Tugas 01 Kebitam - 12116010
Tugas 01 Kebitam - 12116010
Kebijakan Pertambangan
PERATURAN TERKAIT PERTAMBANGAN DI INDONESIA
Oleh
Iqlima Nur Annisa - 12116010
3 Perindustrian
Undang- Pasal 18 ayat 6, Dengan memudahkan dalam
Undang Nomor Bagi penanaman modal yang sedangre-investasi alat dan
25 Tahun 2007 berlangsung yang melakukan penggantian mesin semacamnya, membuat
tentang atau barang modal lainnya, dapat diberikan penanam modal asing
Penanaman fasilitas berupa keringanan atau pembebasan beatertarik untuk menanamkan
Modal masuk. modal di Indonesia
(termasuk dalam Industri
Pertambangan. Selain itu,
hal ini memudahkan
perusahaan tambang untuk
mengganti peralatannya,
sehingga tidak ada lagi
alasan untuk menggunakan
alat yg telah berumur lama.
Pasal 21, Hak atas tanah memudahka
Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam n pemegang IUP untuk mem
Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan buka usaha tambang. Penan
pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan am modal asing mudah men
penanaman modal untuk memperoleh: gontrol usaha pertambangan
a. hak atas tanah; nya, sehingga usaha pertam
b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan bangannya masih terus berja
c. fasilitas perizinan impor. lan karena adanya fasilitas p
elayanan keimigrasian. fasili
tas perizinan impor memuda
hkan perusahaan tambang u
ntuk memasukkan barang da
ri luar negeri guna keperlua
n perusahaan.
5 Tenaga Kerja
Undang- Pasal 61 ayat 1, Peraturan mengenai
Undang Nomor (1) Perjanjian kerja berakhir apabila : pemberhentian kerja,
13 Tahun 2003 a. pekerja meninggal dunia; bertujuan agar dalam
tentang b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; pemutusan kontrak kerja
Ketenaga- c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan tidak dilakukann secara
kerjaan atau penetapan lembaga penyelesaian sepihak oleh perusahaan.
perselisihan hubungan industrial yang telah Dengan begitu hak dari
mempunyai kekuatan setiap pekerja telah terjamin
hukum tetap; atau dalam undang-undang.
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan,atau perjanjian kerja
bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.
Pasal 86 Ketika melakukan kegiatan
Ayat (1) operasi penambangan atau
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk berada di sekitar areal
memperoleh perlindungan atas : penambangan semua
a.keselamatan dan kesehatan kerja; pekerja berhak untuk
b.moral dan kesusilaan; dan mendapatkan APD dan
c.perlakuan yang sesuai dengan harkat dan perlindungan keselamatan
martabat manusia serta nilai-nilai agama. kerja.
Ayat (2)
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Pasal 77 Waktu kerja ini bertujuan
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan untuk menjamin bahwa
ketentuan waktu kerja. pekerja tidak melakukan
kerja yang lebih dari
kemampuan seseorang.
Undang- Pasal 12 Hal ini untuk mengatur
Undang Nomor Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban bahwa pekerja memiliki hak
1 Tahun 1970 dan atau hak tenaga kerja untuk: dan kewajiban untuk
tentang a. Memberikan keterangan yang benar bila menjamin keselamatannya
Keselamatan diminta oleh pegawai pengawas dan atau ketika melakukan pekerjaan
Kerja keselamatan kerja; dalam rangkaian kegiatan
b. Memakai alat perlindungan diri yang penambangan.
diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan
semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja
serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khususditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.
Kemenkeu
Undang- Pasal 7A Dalam dunia pertambangan
Undang Nomor (1) erat kaitannya dengan
17 Tahun 2006 Pengangkut yang sarana pengangkutnya akan impor-ekspor, khususnya
tentang Bea datang dari: ekspor yang memang saat
Cukai a.luar daerah pabean; atau ini masih sangat gencar
b.dalam daerah pabean yang mengangkut barang dilakukan. Sehingga ini erat
impor, barang ekspor, dan/atau barang asal kaitannya dengan peraturan
daerah pabean yang diangkut ke tempat lain mengenai bea cukai
dalam daerah pabean melalui luar daerah pabean, mengingat banyaknya hasil
wajib memberitahukan rencana kedatangan tambang yang diekspor
sarana pengangkut ke kantor pabean tujuan
sebelum kedatangan sarana pengangkut, kecuali
sarana pengangkut darat.
Pasal 53 ayat (3) Dalam melakukan ekspor
Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang bahan galian juga perlu
tidak diperhatikan syarat-syarat
memenuhi syarat untuk diimpor atau diekspor, ekspor, agar hal-hal yang
jika tidak di inginkan seperti
telah diberitahukan dengan pemberitahuan yang tercantum dalam pasal
pabean, 53 tidak terjadi.
atas permintaan importir atau eksportir:
a.dibatalkan ekspornya;
b.diekspor kembali; atau
c.dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat
bea dan cukai kecuali terhadap barang dimaksud
ditetapkan lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Undang- Pasal 2 ayat (1) Dinyatakan bahwa
Undang Nomor (1) Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak penerimaan dari
20 Tahun 1997 meliputi: pemanfaatan sumberdaya
tentang a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan alam merupakan kategori
Penerimaan dana Pemerintah; penerimaan negara bukan
Negara b. penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya pajak, yang dapat
BukanPajak alam; menambah devisa negara.
c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan
kekayaan Negara yang dipisahkan;
d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan Pemerintah;
e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan
dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi;
f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak
Pemerintah;
g. penerimaan lainnya yang diatur
dalamUndang-undang tersendiri.
Undang- Pasal 3 ayat (1) dan (2), Pada pasal 3 di sebutkan
Undang Nomor (1) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak bahwa hal-hal apa saja yang
12 Tahun 1994 Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang : tidak dikenai pajak bumi
tentang a. digunakan semata-mata untuk melayani dan bangunan, karena
Perubahan atas kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, bangunan untuk keperluan
Undang-undang kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, tambang tidak di sebutkan
Nomor 12 yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh dalam pasal tersebut, maka
Tahun 1985 keuntungan; bangunan yang di gunakan
Tentang Pajak b. digunakan untuk kuburan, peninggalan untuk kepentingan tambang
Bumi dan purbakala, atau yang sejenis dengan itu; seperti kantor, mess, dll
Bangunan c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, merupakan bangunan yang
hutan wisata, taman nasional, tanah dikenai pajak.
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan
tanah negara yang belum di bebani suatu hak;
d. digunakan oleh perwakilan diplomatik,
konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik;
e. digunakan oleh badan atau perwakilan
organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
(2) Objek Pajak yang digunakan oleh negara
untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan
pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 5
Penataan lahan sebagaimana dimaksud pasal
4 ayat (2) huruf a, meliputi :
a. Pengisian kembali lubang bekas tambang;
b. Penataan permukaan tanah;
c. Kestabilan lereng; dan
d. Penaburan tanah pucuk
Pasal 6 Biasanya untuk
Pengendalian erosi dan sedimentasi sebagaimana mengendalikan terjadinya
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b, erosi menggunakan tyre
meliputi: dump structure, yaitu
a. Pembuatan bangunan konservasi tanah dengan menata ban di jalur
(checkdam, dam penahan, pengendali jurang, air sehingga menghambat
drop structure, saluran drainase, dll). laju air yang memungkinkan
b. Penanaman cover cropsuntuk memperkecil mengikis tanah di
kecepatan air limpasan dan meningkatkan sekitarnya.
infiltrasi.
c. Kejadian erosi dan sedimentasi (diamati dari
terjadinya erosi alur dan erosi parit).
6 Kehutanan
Undang- Pasal 41, Dalam melakukan usaha
Undang Nomor Rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan pertambangan, tentu saja
41 Tahun 1999 melalui kegiatan: terdapat kegiatan
tentang a. reboisasi, pembukaan lahan. Pelaku
b. penghijauan, usaha pertambangan wajib
c. pemeliharaan, melakukan rehabilitasi
d. pengayaan tanaman, atau setelah membuka lahan dan
e. penerapan teknik konservasi tanah secara melakukan penambangan
vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan dengan kegiatan yg telah di
tidak produktif. tentukan.
(2) Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di semua hutan dan
kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti t
aman nasional
7 Perdagangan
Undang- Pasal 1 ayat 3, Usaha penambangan yang
Undang Nomor Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah berbentuk badan perseroan
40 Tahun 2007 komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam wajib berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna pembangunan ekonomi
meningkatkan kualitas kehidupan dan berkelanjutan guna
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi meningkatkan kualitas
Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun kehidupan dan lingkungan
masyarakat pada umumnya di daerah sekitar
penambangan.
Pasal 74, Dalam ayat (1), usaha
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha penambangan dalam bentuk
nya dibidang dan/ atau berkaitan dengan sumber badan perseroan wajib
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab melaksanakan
sosial dan lingkungan. tanggungjawab sosial
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat sekitar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dengan memperbaiki
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan kehidupannya, serta
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang menjaga lingkungan sekitar
pelaksanaannya dilakukan dengan tambang. Dipertegas pada
memperhatikan kepatutan dan kewajaran ayat (2), bahwa usaha
penambangan dalam bentuk
badan perseroan harus
memasukkan anggarannya
untuk keperluan dalam ayat
(1).
8 Sumber Daya
Air
Undang- Pasal 23, Ketika terdapat asam
Undang Nomor (1) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian tambang atau hal lain akibat
7 Tahun 2004 pencemaran air ditujukan untuk operasi tambang, maka air
tentang Sumber mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang sudah tercemar
Daya Air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber tersebut harus di olah
air. terlebih dahulu dan di
(2) Pengelolaan kualitas air sebagaimana pulihkan kualitas nya seperti
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara semula.
memperbaiki kualitas air pada sumber air dan
prasarana sumber daya air.
(3) Pengendalian pencemaran air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
mencegah masuknya pencemaran air pada
sumber air dan prasarana sumber daya air.
(4) Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
9 Dalam Negeri
Undang- Pasal 13, Dari Pasal ini, bahan galian
Undang Nomor (1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan tambang merupakan urusan
32 Tahun 2004 pemerintahan daerah provinsi merupakan rumah tangga pemerintah
tentang urusan dalam skala provinsi yang meliputi: daerah untuk meningkatkan
Pemerintahan a. perencanaan dan pengendalian kesejahteraan masyarakat.
Daerah pembangunan;
b.perencanaan, pemanfaatan, dan
pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat;
d.penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumber daya manusia potensial;
g.penanggulangan masalah sosial lintas
kabupaten/kota;
h.pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas
kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha
kecil, dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k.pelayanan pertanahan termasuk lintas
kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum
pemerintahan;
n.pelayananadministrasi penanaman modal
termasuk lintas kabupaten/kota;
o.penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota ; dan
p.urusan wajib lainnya yang diamanatkan
oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulandaerah yang bersangkutan.
Undang- Bagian Kedua Belas Pajak Mineral Bukan Pasal 57-61 berisi tentang
Undang Nomor Logam dan Batuan perpajakan di dunia
28 Tahun 2009 Pasal 57 pertambangan.
Tentang Pajak (1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan
Daerah Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Di dalam UU no 4 tahun
Bukan Logam dan Batuan yang meliputi: 2009, hal-hal yang berkaitan
a. asbes; tentang pajak dari hasil
b.batu tulis; pendapatan daerah diatur
c. batu setengah permata; dalam pasal 128-133.
d.batu kapur;
e. batu apung; Jenis-jenis mineral yang
f. batu permata; terkena pajak diatur oleh
g.bentonit; pasal 57 ayat (1).
h.dolomit; Sedangkan ayat (2) berisi
i. feldspar; objek yang tidak terkena
j. garam batu (halite); pajak
k.grafit;
l. granit/andesit;
m. gips;
n.kalsit;
o.kaolin;
p.leusit;
q.magnesit;
r. mika;
s. marmer;
t. nitrat;
u.opsidien;
v.oker;
w. pasir dan kerikil;
x.pasir kuarsa;
y.perlit;
z. phospat;
aa. talk;
bb. tanah serap (fullers earth);
cc. tanah diatome;
dd. tanah liat;
ee. tawas (alum);
ff. tras;
gg. yarosif;
hh. zeolit;
ii. basal;
jj. trakkit; dan
kk. Mineral Bukan Logam dan Batuan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan
Logam dan Batuan yang nyata-nyata tidak
dimanfaatkan secara komersial, seperti
kegiatan pengambilan tanah untuk
keperluan rumah tangga, pemancangan
tiang listrik/telepon, penanaman kabel
listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;
b.kegiatan pengambilan Mineral Bukan
Logam dan Batuan yang merupakan ikutan
dari kegiatan pertambangan lainnya, yang
tidak dimanfaatkan secara komersial; dan
pengambilan Mineral Bukan Logam dan
Batuan lainnya yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
Pasal 58 Dalam pasal ini di tegaskan
(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan bahwa pihak yang
Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan penambangan
dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan wajib membayar pajak
Batuan. mineral.
(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil Mineral Bukan Logam dan
Batuan.
Pasal 59 Dalam pasal-pasal di
(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan samping, di jelaskan
Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil ketentuan-ketentuan
Pengambilan Mineral Bukan Logam dan mengenai penarikan pajak
Batuan. yang harus dibayarkan.
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung dengan mengalikan
volume/tonase hasil pengambilan dengan
nilai pasar atau harga standar masing-masing
jenisMineral Bukan Logam dan Batuan.
(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) adalah harga rata-rata yang berlaku di
lokasi setempat di wilayahdaerah yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi
Mineral Bukan Logam dan Batuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit
diperoleh, digunakan harga standar yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang
dalam bidang pertambangan Mineral Bukan
Logam dan Batuan.
Pasal 60
(1) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%
(dua puluh lima persen).
(2) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 61
(1) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif pajaksebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) dengan
dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59.
(2) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
yang terutang dipungut di wilayah daerah
tempat pengambilan Mineral Bukan Logam
dan Batuan.
Peraturan Pemerintah diatas terdapat perubahan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah di bawah ini :