Anda di halaman 1dari 181

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL


PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2011

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

As’ad Asyhar Fathoni


NIM 7111409084

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ilmu lebih baik daripada kekayaan karena kekayaan harus dijaga, sedangkan

ilmu akan menjagamu” (Ali Ibn Abi Thalib).

“You are either running free or you’re running scared” (Peter Schwartz)

Karya ini dipersembahkan untuk:

Kedua orang tua dan saudara-

saudaraku

Dan Para perantara ilmu pengetahuan

v
SARI

Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. Analsis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011.Skripsi. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.Pembimbing
I.Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Pembimbing II. Fafurida, SE., M.Sc.

KataKunci: Biaya Input, DEA, Efisiensi Ekonomi, Industri Tekstil dan


Produk Tekstil, Nilai Output.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu basis
kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. Permasalahan yang terjadi pada industri TPT
Jawa Tengah yaitu adanya perubahan pada input industri seperti biaya energi dan
biaya tenaga kerja, dan harus adanya restrukturisasi mesin memberikan
kemungkinan timbulnya ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan.
Tujuan penelitian adalah melakukan pengukuran tingkat efisiensi ekonomi pada
sektoral dan keseluruhan industri TPT Jawa Tengah.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang telah diterbitkan oleh BPS
dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan. Objek penelitian ini adalah 17
subsektor yang tersebar di pengolahan hulu-hilir industri Tekstil dan Produk
Tekstil Jawa Tengah pada periode tahun 2005-2011. Penelitian ini berfokus pada
pengukuran tingkat capaian efisiensi teknis dan alokatif yang kemudian akan
dihasilkan efisiensi ekonomi pada industri TPT. Metode analisis yang digunakan
adalah Data Envelopment Analysis dengan asumsi Variabel Return to Scale.
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel input yang terdiri dari
biaya dan harga tenaga kerja, bahan baku dan penolong, dan energi; serta variabel
output yang diperoleh dari nilai dan harga barang yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara sektoral maupun keseluruhan
industri TPT belum berada pada capaian efisiensi teknik dan ekonomi optimum.
Sementara capaian efisiensi alokatif pada industri ini telah mencapai tingkat
optimum. Sepanjang tahun 2005-2011 terdapat 3 (tiga) subsektor dengan
frekuensi terbanyak yang berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri TPT
yaitu 17121, 17122, dan 17124.
Berdasarkan penelitian ini disarankan agar industri melakukan penyesuaian biaya
input dan peningkatan output secara parsial dan bersamaan. Perlunya sinergi antara
pemerintah dan industri untuk meningkatkan capaian efisiensi.

vi
ABSTRACT

Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. The Analysis of Economic Eficiency of Textile and
Textile products Industries at Central Java Province in 2005-2011. Final Project.
Economic Develeopment Departement. Faculty of Economics.State University of
Semarang. Advisor. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si.Co. Advisor. Fafurida, SE., M.Sc.
Keywords: DEA, Economic Efficiency, Input Costs, Output Value, Textile
and Textile Products Industry.

The Industry of textiles and textile products (TTP) is one of the bases of
economic activity in Central Java. Problems that occur in the textile industry in
Central Java is a change in the input industries such as energy and labor costs, and
restructuring the engine that should provide the possibility of inefficiency of the
textile industry. The purpose of research is to measure the level of economic
efficiency in the sector and the overall textile industry in Central Java.
The data used are secondary data published by BPS and other sources that
have relevance. The object of this study is the 17 sub-sectors that are scattered in
the upstream-downstream processing of textile and clothing industry in Central
Java in the period 2005-2011. This study focuses on measuring the level of
achievement of technical and allocative efficiency which will then be generated
economic efficiency in the textile industry. The analytical method used is Data
Envelopment Analysis assuming Variable Return to Scale. The variables used in
the study is comprised of an input variable costs and the price of labor, raw
materials, and energy; and output variables derived from the value and price of
goods produced.
In this study it was found that the overall and sectoral in textile industry is
not currently on the achievement of optimum technical and economic efficiency.
The achievement of allocative efficiency in the industry has reached its optimum
level. Throughout the years 2005-2011 there were 3 (three) sub-sectors with the
highest frequency that is below the average performance of the textile industry
efficiency are 17121, 17122, and 17124.
Based on this study suggested that the industry adjust input costs and
increased output partially and simultaneously. There need for synergy between
government and industry to improve performance efficiency.

vii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas kuasa dan kasih sayang-Nya telah

melimpahkan karunia dan petunjuk tak terhingga kepada makhluk-Nya, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Efisiensi Ekonomi Industri

Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011”. Penulisan

skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program S-1 Ekonomi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan

tanpa terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

Fakultas Ekonomi.

3. Lesta Karolina Br. S., SE., M.Si. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

dorongan untuk segera meyelesaikan studi.

4. Prof. Dr. Sucihatiningsih D. W. P., M.Si., sebagai Penguji yang telah

memberikan saran dan koreksi agar lebih sempurnanya skripsi ini.

viii
5. Dr. P.Eko Prasetyo, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan

segala kebaikan hati telah membimbing dan memberikan arahan dalam

penulisan skripsi ini.

6. Fafurida, SE., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan penulisan

skripsi ini.

7. Shanty Oktavilia, SE., M.S.i dan Karsinah, SE., M.Si. yang telah bersedia

memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat untuk penulisan

skripsi ini.

Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Jika terdapat kritik yang

bersifat membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini akan penulis terima.

Akhir kata semoga skripsi ini memberikan khasanah pengetahuan bagi para

pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, 8Januari 2015

Penyusun

ix
DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing....................................................................................... i
Pengesahan Kelulusan ........................................................................................... ii
Pernyataan iii
Motto Dan Persembahan .....................................................................................iv
Sari ........................................................................................................................ v
Abstract ................................................................................................................. vi
Prakata ................................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................ ix
Daftar Tabel Dan Gambar ..................................................................................... xii
Daftar Grafik ......................................................................................................... xiii
DaftarLampiran ..................................................................................................... xiv
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................... 8
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Industri Tekstil Dan Produk Tekstil ....................................................... 10
2.2 Biaya Dalam Jangka Panjang Dan Efisiensi Produksi ........................... 13
2.2.1 Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang:
Skala Produksi Ekonomis Dan Disekonomis ......................................... 13
2.2.2 Efisiensi Produksi .......................................................................... 14
2.3 Pengukuran Efisiensi Dengan Data Envelopment Analysis .................. 17
2.3.1 Model Constant Return To Scale (CRS)........................................ 19
2.3.2 Model Variable Return To Scale (VRS) ........................................ 19
2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19

x
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 23
Bab III Metode Penelitian
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 26
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 28
3.2.1 Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik .......................................... 29
3.2.1.1 Variabel Input ......................................................................... 29
3.2.1.2 Variabel Output ...................................................................... 30
3.2.2 Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif ........................................ 30
3.2.2.1 Variabel Harga Input .............................................................. 30
3.2.2.2 Variabel Harga Output ........................................................... 31
3.3 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 31
3.4Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 31
3.5.Metode Analisis Data ............................................................................. 32
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah. ......................................................... 36
4.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja. ............................................................. 36
4.1.2 Tingkat Pertumbuhan Dan Profit Industri...................................... 39
4.2 Perhitungan Efisiensi ............................................................................. 43
4.2.1 Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah .. 43
4.2.2 Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Keseluruhan
................................................................................................................. 47
4.2.3 Usaha Perbaikan Capian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah..................................................................................................... 50

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 55
5.2. Saran ...................................................................................................55

xi
Daftar Pustaka .....................................................................................................57
Lampiran .............................................................................................................60

xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Jenis Minyak


Solar Non Subsidi Dalam Negeri 2005-2010 ......................................... 5
Tabel 1.2.Determinan Daya Saing .......................................................................... 6
Tabel 2.1 Profil Industri TPT Indonesia ................................................................. 11
Tabel2.2 Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Berdasarkan
Kepemilikan Modal .................................................................................. 12
Tabel 2.3 Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah ............................ 60
Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah .............. 35
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga Konstan,
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ............................................... 40
Tabel 4.2 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis Industri Tekstil Dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 44
Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif Industri Tekstil Dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 46
Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok .................................... 65
Tabel 4.5.Tingkat Capaian Efisiensi Teknis Dan Ekonomi Subsektor
Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011 ........................ 51
Gambar 1.1 Koridor Ekonomi Jawa Dalam Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ..................... 2
Gambar 2.1 Pohon Industri TPT ............................................................................. 11
Gambar2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1.Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah


Tahun 2005-2011 ..................................................................................3
Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri TPT Jawa Tengah
Tahun 2005-2011 ..................................................................................4
Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis ........................................................................14
Grafik 2.2. Representasi Efisiensi ..............................................................................16
Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan
Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar ................................................................23
Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ...............................................................25
Grafik 3.1. Rasio Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja, Biaya Input Produksi
Dan Nilai Hasil Produksi Industri TPT Dan 17 Subsektor Objek
Penelitian ...................................................................................................27
Grafik 4.1.Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ..................................................37
Grafik 4.2.Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi
Jawa Tengah 2005-2011 ............................................................................38
Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa
Tengah Tahun 2005-2011..........................................................................42
Grafik 4.4 Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomis Industri TPT
Provinsi Jawa Tengah 2005-2011..............................................................48
Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi
Jawa Tengah tahun 1995-2011 ..................................................................49

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri Tpt Jawa Tengah ................ 60


2. Lampiran 2. Subsektor Yang Menjadi Objek Penelitian ............................... 62
3. Lampiran 3.Tingkat Keuntungan Sektor Industri Tpt Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005 – 2011 ........................................................................... 63
4. Lampiran 4.Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan
Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral. .................................................... 64
5. Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan
Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 ........................................................................................ 65
6. Lampiran 76hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan Dea ............. 66
Lampiran 6.1 Tahun 2005............................................................................ 66
Lampiran 6.2 Tahun 2006............................................................................ 68
Lampiran 6.3 Tahun 2007............................................................................ 70
Lampiran 6.4 Tahun 2008............................................................................ 71
Lampiran 6.5 Tahun 2009............................................................................ 73
Lampiran 6.6 Tahun 2010............................................................................ 75
Lampiran 6.7 Tahun 2011............................................................................ 77
7. Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan Dea .......... 78
Lampiran 7.1 Tahun 2005............................................................................ 78
Lampiran 7.2 Tahun 2006............................................................................ 82
Lampiran 7.3 Tahun 2007............................................................................ 86
Lampiran 7.4 Tahun 2008............................................................................ 90
Lampiran 7.5 Tahun 2009............................................................................ 95
Lampiran 7.6 Tahun 2010............................................................................ 100
Lampiran 7.7 Tahun 2011............................................................................ 105
8. Lampiran 8. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi
Teknis ............................................................................................................. 110

9. Lampiran 9. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi


Alokatif .......................................................................................................... 114
Lampiran 9.1 Tahun 2005............................................................................ 114
Lampiran 9.2 Tahun 2006............................................................................ 118

xv
Lampiran 9.3 Tahun 2007............................................................................ 122
Lampiran 9.4 Tahun 2008............................................................................ 127
Lampiran 9.5 Tahun 2009............................................................................ 131
Lampiran 9.6 Tahun 2010............................................................................ 135
Lampiran 9.7 Tahun 2011 ........................................................................... 139

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengahmelalui Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, meletakkan

sektor industri pengolahan sebagai salah satu penopang perekonomian daerah

dengan cara menjadikan basis aktivitas ekonomi sehingga memiliki daya saing

global, menjadi motor penggerak perekonomian sekaligus mendorong

peningkatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan.

Sedangkan dalam Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2008-2013dijelaskan bahwa pembangunan industri di Jawa Tengah

yang berlandaskan pada kebijakan industri nasional maka terdapat kebijakan

mengenai penguatan klaster industri dengan pendekatan “Kompetensi Inti Industri

Daerah”. Apabila melihat dari pendekatan tersebut, maka terdapat beberapa

kelompok industri yang menjadi kompetensi inti daerah di Jawa Tengah, antara

lain: industri tekstil dan produk teksil, industri mebel, industri makanan ringan,

industri perlogaman, industri komponen otomotif, serta industri hasil tembakau

(rokok).

Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam Koridor Ekonomi Jawa yang

memiliki fungsi sebagai penggerak sektor industri dan jasa nasional (lihat gambar

1
2

1.1). Provinsi ini ditunjuk sebagai penggerak industri makanan dan minuman serta

tekstil dan produk tekstil. Diharapkan pada provinsi akan mampu mencapai tiga

tujuan besar MP3EI yaitu peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai

produksi dan distribusi dari pengelolaan setiap potensi yang ada; mendorong agar

terwujudnya efisiensi produksi dan pemasaran serta adanya integrasi pasar

domestik; dan penguatan sistem inovasi nasional agar mendorong daya saing

sehingga terwujudnya innovation-driven economy.

Gambar 1.1. Koridor Ekonomi Jawa dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025 (2011:74).

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penting karena industri ini

merupakan penyedia salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan


3

sandang.Industri TPT dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah mempunyai

kinerja yang cukup baik, hal ini telihat dari konsentrasi ekspor provinsi ini yang

meletakkan industri TPT sebagai konsentrasi ekspor utama (Rejekiningsih,

2012:117).

Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri TPT Jawa

Tengah. Dalam persaingan global, adanya pencabutan sistem kuota ekspor dan

terdapat penyesuaian terhadap General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan

mengahasilkan Agreement on Textile and Clothing (ATC) yang mulai dilaksanakan

pada tanggal 1 Januari 2005. Permasalahan ini apabila dapat ditangani dengan baik

menurut Hermawan (2011), akan berdampak positif bagi perkembangan industri TPT

melalui perdagangan yang lebih adil dan menandai era baru perdagangan TPT dunia.

Sistem kuota TPT yang bersifat diskriminasi dihapuskan dan market share TPT

semakin besar melalui persaingan global, serta peluang pengembangan industri TPT

akan semakin besar.

1200
Jumlah Perusahaan

1000
800
600
400
200
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri Tekstil 441 822 682 554 645 641 585
Industri Pakaian Jadi 428 961 811 815 608 502 515

Grafik 1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Tahun
2005-2011
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun
terbitan, diolah.
4

Permasalahan lainnya adalah pada persaingan antar perusahaan dalam

industri TPT di Provinsi Jawa Tengah sendiri. Terlihat dalam grafik 1.1 yang

menggambarkan perkembangan jumlah perusahaan yang ikut dalam persaingan di

industri ini cenderung menurun. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus

menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian jadi.

Dengan tren penurunan ini dikhawatirkan akan menggangu tingkat capaian

efisiensi produksi yang dibutuhkan dalam persaingan global.

19,376,177

16,455,373
10,704,272 11,843,268
7,661,700
7,495,742 24,112,809
10,066,684 10,780,705
7,332,115
8,801,986
7,580,582 11,127,709 12,420,845 8,656,942
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri Tekstil Industri Pakaian Jadi Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri Tekstil dan Produk
Tekstil Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (Rupiah per Tenaga Kerja)
Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun, diolah.

Selain itu terdapat masalah lainnya yang mengganggu jalannya produksi di

industri TPT yaitu adanya perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) non

subsidi khusus industri sejak tahun 2005 hingga 2011 (lihat tabel 1.1), serta

adanya peningkatan biaya per tenaga kerja (lihat grafik 1.2). Perkembangan biaya

per tenaga kerja dalam industri TPT Jawa Tengah dalam periode 2005 – 2011

mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat, ditambah fluktuatifnya harga bahan

bakar minyak untuk jenis solar non-subsidi. Kenaikan harga tenaga kerja dan
5

BBM akan memberikan dampak pada semakin besar biaya produksi pada industrti

ini.

Tabel 1.1.
Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Minyak Solar
Nonsubsidi Dalam Negeri 2005-2010
No Tahun M.Solar/Bio
Solar(Rp. /Liter)
1 2005 3.979
2 2006 5.566
3 2007 5.917
4 2008 8.622
5 2009 4.383
6 2010 5.800
7 2011 8.675
Sumber: http://www.esdm.go.id dan Milis Yahoo Group Forum Komunika
Pekerja Tambang Indonesia, 2011.
Catatan:Harga yang dicantumkan merupakan perkembangan harga BBM non
subsidi industri di Unit Operasional Pemasaran (UPms) Wilayah IV ex. Instalasi
Semarang.

Peluang untuk memperkuat posisi industrti TPT agar dapat bersaing secara

global dan mencapai tujuan besar MP3EI terletak pada memperbaiki daya

saingnya. Tetapi melihat permasalahan lainnya berupa terdapat peningkatan biaya

produksi akan menjadi faktor penghambat perbaikan daya saing dari industrti ini.

Terkait perbaikan daya saing kita dapat melihat determinan daya saing.

Menurut Kadosca dalam Nur Efendi (2012) secara garis besar terdapat dua faktor

yang mempengaruhi dari daya saing yaitu faktor internal dan faktor eksternal

(tabel 1.2). Dalam pembentuk daya saing dari dalam industri (internal) terdapat

efisiensi biaya (cost-efficiency) yang harus terpenuhi oleh setiap perusahaan dalam

industri. Perhatian pada efisiensi dikarenakan pencapaian efisiensi menjadi salah satu

tujuan dari MP3EI dan dapat menjadi celah keluar dari permasalahan tren

peningkatan biaya produksi.


6

Kondisi efisien merupakan cara bagi industri, perusahaan dalam lingkup mikro,

untuk bertahan dalam struktur persaingan bisnis. Kondisi efisien adalah kondisi

dimana perusahaan mampu mengendalikan biaya inputnya untuk menghasilkan

output yang optimal dan maksimisasi keuntungan. Tujuan perusahaan yang baik

dalam mencari keuntungan adalah melalui efisiensi (Prasetyo, 2010:23).

Tabel 1.2.
Determinan Daya Saing
Faktor Esternal Faktor Internal
Employment Marketing
Productivity Innovation
Capital supply opportunities Productivity
Globalisation Knowledge-based development
EU Capital supply
Business relations Management, organisation,
Alliances structure
Networks Cost-efficiency
Compliance
Sumber: Kadosca (2006) dalam Nur Efendi (2012)

Kondisi pencapaian tingkat efisiensi industri TPT di Jawa Tengah

berdasarkan hasil penelitian Atmanti (2004) menunjukkan sektor ini berada dalam

kondisi efisien sebelum dan setelah krisis tahun 1998. Hasil berbeda terlihat

bahwa secara rata-rata industri tekstil dan produk tekstil belum berada dalam

kondisi efisien dari tahun 2000 – 2005, kondisi ini terasa berat oleh pencapaian

pada sektor industri pakaian jadi yang belum mampu menyentuh nilai 100

(efisiensi optimum), hanya mampu bergerak dengan pencapaian rata-rata efisiensi

sebesar 51,36. Hal ini dikarenakan pengalokasian sumber daya dalam proses

produksi yang tidak tepat mengarah pada rendahnya pencapaian output sehingga

kinerja tidak maksimal (Tri Wahyu R, 2006:136).


7

Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu determinan

penentu daya saing industri yaitu tercapainya efisiensi industri. Selain itu,

penelitian mengenai efisiensi dilakukan karena masalah pokok dan penting dalam

ekonomi industri adalah masalah efisiensi industri (dalam hal penilaian dan

pengukuran kinerja) (Prasetyo, 2010:66).

Periode observasi dalam penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2005

hingga 2011 karena telah dimulainya penerapan Agreement on Textile and

Clothing (ATC) dan sepanjang tahun ini terjadi perubahan biaya perolehan input

industri TPT seperti harga bahan bakar minyak (BBM) dan biaya tenaga kerja

yang mengakibatkan beberapa perusahaan yang ada melakukan penyesuaian

faktor produksi lainnya. Dengan demikian, penelitian ini diberikan judul “Analisis

Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2011”.

1.2. Rumusan Masalah

Uraian pada subbab latar belakang masalah telah menjelaskan bagaimana

pentingnya peranan dari sektor industri TPT dalam rantai perekonomian Indonesia

pada umumnya dan Jawa Tengah khsusunya serta bagaimana dukungan

perencanaan pembangunan terhadap sektor industri ini.

Perbaikan dalam hal efisiensi dapat menjadi salah satu cara pendorong daya

saing industri terutama pada industri TPT. Berbagai perubahan pada input industri

TPT seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja memberikan peluang timbulnya

ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan, yang selanjutnya akan


8

mengurangi tingkat daya saing industri TPT. Apabila tetap dibiarkan akan

menenggelamkan industri TPT Jawa Tengah dan Indonesia secara lebih luas.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berangkat dari uraian pada

subbab Latar Belakang Masalah, antara lain:

a. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral industri

Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah?

b. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri Tekstil

dan Produk Tekstil di Jawa Tengah?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral

industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa

Tengah.

b. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri

Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka, penelitian ini memiliki kegunaan

secara praktis dan teoritis, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis:

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

bentukpengembangan Ilmu Ekonomi Industri dan memberikan peluang

untuk penelitian terapan lanjutan dalam bidang industri lainnya.


9

b. Kegunaan Praktis:

1) Memberikan saran kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam perumusan kebijakan

pengembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil terutama dalam

mendukung peningkatan efisiensi.

2) Memberikan saran kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi

Jawa Tengah dalam pengendalian input produksi sehingga dapat

membantu optimalisasi produksi industri Tekstil dan Produk Tekstil.


BAB II

TELAAH TEORI

2.1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Secara garis besar, industri TPT terbagi dalam 3 bagian (gambar 2.1), yaitu

sektor hulu, sektor antara (intermediate), dan sektor hilir.

1. Sektor Hulu: industri persiapan serat (17111), industri pemintalan benang

(17112).

2. Sektor Antara: Industri kain rajut (17301), industri pertenunan (17114),

industri pencetakan kain (17123)

3. Sektor Hilir: Industri pakaian jadi rajutan (17302), industri pakaian jadi

(18101 dan 18102).

Industri TPT dalam struktur kelembagaan di Indonesia dibawah

pembinaan Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian

Perindustrian Republik Indonesia dan masuk dalam 6 (enam) kelompok industri

prioritaspembangunan nasional. Oleh karena itu, maka ditetapkan strategi pokok

pembangunan industri TPT, antara lain: memperkuat keterkaitan pada semua

rantai nilai (value chain) dari industri, peningkatan nilai tambah dengan

membangun kompetensi inti, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan jenis

sumber daya yang digunakan dalam industri.

10
11

Gambar 2.1. Pohon Industri TPT


Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam Tim Kajian Pengembangan
Industri Tektil dan Produk Tekstil (2011: 44)
Subsektor industri TPT memiliki karakteristik yang berbeda-beda terlihat

dalam tabel 2.1 mengenai profil dari industri TPT di Indonesia dan tabel 2.2

mengenai kepemilikan modal industri TPT di Jawa Tengah. Dimana beberapa

subsektor menggunakan teknologi yang tinggi dan sebagian lainnya

menggunakan teknologi rendah. Pemasaran produk dari industri TPT masih

dikonsentrasikan pada ekspor dan investasi dari swasta nasional.

Tabel 2.1. Profil Industri TPT Indonesia


Sektor Jenis Produk Teknologi Pasar Produk Investasi
Serat alam, serat PMA: Jepang, India,
Serat Tinggi Domestik
buatan (sintetis) dan Austria
Domestik PMA: Jepang dan
Pemintalan Benang Tinggi
dan Ekspor India; PMDN
Domestik
Pertenunan Kain Rendah PMDN
dan Ekspor
PMDN dan PMA:
Garmen Pakaian Jadi Rendah Ekspor Korea Selatan dan
Hong Kong
Sumber: Departemen Perindustrian dalam Tjandraningsih dan Herawati
(2009:50).
12

Tabel 2.2. Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah


Berdasarkan Kepemilikan Modal
Pemerintah Pemerintah Swasta
Sektor Asing
Pusat Daerah Nasional
Serat - - 3 -
Pemintalan 2 - 19 -
Kain,
Pencetakan
- - 297 2
Kain, dan
Batik
Pertenunan - - 6 1
Tali - - 17 -
Kapuk - - 20 -
Garmen - 1 495 19
Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah Volume I (2011: 23)

Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 27 subsektor

pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir. Selama

tahun 2005-2011 terjadi fluktuasi jumlah subsektor yang disebabkan adanya

perubahan secara struktural industri. Penyesuaian pada golongan pokok KBLI

pada tahun 2010 yang menyebabkan terjadi perluasan subsektor menjadi 27

subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir.

Lebih lanjut jumlah perkembangan subsektor industri TPT Jawa Tengah dapat

dilihat pada tabel 2.3 (Lampiran 1).

Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tektil (2011:46)

memaparkan bahwa subsektor garmen memiliki barier to entry yang rendah hal

ini dikarenakan industri pakaian jadi tidak memerlukan pabrik dengan nilai

investasi yang besar, karena akitivitasnya lebih banyak bersifat assembling.

Akibatnya, siapapun bisa masuk ke industri ini meskipun belum memiliki


13

pengalaman yang cukup di industri. Ketika terjadi goncangan, subsektor garmen

menjadi sangat rentan.

2.2. Biaya Dalam Jangka Panjang dan Efisiensi Produksi

Input perusahaan dalam jangka panjang dapat diubah sehingga tidak

terdapat biaya tetap. Jangka panjang tidak hanya diartikan sebagai himpunan

beberapa jangka pendek. Jangka panjang sebaiknya diartikan sebagai masa

perencanaan (McEachern, 2001:77), hal ini karena pemilihan kombinasi input

yang fleksibel. Biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya variabel,

biaya rata-rata, dan biaya marginal. Biaya total jangka panjang adalah biaya

yang dikeluarkan untuk produksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel

(Ariyanti, 2008:76).

LTC = LVC ............. (2.6)

2.2.1. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang: Skala Produksi

Ekonomis dan Disekonomis

Bentuk kurva biaya rata-rata jangka panjang suatu perusahaan

bergantung bagaimana variasi biaya sesuai skala operasinya. Ketika suatu

penigkatan produksi pada perusahaan mengakibatkan adanya penurunan

biaya rata-rata maka perusahaan tersebut berada pada skala ekonomis.

Sebaliknya, bila peningkatan produksi mengakibatkan peningkatan pula

pada biaya rata-ratanya maka perusahaan tersebut berada pada skala

disekonomis.
14

Biaya SMC1 SMC2 SMC3


LMC
SMC4
SMC5
SAC1 SAC2 SAC3
SAC4 SAC5
LAC

SKALA SKALA DISEKONOMIS


*
Q Produksi
Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis (Ariyanti, 2008:78; Case dan Fair,
2007:227)

Grafik 2.1 menggambarkan biaya rata-rata dan biaya marjinal jangka

pendek dan jangka panjangyang membentuk skala ekonomis pada kuantitas

produksi tertentu. Kurva tersebut juga menggambarkan biaya rata-rata

minimum yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan atau industri di

beberapa periode jangka pendek.

Perusahaan akan berada pada titik efisiensi skala ekonomi pada saat

LAC berada pada tiitk terendah yaitu pada produksi Q*. Pada titik ini, biaya

marjinal jangka panjang atau LMC akan berpotongan dengan LAC sehingga

akan baik bagi perusahaan atau industri berproduksi pada saat tersebut.

Produksi Q* pun menjadi titik batas skala ekonomis, karena setelah

melewati titik ini, perusahaan atau industri akan mengalami peningkatan

biaya rata-rata produksi atas setiap pertambahan kuantitas produksi.

2.2.2. Efisiensi Produksi

Efisiensi merupakan penggunaan sumber daya ekonomi seefektif

mungkin sehingga akan menimbulkan rasa puas. Salah satu aspek terpenting
15

dalam efisiensi secara ekonomi adalah efisiensi produksi. Efisiensi ini terjadi

pada saat sebuah perekonomian tidak dapat melakukan kegiatan produksi

lebih dari satu barang (output) dengan tidak mengurangi barang lainnya

(Samuelson dan Nordhaus, 2005:13).

Menurut Al-Delaimi dan Al-Ani efisiensi (2006:136), dalam hal ini

efisiensi teknis, memiliki arti bahwa adanya kegiatan pemindahan input yang

berbentuk fisik seperti tenaga kerja dan modal menjadi hasil (output) pada

tingkat kinerja terbaik dimana tidak terdapat input yang terbuang dalam

kegiatan memproduksi sejumlah output. Technical Efficiency (TE)

merupakan representasi dari kombinasi minimum dari input yang dibutuhkan

untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu, dan itu menjadi ukuran

keberhasilan kinerja sebuah perusahaan dalam memproduksi jumlah

maksimum output dari input yang ada.

Model analisis organisasi industri pada bagian kinerja terdapat dua jenis

efisiensi, yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi teknikal. Al-Delaimi dan Al-

Ani (2006:136) menambahkan satu jenis efisiensi yaitu efisiensi biaya.

Dalam mendefinisikan efisiensi alokatif, Al-Delaimi dan Al-Ani

menekankan pada pemilihan input dalam tingkatan harga tertentu untuk

menghasilkan output dengan tingkatan tertentu pula dan dalam kondisi biaya

produksi rendah. Sedangkan konsep efisiensi biaya atau yang disebut juga

efisiensi ekonomis, suatu kondisi yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan

ketika mencari kombinasi input-input, yang membuat mereka dapat


16

memproduksi output pada saat biaya rendah. Efisiensi ekonomis ini adalah

gabungan antara efisiensi teknikal dan alokatif.

X2

N
A
M
L
E
I
A’
0 X1
Grafik 2.2. Representasi Grafik Efisiensi (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:137)

Grafik 2.2 mengilustrasikan bahwa terdapat dua faktor produksi X1 dan

X2 untuk memproduksi Y output yang dipresentasikan oleh kurva isoquant

(I), yang juga mempresentasikan seluruh kombinasi efisiensi teknis antara

dua faktor produksi untuk memproduksi output ditingkat yang sama. AA’

merupakan kurva isocost. Titik singgung E merupakan titik produksi yang

optimum dan juga titik equilibrium dari perusahaan, dimana Marginal Rate

of Technical Substitution (MRTS) antara X1 dan X2 sama dalam rasio harga,

dan perusahaan yang beroperasi pada kondisi tersebut akan memperoleh

efisiensi teknis dan ekonomis.

Perusahaan yang berada pada titik M memperoleh efisiensi teknis

karena ia berada pada perpotongan dengan kurva isoquant (I), tetapi

perusahaan ini tidak memperoleh efisiensi secara ekonomi. Sedangkan

perusahaan yang berada pada titik N tidak dalam keadaan efisien. Efisiensi

teknis dari perusahaan adalah OM/ON, sedangkan efisiensi alokatifnya

berada saat OL/OM. Sedangkan efisiensi ekonomis yang dapat diperoleh


17

oleh perusahaan adalah hasil kalkulasi dari OL/ON, yang dapat ditulis:

(OM/ON)*(OL/ON) (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:138).

Rubedo (2011:19-20) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam

penekanan orientasi pada setiap jenis efisiensi. Efisiensi teknis menekankan

orientasi pada output, efisiensi alokatif tujuan atau orientasi pada input,

sedangkan efisiensi ekonomi orientasi pada maksimisasi keuntungan.

Dalam penelitian ini, konsep efisiensi diklasifikasikan menjadi tiga

yaitu Efisiensi Teknik (ET), Efisiensi Alokatif (EA) dan Efisiensi Ekonomi

(EE). Hal ini sebagaimana tercantum pada penelitian Dipeolu dan Akinbode

(2008:25) dan Johansson (2005:2) yang mengadopsi konsep dari Farrel

(1957) tentang metodologi pengukuran efisiensi. Efisiensi Teknik (ET)

didefinisikan sebagai kemampuan untuk memproduksi pada batasan isokuan

atau biaya input terkecil, sedangkan Efisiensi Alokatif (EA) adalah suatu

kemampuan memproduksi pada output tingkatan tertentu dengan

menggunakan cara minimisasi rasio biaya input. Efisiensi Ekonomi (EE)

didefinisikan sebagai kapasitas sebuah perusahaan untuk memproduksi

sejumlah kuantitas output yang telah ditentukan pada saat biaya minimum

dengan tingkatan penggunaan teknologi tertentu.

2.3. Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis

Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat pengukuran efisiensi

relatif, yang mengukur inefisisensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit

lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Dalam analisis DEA

dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang


18

artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data

tertentu dan waktu tertentu (Hadad, dkk, 2003:14).

Terdapat beberapa manfaat dan keterbatasanpada pengukuran efisiensi

dengan DEA (Susilowati, dkk, 2004:2-3 dan Hadad, 2003:14):

1. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk

mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama.

2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi

untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.

3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat

efisiensinya.

Keterbatasan DEA:

1. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur

2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain

dalam tipe yang sama.

3. sangat rentan dengan adanya angka nol, negatif dan angka kecil yang

mendekati nol

4. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya CRS (Constant Return to

Scale).

5. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk ditafsirkan dalam

nilai ekonomi.

Dua model yang dapat digunakan dalam pengukuran efisiensi pada DEA, yaitu

model CRS (Constant Return to Scale) dan model VRS (Variable Return to

Scale).
19

2.3.1. Model Constant Return to Scale (CRS)

Model ini di kembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan

Rhodes (CCR) pada tahun 1978 (Fadholi, 2011:32; Safeedparri, dkk,

2013:3). Model ini menggunakan pendekatan input dengan asumsi rasio

antara pertambahan input dan output adalah sama sehingga jika input

ditambah sebesar n kali, maka ouput akan bertamabah sebesar n kali.

Dengan tambahan asumsi setiap unit kegiatan ekonomi telah beroperasi

pada skala yang optimal (Yulianto (2005) dalam Fadholi, 2011:33).

2.3.2. Model Variable Return to Scale (VRS)

Model VRS dikembangkan oleh R.D.Banker, A. Charnes, dan E.

Rhodes pada tahun 1984 yang tercantum pada jurnal Managemenet Science

Vol. 30. Model ini memperbolehkan setiap unit yang memiliki input rendah

dalam kondisi increasing return to scale sementara unit lain yang memiliki

input lebih tinggi terjadi decreasing return to scale (Safeedparri, dkk.,

2013:3). Dengan kata lain kondisi unit dalam model tidak terdapat rasio

yang sama antara input dan outputnya. Sehingga setiap pertambahan input

sebesar n kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar n kali

bahkan bisa lebih kecil atau lebih besar dari n kali (Fadholi, 2011:33).

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang efisiensi pada sektor industri TPT dilakukan oleh

Adanacioglu dan Olgun (2011). Penelitian ini mengambil observasi pada

industri TPT pada subsektor Pemisahan Kapas di wilayah Aegean, Turki.

Penelitian ini selain melihat pada efisiensi industri juga pada tingkat
20

profitabilitasnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 perusahaan yang termasuk

dalam industri pemisahan kapas dan berada pada wilayah Aegean dan pemilihan

perusahaan ini didasarkan pada intensitas kapasitas dan kerja. Analisis dilakukan

menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dan Variable

Return to Scale, dan variabel input terdiri dari biaya bahan baku, tenga kerja,

dan biaya lainnya. Sedangkan pada variabel output, penelitian ini menggunakan

variabel nilai produksi.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, belum optimalnya

penggunaan kapasitas produksi yang menjadi penyebab utama turunnya

produksi kapas Turki beberapa tahun sebelumnya, selain itu, kombinasi biaya

input mempengaruhi pada industri ini dan perlunya restrukturisasi mesin dan

pembaharuan teknologi. Kemudian, penghambat dari efisiensi pada industri ini

adalah peningkatan terhadap pengenaan VAT (Value Added Tax) yang dilakukan

oleh pemerintah Turki. Penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan sangat

penting untuk membentuk efisiensi secara teknis dan ekonomi pada industri ini.

Penelitian ini didasarkan kepada saran penelitian lanjutan dari penelitian

yang telah dilakukan oleh Hastarini Dwi Atmanti (2004) dimana dalam salah

satu agenda penelitian lanjutan diharapakan dapat melakukan penelitian yang

lebih spesifik pada satu industri manufaktur. Penelitian yang dilakukan Hastarini

Dwi Atmanti (2004) bertujuan untuk menganalisa efisiensi industri manufaktur

menengah dan besar di Jawa Tengah (ISIC 31-39) dan menganalisa keunggulan

kompetitif di Jawa Tengah sebelum dan sesudah krisis 1998 dengan periode

observasi tahun 1995-2000.


21

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output (value

added, nilai barang yang dihasilkan, jasa industri untuk output, keuntungan

penjualan barang, penerimaan lainnya) dan input (bahan baku, tenaga kerja,

bahan bakar dan listrik yang digunakan, barang lainnya di luar bahan baku, jasa

industri untuk input, sewa gedung dan alat-alat, jasa non industri). Analisis

efisiensi menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dihasilkan

bahwa seluruh industri manufaktur yang menjadi objek penelitian dalam kondisi

efisien, dan beberapa industri (KLUI 31, KLUI 32, KLUI 35, serta KLUI 39)

menjadi keunggulan kompetitif Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan

oleh Tri Wahyu R. (2006) terhadap sektor industri manufaktur di Jawa Tengah

periode tahun 2000-2005, sektor industri manufaktur Jawa Tengah belum dapat

dikatakan dalam kondisi efisien dan industri Pakaian Jadi (KBLI 18), yang

menjadi bagian dari industri TPT, dalam kurun waktu tahun 2000-2005 tidak

pernah berada pada kondisi efisien. Penelitian ini menggunakan asumsi Variable

Return to Scale dan alat analisis DEA versi Warwick.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output dan

input. Variabel output antara lain: barang yang dihasilkan, tenga listrik yang

dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi

danpenerimaan lain. Sedangkan variabel input terdiri dari bahan baku, bahan

bakar, barang lainnya diluar bahan baku/bahan penolong, jasa industri, sewa

gedung dan biaya jasa non industri.


22

Fadholi (2011) melakukan penelitian pada efisiensi industri TPT di

Indonesia pada periode 2001-2005. Dengan menggunakan metode DEA dan

model Variable Return to Scale (VRS) dan orientasi input. Variabel dalam

penelitian ini adalah variabel input (biaya bahan bakar, tenaga kerja, tenaga

listrik, bahan baku, dan modal) dan Variabel output (nilai output dan value

added). Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar dari subsektor industri

TPT telah efisien, namun terdapat beberapa subsektor yang masih dalam kondisi

inefsiensi pada variabel input bahan bakar, tenaga listrik, dan modal.

Penelitian lainnya yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah metode

penelitian yang dilakukan oleh Al-Delaimi dan Al-Ani (2006) yaitu menekankan

pada analisis efisiensi biaya (ekonomi). Penelitian yang dilakukan terhadap 24

Bank Syariah ini menghasilkan bahwa sebagian besar bank dalam keadaan

efisien dan selalu meningkatkan efisiensinya. Menggunakan variabel input

(modal, cadangan modal, dan simpanan dana pihak ketiga) dan variabel output

(pengambilan produk investasi dan aset bank) dengan model penelitian Constant

Return to Scale yang diadopsi dari Charnes, Cooper, dan Rhodes.

Penelitian ini merupakan pengembangan dan kombinasi dari penelitian

terdahulu yang telah dicantumkan. Penelitian ini akan menekankan pada

pengukuran efisiensi biaya ekonomi yang objek penelitian pada sektor industri

manufaktur yang dispesifikasikan pada subsektor industri TPT (KBLI 2005 kode

industri 17 dan 18; KBLI 2010 kode industri 13 dan 14) dengan menggunakan

alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi Variable Return
23

to Scalesehingga semua unit kegiatan ekonomi yang akan diukur akan

menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output.

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis

Industri TPT menjadi salah satu sektor penting dalam struktur

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah menjadi

salah satu provinsi kunci sebagai basis percepatan pembangunan industri TPT

yang tercantum dalam perencanaan pembangunan Indonesia melalui MP3EI.

Dengan tujuan persaingan global, daya saing industri terus menerus ditingkatkan,

salah satunya dengan menjadikan kondisi efisien di setiap subsektor industri ini.

Kondisi Dasar
Sisi Permintaan Sisi
Penawaran
Elastisitas Bahan baku
Pertumbuhan industrti Teknologi

Struktur Pasar
Ukuran perusahaan integrasi horizontal dan vertikal
Kondisi biaya konglomerasi
Entry barier organisasi buruh

Perilaku Pasar
Strategi harga Advertasi
Kolusi Penelitian dan inovasi

Kinerja Pasar
Pola harga dan keuntungan Perkembangan Teknologi
Efisiensi Kesempatan kerja

Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan Struktur-


Perilaku-Kinerja Pasar
Sumber: Scherer (1973) dalam Nurimansjah Hasibuan (1993:8) dan William G.
Shepherd (1990) dalam P. Eko Prasetyo (2010: 27).
24

Model analisis organisasi industri yang tergambar pada

grafik2.3menyatakan bahwa kondisi dasar bagi industri baik dari sisi penawaran

dan permintaan akan mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja dari suatu

industri. Setiap perubahan pada kondisi dasar akan mempengaruhi struktur

industri yaitu kondisi biaya produksi dan jumlah perusahaan yang bersaing. Hal

ini di sebabkan kondisi faktor produksi yang akan digunakan dalam kegiatan

produksi, apabila langka dan terjadi kenaikan harga akan berpengaruh pada

kondisi biaya input (faktor produksi) yang tinggi, dan tidak setiap perusahaan

dalam suatu industri mampu memenuhi input dengan kondisi biaya produksi

tinggi, selanjutnya akan menjatuhkan perusahaan-perusahaan yang kurang dalam

faktor produksi lainnya yaitu modal.

Berkurangnya perusahaan dalam suatu industri dapat diindikasikan semakin

terkonsentrasinya persaingan dalam industri, yang menyebabkan persaingan

kurang sehat. Sedangkan pengaruh bagi kinerja industri sendiri adalah bila

industri semakin terkonsentrasi, maka menimbulkan inefisiensi perusahaan

dalam industri (Prasetyo, 2010:23).

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah didasarkan pada ditunjuknya

Provinsi Jawa tengah sebagai salah satu pemegang peran dalam percepatan

pembangunan industri TPT di Indonesia. Pengamatan pada perkembangan

tingkat keuntungan dari industri TPT dan tingkat penyerapan tenaga kerja

sebagai suatu aspek perhatian perkembangan industri karena MP3EI memiliki

tujuan adanya perluasan nilai tambah dari setiap sektor penggerak

perekonomian.
25

Perkembangan Tingkat
Provinsi Jawa Tengah Sebagai Keuntungan Industri; dan Tingkat
Salah Satu Pusat Percepatan Penyerapan Tenaga Kerja;
Industri TPT Indonesia dalam
MP3EI

Perubahan Struktur Industri


TPT pada sisi Biaya Energi,
Kinerja Industri TPT Biaya Tenaga Kerja, Perubahan
Jumlah Perusahaan Dalam
Industri.

Efisiens Efisien
i Teknis si

Efisiensi
Ekonomi

Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perubahan kondisi dasar industri TPT dalam hal ketersediaan energi

mengakibatkan adanya perubahan struktur industri TPT dimana biaya produksi

mengalami penyesusaian, dan jumlah perusahaan dalam industri ini cenderung

mengalami penurunan dan berdampak pada persaingan dalam industri TPT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi efisiensi ekonomi dari setiap

subsektor pada industri TPT di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil dari

perhitungan efisiensi teknis dan alokatifnya (grafik 2.4).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian yang

didasar pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode tertentu.

Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi dari industri TPT dan

subsektornya (KBLI 2005 17 dan 18; KBLI 2010 13 dan 14) di provinsi Jawa

Tengah periode 2005-2011.

Industri TPT yang menjadi objek penelitian adalah industri yang termasuk

dalam industri besar dan sedang. Industri besar diklasifikasi sebagai setiap

perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara pada industri

sedang, setiap perusahaan yang mempekerjakan antara 20-99 orang.Dipilih 17

subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian, tercantum pada tabel

(lampiran 3). Pemilihan 17 subsektor dinilai representatif karena memiliki

proporsi > 80% dari total tenaga kerja, biaya input dan nilai hasil produksi pada

industri TPT Jawa Tengah (lihat grafik 3.1). Pemilihan objek penelitian

disesuaikan dengan perubahan kode klasifikasi ditahun 2005 dan 2010 tanpa

mengurangi tujuan penelitian.

26
27

1,000,000
900,000
800,000
700,000

Orang
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri TPT 191,581 438,456 236,013 231,293 223,211 222,245 235,583
17 Subsektor Penelitian 182,288 423,652 219,887 225,114 215,542 215,513 210,364

i) Grafik perbandingan jumlah tenaga kerja pada 17 Subsektor Objek


Penelitian terhadap industri TPT

Rasio Biaya Input Rasio Nilai Hasil Produksi

97 98 91 97 98
88 78

97 98 91 88 97 99 89

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


ii) Grafik rasio perbandingan biaya input dan nilai hasil produksipada
17 Subsektor Objek Penelitian terhadap industri TPT (persen)

Grafik 3.1. Rasio perbandingan jumlah tenaga kerja, biaya input produksi
dan nilai hasil produksi industri TPT dan 17 subsektor objek
penelitian.
Sumber: Statistik indutstri Besar dan Sedang Jawa Tengah 2005-2011
Volumte I, diolah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Data

Envelopment Analysis untuk mengukur dan mengidentifikasi tingkat efisiensi di

setiap subsektor industri TPT Jawa Tengah. Penelitian akan menggunakan alat

bantu perangkat lunak Aplikasi Data Envelopment Analysis yang dikembangkan

oleh University of Warwick versi 1.03.


28

Pengukuran tingkat efisiensi akan dimulai dengan pengukuran terhadap

kondisi tingkat efisiensi teknik dengan menggunakan variabel input dan output.

Langkah selanjutnya akan dilakukan pengukuran tingkat efisiensi alokatif

dengan menggunakan variabel harga dari input dan output. Tahap terakhir

adalah melakukan perhitungan nilai efisiensi teknik dan efisiensi alokatif dengan

cara mengkalikan nilai keduanya disetiap objek penelitian sehingga di dapat

nilai efisiensi ekonomi untuk objek penelitian.

Pada tahap pembahasan dan analisis, akan dilakukan analisis secara

makroekonomi dalam gambaran umum industri TPT dalam perekonomian

Provinsi Jawa Tengah atas implementasi perencanaan pembangunan nasional

dan daerah yang meliputi analisis terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor

industri Tekstil dan Produk Tekstil dan analisis mengenai perkembangan tingkat

keuntungan pertumbuhan industri TPT. Kemudian akan dilanjutkan dengan

pembahasan terhadap hasil pengolahan data yang menunjukkan tingkat efisiensi

teknis, alokatif dan ekonomi objek penelitian.

3.2. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dinilai representatif

terhadap kondisi dari objek penelitian. Pengukuran efisiensi teknik

membutuhkan variabel input dan output, kriteria nilai input dan output yang

dijadikan sebagai variabel dari penelitian secara keseluruhan memiliki proporsi

sebesar ≥ 80% (persen) dari total input dan nilai output produksi. Penelitian

menggunakan variabel input yang terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bahan

baku dan penolong, dan biaya energi (bahan bakar, tenaga listrik dan gas).
29

Sedangkan variabel output yang digunakan adalah nilai dari barang yang

dihasilkan. Pengukuran efisiensi alokatif digunakan variabel harga input (harga

tenaga kerja, harga bahan baku dan penolong, dan harga energi) dan variabel

harga output (harga barang yang dihasilkan).

3.2.1. Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik

3.2.1.1. Variabel Input

a) Biaya Tenaga Kerja

Berdasarkan Statistik Industri Besar dan Sedang yang diterbitkan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah biaya tenaga

kerja adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh suatu industri

kepada seluruh tenaga kerja yang terdiri dari biaya gaji atau upah, upah

lembur, hadiah atau bonus, iuran dana pensiun, tunjangan sosial, dan

asuransi kecelakaan dalam nilai satuan Rupiah.

b) Biaya Bahan Baku dan Penolong

Biaya bahan baku dan penolong merupakan pengeluaran oleh setiap

perusahaan yang terdapat pada industri untuk memperoleh input berupa

bahan baku dalam proses produksi. Dalam penelitian ini biaya bahan

baku dan penolong adalah jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh

seluruh perusahaan yang ada pada tiap subsektor industri TPT untuk

mendapatkan bahan baku dalam satuan Rupiah.


30

c) Biaya Energi

Biaya energi pada penelitian ini adalah jumlah pengeluaran seluruh

perusahaan yang terdapat pada subsektor industri TPT untuk

mendapatkan bahan bakar dan tenaga listrik dalam satuan Rupiah.

3.2.1.2. Variabel Output

Variabel output dalam penelitian ini adalah nilai barang yang

dihasilkan, yaitu jumlah barang yang diproduksi oleh seluruh perusahaan

dalam subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah.

3.2.2. Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif

3.2.2.1. Variabel Harga Input

a) Harga Tenaga Kerja

Penentuan harga tenaga kerja berdasarkan jumlah pengeluaran untuk

tenga kerja dibagi jumlah tenaga kerja yang terdapat disetiap subsektor

industri TPT dalam satuan Rupiah.

b) Harga Bahan Baku dan Penolong

Penentuan harga bahan baku dan penolong didasarkan pada jumlah

pengeluaran untuk bahan baku dan penolong kemudian dibagi dengan

kuantitas setiap bahan baku dan penolong yang digunakan di tiap

subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah.

Penentuan bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam

perhitungan efisiensi pada penelitian ini didasarkan pada:

1.Besarnya nilai atau dana yang dikeluarkan oleh industri untuk

memperolehnya
31

2.Besarnya kuantitas penggunaan bahan baku

3.Asal perolehan bahan baku (impor atau produk domestik)

c) Harga Energi

Penentuan harga energi dalam penelitian ini didasarkan biaya energi

dibagi dengan jumlah penggunaan energi (BBM dan tenaga listrik),

dimana penggunaan tenaga listrik diasumsikan setiap perusahaan pada

industri TPT menggunakan tingkat daya listrik yang sama, dalam satuan

Rupiah per KWh dan Rupiah per liter solar industri untuk variabel input

bahan bakar.

3.2.2.2. Variabel Harga Output

Harga output didasarkan pada besarnya nilai dan kuantitas produksi.

Perhitungan harga output ialah jumlah nilai produksi dibagi dengan

kuantitas produk industri TPT dalam satuan Rupiah.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari industri TPT yang

terklasifikasikan sebagai industri besar dan sedang. Data dikumpulkan

beradasarkan variabel penelitian sehingga akan terdapat kesesuaian dengan

tujuan penelitian. Data bersumber dari Statistika Industri Besar dan Sedang

Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun 2011

yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

3.4. Mettode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi atau studi pustaka melalui pencarian data yang sesuai dengan
32

variabel penelitian. Menurut Arikunto (2002) dalam Fadholi (2011:43) metode

dokumentasi yaitu mencaridata mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, parasasti, notulen, rapat, lengger,

agenda dan sebagainya. Implementasi dari metode dokumentasi pada penelitian

ini adalah dengan pengumpulan data dari buku Statistik Industri Besar dan

Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun

yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), serta bebagai literatur lainnya

berupa jurnal penelitian maupun publikasi lainnya.

Analisis efisiensi teknis menggunakan data kinerja dari subsektor industri

TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi. Analisis efisiensi

alokatif, pemilihan data berdasarkan variabel penelitian, yaitu 1-5 biaya input

bahan baku dan penolong terbesar berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dan

syarat lainnya sebagaimana tercantum dalam metode penentuan variabel harga

input bahan baku, penggunaan bahan bakar jenis solar khusus industri dan

tenaga listrik yang dibeli, serta 1-5 nilai dan kuantitas barang yang diproduksi

terbesar berdasarkannilai barang dari tiap subsektor industri TPT yang menjadi

objek penelitian sepanjang tahun observasi dengan memperhatikan persyaratan

data dalam analisis menggunakan DEA.

3.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan menganalisa kinerja industri TPT Provinsi Jawa

tengah dengan penekanan pada analisis tingkat efisiensi ekonomi. Pengukuran

efisiensi dipilih menggunakan teknik analisis DEA karena teknik ini dapat

mengevaluasi efisiensi pada suatu industri yang telah ditentukan dan melakukan
33

perbandingan terhadap industri yang memiliki kinerja terbaik (Coelli, Rao, et.al

(1998) dalam Jayamaha dan Mula, 2011:456). Lebih lanjut Jayamaha dan Mula

(2011:456) dengan menyadur dari Fried, Lovell dan Schmidt (2002) bahwa DEA

merupakan metode yang tepat untuk mengukur efisiensi relatif dari beragam unit

kegiatan ekonomi dengan melingkupi seluruh elemen dari input dan output.

Cara kerja dari DEA adalah menentukan rasio tertimbang dari input dan

output setiap unit. Penentuan bobot tertimbang akan menjadi suatu permasalahan

penting dalam pengukuran efisiensi, DEA memberikan kesempatan kepada tiap

unit kegiatan ekonomi untuk menentukan pembobotnya masing-masing

(Samsubar Saleh (2000) dalam Tri Wahyu R, 2006:134). Setiap unit kegiatan

ekonomi akan memiliki bobot yang akan memaksimumkan rasio efisiensinya

(maximize total weighted output/total weighted input) (Fadholi, 2011:44). Nilai

dari hasil pengukuran efisiensi melalui DEA adalah 0 (nol) sampai dengan 1

(satu) dengan pengertian bahwa bila hasil pengukuran sama dengan 1 (satu)

maka subsektor industri tersebut dinilai telah efisien, begitu pula sebaliknya bila

hasil pengukuran dibawah 1 (satu) maka subsektor industri dinilai belum

mencapai kondisi efisien. Pengukuran efiensi subsektor industri TPT dengan

DEA diadopsi dari Fadholi (2011:43-44) dan Atmanti (2004:4-5) adalah sebagai

berikut:

∑ ......................... (3.1)

Dengan Batasan atau kendala:

∑ ∑ ......................... (3.2)
34

Dimana:

= jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri k

Xij = jumlah input i yang diperlukan oleh subsektor industri j

Yrj = jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri j

Xik = jumlah input yang idperlukan oleh subsektor k

S = jumlah subsektor industri yang dianalisis

M = jumlah input yang digunakan

Urk = bobot tetimbang dari output yang dihasilkan tiap subsektor

industri k

Vik = bobot tertimbang input i yang digunakan subsektor industri k

Ek = nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari

subsektor indsutri k

Dalam penggunaan DEA, asumsi model dalam penelitian ini adalah

Variable Return to Scale dengan alasan bahwa dalam sektor industri adanya

pertambahan pada proporsi input belum tentu dapat meningkatkan proporsi

output dengan nilai yang sama, karena hasil (output) ditentukan pula oleh

kondisi ekonomi makro permintaan, penawaran dan lainnya (Fadholi, 2011:46).


35

Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah

Kriteria Efisiensi Nilai Efisiensi


Sempurna/Optimum 1
Tinggi 0,81 – 0,99
Sedang 0,60 – 0,80
Rendah 0,41 – 0,59
Tidak efisien ≤ 0,40
Sumber: Hidayat, 2014:124

Agar dapat dipastikan tingkat capaian efisiensi pada industri TPT secara

sektoral maupun keseluruhan, maka perlu adanya pembagian kriteria ukuran

tingkat efisiensi, yaitu efisensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, serta

tidak efisien (Hidayat, 2014:124). Kriteria ukuran tingkat efisensi dapat terlihat

pada tabel 3.1.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam

Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

Industri TPT yang berada di provinsi Jawa Tengah mencakup sebagian

besar subsektor industri, mulai dari pengolahan hulu seperti industri persiapan

serat, pengolahan antara seperti pencetakan kain hingga pengolahan hilir seperti

industri pakaian jadi. Sebagaiamana peranannya dalam RPJPD Provinsi Jawa

Tengah sebagai salah satu industri kopetensi inti daerah, industri TPT harus

memiliki tingkat kemampuan penyerapan tenaga kerja yang besar, dan memiliki

tingkat kinerja baik pertumbuhan industri maupun tingkat keuntungan yang

terjaga dengan baik. Dalam subbab selanjutnya akan di jelaskan mengenai

gambaran umum dari industri ini dalam hal tingkat penyerapan tenaga kerja,

dan perkembangan tingkat pertumbuhan dan keuntungan industri.

4.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu

proses produksi. Penyerapan tenaga kerja oleh setiap sektor dalam

perekonomian mempunyai andil besar dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

36
37

1.253.493
Tenaga Kerja (Orang)
1,500,000
713.777 674.072 734.898 732,031
1,000,000 574.869 694.145
500,000

-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 4.1. Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011
Sumber: Data sekunder diolah

Penyerapan tenaga kerja pada salah satu sektor perekonomian di Provinsi

Jawa Tengah, dalam penelitian ini sektor industri pengolahan, secara umum

mengalami perlambatan (grafik 4.1). Perlambatan pada penyerapan tenaga

kerja dimungkinkan sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan pada

sektor industri pengolahan, dampak dari krisis global yang menyebabkan

tidak stabilnya pasar, serta terdapat peningkatan harga input produksi yang

mengharuskan adanya penyesuaian biaya produksi. Situasi yang sama juga

dialami oleh sektor industri TPT, perlambatan dalam penyerapan tenaga

kerja terjadi sejak tahun 2007. Dalam grafik 4.2 terlihat bahwa penyerapan

tenaga kerja pada sektor industri tekstil (KBLI 17) paling tinggi pada sektor

industri pengolahan.

Sebagaimana ditunjukkan oleh grafik 4.2 bahwa sepanjang tahun

observasi nilai rata-rata pergerakan (moving average) penyerapan tenaga

kerja pada industri TPT (KBLI 17 dan 18) mengalami penurunan. Kondisi

ini harus menjadi perhatian karena industri TPT mempunyai karakteristik

padat karya, apabila terdapat penurunan penyerapan tenaga kerja akan


38

berdampak pada peningkatan tingkat pengangguran yang akan mengganggu

perekonomian daerah.

300000

200000

100000

0
20051 2006 2 2007 3 2008 4 2009 5 2010 6 2011 7

15 16 17
18 19 20
21 22 23
24 25 26
27 28 29
30 31 32
33 34 35
36 37 33-KBLI 2010
2 per. Mov. Avg. (17) 2 per. Mov. Avg. (18)

Grafik 4.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa
Tengah 2005-2011 (orang)
Sumber: BPS, Statistik Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun
diolah

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah menetapkan industri TPT

menjadi salah satu sektor pendorong perekonomian nasional dan daerah.

Sehingga sektor ini harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap

peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan memberikan

rangsangan terhadap tumbuhnya industri penunjangnya. Perlambatan

penyerapan tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Tengah


39

menimbulkan pertanyaan mampukah industri ini melakukan fungsinya

sebagai salah satu sektor utama penyerap tenaga kerja di Jawa Tengah.

Apabila pemerintah daerah ingin industri ini tetap menjadi sektor

kompetensi inti perekonomian, maka dalam hal penyerapan tenaga kerja

pemerintah dapat melakukan insentif pada industri yang telah melakukan

penyerapan tenaga kerja besar dan memiliki produksi yang tinggi pula,

karena apabila penyerapan tenaga kerja yang tinggi tidak diimbangi dengan

produksi tinggi maka akan merugikan industri tersebut karena akan

memberatkan biaya produksi dan dikhawatirkan akan terjerat pada kondisi

law of deminishing return.

4.1.2. Tingkat Pertumbuhan dan Profit Industri

Proses industrialisasi di suatu wilayah dapat dimulai dengan

pembangunan industri TPT. Karena industri ini memiliki karakteristik yang

padat karya, sehingga mampu mengatasi permasalahan penyerapan tenaga

kerja serta dalam peningkatan orientasi ekspor. Walaupun pertumbuhan

industri TPT dalam analisis organisasi industri tidak termasuk pada sisi

kinerja industri, tetapi secara makro pertumbuhan industri dapat menjadi

suatu evaluasi peranan sektor industri dalam perekonomian.

Pertumbuhan industri TPT dapat dilihat dari perkembangan jumlah

perusahaan yang ada dalam industri dan persentase produksi industri ditiap

tahunnya sedangkan sebagai pelengkap informasi mengenai pertumbuhan

industri, dapat diperoleh dari perkembangan tingkat keuntungan industri.

Peranan industri TPT pada perekonomian Provinsi Jawa Tengah akan


40

semakin baik bila kondisi tingkat pertumbuhan dan keuntungannya terus

mengalami peningkatan.

Perumbuhan jumlah perusahaan dalam industri ini mengalami

penurunan. Terlihat dalam grafik 1.1 yang menggambarkan perkembangan

yang cenderung turun dalam jumlah perusahaan yang ikut meramaikan

persaingan di industri ini. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus

menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian

jadi. Penurunan jumlah perusahaan ini dapat berpengaruh pada intensitas

persaingan antarindustri. Sedangkan persaingan sendiri dalam model

analisis organisasi (lihat grafik 2.3) industri dapat berpengaruh terhadap

kinerja industri, seperti tingkat keuntungan, tingkat capaian efisiensi dan

kesempatan kerja.

Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga
Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (persen)
No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
1. Pertanian 4,61 3,60 2,78 3,19 3,71 2,51 1,27 3,10
2. Industri 4,80 4,52 5,56 5,06 3,79 6,87 6,60 5,31
Pengolahan
- Tekstil, barang 2,71 5,26 6,12 4,35 1,97 6,92 6,02 4,76
kulit dan alas
kaki
3. Perdagangan, 6,05 5,85 6,54 7,23 7,21 6,06 7,75 6,67
Hotel, Dan
Restoran
Produk Domestik 5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 6,03 5,56
Regional Bruto
Sumber: BPS, Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah, berbagai tahun
terbitan
Catatan: Penentuan tiga sektor utama berdasarkan tiga sektor terbesar pada
distribusi persentase terhadap PDRB tiap tahun.
41

Pertumbuhan sektor industri pengolahan sepanjang tahun 2005 hingga

tahun 2009 berada dibawah rata-rata dari pertumbuhan total PDRB di

periode yang sama dan mulai bangkit kembali di tahun 2010 dan 2011 (tabel

4.1). Hal yang sama terjadi pada laju pertumbuhan sektor industri TPT

2005-2009 secara umum berada dibawah pertumbuhan PDRB, kemudian di

tahun 2010 mampu meningkat tajam dan mampu mengulang kembali

pertumbuhan sektor ini diatas tingkat pertumbuhan PDRB di tahun 2007.

Pada tahun berikutnya, industri ini mengalami perlambatan yang hanya

mampu bergerak sebesar 6,02 dan masih berada dibawah laju pertumbuhan

PDRB Provinsi Jawa Tengah. Secara rata-rata pun industri tekstil memiliki

laju pertumbuhan dibawah rata-rata PDRB Jawa Tengah.

Laju tingkat keuntungan industri TPT tahun 2005 – 2006 mengalami

peningkatan dua kali lipat, keadaan ini memberi kepercayaan pada industri

untuk melakukan perluasan kapasitas produksi. Tahun 2007 keuntungan

industri TPT menurun hingga 50% dibanding tahun sebelumnya. Namun

keadaan ini tidak melemahkan produksi industri ini, tercatat hingga tahun

2010 industri TPT memiliki tingkat keuntungan yang meningkat. Tren

peningkatan perolehan keuntungan memberikan pergerakan yang baik bagi

kinerja industri TPT dari sisi penawaran, ditengah banyaknya hambatan

pada kondisi dasar industri dari peningkatan harga bahan baku, serta

persaingan dengan produk impor.


42

14,000,000,000 12,808,751,324
12,046,351,515
12,000,000,000
10,000,000,000 7,792,523,824 10,837,868,764
8,000,000,000
6,000,000,000 7,792,523,824
6,390,970,397
4,000,000,000 5,632,231,362

2,000,000,000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Keuntungan Industri TPT

Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa


Tengah Tahun 2005-2011 dalam rupiah.
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun terbitan
diolah.

Tingkat keuntungan indsutri TPT ditahun 2011 menurun, akan tetapi

terdapat peningkatan keuntungan dibeberapa sektor secara parsial, yaitu

sektor barang jadi tekstil dan permadani, perajutan, dan kapuk. Dengan

peningkatan tertinggi pada sektor barang jadi tekstil dan permadani dengan

jumlah peningkatan keuntungan sebesar Rp. 113.163.809,- (lihat lampiran

3).Perlambatan keuntungan pada tahun 2011 dikhawatirkan akan terus

terjadi pada tahun-tahun berikutnya dengan adanya perlambatan ekonomi

dunia yang menjadikan menyempitnya ruang gerak bagi pemasaran produk

tekstil serta semakin intensnya persaingan produk tekstil Indonesia – secara

umum – dengan negara-negara lain seperti Vietnam, India, dan Cina.

Perhatian penelitian tidak hanya berdasarkan kinerja secara

makroekonomi, tetapi penulis ingin menekankan pula kinerja industri TPT

Jawa Tengah pada aspek mikroekonomi. Perhatian pada tingkat mikro ini
43

perlu, selain mendukung perencanaan ekonomi nasional (MP3EI) juga

dikarenakan adanya berbagai aspek perubahan yang terjadi pada industri

TPT.

4.2. Perhitungan Efisiensi

Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang hasil perhitungan efisiensi

menggunakan alat bantu DEA dengan variabel input dan output yang telah

ditentukan pada metodologi penelitian. Perhitungan efisiensi meliputi

perkembangan tingkat capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi setiap

sektorpada industri TPT, capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi pada

industri TPT secara keseluruhan.

4.2.1. Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah

Menggunakan data tahunan dimulai dari tahun 2005 hingga tahun

2011, maka diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi industri TPT secara

teknis, alokatif dan ekonomi baik secara sektoral maupun keseluruhan

industri. Untuk lebih memudahkan analisis hasil perhitungan efisiensi

sektoral, maka dibuat tabel 4.2 hingga tabel 4.4 sebagai ringkasan perolehan

tingkat efisiensi dari setiap sub golongan pokok yang ada pada industri TPT.

Perkembangan tingkat efisiensi secara teknis pada sektoral dari

industri TPT sebagian besar berada pada kriteria efisiensi tinggi, kecuali

sektor industri pakaian jadi yang mampu membukukan tingkat efisiensi

optimum disepanjang periode penelitian, walaupun terdapat penurunan di

tahun 2009 dan 2010. Capaian efisiensi teknis terendah diperoleh oleh
44

sektor industri barang jadi tekstil dan permadani pada periode produksi

2006 dimana hanya mampu memperoleh capaian sebesar 0,66.

Apabila kita ingin melihat lebih dalam lagi, maka ditemukan

subsektor yang masuk pada kriteria tidak efisien seperti subsektor dengan

nomor klasifikasi 17113 (industri pemintalan benang jahit) yang memiliki

tingkat efisiensi sebesar 0,37 pada tahun 2008, dan subsektor 17293

(industri bordir/sulaman) dengan nilai efisiensi sebesar 0,40 ditahun 2006

(lihat lampiran 4).Penurunan capaian efisiensi teknis yang drastis terdapat

pada sektor pemintalan, pertenunan, pengolahan akhir tekstil pada tahun

produksi 2007 ke 2008 yang turun sebesar 15 persen dan sektor barang jadi

tekstil dan permadani ditahun produksi 2005 ke 2006 turun sebesar 33

persen.

Tabel 4.2. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis


Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
Golongan Pokok rata
Pemintalan, 0,93 0,97 0,90 0,76 0,75 0,87 0,93 0,87
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
Barang Jadi 0,99 0,66 0,85 0,87 1 0,96 0,87 0,88
Tekstil Dan
Permadani
Perajutan 0,84 0,83 0,93 0,99 1 0,85 0,92 0,91
Kapuk 1 0,93 0,75 0,92 0,80 0,71 1 0,87
Pakaian Jadi 1 1 1 1 0,93 0,97 1 0,98
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi

Penurunan tingkat efisiensi teknis yang drastis pun dialami oleh

subsektor yang ada pada industri TPT (lihat lampiran 4), seperti yang

dialami oleh subsektor dengan nomor klasifikasi 17231 (industri tali) dan
45

17293 (bordir/sulaman) tahun 2006 sebesar 41 dan 60 persen; kemudian

subsektor 17115 (kain tenun ikat) dan 17121 (penyempurnaan benang)

ditahun 2009 turun sebesar 32 – 57 persen; dan subsektor 17301 (kain rajut)

ditahun 2010 merosot hingga 55 persen. Penurunan pada subsektor tersebut

dapat dikarenakan berbagai macam masalah.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subsektor yang mengalami

penurunan harus melakukan penyesuaian pada input maupun output dengan

variasi penanganan yang berbeda (lihat lampiran 6). Permasalahan yang

terjadi pada subsektor 17293 yang turun hingga 60 persen. Menurut hasil

perhitungan, subsektor ini harus memperbaiki variabel input dengan

mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 20,1 persen dan peningkatan

produksi hingga 149,3 persen (lampiran 6.2). Berbeda dengan penangan

pada kasus subsektor 17121 yang mengalami penurunan sebesar 32 persen

ditahun 2009. Penyesuaian yang dapat dilakukan oleh subsektor ini ialah

mengurangi pengeluaran pada biaya energi sebesar 55,7 persen dan

diimbangi dengan peningkatan produksi hingga 134,7 persen (lampiran 6.5).

Capaian efisiensi teknis yang fluktuatif terdapat diseluruh sektor

industri TPT, tetapi masih dalam kriteria dengan tingkat efisiensi sedang

hingga optimum.

Walaupun terlihat capaian kinerja baik – tergambar dari rata-rata

tingkat efisiensi tinggi – tetapi perlu adanya berbagai penyesuaian terutama

pada pengaturan biaya produksi. Hal ini dapat dikatakan subsektor industri

TPT belum mampu mencapai produksi pada batasan isokuan atau biaya
46

input terkecil secara optimum. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

pelaku industri perlu mengurangi biaya produksi yang dinilai mengganggu

untuk meningkatkan capaian kinerja.

Sementara perkembangan tingkat efisiensi alokatif di seluruh sektor

industri TPT, sepanjang periode penelitian berada pada efisiensi yang

optimum. Ditunjukkan pada tabel 4.3 dimana seluruh subsektor pada

industri TPT mampu memperoleh nilai 1.

Tabel 4.3. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif


Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub Golongan Pokok 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pemintalan, Pertenunan, 1 1 1 1 1 1 1
Pengolahan Akhir Tekstil
Barang Jadi Tekstil Dan 1 1 1 1 1 1 1
Permadani
Perajutan 1 1 1 1 1 1 1
Kapuk 1 1 1 1 1 1 1
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi

Terdapat dua kriteria bagi objek perhitungan efisiensi pada DEA yang

memiliki nilai kinerja 1 atau 100 persen. Pertama, apabila tidak ada unit

atau objek lain yang menggunakan jumlah input yang sama. Kedua, jumlah

output yang dihasilkan sedikitnya sama dengan jumlah output yang

dihasilkan oleh unit lain yang berkinerja 100 persen (PAU-SE UGM,

2000:26). Hasil perhitungan efisiensi alokatif ini menunjukkan bahwa

subsektor secara keseluruhan mampu memproduksi pada tingkatan output

tertentu dengan cara meminimisasi rasio biaya input secara optimum.


47

Capaian efisiensi ekonomi sektoral pada industri TPT Jawa Tengah

selama periode penelitian dilakukan dengan cara mengkalikan hasil

perhitungan efisiensi teknis dan hasil efisiensi alokatif. Dalam tabel

4.4(lampiran 5) terlihat hasil efisiensi ekonomi yang diperoleh sama dengan

hasil capaian efisiensi teknis pada industri ini, hal ini dikarenakan capaian

efisiensi alokatif sektoral industri TPT bernilai sempurna. Perolehan tingkat

efisiensi ekonomi sektoral industri TPT mengindikasikan bahwa industri ini

belum mampu memproduksi sejumlah kuantitas output tertentu pada saat

biaya minimum secara optimum.

4.2.2. Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah


Keseluruhan

Industri TPT Jawa Tengah dalam penelitian ini memiliki tingkat

capaian efisiensi ekonomidengan nilai rata-rata sepanjang periode penelitian

sebesar 0,88. Hasil ini diperoleh dari perhitungan rata-rata nilai capaian

efisiensi dari setiap subsektor industri TPT yang telah dilakukan

sebelumnya. Nilai efisiensi ekonomi tersebut menggambarkan bahwa

industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian belum mampu

memproduksi dengan jumlah tertentu pada saaat biaya minimum dengan

penggunaan tingkat teknologi tertentu secara optimum.

Masuk lebih dalam mengenai dasar penggunaan nilai efisiensi ini

dapat dilihat dari perkembangan perolehan nilai rata-rata tingkat efisiensi

teknis sektoral industri TPT sepanjang periode penelitian. Penggunaan

capaian tingkat efisiensi teknis dikarenakan efisiensi ekonomi merupakan

hasil perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Sebagaimana


48

yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa efisiensi alokatif dari

sektoral industri TPT memiliki nilai optimum atau 1, sedangkan nilai

capaian efisiensi teknis dari industri ini fluktuatif, maka dapat dipastikan

perolehan nilai capaian efisiensi ekonomi industri TPT sama dengan nilai

rata-rata efisiensi teknis sektoralnya.

Perkembangan nilai capaian efisiensi teknik dan ekonomi industri

TPT selama periode penelitian dapat dilihat dalam grafik 4.4 dibawah. Bila

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atmanti

(2004) dan Tri Wahyu R (2006), terjadi penurunan pada capaian tingkat

efisiensi teknis pada industri tekstil dan adanya peningkatan yang signifikan

pada industri pakaian jadi.

0.97 0.95 0.94 0.93 0.97


0.92 0.88
Efisiensi Industri Tekstil
dan Produk Tekstil
1 1 1 1 0.97 1
0.93 Efisiensi Industri Pakaian
Jadi
0.93 0.89 0.88 0.83 0.83 0.88 0.93 Efisiensi Industri Tekstil

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 4.4. Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomi Industri Tekstil


dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah 2005-2011
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi

Dalam penelitian Pengukuran efisiensi industri tahun 1995-2000 oleh

Atmanti (2004),industri TPT diklasifikasikan menjadi satu bagian dengan

industri alas kaki dengan nomor klasifikasi 32, ditemukan bahwa industri

TPT dapat bertahan pada tingkat capaian efisiensi optimum sebelum dan
49

sesudah krisis. Sementara Pengukuran efisiensi industri tahun 2000-2005

oleh Tri Wahyu R (2006),industri TPT diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

industri tekstil (17) dan industri pakaian jadi(18), tingkat efisiensi yang

mampu diraih oleh industri TPT rata-rata 0,81 persen. Capaian terendah

ditemukan pada industri pakaian jadi sebesar 0,51 di tahun 2000.

Hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan efisiensi pada

industri pakaian jadi selama periode penelitian mampu mencapai tingkat

efisiensi rata-rata sebesar 0,99. Akan tetapi terdapat penurunan dalam

capaian tingkat efisiensi industri tekstil yang hanya mampu bertahan

ditingkat efisiensi 0,88.

1.2
1 1 1 1 1
1 0.95
0.97
1 1 1 0.79 0.86 0.92
0.93 0.93 0.93
0.8 0.88
Nilai Efisiensi

0.76 0.79 0.83


0.6 0.71
0.59 Industri Tekstil
0.4 0.51
Industri Pakaian Jadi
0.2
Industri Tekstil dan Produk
0 Tekstil
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun Produksi

Grafik 4.5. Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah tahun 1995-2011.
Sumber: Atmanti (2004:7); Tri Wahyu R (2006:134); dan hasil olah data penulis

Penurunan tingkat efisiensi ini dapat disebabkan oleh permasalahan

yang terdapat pada pindustri TPT seperti adanya peningkatan pengeluaran


50

biaya tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas.

Kemudian dapat dipengaruhi juga oleh biaya perolehan bahan baku

terutama bahan baku yang harus impor. Menurut Tim Kajian

Pengembangan Industri TPT (2011:56), kontribusi pasokan impor serat di

Indonesia mencapai 66 persen dari kebutuhan, untuk serat kapas 99 persen

masih harus diimpor, demikian juga dengan kain, peranan kain impor sudah

mencapai 39 persen.

Selanjutnya penurunan capaian efisiensi teknis pada industri ini dapat

dipengaruhi pula olehumur mesin yang sudah tua. Penggunaan mesin yang

sudah tua dikhawatirkan akan mempengaruhi kapasitas produksi industri

TPT. Selain mempengaruhi kapasitas produksi, mesin yang sudah tua dapat

meningkatkan biaya energi karena besarnya bahan bakar dan tenaga listrik

yang harus digunakan dalam sekali produksi.

4.2.3. Usaha Perbaikan Capaian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa

Tengah

Dalam pembahasan sebelumnya ditemukan baik sektoral maupun

secara keseluruhan industri TPT Provinsi Jawa Tengah selama periode

penelitian belum mampu memproduksi secara optimum. Walaupun mampu

berproduksi pada minimisasi rasio biaya, tetapi tidak mampu berproduksi

dengan baik pada saat biaya terkecil. Perlu adanya perbaikan agar

kemampuan produksi industri ini kembali pada jalur yang efisien seperti

beberapa tahun sebelumnya yang mampu bertahan didalam guncangan

krisis tahun 1998.


51

Tabel 4.5. Tingkat Capaian Efisiensi Teknis dan Ekonomi Subsektor


Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011
Subsektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
17121 0,87 1 1 0,64 0,43 0,73 0,71
17122 1 1 0,71 0,65 0,79 0,81 1
17124 1 0,77 0,79 0,55 0,46 0,61 0,78
Rata-rata 0,93 0,89 0,89 0,84 0,83 0,88 0,93
Industri
TPT
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi

Terdapat beberapa subsektor yang dalam perhitungan efisiensi masih

berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri, yaitu subsektor dengan

nomor klasifikasi 17121 (industri penyempurnaan benang), 17122 (industri

penyempurnaan kain), dan 17124 (industri batik). Subsektor dengan nomor

klasifikasi 17124 berada dibawah rata-rata industri selama 6 tahun berturut-

turut(lihat tabel 4.5). Penyesuaian terhadap input dan output pada subsektor

yang berada dibawah rata-rata perlu dilakukan agar dapat mengembalikan

kinerja subsektor mencapai efisiensi optimum sekurang-kurangnya berada

diatas rata-rata kinerja industri(besaran nilai penyesuaian dapat dilihat pada

table of target valuelampiran 6).

Subsektor dengan nomor klasifikasi 17124 (industri batik) masuk pada

sektor pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil atau dengan

klasifikasi 3 digit masuk pada sektor 171. Subsektor ini berada di titik

terendah capaian efisiensi pada tahun 2008 dan 2009. Dalam tabel target

pada hasil perhitungan efisiensi, subsektor ini perlu menyesuaikan kapasitas

produksi dan biaya input, terutama input tenaga kerja disepanjang periode

penelitian.
52

Pada tahun 2008 subsektor ini memiliki capaian nilai efisiensi 0,55

yang berarti termasuk pada industri dengan efisiensi rendah. Capaian ini

lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 30 persen. Pada tahun ini,

subsektor 17124 harus mencapai target peningkatan nilai produksi sebesar

80,7 persen menjadi Rp. 1.082 miliar dan perlu menurunkan biaya tenaga

kerja hingga 35,3 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.4).

Tahun 2009 subsektor 17124 belum mampu berdiri dengan tegak

karena capaian efisiensinya kembali turun menjadi 0,46. Pada tahun ini,

dalam tabel target pada hasil perhitungan efisiensi menunjukkan subsektor

ini harus kembali menyesuaikan biaya tenaga kerja dan peningkatan nilai

produksi. Pada tahun ini subsektor 17124 belum mampu menyesuaikan

dengan baik biaya tenaga kerja, sehingga perlu penyesuaian kembali sebesar

17,3 persen. Persentase yang semakin kecil dibandingkan tahun sebelumnya

dapat menggambarkan bahwa subsektor ini mulai berada pada jalan yang

tepat untuk memperbaiki tingkat efisiensi. Namun berbeda pada target

penyesuaian untuk nilai produksinya, subsektor ini perlu meningkatkan

produksi sebesar 117,5 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.5).

Selanjutnya adalah subsektor 17121 (industri penyempurnaan

benang), sama halnya dengan sektor 17124 sektor ini masuk dalam

klasifikasi industri pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil.

Subsektor ini menajdi salah satu sektor hulu yang penting karena sektor ini

menyediakan bahan baku utama pada industri tekstil. Subsektor ini berada

dibawah rata-rata industri selama 4 periode berturut-turut dari tahun 2008-


53

2011. Titik terendah dari capaian efisiensi industri ini adalah pada tahun

2009 dengan nilai efisiensi 0,43 dan diambang batas masuk pada kriteria

tidak efisien.

Tahun 2009 subsektor ini mampu meraih efisiensi optimum pada

penggunaan biaya tenaga kerja dan biaya energitetapi belum mampu

mengendalikan biaya bahan baku dan peningkatan nilai produksi. Subsektor

ini perlu meningkatkan target produksi hingga 134,7 persen atau sebesar Rp

151,57 miliar dan melakukan penyesuaian sebesar 55,7 persen biaya bahan

baku (lampiran 6.5).

Kemudian subsektor 17122 (industri penyempurnaan kain), masuk

pada kelompok yang memiliki kinerja dibawah rata-rata industri selama 4

tahun berturut-turut (2007-2010). Titik terendah subsektor ini terjadi pada

tahun 2008 dimana hanya dapat mencapai nilai efisiensi sebesar 0,65 dan

masuk 5 subsektor terbawah pada periode tersebut.

Penyesuaian yang diperlukan oleh subsektor 17122 adalah

meningkatkan nilai produksi dan menyesuaikan biaya energinya.

Pengurangan biaya energi yang diperlukan oleh subsektor ini adalah sebesar

15,7 persen dengan nilai target penyesuaian mencapai Rp. 32,53 miliar dan

peningkatan nilai produksi sebesar 53,2 persen untuk kinerja periode

selanjutnya (lampiran 6.4).

Penelitian ini menggunakan asumsi Variable Return to Scale dalam

perhitungan capaian efisiensinya yang merupakan rasio antara perubahan

input dan output yang tidak sama. Usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat
54

efisiensi diatas dapat digunakan melalui kombinasi peyesuaian biaya input

dan peningkatan output bersamaan dan dapat pula dilakukan secara parsial,

seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap

mempertahankan nilai output yang telah dicapai atau dengan

mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai

output.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

a. Perolehan tingkat efisiensi teknis, dan ekonomi sektoral pada industri TPT

Jawa Tengah selama periode penelitianmengindikasikan bahwa industri ini

belum mampu mencapai tingkat efisiensi optimum. Namun, optimum pada

efisiensi alokatif

b. Industri TPT Jawa Tengah sepanjang periode penelitian ini belum mampu

berada pada capaian efisiensi teknis dan ekonomi secara optimum. Tetapi,

mampu mencapai tingkat optimum secara efisiensi alokatif

5.2. Saran

Dalam memperbaiki tingkat efisiensi pada sektoral industri TPT yang dapat

digunakan oleh pelaku industri dalam hal ini Asosiasi Pertekstilan Indonesia

(API) Provinsi Jawa Tengahmelalui:

a. Melakukan kombinasi peyesuaian biaya input dan peningkatan output

secara bersamaan;

b. melakukan peyesuaian biaya input dan peningkatan output secara parsial,

seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap

mempertahankan nilai output yang telah dicapai, atau dengan

mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai

output.

55
56

Sedangkan cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki capaian efisiensi

ekonomi industri Tekstil dan Produk Tekstil secara keseleuruhan, dapat melalui:

a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengahmemberikan

insentif kepada industri, seperti adanya jaminan kemudahan akses bahan

baku yang murah dan kemudahan melakukan ekspansi bisnis, dengan tetap

memperhatikan dampak kepada masyarakat dan industri lainnya.

b. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui sinergi anatara Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Provinsi Jawa Tengah dan pelaku industri TPT melalui pendirian sekolah-

sekolah kejuruan dan perguruan tinggi terutama yang langsung mengenai

bidang desain produk tekstil. Hal ini bertujuan agar dapat menjamin

ketersediaan tenaga kerja ahli dan profesional.

c. Melakukan program restrukturisasi mesin pada industri yang memiliki

umur mesin diatas 15 tahunagar dapat mencapai efisiensi penggunaan

biaya energi.

Bagi akademisi atau peniliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai

efisiensi di industri TPT dapat meneliti tentang struktur biaya, tingkat efisiensi

alokatif ataupun indikator kinerja industri lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adanacioglu, Hakan dan F. Akun Olgun. 2011. Profitability and Efficiency in The
Cotton Ginning Industry: A Case Study from The Aegean Region of
Turkey. Diunduh dari laman
http://www.custoseagronegocioonline.com.br/numero2v6/algodao.pdf pada
tanggal 16 Juni 2013.
Al-Delaimi, Khalid Shahooth Khalaf dan Ahmed Hussen Battall Al-Ani. 2006.
Using Data Envelopment Analysis To Measure Cost Eficiensy With an
Aplication on Islamic Banks. Scientific Journal of Administratie
Development Vol. 4 I.A.D. 2006.
Ariyanti, Yulekhah. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro (Revisi). Fakultas Ekonomi
Universitas Wahid Hasyim.
Atmanti, Hastarini Dwi. 2004. Analisis Efisiensi dan Keunggulan Kompetitif
Sektor Industri Manufaktur di Jawa Tengah Sebelum dan Selama Krisis.
Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 1/Juli 2004.

Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2013. Semarang: Badan
Pusat Statistik.

-----. 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik.

-----. 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. 2007. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. 2008. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. 2009. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. 2011. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

-----. Tabel Input-Output Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: Badan Pusat
Statistik.

57
58

Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan
Jilid 1. Terj. Y. Andri Zaimur. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dipeolu, A.O dan S.O. Akinbode. 2008. Tecnical. Economic and Allocative
Efficiencies of Pepper Producton in South-West Nigeria: A Stochastic
Frontier Approach. Journal of Economic and Rural Development Vol. 17
No. 1/2008.
Efendi, Nur. tt. Analysis of Indonesia textile Industry Competiveness in
Regulation Theory Perspective. Di unduh dari laman
http://www.researchgate.net/publication/235766698_Analysis_of_Indonesia_Tex
tile_Industry_Competitiveness_in_Regulation_Theory_Perspective_By__Nur_Efen
di/file/79e4151359bb8d2c95.pdf pada tanggal 30 Juni 2013.

Fadholi, Edwin Muhammad. 2011. Analisis Efisinesi Subsektor Industri Tektil


dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia Tahun 2001-2005. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Hadad, Muliaman D dkk. 2003. Analisis Industri Perbankan Indonesia:
Penggunaan Metode Non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).

Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan


Regulasi. Jakarta: LP3ES.

Hermawan, Iwan. 2011. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap


Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan vol. 13 No. 4/April 2011.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gratmata Publishing.

Jayamaha, Ariyathna dan Joseph M. Mula. 2011. Productivity and Efficiency


Measurement Techniques: Identifying The Efficacy of Techniques for
Financial Institutions in Developing Countries. Journal of Emerging Trends
in Economics And Management 2 (5) Scholarlink Research Institute
Journals.

Johansson, Helena. 2005. Technical, Allocative, and Economic Efficiency in


Swedish Dairy Farm: The Data Envelopment Analysis Versus The
Stochastic Frontier Approach. Makalah disajikan Pada International
Congress of The European Association of Agricultural Economist (EAAE)
XI-th Agustus 2005.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan


dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta:
Kementerian Koordinasi Perekonomian.
59

Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-
2025.
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008-2013.
Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri.Yogyakarta: Beta Offset.
Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Modul
Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA). Pelatihan
Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA) Yogyakarta, 6-10
November 2000.

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2012. Konsentrasi Ekspor Provinsi Jawa Tengah.


Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 5 No.2/2012.
Rubedo, Kalis. 2011. Analisis Tingkat Efisiensi Ekonomi Bank Umum Indonesia
Tahun 2007-2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Safeedparri, Paria dkk. 2013. Identifying Sustainable and Efficient Poultry Farms
in the Light of Energy Use Efficiency: a Data Envelopment Analysis
Approach. Journal of Agricultural Engineering and Biotechnology Vol. 1
May 2013.
Samuelson dan Nordhaus. 2005. Economics. Eighteenth Edition. New York: Mc
Graw-Hill.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2005. Peraturan Presiden RI No 7 tahun
2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004-2009 Bagian IV Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
Sinar Grafika.
Sriyanto. 2011. Teori Ekonomi Mikro : Bab V Teori Produksi. Materi Kuliah
Ekonomi Mikro diunduh dari
http://fanny.staff.uns.ac.id/files/2011/11/isocos.ppt pada tanggal 6 September
2013.
Susilowati, Indah dkk. 2004. Modul Perkuliahan: Pengukuran Efisiensi Melalui
Data Envelopment Analysis (DEA). Fakultas Ekonomi Universeitas
Diponegoro.
Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Badan
Koordinator Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Industri
Tekstil dan Produk Tekstil. Diunduh dari laman
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/KAJIAN%20PENG
EMBANGAN%20INDUSTRI%20TEKSTIL%20DAN%20PRODUK%20TEKSTIL%202011.
pdf pada tanggal 30 Mei 2013
60

Tjandraningsih, Indrasari dan Rina Herawati. 2009. Menuju Upah Layak Survei
Upah Buruh Tekstil dan Garmen di Indonesia. Di unduh dari laman
http://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/07004.pdf pada tanggal 30
Juni 2013

Wahyu R, Tri. 2006. Analisis efisiensi Industri di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Pembangunan Vol. 3 No. 2/Desember 2006.
http://www.esdm.go.id tentang “Harga BBM Dalam Negeri” diakses pada tanggal 1 Juli
2013.

https://groups.yahoo.com/neo/groups/pekerjatambang/conversations/messages/34851.
Tentang “Update Harga BBM Solar Industri Non-Subsidi Resmi Pertamina”
diunggah 28 Desember 2011. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014.
http://www.infopajak.go.id tentang “Industri TPT Jateng tuntut keringanan PPh”
diunggah 23 Agustus 2005. diakses pada tanggal 1 Juli 2013.
61

LAMPIRAN
62

Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah

Tabel 2.3. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah

No KBLI KBLI Deskripsi


2005 2010 Lapangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Usaha
1 17111 13111 Persiapan Serat √ √ √ √ √ - √
Tektil
2 17112 13112 Pemintalan √ √ √ √ √ √ √
Benang
3 17113 13113 Pemintalan - √ √ √ √ √ √
Benang Jahit
4 17114 13121 Pertenunan √ √ √ √ √ √ √
5 17115 13122 Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ √ √
6 17121 13131 Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √
Benang
7 17122 13132 Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √
Kain
8 17123 13133 Pencetakan √ √ √ √ √ √ √
Kain
9 17124 13134 Batik √ √ √ √ √ √ √
10 17211 * Barang Jadi √ √ √ √ √ * *
Tekstil, Kecuali
untuk Pakaian
Jadi
11 17212 * Barang Jadi √ √ √ √ √ * *
Tekstil, untuk
Keperluan
Kesehatan
12 17213 * Tekstil Jadi, √ √ √ √ √ * *
Kecuali untuk
Keperluan
Kosmetika
13 17214 13995 Karung Goni - - √ - - - -
14 17215 13996 Bagor dan - - - - √ - -
karung lainnya
15 17220 13930 Permadani √ √ √ √ √ - -
(Babut)
16 17231 13941 Tali √ √ √ √ √ √ √
17 17232 13942 Barang-Barang √ √ √ √ √ √ √
dari Tali
18 17291 13991 Kain Pita - √ √ - - - -
19 17292 13992 yang √ - - - √ - -
Menghasilkan
63

Kain Keperluan
20 17293 13912 Bordir/Sulaman √ √ √ √ - √ √
21 17299 13999 Tekstil Lainnya √ √ √ √ √ - -
yang Tidak
Diklasifikasikan
22 17301 13911 Kain Rajut √ √ √ √ - √ √
23 17302 14301 Pakaian Jadi √ √ √ √ √ √ √
Rajutan
24 17303 14303 Rajutan Kaos √ √ √ √ √ √ √
Kaki
25 17304 13924 Barang Jadi - √ √ - √ - -
Rajutan
26 17400 13997 Kapuk √ √ √ √ √ √ √
27 18101 14111 Pakaian Jadi, √ √ √ √ √ √ √
dari Tekstil
28 18102 * Pakaian Jadi √ √ √ √ √ * *
Lainnya dari
Tekstil
29 18103 14112 Pakaian Jadi √ √ - - √ - -
(Garmen) dari
Kulit
30 18104 * Pakaian Jadi - - √ √ √ * *
Lainnya dari
Kulit
31 18201 * Bulu Tiruan - - - √ - * *
32 ** 13921 Barang Jadi ** ** ** ** ** √ √
Tekstil untuk
Keperluan
Rumah Tangga
33 ** 13923 Bantal dan ** ** ** ** ** √ √
Sejenisnya
34 ** 14120 Penjahitan dan ** ** ** ** ** √ √
Pembuatan
Pakaian Sesuai
Pesanan
35 ** 14131 Perlengkapan ** ** ** ** ** √ √
Pakaian dari
Tekstil
36 ** 14132 Perlengkapan ** ** ** ** ** √ √
Pakaian dari
Kulit
37 ** 14302 Pakaian Jadi ** ** ** ** ** √ √
Sulaman
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 - 2011
Keterangan: *: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2010
64

**: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2005


√: terdapat subsektor industri pada tahun tersebut
- : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi
Lampiran 2. Subsektor yang Menjadi Objek Penelitian

No KBLI KBLI Deskripsi


2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
2005 2010 Lapangan Usaha
1 17111 13111 Persiapan Serat √ √ √ √ √ - √
Tektil
2 17112 13112 Pemintalan √ √ √ √ √ √ √
Benang
3 17113 13113 Pemintalan - √ √ √ √ √ √
Benang Jahit
4 17114 13121 Pertenunan √ √ √ √ √ √ √
5 17115 13122 Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ √ √
6 17121 13131 Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √
Benang
7 17122 13132 Penyempurnaan √ √ √ √ √ √ √
Kain
8 17123 13133 Pencetakan Kain √ √ √ √ √ √ √
9 17124 13134 Batik √ √ √ √ √ √ √
10 17231 13941 Tali √ √ √ √ √ √ √
11 17232 13942 Barang-Barang √ √ √ √ √ √ √
dari Tali
12 17293 13912 Bordir/Sulaman √ √ √ √ - √ √
13 17301 13911 Kain Rajut √ √ √ √ - √ √
14 17302 14301 Pakaian Jadi √ √ √ √ √ √ √
Rajutan
15 17303 14303 Rajutan Kaos √ √ √ √ √ √ √
Kaki
16 17400 13997 Kapuk √ √ √ √ √ √ √
17 18101 14111 Pakaian Jadi, dari √ √ √ √ √ √ √
Tekstil
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 dan 2011
Keterangan: “ √ “ : terdapat subsektor industri pada tahun tersebut
“ – “ : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi
65

Lampiran 3. Tingkat Keuntungan Sektor Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 (dalam ribuan Rupiah

Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan 4.145.555.846 9.620.225.474 4.470.293.224 5.763.244.035 7.174.087.015 10.070.890.125 8.405.483.341
Akhir
Tekstil
Barang Jadi
Tekstil Dan 121.042.639 85.064.542 576.061.454 61.224.660 70.205.786 90.032.340 203.196.149
Permadani
Perajutan 97.937.494 148.585.455 202.232.975 165.466.991 219.196.707 170.314.445
100.816.791
Kapuk 7.077.532 2.824.245 3.908.668 5.112.156 2.396.764 3.398.430 6.046.771
Pakaian Jadi 1.260.617.851 2.189.651.799 1.138.474.076 1.797.475.982 2.216.320.344 2.543.613.638 2.052.828.058

Total 5.632.231.362 12.046.351.515 6.390.970.397 7.792.523.824 9.682.206.616 12.808.751.324 10.837.868.764


66

Lampiran 4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral.
Sektor/Sub 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Golongan Pokok ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE
(1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2)
Pemintalan, 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 0,90 1 0,90 0,76 1 0,76 0,75 1 0,75 0,87 1 0,87 0,93 1 0,93
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
17111 0,86 1 0,86 0,99 1 0,99 1 1 1 1 1 1 1 1 1 n.a n.a n.a 1 1 1
17112 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,89 1 0,89 1 1 1 0,96 1 0,96
17113 n.a n.a n.a 0,99 1 0,99 0,75 1 0,75 0,37 1 0,37 1 1 1 1 1 1 0,96 1 0,96
17113 0,92 1 0,92 0,99 1 0,99 0,92 1 0,92 0,63 1 0,63 0,77 1 0,77 1 1 1 1 1 1
17115 0,81 1 0,81 1 1 1 n.a 1 n.a 0,99 1 0,99 0,42 1 0,42 0,83 1 0,83 1 1 1
17121 0,87 1 0,87 1 1 1 1 1 1 0,64 1 0,64 0,43 1 0,43 0,73 1 0,73 0,71 1 0,71
17122 1 1 1 1 1 1 0,71 1 0,71 0,65 1 0,65 0,79 1 0,79 0,81 1 0,81 1 1 1
17123 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17124 1 1 1 0,77 1 0,77 0,79 1 0,79 0,55 1 0,55 0,46 1 0,46 0,61 1 0,61 0,78 1 0,78
Barang Jadi 0,99 1 0,99 0,66 1 0,66 0,85 1 0,85 0,87 1 0,87 1 1 1 0,96 1 0,96 0,87 1 0,87
Tekstil Dan
Permadani
17231 1 1 1 0,59 1 0,59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17232 0,97 1 0,97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,62 1 0,62
17293 1 1 1 0,40 1 0,40 0,54 1 0,54 0,62 1 0,62 n.a n.a n.a 0,89 1 0,89 1 1 1
Perajutan 0,84 1 0,84 0,83 1 0,83 0,93 1 0,93 0,99 1 0,99 1 1 1 0,85 1 0,85 0,92 1 0,92
17301 1 1 1 1 1 1 0,78 1 0,78 0,97 1 0,97 1 1 1 0,55 1 0,55 0,77 1 0,77
17302 0,87 1 0,87 0,50 1 0,50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17303 0,63 1 0,63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kapuk – 17400 1 1 1 0,93 1 0,93 0,75 1 0,75 0,92 1 0,92 0,80 1 0,80 0,71 1 0,71 1 1 1
67

Pakaian Jadi – 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1


18101
Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011.

Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi


Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Golongan ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE
Pokok (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2)
Pemintalan, 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 0,90 1 0,90 0,76 1 0,76 0,75 1 0,75 0,87 1 0,87 0,93 1 0,93
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
Barang Jadi 0,99 1 0,99 0,66 1 0,66 0,85 1 0,85 0,87 1 0,87 1 1 1 0,96 1 0,96 0,87 1 0,87
Tekstil Dan
Permadani
Perajutan 0,84 1 0,84 0,83 1 0,83 0,93 1 0,93 0,99 1 0,99 1 1 1 0,85 1 0,85 0,92 1 0,92
Kapuk 1 1 1 0,93 1 0,93 0,75 1 0,75 0,92 1 0,92 0,80 1 0,80 0,71 1 0,71 1 1 1
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1

Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi


Keterangan: ET : Efisiensi Teknis;
EA : Efisiensi Alokatif;
EE : Efisiensi Ekonomi
68

Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE ET EA EE
(1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2) (1) (2) (1*2)
Tekstil 0,93 1 0,93 0,89 1 0,89 0,88 1 0,88 0,83 1 0,83 0,83 1 0,83 0,88 1 0,88 0,93 1 0,93
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1
Tekstil dan 0,97 1 0,97 0,95 1 0,95 0,94 1 0,94 0,92 1 0,92 0,88 1 0,88 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97
Produk Tekstil

Tabel Ringkasan Perhitungan Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011.

Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-


rata
Tekstil 0,93 0,89 0,88 0,83 0,83 0,88 0,93 0,88
Pakaian Jadi 1 1 1 1 0,93 0,97 1 0,99
Tekstil dan 0,97 0,95 0,94 0,92 0,88 0,93 0,97 0,93
Produk Tekstil
66

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan DEA

Lampiran 6.1. Tahun 2005


67
68

Lampiran 6.2. Tahun 2006


69
70

Lampiran 6.3. Tahun 2007


71
72

Lampiran 6.4. Tahun 2008


73
74

Lampiran 6.5. Tahun 2009


75
76

Lampiran 6.6. Tahun 2010


77
78
79

Lampiran 6.7. Tahun 2011


80
81

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan DEA

Lampiran 7.1. Tahun 2005


82
83
84
85

Lampiran 7.2. Tahun 2006


86
87
88
89

Lampiran 7.3. Tahun 2007


90
91
92
93

Lampiran 7.4. Tahun 2008


94
95
96
97
98

Lampiran 7.5. Tahun 2009


99
100
101
102
103

Lampiran 7.6. Tahun 2010


104
105
106
107
108

Lampiran 7.7. Tahun 2011


109
110
111
112
113
Lampiran 8. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Teknis
(dalam ribuan Rupiah)
KB 2005 2006
LI INPUT OUTP INPUT OUTP
UT UT
Biaya Biaya Biaya Nilai Biaya Biaya Biaya Nilai
Tenag Bahan Energ Hasil Tenag Bahan Energi Hasil
a Baku i Produ a Baku Produk
Kerja ksi Kerja si
171 42.26 255.17 18.91 367.83 50.831. 112.49 2.660.2 377.310
11 3.339 0.646 5.514 4.594 509 2.786 56 .348
171 205.9 222.9
1.916.0 3.319.9 528.30 3.340.8 334.14 5.519.6
12 22.20 06.35
23.939 37.628 2.970 85.613 0.615 97.430
6 5
171 17.228. 143.09 4.621.6 200.883
n.a n.a n.a n.a
13 454 3.756 04 .430
171 284.2 264.8
1.897.3 3.045.0 720.98 4.965.9 449.67 7.030.6
14 32.12 72.51
78.128 58.807 6.760 31.915 5.033 29.606
2 7
171 1.798. 5.041.6 262.2 8.530.0 30.165. 222.12 2.394.0 283.351
15 409 05 60 32 506 8.149 90 .250
171 118.7
68.82 815.43 1.409.7 501.75 6.164.4 1.064.6 10.168.
21 58.71
9.142 8.280 42.813 3.052 48.978 06.252 469.662
8
171 158.3 115.1
1.551.3 2.154.8 306.18 1.151.7 302.11 4.008.7
22 55.98 99.56
60.802 72.178 5.721 30.677 1.261 96.283
6 9
171 132.3
78.33 597.08 1.847.5 329.54 2.344.5 136.63 3.632.4
23 20.32
0.927 5.766 54.204 2.058 80.140 6.977 33.211
7
171 19.75 95.417. 3.577. 143.87 57.997. 425.28 29.930. 528.790
24 2.609 260 577 0.072 063 7.489 233 .358
172 162.8 666.60 15.02 956.10 12.032. 39.446. 2.723.5 61.856.
31 40 0 4 0 375 675 74 661
172 424.5 1.812.8 59.83 2.715.8 7.661.5 1.915.2 2.391.3
21.392
32 63 15 5 71 01 75 35
172 1.186. 1.072.2 112.3 1.963.2 6.621.7 11.727. 567.20 15.494.
93 564 65 22 18 70 643 3 967
173 30.52 87.034. 2.201. 175.73 50.762. 294.20 6.568.0 465.229
01 2.865 727 992 3.119 475 6.571 31 .196
173 14.04 48.536. 1.431. 77.828. 40.224. 95.353. 3.622.4 155.517
02 4.290 960 034 109 597 214 30 .171
173 861.3 3.000.8 539.8 5.160.3 639.80 960.96 2.309.3
67.791
03 10 73 23 69 5 5 46
174 3.125. 18.066. 415.1 25.395. 2.937.6 14.084. 217.82 20.251.

57
58

00 563 475 93 467 76 547 6 051


181 472.2 200.2
3.073.3 4.350.7 1.528.3 5.509.0 232.43 8.720.6
01 74.78 35.57
16.250 01.272 56.044 00.873 8.839 46.747
6 4

2007 2008
OUTP OUTP
INPUT INPUT
UT UT
KBL
I Biaya Biaya Biaya Nilai Biaya Biaya Biaya Nilai
Tena Bahan Energi Hasil Tena Bahan Energi Hasil
ga Baku Produ ga Baku Produk
Kerja ksi Kerja si
1711 60.37 65.916. 1.576.8 209.36 36.33 887.53 20.319. 1.324.6
1 8.450 791 50 4.464 7.849 4.029 480 29.422
325.7 454.0
1711 3.138.9 1.181.3 8.002.2 5.536.2 1.062.2 11.589.
86.22 70.53
2 52.557 72.984 76.814 73.268 39.725 994.402
2 2
1711 8.727. 66.345. 8.828.8 95.185. 3.850. 6.155.5 4.083.6 17.290.
3 378 881 26 455 000 11 36 651
248.1 203.1
1711 1.513.1 233.53 2.616.0 1.366.0 181.40 1.986.3
71.09 95.55
4 20.454 2.612 38.954 49.861 8.072 80.626
7 0
1711 8.284. 33.533. 637.65 49.639. 6.033. 25.747. 397.84 35.791.
5 041 703 8 099 202 037 0 879
1712 64.03 1.157.9 121.16 1.952.0 54.73 450.53 81.745. 744.108
1 0.246 96.323 8.051 16.902 1.959 6.545 553 .541
139.4
1712 47.17 309.61 43.816. 437.87 777.06 207.50 1.610.9
31.10
2 6.328 3.297 709 9.581 3.179 8.845 67.685
9
365.5 385.7
1712 2.982.2 264.96 4.763.7 2.886.1 323.29 4.497.9
14.33 06.38
3 03.475 9.103 05.018 01.227 3.710 69.666
8 6
1712 55.85 286.53 18.826. 397.73 71.65 486.50 38.670. 598.955
4 0.392 2.588 392 5.107 4.937 1.038 294 .501
1723 1.107. 8.026.4 11.831. 3.566. 17.382. 102.12 22.304.
83.718
1 080 85 506 354 964 5 051
1723 244.6 1.698.9 2.217.0 579.2 2.929.9 4.272.2
13.148 20.038
2 50 25 66 98 06 97
1729 3.794. 8.117.7 557.65 10.204. 2.430. 4.242.9 266.87 4.835.0
3 641 43 4 004 974 06 9 78
59

1730 46.83 167.80 10.228. 250.90 36.24 402.47 8.599.9 554.145


1 6.005 4.238 196 3.070 9.331 3.653 11 .049
104.8 101.8
1730 721.24 23.702. 1.010.0 374.22 11.669. 602.146
90.89 95.14
2 3.965 736 94.780 3.271 505 .653
4 5
1730 719.0 1.230.7 2.610.5 280.5 791.21 1.617.0
86.208 41.400
3 15 05 85 40 5 00
1740 8.028. 23.530. 558.85 32.979. 3.393. 26.474. 393.49 34.212.
0 166 257 2 795 993 352 3 669
840.9 919.8
1810 3.059.7 197.40 4.905.9 3.000.0 158.35 5.421.2
88.86 92.98
1 32.977 2.982 01.491 96.399 6.098 76.499
8 5

2009 2010
OUTP OUTP
INPUT INPUT
UT UT
KB
LI Biaya Biaya Biaya Nilai Biaya Biaya Biaya Nilai
Tenag Bahan Energ Hasil Tenag Bahan Energ Hasil
a Baku i Produ a Baku i Produ
Kerja ksi Kerja ksi
171 59.806 416.14 9.606. 766.55
n.a n.a n.a n.a
11 .444 7.618 132 5.234
171 309.01 3.533.9 357.25 5.695.7 153.59 2.684.2 317.76 5.380.0
12 0.830 81.680 0.759 16.513 6.373 14.903 6.293 44.390
171 28.904 156.07 48.781 1.968.4 36.817 1.769.9 200.22 2.384.6
13 .584 9.877 .401 19.344 .125 21.402 9.927 79.670
171 484.94 3.075.5 362.90 4.452.3 456.16 5.632.1 886.10 9.102.6
14 2.492 71.227 2.130 27.240 7.498 24.607 5.601 85.658
171 32.347 151.98 11.894 248.66 4.139. 15.203. 138.49 20.506.
15 .755 8.622 .154 6.577 334 130 6 521
171 39.182 550.97 34.285 645.80 37.423 610.23 23.973 698.43
21 .791 6.717 .547 7.762 .127 3.799 .612 5.501
171 199.69 2.231.1 405.91 3.714.4 83.230 1.611.4 89.933 2.114.8
22 2.893 14.047 1.728 71.423 .151 57.727 .306 22.573
171 331.74 5.324.3 251.30 8.772.9 220.53 2.643.7 168.06 6.383.0
23 8.594 35.524 9.917 71.837 1.105 59.353 8.659 81.005
171 82.851 310.25 17.155 435.96 122.73 480.19 31.911 725.25
24 .972 9.519 .581 6.417 7.584 1.190 .337 0.256
172 749.36 2.247.0 15.897 3.056.7 4.238. 29.214. 96.540 39.188.
60

31 2 00 36 305 000 500


172 3.426. 26.105. 153.17 37.287. 484.48 546.16 2.432.3
58.721
32 391 710 8 828 5 1 15
172 3.242. 3.486.7 301.94 4.708.2 893.81 1.334.4 2.948.5
37.554
93 757 72 6 10 1 23 60
173 3.054. 18.439. 3.724. 25.853.
n.a n.a n.a n.a
01 910 901 463 014
173 137.80 601.76 10.149 976.51 23.127 70.150. 2.179. 193.87
02 6.290 5.077 .050 5.299 .281 744 013 2.335
173 541.77 856.01 1.758.7 583.70 683.71 2.053.7
69.235 28.265
03 0 5 20 0 7 16
174 2.935. 12.512. 204.38 18.065. 3.795. 18.239. 435.77 26.456.
00 958 933 5 977 241 774 5 933
181 836.87 2.478.6 137.23 4.622.5 722.40 2.724.0 128.30 4.756.8
01 7.069 56.905 3.145 20.190 5.772 27.856 3.107 41.620

2011
INPUT OUTPUT
KBLI Biaya Biaya Bahan Biaya Nilai Hasil
Tenaga Baku Energi Produksi
Kerja
13111 197.584.299 1.586.631.298 238.825.163 3.284.944.937
13112 916.279.279 5.041.928.082 419.535.135 7.153.026.250
13113 141.861.617 2.324.059.154 234.553.882 3.010.522.578
13121 730.071.145 5.461.859.164 721.733.272 8.034.083.297
13122 2.736.199 32.904.192 235.270 43.769.203
13131 1.555.321 25.381.998 1.037.300 28.353.000
13132 44.181.052 1.610.845.290 95.530.097 2.304.883.091
13133 1.181.996.637 3.372.998.612 302.533.518 8.100.201.285
13134 74.493.185 242.967.949 13.107.308 385.093.687
13941 2.017.382 18.628.738 177.275 27.669.811
13942 691.602 3.765.009 1.135.064 6.328.406
13912 41.242 4.187.518 179.947 10.305.908
13911 25.080.810 20.492.578 3.482.610 67.778.691
14301 102.796.013 72.608.667 3.953.681 333.938.284
14303 550.896 819.259 40.140 2.361.558
13997 713.628 15.320.577 354.205 22.161.052
61

14111 1.088.206.642 2.622.546.378 88.390.435 5.265.107.678


Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah 2005-
2011 Volume I.
Lampiran 9. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Alokatif
Lampiran 9.1. Tahun 2005
KBLI 17111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS YG DIGARUK DAN DISISR KG 258 SERAT REEL KG 75.492
SERAT LAIN DIGARUKDAN DISISIR KG 200
SERAT TEKSTIL DISIAPKAN KG 438
TENAGA KERJA ORG/TH 13.137.500
SOLAR INDSUTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.222
KBLI 17112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL CAMPURAN POLIESTER KG 9.312 BENANG PC BAL 2.638.839
BENANG PINTAL CAMPURAN RAYON-KAPAS BALL 3.603.125 BENANG RAYON-KAPAS BAL 1.964.332
BENANG PINTAL CAMPURAN LAINNYA KG 20.176 BENANG CAMPURAN LAINNYA KG 22.051
TENAGA KERJA ORG/TH 8.322.443
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.275
KBLI 17114
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KAPAS METER 3.718 KAIN TENUN BENANG WARNA METER 1.300
FILAMEN POLIESTER YARD 3.573
FILAMEN - RAYON VISKOSA KG 3.389
TENAGA KERJA ORG/TH 7.395.330
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.749

57
58

KBLI 17115
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS 85 KG 50.395 KAIN TENUN IKAT BENANG ANEKA WARNA METER 40.239
FILAMEN POLIESTER BUAH 13.091
FILAMEN KEKUATAN TINGGI KG 27.726
TENAGA KERJA ORG/TH 7.395.330
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.022
KBLI 17121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK KG 13.675 PRODUK BENANG CELUP CAMPURAN BAL 1.764.664
BENANG CELUP CAMPURAN BALL 2.185.289 PRODUK BENANG HASIL PENYEMPURNAAN LAINNNYA
KG 10.703
TENAGA KERJA ORG/TH 12.014.163
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 933

KBLI 17122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK kg 2.485 KAIN CELUP CAMPURAN KAPAS YARD 4.735
BENANG CELUP CAMPURAN METER 1.994 KAIN HASIL PENYEMPURNAAN LAINNYA BAL 2.380.000
TENAGA KERJA ORG/TH 7.758.365
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.789
59

KBLI 17123
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG FILAMEN SINTETIK POLIAMIDA YARD 18.720 KAIN CETAK MOTIF BATIK KODI 235.197
BENANG KAPAS CAMPURAN SERAT BUATANYARD 4.981 KAIN CETAK STAPEL SINTETIK METER 20.000
BENANG SERAT STAPEL POLISETRI-RAYON VISKOSA
YARD 16.537
TENAGA KERJA ORG/TH 6.660.793
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.789

KBLI 17124
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN BATIK CAP BAL 299.182 BATIK TULIS PRIMA KODI 549.932
TENAGA KERJA ORG/TH 3.192.599 BATIK CAP KODI 68.488
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.050

KBLI 17231
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN TALI KAPAS KG 28.768 TALI GONI-YUTE KG 6.000
BAHAN TALI RAMI GLDG 36
BAHAN TALI HENEP MANILA KG 14.000
TENAGA KERJA ORG/TH 1.313.226
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 867
60

KBLI 17232
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN SUMBU KOMPOR KG 13.688 TALI SEPATU LUSIN 5.128
TENAGA KERJA ORG/TH 6.153.087 SUMBU KOMPOR KG 12.813
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 PRODUK TALI LAINNYA ROLL 36.792
LISTRIK KWH 258
61

KBLI 17302
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 BAL 4.917.932 MANTEL WANITA POTONG 61.053
KAIN CETAK DARI KAPAS 85 KG 37.472 TSHIRT PRIA POTONG 50.418
KAIN RAJUT BULU DARI KAPAS KG 46.068 BAJU HANGAT BAYI POTONG 73.153
TENAGA KERJA ORG/TH 11.511.713
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.405

KBLI 17303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 KG 23.420 KAOS KAKI KAPAS KODI 40.000
BENANG CELUP P/C KG 38.122 KAOS KAKI BAHAN TEKSTIL LAINNYA LUSIN 89.045
PLASTIK LEMBARAN POLIMER PROPILEN
KG 27.570
TENAGA KERJA ORG/TH 7.425.086
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.217
62

KBLI 17293
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BROKAT YARD 7.500 KAIN SULAMAN POTONG 1.378
BAHAN SULAMAN LAINNYA METER 10.350 KAIN SULAMAN LAINNYA BUAH 7.460
TENAGA KERJA ORG/TH 271.207
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.524

KBLI 17301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN RAJUT BULU KAPAS METER 29.373 KAIN RAJUT KAPAS KG 55.000
BAHAN RAJUT KAPAS ROLL 51.130 KAIN RAJUT SINTETIK KG 55.000
BAHAN RAJUT SINTETIK KG 40.210
TENAGA KERJA ORG/TH 10.804.554
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.619
63

KBLI 17400
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK HALUS KG 13.667 PRODUK KAPUK HALUS KG 10.420
TENAGA KERJA ORG/TH 2.685.192 BIJI KAPUK KG 717
SOALR INDUSTRI LITER 4.700 HATI KAPUK KG 1.210
LISTRIK KWH 1.879

KBLI 18101
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT DARI KPAS 85 CONES 25.025 PAKAIAN LUAR PRIA BATIK SINTETIK LUSIN 204.220
KAIN CELUP KAPAS 85 METER 4.589 KEMEJA LENGAN PENDEK PRIA BAHAN SINTETIK
BUAH 45.643
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 19.678 BLOUSE WANITA SERAT KAPAS BUAH 44.268
KAIN KANVAS METER 15.908 PAKAIAN LUAR WANITA SERAT SINTETIK POTONG 52.884
PERLENGKAPAN PAKAIAN BUAH 377
TENAGA KERJA ORG/TH 7.316.985
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.283

Lampiran 9.2. Tahun 2006


KBLI 17111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.100 SERAT REELING KG 75.492
VISCOSE RAYON KG 1.169
TENAGA KERJA ORG/TH 23.748.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 691
64

KBLI 17112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
POLYESTER BAL 2.500.009 BENANG PINTAL CAMPURAN SERAT LAINNYA
BAL 2.980.532
VISCOSE RAYON KG 10.156
TENAGA KERJA ORG/TH 25.851.000
SOALR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.275

KBLI 17113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
POLYESTER KG 11.510 BENANG JAHIT CAMPURAN SERAT LAINNYABAL 3.851.292
VISCOSE RAYON KG 15.132
TENAGA KERJA ORG/TH 18.858.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.000
KBLI 17114
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK
BAL 3.720.151 KAIN TENUN SERAT BUATAN METR 4.565
ZAT WARNA TEKSTIL KG 20.823 KAIN TENUN BNG WARNA YARD 6.678
TENAGA KERJA ORG/TH 16.169.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 841
65

KBLI 17115
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK
BAL 1.342.555 KAIN TENUN IKAT WARNA METER 11.774
ZAT WARNA TEKSTIL BUAH 797.669 KAIN IKAT POLOS METER 120.000
TENAGA KERJA ORG/TH 15.725.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.164
66

KBLI 17301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KAIT KAPAS KG 18.000 SELIMUT METER 4.836
BENANG RAJUT STAPEL KG 15.454 KAIN RAJUT KG 34.851
DYSTUFF KG 60.000 MANTEL RAJUT WANITA BUAH 13.139
TENAGA KERJA ORG/TH 33.405.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 910
KBLI 17302
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS BAL 4.199.771 CELANA RAJUT PRIA BUAH 7.500
KAIN RAJUT BERBULU KG 39.341 SINGLET RAJUT PRIA BUAH 10.000
KAIN RAJUT KAPAS BUAH 5.833 KAOS OBLONG RAJUT PRIA BUAH 9.037
TENAGA KERJA ORG/TH 20.869.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.358
67

KBLI 17232
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP KAPAS KG 9.400 BENANG PINTAL RAYON-KAPAS
KG 14.000
BENANG CELUP PR KG 11.000 SUMBU KOMPOR KG 9.559
BENANG ASBES KG 2.070 TALI ASBES ANYAM KG 3.800
TENAGA KERJA ORG/TH 53.300.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.183

KBLI 17293
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKLIRIK BAL 3.600.000 KAIN BORDIR KAPAS POTONG 36.200
BENANG CELUP FILAMEN BAL 3.600.000 BAJU KOKO BUAH 850
KAIN CETAK LAINNYA METER 22.500 BORDIR PAKAIAN BUAH 1.600
TENAGA KERJA ORG/TH 12.962.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.390
KBLI 17303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS KG 20.000 KAOS KAKI RAJUT PASANG 1.583
BENANG CELUP PC KG 32.555
PLASTIK POLIMER PROPILENA
KG 23.544
TENAGA KERJA ORG/TH 5.764.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.142
68

KBLI 17400
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 2.414 KAPUK HALUS KG 10.023
KAPUK RANDU KG 1.986 BIJI KAPUK KG 954
KAPUK HALUS KG 1.600 HATI KAPUK KG 2.062
TENAGA KERJA ORG/TH 2.738.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.007
KBLI 18101
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.055.564 KAIN CETAK BHN KEMEJA METER 7.500
KAIN CELUP KAPAS 85 METER 3.919 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 58.061
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 16.805 KAIN SARUNG LAINNYA BUAH 26.283
KAIN CETAK CAMPURAN KG 54.202 KAIN PANJANG LAINNYA METER 6.031
KAIN KANVAS METER 135.851 PAKAIAN JADI LAINNYA POTONG 36.272
TENAGA KERJA ORG/TH 20.095.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.306

Lampiran 9.3. Tahun 2007


69

KBLI 17111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN CETAK KAPAS METER 4.314 SERAT REELING KG 78.406
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.061
VISCOSE RAYON KG 1.154
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN25.947.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 719
70

KBLI 17112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 23.830 BENANG PINTAL CAMPURAN KG 18.120
SUTERA REELING M3 3.785.801 BENANG PC KG 21.842
KAPAS GARUK KG 8.408 BENANG TUNGGAL STAPEL KG 15.643
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN12.080.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.397
KBLI 17113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 11.392 KAIN CELUP FILAMEN METER 2.845
KAPAS GARUK KG 117.434 BENANG JAHIT NILON BAL 3.404.091
BENANG PINTAL KAPAS BAL 2.609.399 BENANG JAHIT WOL BAL 3.517.162
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN 7.090.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.149
KBLI 17114
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KLANTANG BAL 5.313.697 KAIN CETAK KAPAS YARD 6.661
BENANG CELUP KAPAS KG 48.269 KAIN TENUN MORI METER 8.257
BENANG CELUP PC KG 17.849 KAIN TENUN KAPAS YARD 9.349
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN 9.566.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 998
71

KBLI 17121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 11.160 BENANG KAPAS MERSERISASI BUAH 33.573
POLYESTER KG 15.198 BENANG CELUP FILAMEN KG 5.064
VISCOSE RAYON KG 19.043 BENANG CELUP KAPAS BAL 3.707.480
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.580.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 844
72

KBLI 17122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN TENUN HANEP METER 23.085 KAIN CETAK FILAMEN POLIESTER METER 2.665
BENANG KLANTANG KG 19.205 KAIN CELUP MORI KAPAS YARD 2.790
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 3.438.459 KAIN KELANTANG POLIESTER YARD 2.616
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.855.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.216
KBLI 17123
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS BAL 3.409.350 KAIN CETAK FILAMEN METER 7.690
BENANG PINTAL RC BAL 5.922.967 KAIN CETAK WOL YARD 12.099
ZAT WARNA TEKSTIL KG 17.401 KAIN CETAK KAPAS METER 4.774
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.888.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.337
KBLI 17124
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN CETAK MORI KAPAS METER 5.837 BATIK KOMBINASI PRIMA KODI 640.002
MALAM PARAFIN KG 13.897 BATIK CAP MORI BIRU KODI 12.681
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.950 BATIK TULIS PRIMA KODI 1.239.972
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.345.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.295
73

KBLI 17231
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS KG 30.657 TALI HENEP MANILA KG 9.303
FILAMEN TOW KG 7.229 TALI KAPAS KG 74.823
VISCOSE RAYON KG 5.308
TENAGA KERJA ORANG/TH 4.464.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 695
KBLI 17232
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 10.868 SUMBU KOMPOR KG 8.555
BENANG KAPAS RANGKAP KG 215.000
BENANG CELUP POLIAMIDA KG 10.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.262.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.178
74

KBLI 17293
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG RAJUT STAPEL CONES 119.815 PAKAIAN JADI SULAMAN KODI 820.521
KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 KAIN SULAMAN LAINNYA POTONG 57.986
KAIN CETAK CAMPURAN BUAH 10.206.467 KAIN SULAMAN POTONG 125.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.716.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 850
KBLI 17301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 KAIN RAJUT KAPAS KG 5.455
BENANG KELANTANG KG 90.126 KAIN RAJUT LUSI BUAH 51.050
KAIN CETAK KAPAS 85 KG 24.004 KAIN CETAK BHN KEMEJA POTONG 14.210
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.652.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 809
KBLI 17302
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL PR KG 17.719 TSHIRT RAJUT PRIA BUAH 57.395
KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 KAOS OBLONG RAJUT PRIA BUAH 40.022
KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 PAKAIAN LUAR RAJUT PRIA BUAH 31.644
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.813.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 750
75

KBLI 17303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI WOL LUSIN 22.000
BENANG BERLOGAM KG 35.000 KAOS KAKI RAJUT LUSIN 24.999
ISOLASI TAHAN PANAS LUSIN 238.333
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.263.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 756
KBLI 17400
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 473 HATI KAPUK KG 1.328
BENANG PINTALKAPAS BAL 126.964 BIJI KAPUK KG 291
KAPUK HALUS BAL 104.232 KAPUK HALUS KG 2.459
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.722.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 710
KBLI 18101
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 PAKAIAN JADI POTONG 44.021
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 KAIN SARUNG BUAH 14.478
KAIN CELUP KAPAS YARD 9.911 BLOUSE WANITA BUAH 37.854
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 32.489
ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056 BAJU HANGAT PRIA BUAH 47.995
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.742.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 777
76

Lampiran 9.4. Tahun 2008


KBLI 17111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.061 BENANG KG 530.064
VISCOSE RAYON KG 1.154
TENAGA KERJA ORANG/TH 17.076.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 645
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 23.830 BENANG TENUN KG 18.206
SUTERA REELING M3 3.785.801 BENANG KG 16.687
VISCOSE RAYON BAL 3.671.827 BENANG POLYESTER M3 16.402.906
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.944.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.312
KBLI 17113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 11.392 BENANG BAL 3.517.162
KAPAS GARUK KG 117.434
BENANG PINTAL KAPAS 85 BAL 2.609.399
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.347.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 847
77

KBLI 17114
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG TUNGGAL MODAKRILIK KG 323.999 KAIN GREY METER 5.967
BENANG CELUP KAPAS KG 48.269 RS 11 METER 7.025
BENANG CELUP PC KG 17.849 KAIN JADI METER 7.661
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.887
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.035.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.553
78

KBLI 17115
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG SUTERA KG 324.938 KAIN ANTIK METER 19.948
BENANG KLANTANG PC BAL 3.758.817 KAIN SUTERA POLOS METER 33.897
BENANG EMAS KG 87.667 KAIN FILAMIN METER 13.687
ZAT WARNA TEKSTIL KG 87.119
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.681.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 4.335
KBLI 17121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 11.160 BENANG TENUN BAL 4.014.049
POLYESTER KG 15.198 BENANG KG 8.027
VISCOSE RAYON KG 19.043
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.459.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.629
KBLI 17122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KLANTANG AKRILIK KG 19.205 GREY PE/TC METER 2.783
BENANG CELUP PC BAL 3.438.459 DENIM METER 18.190
ZAT WARNA TEKSTIL KG 59.446 KAIN PRINTING METER 2.055
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.060.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 783
79

KBLI 17123
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS BAL 3.409.350 KAIN RAYON METER 5.252
BENANG JAHIT NILON KG 22.299 KAIN GREY METER 4.495
BENANG KLANTANG KAPAS KG 38.184 KAIN PRINTING METER 7.340
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.754.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.626
KBLI 17124
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 1.498.275 KAIN BATIK KATUN KODI 1.240.083
KAIN TENUN MORI KPS METER 10.307 KAIN BATIK PRINTING METER 6.299
MALAM PARAFIN KG 13.897 SANTUNG BATIK KODI 12.946
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.950
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.883.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.459
KBLI 17231
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS 85 KG 39.657 TALI SEPATU BUAH 14.630
FILAMEN TOW KG 7.229
VISCOSE RAYON KG 5.308
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.962.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 701
80

KBLI 17232
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 10.868 SUMBU KOMPOR KG 15.000
BENANG KAPAS RKP KG 215.000 TALI PRAMUKA KG 4.200
BENANG CELUP FILAMEN KG 10.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.724.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 455
KBLI 17293
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG RAJUT STAPEL YARD 119.815 BORDIR HALUS POTONG 12.500
KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 BORDIR POTONG 5.000
KAIN KEMPA/BERLAPIS KG 33.000 BORDIR KASAR POTONG 20.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.642.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 797
81

KBLI 17301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 PANEL BUAH 60.601
KAIN CETAK KAPAS KG 24.004 RAJUT KG 2.000
KAIN RAJUT LUSI KG 24.004 SWEATER WANITA BUAH 27.058
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.351.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 948
KBLI 17302
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL AKRILIK YARD 49.049 GARMENT KNIT BUAH 31.098
KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 PAKAIAN ATAS BUAH 45.961
ELASTIC BAND KG 26.104 JAKET PRIA-WANITA BUAH 49.892
KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 WOMEN CAPRI TANK BUAH 82.068
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.281.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.072
82

KBLI 17303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI LUSIN 22.000
BENANG BERLOGAM KG 35.000
PLASTIK LEMBARAN KG 35.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.234.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.166
KBLI 17400
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 473 KAPUK HALUS KG 13.500
KAPAS KG 1.369 BIJI KAPUK KG 1.100
KAPAS HALUS BAL 104.232 HATI KAPUK KG 4.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.091.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 771
KBLI 18101
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 BAJU LENGAN PNJNG POTONG 62.541
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 CELANA JEANS LUSIN 62.272
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 SETELAN KODI 28.981
KAIN CETAK CAMPURAN YARD 16.061 PAKAIAN JADI SET 43.993
ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.054.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.296

Lampiran 9.5 Tahun 2009


83

KBLI 17111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BNG POLYESTER FILAMEN KG 22.823 SERAT REELING KG 305.617
VISCOSE RAYON KG 8.606 SERAT TEKSTIL DISIAPKAN KG 8.034
TENAGA KERJA ORANG/TH 27.561.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 647
KBLI 17112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
SUTERA REELING M3 19.138.778 BENANG SUTERA M3 66.830.380
KAPAS GARUK KG 27.202 BENANG PINTAL AKRILIK KG 25.789
VISCOSE RAYON KG 9.157 BENANG CELUP FILAMEN KG 7.330
PEWARNA KG 30.995.995 BENANG POLYESTER FIL M3 15.194.601
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.304.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.109
KBLI 17113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
DYESTUFF KG 449.860 BENANG JAHIT FILAMEN BAL 4.607.764
KAPAS KG 3.660.544 BENANG JAHIT CAMPURAN BAL 6.959.922
KIMIA KG 14.042
POLYESTER KG 39.135.630
TENAGA KERJA ORANG/TH 17.635.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 645
84

KBLI 17114
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
SUTERA REELING KG 14.802 KAIN TENUN MORI KAPAS METER 4.235
B.PINTAL CAMPURAN BAL 3.937.030 K.TENUN FILAMEN SINTETIK BAL 2.272
ZAT WARNA KG 199.801 K.TENUN BROCHE WARNA YARD 19.639
POLYESTER KG 11.989
VISCOSE RAYON KG 16.483
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.182.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.604
KBLI 17115
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.255.200 KAIN TENUN IKAT WRN KODI 920.487
BENANG PINTAL CAMPURAN KG 75.000 KAIN IKAT TENUN POLOS METER 24.587
BENANG CELUP KAPAS KG 23.338 KAIN SARUNG KODI 50.000
BENANG CELUP PR KG 23.417
ZAT WARNA TEKSTIL KG 51.696
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.477.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.569
KBLI 17121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 16.649 KAIN TENUN BNG WRNA METER 555
BENANG CELUP PC BAL 3.807.333 BENANG KLANTANG BAL 4.629.070
POLYESTER KG 11.207 BENANG CELUP PR BAL 3.850.882
VISCOSE RAYON BAL 3.750.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.538.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 176
85

KBLI 17122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL CAMPURAN BAL 1.900.000 KAIN CELUP LAINNYA YARD 5.266
BENANG CELUP PC BAL 4.937.243 KAIN BORDIR BUAH 455
KAIN CETAK KAPAS METER 9.550 K.TEMPAT TIDUR BATIK BUAH 83.612
BAHAN KIMIA KHUSUS KG 45.009
LYCRA KG 797.621
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.154.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 723
KBLI 17123
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 15.427 KAIN CETAK VOIL YARD 5.716
KAIN TENUN FILAMEN YARD 9.046 K.CETAK BAHAN KEMEJA METER 6.376
B.KLANTANG CAMPURAN BAL 3.588.289 KAIN CETAK MORI YARD 8.202
KAIN GEOTEXTILE METER 3.026 K.CETAK FILAMEN SINTETIK YARD 13.020
ZAT WARNA TEKSTIL KG 35.744
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.073.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.766
KBLI 17124
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN TENUN MORI KPS YARD 2.674 BATIK TULIS SUTERA POTONG 79.844
K.TENUN SUTERA NOIL METER 81.118 BATIK CAP MORI BIRU METER 10.000
B.CELUP STAPEL PC BAL 3.448.597 BATIK KOMBINASI PRIMA POTONG 29.859
MALAM PARAFIN KG 19.118 DRESS BATIK WANITA KODI 425.000
ZAT WARNA TEKSTIL KG 47.827
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.766.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.860
86

KBLI 17231
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG SERAT STAPEL KG 10.000.000 TALI KAPAS KG 12.000
K.CELUP FILAMEN KUAT KG 7.200.000 TALI SISAL/AGAVE KG 10.000
K.CELUP STAPEL SINTETIK KG 9.500.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.751.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.649
KBLI 17232
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
B.FILAMEN SINTETIK KG 8.500.000 TALI KEPERLUAN KAPAL KG 6.933
B.REGENARASI KG 8.500.000 SUMBU KOMPOR ROLL 5.318
PLASTIK BEKAS KG 2.866.295
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.477.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.818
KBLI 17302
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK ZAK 73.475 MANTEL RAJUT PRIA POTONG 186.907
B.RAJUT STAPEL SINTETIK KG 519.844 TSHIRT RAJUT PRIA POTONG 26.742
K.CELUP STAPEL POYESTER YARD 17.287 CELANA PANJANG BUAH 14.744
ETIKET BUAH 8.828
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.681.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 679
87

KBLI 17303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
B.RAJUT STAPEL TIRUAN KG 34.000 KAOS KAKI RAJUT LUSIN 21.000
KERTAS ISOLASI LUSIN 22.071
PLASTIK LEMBARAN KG 25.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.738.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.472
KBLI 17400
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 2.727 KAPUK HALUS KG 11.442
KAPAS KG 4.819 HATI KAPUK KG 5.201
KAPUK GELONDONG KG 2.009 KULIT KAPUK KG 5.115
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.670.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.553
KBLI 18101
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KONSENTRAT CHEMICAL KG 85.789 BAJU HANGAT PRIA BUAH 75.858
K.CELUP BHN KEMEJA METER 6.131 KEMEJA LGN PANJANG POTONG 32.472
KAIN BORDIR METER 1.365.938 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 36.629
KAIN CETAK LAINNYA YARD 227.000.000 BLOUSE WANITA BUAH 50.323
K.CETAK KAPAS CAMPUR YARD 13.927 PAKAIAN JADI LAINNYA POTONG 32.320
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.802.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.578

Lampiran 9.6. Tahun 2010


88

KBLI 13112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS COTTON KG 16.867 BENANG TENUN BAL 49.768
POLYESTER KG 13.363 RWH KG 29.956
KAPAS RAYON KG 14.456 BENANG KG 8.893
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.454.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 746
KBLI 13113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
CHIPS KG 11.119 BENANG COTTON 100 BAL 106.124
KAPAS BAL 36.687 B.POLYESTER FILAMEN KG 16.373
POLYERTER BAL 197.153 POLYESTER CHIP KG 8.155
TENAGA KERJA ORANG/TH 14.651.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 1.000
KBLI 13121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 18.064 KAIN GREY METER 4.792
BENANG BAL 3.397.319 DENIM METER 30.024
CHEMICAL KG 45.427 COLOUR FABRIC METER 23.682
POLYESTER KG 22.357
RAYON KG 40.949
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.875.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 534
89

KBLI 13122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KATUN KG 18.797 KAIN SESEK METER 7.000
KAIN KATUN KG 27.000 KAIN LURIK SBY METER 40.000
BENANG SUTERA KG 312.207 KAIN KAMEN IKAT POTONG 35.000
BENANG MERCERICED KG 96.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.680.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 892
KBLI 13131
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 13.342 TR 45 TX 150 D METER 2.786
KAIN GREY YARD 8.119 KAIN METER 517
BENANG BAL 4.692.375 BENANG TENUN BAL 4.045.728
BENANG TENUN BAL 2.998.075
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.194.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 590
90

KBLI 13132
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 3.931.584 KAIN GREY YARD 699.883
KAIN GREY METER 3.527 KAIN CAMBRIG YARD 7.524
BENANG BAL 1.900.000 KAIN POLOS YARD 5.632
PVAC KG 127.434 KAIN PRINTING YARD 5.600
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.803.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 814
KBLI 13133
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 12.465 RAYON METER 591
BENANG TENUN BAL 3.833.039 KAIN YARD 10.061
KAIN JADI POTONG 8.682 GREY BROAD CLOTH YARD 6.362
ACCESORIES GROSS 3.056.187
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.328.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 687
91

KBLI 13134
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
MORI YARD 6.757 BATIK SUTERA POTONG 288.709
KAIN SUTERA METER 61.809 HANDPRINT YARD 847
MALAM PARAFIN KG 4.574 SARUNG BATIK YARD 77.483
OBAT BATIK KG 56.702 BATIK METER 25.357
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.670.000 SARUNG KODI 199.894
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 617
KBLI 13911
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KG 18.908 KAIN POLYESTER 100 KG 28.000
OBAT BATIK KG 15.601 KAIN POLYESTER TPS YARD 26.000
FIBER KG 13.061
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.146.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 820
92

KBLI 13912
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN MORI PRIMUS METER 11.500 HIASAN DINDING SET 279.981
KAIN MERCURI METER 14.183 PAKAIAN PENGANTIN SET 16.861
MOTE POND 12.334 KEBAYA BUAH 610.714
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.804.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 657
KBLI 13941
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
RAYON KG 5.146 DOGOL KG 1.200
FILAMEN KG 1.086 TALI TAMBANG PLASTIK KG 1.000
MARLON KG 2.899 T.TAMBANG SANTANG KG 12.162
PLASTIK KG 5.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.568.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 1.200
93

KBLI 13942
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PP KG 35.144 BENANG BANGUNAN TT 4.820
BENANG KATUN KG 1.200 BENANG TALI KG 23.521
BENANG AVAL KG 217 SUMBU KOMPOR ROLL 5.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.341.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 625
KBLI 13997
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK GLONDONG KRG KG 3.261 KAPUK HALUS KG 17.502
KAPAS KG 5.084 KAPUK ODOLAN KG 5.802
TENAGA KERJA ORANG/TH 4.476.000 BIJI KAPUK KG 1.581
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 732
94

KBLI 14111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 13.202.418 MEN'S SHIRT POTONG 50.112
KAIN YARD 19.422 SHIRT BUAH 58.645
COTTON METER 14.052 BLUS BUAH 71.825
KAIN KNIT KG 35.309 PAKAIAN JADI PASANG 57.995
KAIN/PANEL PASANG 41.714
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.885.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 454
KBLI 14301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN JEANS YARD 17.272 CELANA JEANS POTONG 21.822
KAIN LUSIN 158.296 SARUNG TANGAN BUAH 116.112
KAIN KAOS BAL 1.500.000 CELANA DALAM BUAH 54.888
SHEEP KG 476.260
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.509.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 590
KBLI 14303
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KG 39.100 KAOS KAKI KATUN PASANG 9.500
BENANG KATUN CONES 23.001 KAOS KAKI LUSIN 30.000
KARET BENANG CONES 22.005
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.980.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 509

Lampiran 9.7. Tahun 2011


95

KBLI 13111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KOKON ULAT SUTERA KG 20.001 BENANG TENUN/RAJUT BAL 4.289.622
BENANG AFVAL TALI KG 75.000 KAIN GREIGE METER 14.120
ETIKET BENANG BUAH 150 BENANG BAL 5.365.015
KANTONG PLASTIK BUAH 15.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 23.941.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 667
KBLI 13112
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 28.360 RWH KG 33.241
POLYESTER KG 13.843 BENANG RAYON KG 38.799
FIBER RAYON BAL 6.279.691 BENANG KG 8.893
TENAGA KERJA ORANG/TH 34.177.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 530
KBLI 13113
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
DYESTUFF KG 101.936 POLYESTER FILAMEN KG 50.702
CHEMICAL KG 102.994 YOSM POLYESTER FIL KG 20.284
CHIPS KG 14.107
TENAGA KERJA ORANG/TH 59.631.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 531
96

KBLI 13121
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 5.174.320 KAIN TENUN YARD 7.064
PEWARNA KG 122.227 SARUNG TENUN POTONG 28.700
SUPPORTING MATRIAL KG 8.083
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.673.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 494
KBLI 13122
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KATUN KG 56.537 KAIN MESRIS METER 30.941
BENANG SUTERA KG 363.361 KAIN IKAT SUTERA METER 25.725
BENANG CSM 80/2 KG 121.389 KAIN AIR BRAS METER 109.002
TENAGA KERJA ORANG/TH 2.626.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 555
KBLI 13131
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 1.100.000 KAIN POLOS WARNA METER 6.000
OBAT WAPPOC KG 115.000
KIPRET KG 3.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.238.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 658
KBLI 13132
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 4.645.621 KAIN JADI METER 8.000
KAIN GRAY METER 6.364 KAIN POLOS METER 7.041
PEWARNA FINISH KG 604.141 PRODUK KAIN FINISH METER 2.060
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.360.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 581
97

KBLI 13133
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 45.705 RAYON METER 591
KAIN GRAY METER 11.055 KAIN GRAY METER 10.011
ALBIKAT KG 67.000 KAIN PRINTING METER 12.808
TENAGA KERJA ORANG/TH 56.838.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 452
KBLI 13134
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN MORI METER 7.809 BATIK TULIS PRIMA POTONG 147.299
KAIN SUTERA TWISS METER 50.301 KAIN BATIK TIC DYET YARD 392.195
MALAM KG 24.180 KAIN KEMEJA POTONG 23.220
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.287.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 554
KBLI 13911
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
YARN BUAH 9.000 PANEL BUAH 39.199
OTHER RAWS BUAH 397.558 PRJUTAN BHN KAOS KG 6.286
TENAGA KERJA ORANG/TH 28.244.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 552
KBLI 13912
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN SUTERA METER 112.485 BHN KEBAYA BORDIR POTONG 76.667
KAIN KERUDUNG POTONG 6.000 BORDIR BUAH 515
BENANG BUAH 6.000 KERUDUNG BORDIRAN POTONG 15.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 192.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 630
98

KBLI 13941
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
FILAMEN KG 1.000.000 DOGOL KG 13.000.000
PLASTIK BEKAS KG 5.000.000 TALI RAFIA KG 16.200
PLASTIK BERAS KG 7.300.000 SEDOTAN BAL 1.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.002.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH n.a
KBLI 13942
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG AVAL KG 2.200 SUMBU DAN TALI PRMUKA KG 4.500
BENANG POLYESTER KG 22.500 RENDA BUAH 3.790
BENANG KATUN KG 13.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.982.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 350
KBLI 13997
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK GLONDONG KG 3.865 KAPUK ODOLAN KG 11.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 1.015.000 KAPUK RANDU ODOLAN KG 16.022
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 ISI RANDU KG 1.432
LISTRIK KWH 506
99

KBLI 14111
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
COTTON CVC KG 111.090 SARUNG TENUN KODI 1.901.155
KAIN YARD 35.457 MEN'S SHIRT POTONG 50.112
POLAR FLEECCE YARD 23.943 CELANA JEANS LUSIN 618.055
KAIN KAOS LOTTO KG 50.459 BLOUSE WANITA POTONG 38.024
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.962.000 PKAIAN OLAHRAGA SET 75.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 455
KBLI 14301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG 40'S BAL 7.389.033 SWEATER POTONG 56.069
KAIN SALUR YARD 21.837 MEN'S SHIRT POTONG 48.325
KAIN/PANEL METER 42.551 KEBAYA POTONG 29.332
INTERLINING YARD 8.060
TENAGA KERJA ORANG/TH 20.392.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 593
100

Anda mungkin juga menyukai