Anda di halaman 1dari 5

Kasus:

Seorang anak diberi suntikkan vaksin di sebuah Rumah Sakit. Setelah mendapat

vaksin anak mengalami alegri. Orang tua pasien merasa curiga dengan keadaan

anaknya dan melaporkan kejadian tersebut ke Balai POM Medan. BPOM

melakukan pemeriksaan dan investigasi ke RS tersebut. Ternyata vaksin tersebut

dibeli dari sumber tidak resmi dan setelah di periksa di LAB vaksin tersebut palsu.

Apoteker mengetahui pembelian vaksin tersebut tetapi apoteker selama ini tidak

berani mengoreksi tata cara pembelian vaksin karena takut diberhentikan

1. Identifikasi Masalah:

Identifikasi Masalah Aturan Yang Dilanggar

Vaksin dibeli dari jalur tidak SK PO-004 tentang Pedoman Disiplin

resmi Apoteker Indonesia tahun 2014 Bab IV

Bentuk Pelanggaran Disiplin

8) Melakukan pengadaan obat dan/atau bahan

baku obat, tanpa prosedur yang berlaku,

sehingga berpotensi menimbulkan tidak

terjaminnya mutu, khasiat obat

PMK no. 73 Tahun 2016

Pengadaan sediaan farmasi harus melalui

jalur resmi, Menyediakan sarana dan

prasarana sesuai standar

1
Kode Etik BAB II (Kewajiban Apoteker

teradap Pasien) Pasal 9 pedoman

pelaksanaan 5

- Seorang apoteker harus yakin bahwa obat

yang diserahkan kepada pasien adalah obat

yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat

dan cara pakai obat yang tepat.

Kode Etik BAB I pasal 3, pedoman

pelaksanaan 1

- Setiap apoteker Indonesia harus mengerti,

menghayati, dan mengamalkan kompetensi

sesuai dengan standart kompetensi Apoteker

Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah

keterampilan, sikap, dan perilaku yang

berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik.

UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 98

(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus

aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan

terjangkau.

(3) Ketentuan mengenai pengadaan,

penyimpanan, pengolahan, promosi,

pengedaran sediaan farmasi dan alat

kesehatan harus memenuhi standar mutu

pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan

2
Peraturan Pemerintah.

SK PO-004 tentang Pedoman Disiplin

Apoteker Indonesia tahun 2014 Bab IV

Bentuk Pelanggaran Disiplin

4) Membuat keputusan profesional yang tidak

berpihak kepada kepentingan pasien/

masyarakat

Apoteker mengetahui bahwa Kode Etik BAB I pasal 5

vaksin dibeli dari jalur tidak “Dalam menjalankan tugasnya seorang

resmi tetapi tidak berani apoteker harus menjauhkan diri dari usaha

mengkoreksi tata cara mencari keuntungan diri semata yang

pemberian vaksin karena takut bertentangan dengan martabat dan tradisi

diberhentikan luhur jabatan kefarmasian”.

Kode Etik BAB I pasal 3, pedoman

pelaksanaan 3

Bilamana suatu saat seorang Apoteker

dihadapkan kepada konflik tanggung jawab

professional, maka dari berbagai opsi yang

ada, seorang apoteker harus memilih resiko

yang paling kecil dan paling tepat untuk

kepentingan pasien

3
SK PO-004 tentang Pedoman Disiplin

Apoteker Indonesia tahun 2014 Bab IV

Bentuk Pelanggaran Disiplin

7) Memberikan sediaan farmasi yang tidak

terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan ‟khasiat/

manfaat‟ kepada pasien.

Pasien mengalami kerugian Kode Etik BAB II (Kewajiban Apoteker

dalam hal ini pasien mengalami teradap Pasien) Pasal 9, pedoman

alergi akibat vaksin palsu pelaksanaan 2,4

2) Setiap tindakan dan keputusan

professional dari apotek harus berpihak

kepada kepentingan pasien dan masyarakat

4) Seorang apoteker harus mengambil

langkah-langkah untuk menjaga kesehatan

pasien khusunya janin, bayi, anak-anak serta

orang yang dalam kondisi lemah.

Kode Etik BAB I pasal 3, pedoman

pelaksanaan 3

Kepentingan manusia harus menjadi

pertimbangan utama dalam setiap tindakan

dan keputusan seorang apoteker.

4
2. Sanksi:

Berdasarkan UU no 36 tahun 2009

i. Pasal 196

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan

sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar

dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

ii. Pasal 197

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan

sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling

banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

iii. Usulan pembinaan khusus untuk penyadaran

iv. Usulan penundaan sementara izin kerja apoteker

3. Kesimpulan dan Saran:

Berdasarkan kriteria pelanggaran etika, Apoteker tersebut sudah masuk

dalam kriteria pelanggaran secara “Sengaja” karena sudah mengetahui pemesanan

vaksin dari jalur tidak resmi. Penilaian terhadap unsur kesengajaan merupakan

pelanggaran etika Aoteker berat, maka sebelum membuat keputusan saran yang

dapat berikan sanksi yang telah disebutkan di atas.

Anda mungkin juga menyukai