya dalam
dengan Kinerja (Performance) perusahaan kecil dan usaha kecil, untuk meningkatkan profitabilitas.
menengah atau Small and Medium Enterprise
(SME) telah ditemukan pada beberapa penelitian Saran
terdahulu yang dikemukakan (Narver & Slater, 2000).
Orientasi Kewirausahaan (Entrepreneurial
Orientasi Pasar (Market Orientation) adalah Orientation) dan Orientasi Pasar (Market Orienta-
budaya bisnis yang menghasilkan kinerja yang luar tion) keduanya memiliki keterikatan kuat sebagai
biasa melalui komitmen untuk menciptakan nilai unggul proses pembelajaran, Orientasi Pasar (Market
bagi pelanggan (Narver & Slater, 2000). Sebuah bisnis Orientation) dicerminkan sejauhmana perusahaan
yang orientasi pasar (Market Orientation) meningkat membangun kepuasan dari kebutuhan dan keinginan
akan meningkatkan juga kinerja pasar (Market Per- pelanggan sebagai prinsip penggorganisasian perusa-
formance) (Narver & Slater, 1990). haan sedangkan Orientasi Kewirausahaan (Entrepre-
Namun, untuk lebih meningkatkan (Market neurial Orientation) mencerminkan sejauh mana
Orientation) Orientasi Pasar maka pemilik dan pe- perusahaan membangun identifikasi dan mengeksploi-
ngelola harus lebih meningkatkan komitmen terhadap tasi peluang yang belum dimanfaatkan sebagi prinsip
pelanggan, mengutamakan kepuasaan pelanggan pengorganisasin perusahaan, kedua orientasi tersebut
target untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan belajar menjadi sebuah proses untuk mengenal pe-
semua fungsi harus meningkatkan kontribusinya langgan dan pasarnya. Jadi, dengan meningkatnya
terhadap nilai pelanggan. Selain itu UMKM Bordir Orientasi Kewirausahaan akan meningkatkan Orien-
dan Sulaman di Sumatera Barat harus lebih mening- tasi Pasar, dan Orientasi Pasar yang meningkat akan
katkan koordinasi antar fungsi dalam perusahaan berdampak meningkatnya kinerja UMKM Bordir dan
mereka, yaitu integrasi dari semua anggota perusa- Sulaman di Sumatera Barat.
haan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
DAFTAR RUJUKAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Bagozzi, R.P. 1977. ’ Structural Equation Models in Experi-
Kesimpulan mental Research’, Journal of Marketing Research,
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perusa- 14(2), 209–226.
haan yang berorientasi pasar (Market Orientation) Baker, W.E., and Sinkula, J. 2009. ’ The complementary ef-
fects of market orientation and entrepreneurial orien-
menggambarkan sejauhmana perusahaan mencipta-
tation on profitability in small business’, Journal of
kan nilai unggul bagi pelanggan untuk mewujudkan Small Business Management, 47(4), 443–464.
kepuasan dari kebutuhan dan keinginan pelanggan Baumgartner, H., and Homburg, C. 1996. ’ Applications of
yang terwujud dalam budaya organisasi (Narver dan structural equation modeling in marketing and
Slater, 1990) berpengaruh poritis meningkatnya Kiner- consumer research: A review’, International Jour-
ja UMKM Bordir dan Sulaman di Sumatera Barat nal of Research in Marketing, 13,139–161.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 489


Yulia Hendri Yeni, Elvira Luthan, Lasti Yossi Hastini dan Anggita Primasari

Benito, O.G., Benito, J.G., and Munoz-Gallego, P.A. ’ Role Lin, C.H., Peng., C.H., and Kao, D.T. 2008. ’The
of entrepreneurship and market orientation in firms’ Innovativeness Effect of Market Orientation and
success’ European Journal of Marketing, 43(3/4), Learning Orientation And Business Performance’ In-
500–522. ternational Journal of Manpower, 29(8), 752–772.
BPS. 1999. Statistical Yearbook of Indonesia 1998. Jakarta: Mertens, D.M. 2005. Research and Evaluation in Educa-
Biro Pusat Statistik. tion and Psychology: Integrating Diversity with
Carson, D. 1990. ’ Some exploratory models for assesing Quantitative, Qualitative, and Mixed Methods, 2nd
small firms’ Marketing Performance’. European Jour- eds, Sage Publications. London: Thousand Oaks, Calif.
nal of Marketing, 24(11), 8–51. Miller, D., and Friesen, P.H. 1983. ”Strategy making envi-
Carson, D., and Cromie, S. 1990. ’Marketing Planning Small ronment; the third link” Strategic Management Jour-
Enterprises: a Model and Some Empirical Evidence’ nal 4(3), 21–235.
Journal of Consumer Marketing, 7(30), 5–17. Moriaty, J., et al. 2008. ’Marketing in Small Hotels: a
Collison, E., and Shaw, E. 2001, ”Entrepreneurial market- Qualitatif Study’ Marketing Intelligence & Planning,
ing-a historical perspective on development and prac- 26(3), 293–315.
tice’ Management Decision, 39(9), 761–766. Morris, M.H., Schindehutte, M., and Laforge, R.W. 2002.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. ’Entrepreneurial Marketing: A Constructfor Integrat-
Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025, Rencana ing Emerging Entrepreneurship and Marketing Per-
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009– spective’ Journal of Marketing Theory and`Practice,
2015. 10(4), 1–19.
Deshpande, R., and Farley. 1998. ’ Measuring market ori- Naman, J.L., and Slevin, D.P. 1993. ’ Entrepreneurship and
entation; Generalization and Synthesis’ Journal of concept of fit: A model and empirical test’ Strategic
Market Focused Management, 2. 213–232. Management Journal, 14(2), 137–154.
Gilmore, A., Carson, D., and Grant, K. 2001. ’ SME in Prac- Narver, J.C., and Slater, S.F. 1990. ’ The Effect of a Market
tice’, Marketing Intelligence Planning, 19 (1), 6–11. Orientation on Business Profitability’, Journal of
Greenley, G.E. 1995. ’ Market orientation and company per- Marketing, 54(4), 20–35.
formance: Empirical evidence from UK companies’, Reynolds, P.L. 2002. ’The need for a new paradigm for
British Journal of Management, 6(1), 1–13. small business marketing - what was wrong with the
Hair, J.F., Anderson, R., Tatham, R., and Black, W. 1998. old one?’, Journal of Research in Marketing & En-
Multivariate Data Analysis, Prentice Hall, Upper trepreneurship, 4(3),191–205.
Saddle River, N.J. Sekaran, U. 2003, Research Methods for Business: a Skill-
Hisrich, R.D. 1992. ’The need for marketing in entrepre- building Approach, 4th ed. edn, Wiley. New York:
neurship’ The Jounal of Business & Industrial Mar- [Great Britain].
keting, Summer, 7(3), 53–57. Shane, S., and Venkataraman, S. 2000. ’The Promise of
Howkins. 2001. The creative Economy; How People Make Entrepreneurship as a Field of Research, Academy of
Money From Ideas. London: Penguin Books. Management Review 25, 217–226.
Huang, X., and Brown, A. 1999. ’An Analysis and Classifi- Sinkula, J.M., Baker, W.E., and Noordewier, T.G. 1997. ’ A
cation Of Problem In Small Business, International Frame Work for Market Based Organization Learn-
Small Business Journal, 18 (1), 73–85. ing: Linking Values Knowledge and Behaviour, ’ Jour-
Hurley, R.F., and Hult, G.T.M. 1998. ’ Innovation, Market nal of the Academy of Marketing Science, 25, 305–
Orientation and Organisational Learnin: An Integra- 318.
tion and Empirical Examination’, Journal of Market- Tambunan, T. 2000. ’The Performance of Small Enterprises
ing 62(3), 42–54. During Economic Crisis: Evidence from Indonesia’,
Hurt, H.T., Joseph, K., Cook, C.D. 1977. ’ Scale for mea- Journal of Small Business Management, 38 (4), 93–
surement for innovativeness’, Human Communica- 101.
tion Research, 4(1), 58–65. Tanaka, J. 1987. ’ How Big is Big Enough? Sample Size and
Jones, R., and Rowley, J. 2011. ’ Entrepreneurial Marketing Goodness of Fit In Structural Equation Models With
in Small Business: A conceptual Explorati’, Interna- Latent Variables’, Child Development, 58(1), 134–146
tional Small Business Journal, 29(1), 25–36. Yeni, Y.H., Ali, I., dan Susdiani, E. 2011 Pengembangan
Jaworski, B.J., and Kohli, A.K. 1993. ’ Market orientation: Carson’s Levels of Activity Model pada Identifikasi
Antecedents and consequences’, Journal of Mar- Aktivitas dan Strategi Pemasaran Usaha Kecil
keting, 57(3),53–70. Menengah di Sumatera Barat, Laporan Penelitian
Fundamental, Dikti.

490 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2014
Pemberdayaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Sumatera Barat

Wang, C.l. 2008. ’ Entrepreneurial Orientation, Learning Zikmund, W.G. 2003. Business research methods, 7th edn,
Orientation, and Firm Performance’ Entrepreneurship Thomson/South-Western, Mason, OH.
Theory and Practice, July, 635–657.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 491

Anda mungkin juga menyukai