PERANAN WANITA
BAB XVIII
XVIII/3
Tujuan dan kebijaksanaan tersebut pelaksanaannya dituang-
kan dalam program-program sebagai berikut : a) Peningkatan
Pelayanan Kesehatan, b ) Pemberantasan Penyakit Menular, c)
Perbaikan Gizi, d) Peningkatan Penyediaan Air Bersih, e) Pe-
nyehatan Lingkungan Pemukiman, f) Penyuluhan Kesehatan, g)
Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya, h) Pendidikan dan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, i ) Generasi Muda, j ) Peranan
Wanita, k) Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan
Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan, 1) Penyempurnaan Prasara-
na Fisik Pemerintah, dan m ) Penelitian dan Pengembangan Kese-
hatan.
a. Pelayanan Kesehatan
PUSKESMAS
XVIII/4
kesehatan yang telah ditetapkan menjadi tugas Puskesmas. Ke-
dua belas usaha tersebut adalah : pengobatan,kesejahteraan
ibu dan keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular,
hygiene sanitasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, pencacatan
dan pelaporan, peningatan gizi, kesehatan sekolah, kesehatan
gigi, kesehatan jiwa dan laboratorium sederhana.
XVIII/5
dan peralatan noh media yang memadai. Tenaga dokter dan para
medis sebelum melaksanakan tugas terlebih dahulu diberikan
tambahan pendidikan di rumah sakit terdekat dan yang sudah
berjalan dengan baik. Untuk daerah-daerah yang terpencil dan
pelayanan kesehatan belum terjangkau oleh Puskesmas atau Pus-
kesmas Pembantu secara baik dan efektif, disediakan Puskesmas
Keliling. Bentuk Puskesmas Keliling disesuaikan dengan keada-
an daerah masing-masing, dalam bentuk mobil roda empat atau
perahu bermotor. Sejak tahun 1979/80 sampai tahun keempat
Repelita III telah disediakan 1.375 buah Puskesmas Keliling
(Tabel XVIII - 1).
XVIII/6
TABEL XVIII - 1
XVIII/7
TABEL XVIII – 2
XVIII/8
GRAFIK XVIII - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, DAN
PUSKESMAS KELILING,
1978/79 - 1982/83
XVIII/9
Dengan peningkatan jumlah dan fungsi Puskesmas maka di-
perkirakan Puskesmas dapat melayani sekitar 35% orang yang
membutuhkan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Dengan me-
ningkatnya upaya pengobatan Puskesmas, maka dapat terlihat
jumlah kunjungan meningkat terus. Pada tahun 1981/82 kunjung-
an 65 orang per hari dan pada tahun 1982/83 meningkat menjadi
80 orang per hari.
XVIII/10
guru yang telah ditatar juga menunjukkan kenaikan. Sampai ta-
hun 1982 telah dapat ditatar 151.46Q guru SD, SMTP, dan SMTA
atau 79% dari 192.038 jumlah guru sekolah yang ada.
XVIII/11
rasional yang cukup dan memadai. Dalam kaitan inilah kepada
RS tersebut diberikan subsidi biaya operasional agar RS ter-
sebut memenuhi fungsinya.
XVIII/12
obat-obatan dari tahun k e tahun mengalami kenaikan. Pada ta-
hun 1982 bantuan tersebut telah naik menjadi Rp.200,0 per ha-
ri/tempat tidur, sedang pada tahun 1979/80 baru mencapai
Rp.100,0 per hari/tempat tidur. Di samping itu apabila pada
RS tersebut ditempatkan dokter ahli, jumlah bantuan tersebut
ditambah lagi sebesar Rp. 150,0 per hari/tempat tidur.
XVIII/13
tidak dapat ditanggulangi pada Puskesmas diselenggarakan pe-
layanan keluarga berencana di rumah sakit (PKBRS). Dari jum-
lah RS yang ada telah 110 RS Kabupaten/Kodya dari 26 RS Pro-
pinsi melaksanakan PKBRS secara intensif dan teratur. Bagi RS
yang melaksanakan PKBRS agar dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik secara berangsur dilengkapi peralatan-peralatan
yang sangat diperlukan antara lain IUD Kid, Gynnologi bed,
histeroscope dan lain-lain. Juga bagi pengelola KBRS diberikan
penataran-penataran, kunjungan-kunjungan ke RS lain untuk me-
nambah pengetahuan serta ketrampilan.
XVIII/14
Melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan kepada RS
Kabupaten/Kodya dan Puskesmas diberikan bantuan obat-obatan
dengan perhitungan R p . 250,0 per penduduk/tahun dengan minimum
Rp. 20,0 juta untuk setiap Kabupaten/Kodya. Apabila pada RS
tersebut ditempatkan dokter ahli, disediakan tambahan bantuan
obat-obatan R p . 100,0/hari/tempat tidur. Di samping pembang-
unan RS Kabupaten, pada tahun 1982 dalam penyelesaian pem -
bangunan RS Propinsi Dilli di Propinsi Timor Timur. RS terse-
but sekarang telah berfungsi memberikan pelayanan kesehatan.
Untuk lebih mempercepat peningkatan pelayanan kesehatan
melalui program cepat telah dilakukan peningkatan terhadap 18
RS Pendidikan (Vertikal dan RS Propinsi), 7 RS Propinsi yang
tidak dipergunakan sebagai tempat pendidikan dan 188 RS Kabu-
paten/Kodya. Peningkatan tersebut meliputi usaha penambahan
peralatan medis untuk RS Vertikal misalnya, peralatan fibres-
cope, peralatan laboratorium top referral, peralatan body
scanner, peralatan ultra sound, peralatan cobalt, peralatan
bedah jantung, peralatan ortopedik dan lain-lain, sedangkan
untuk RS Kabupaten/Kodya peralatan laboratorium, peralatan
Bank Darah, peralatan ortopedik, peralatan darurat medik,
peralatan farmasi dan lain-lain. Agar peralatan-peralatan
tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka diberikan
penyediaan gedung serta sarana listrik bagi yang memerlukan-
nya.
Peningkatan RS Khusus juga mendapatkan perhatian, antara
lain penyelesaian tahap akhir pemindahan RS Ortopedi dan Pro-
tese Solo dari Jebres ke Pabelan Surakarta. Dengan demikian
peningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita cacat serta
usaha rehabilitasinya sehingga yang bersangkutan mampu berdiri
sendiri di dalam masyarakat dapat lebih diperlancar. Pening-
katan bengkel protese mendapat perhatian khusus, agar rumah
sakit ini dapat memproduksi alat protese (misalnya tangan,
kaki, alat pembantu pancaindera tiruan), dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat, dapat dipertanggung jawabkan dari
segi kesehatan. Pemindahan tersebut juga dimaksudkan agar
RS-LOP tersebut memenuhi dan dapat berfungsi sebagai RS ruju-
kan tingkat puncak bagi RSU dan RS Khusus lain yang tingkat-
nya lebih rendah. Dalam pada itu juga dilanjutkan usaha me-
ningkatkan pelayanan bagi penderita kusta, dengan jalan me-
ningkatkan RS Kusta Sitanala Tangerang, RS Kusta Sungai Kun-
dur, dan RS Khusus lainnya. Pembangunan RS Kusta Ujung Pan-
dang yang telah dimulai tahun 1980/81 diteruskan dan dise -
lesaikan. Pelayanan kesehatan penderita kusta kecuali ber-
sifat pengobatan penderita, yang sangat penting adalah usaha
rehabilitasi dengan memberikan ketrampilan dan kecakapan se-
suai dengan bakatnya untuk mampu hidup sendiri, percaya
ke-
XVIII/15
pada kemampuan sendiri dan tidak canggung hidup dalam masya-
rakat. Usaha ini memerlukan waktu yang lama dan merupakan
usaha yang perlu ditanggulangi oleh semua fihak. RS mata
Cicendo terus ditingkatkan baik gedung, peralatan serta mutu
dan jumlah tenaganya agar dapat memberikan pelayanan kesehat-
a n mata dan sebagai rumah sakit pendidikan dokter ahli mata
dan rujukan puncak bagi penderita penyakit mata.
KESEHATAN GIGI
XVIII/16
Dati II, usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut pada ma-
syarakat melalui 654 Puskesmas serta 80 Rumah Sakit. Selain
itu telah ditempatkan 361 dokter gigi pada Rumah Sakit, Pus-
kesmas atau unit-unit pelayanan kesehatan lainnya. Penempatan
dokter gigi tersebut dilengkapi dengan alat kesehatan gigi
sederhana bagi yang ditempatkan pada Puskesmas, dan alat dok-
ter gigi bagi yang ditempatkan di RS.
KESEHATAN JIWA
XVIII/17
RSJ Mentok ke Sungai Liat, RSJ Banda Aceh, RSJ Surabaya, RSJ
Medan, RSJ Semarang, RSJ Banjarmasin dan RSJ Surakarta karena
RSJ tersebut sudah tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai keperluan.
LABORATORIUM KESEHATAN
XVIII/18
TABEL XVIII - 3
XVIII/19
TABEL XVIII - 4
XVIII/20
GRAFIK XVIII - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),
1978/79 - 1982/83
XVIII/21
Puskesmas Pembantu, petugas tingkat kecamatan, dan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Seorang pe-
rawat kesehatan dari Puskesmas diharapkan dapat membimbing 2 0
- 60 prokesa/promotor kesehatan desa. Pengembangan PKMD dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1982/83 program
ini telah berjalan k e seluruh Propinsi dengan 88 Kabupaten
dari 323 kecamatan dan Puskesmas serta 1.360 desa. Di samping
itu selama empat tahun ini telah dapat dilatih prokesa seba-
nyak 33.684 orang.
XVIII/22
3. Menyerang golongan anak-anak dan tenaga kerja usia pro-
duktif;
4. Menyerang penduduk daerah pedesaan atau penduduk
yang berpenghasilan rendah di daerah perkotaan;
5. Menyerang daerah-daerah pembangunan ekonomi;
6. Adanya metodologi yang berdayaguna dan berhasilguna
untuk pemberantasannya;
7. Adanya ikatan perjanjian internasional seperti Inter -
nasional Health Regulation (IHR) atau termasuk dalam
ruang lingkup UU Wabah dan Karantina.
XVIII/23
intensifnya kegiatan pencarian penderita dan meluasnya daerah
operasi pemberantasan.
XVIII/24
dan pengobatan penderita. Lokasi pemberantasan masih tetap di-
lakukan di daerah endemis yaitu Nusa Tenggara Barat, Jawa Ba-
rat dan menyusul Timor Timur.
XVIII/25
Untuk pemberantasan penyakit cacing tambang diarahkan
kepada daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi
misalnya daerah-daerah pertambangan, mendapat perhatian uta-
ma. Pemberantasan penyakit cacing tambang dan parasit perut
lainnya dari tahun k e tahun ditingkatkan sehingga tahun 1982
telah ditingkatkan di 24 Propinsi. Apabila dibandingkan tahun
1980/81 baru mencakup 13 Propinsi, maka dalam tahun 1982/83
telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 12.718 sediaan
tinja untuk menentukan jenis parasit, serta pengobatan ter-
hadap 121.000 orang penduduk.
XVIII/26
Dalam upaya mencegah keluar masuknya penyakit dari dan
kewilayah R.I pada tahun 1982/83 telah ditingkatkan fasilitas
sarana kerja kantor kesehatan pelabuhan di Indonesia, juga
peningkatan ketrampilan petugas. Di samping itu telah dilaku-
kan pengamatan terhadap 50.200 orang jemaah haji. Bagi para
transmigran diberikan pemeriksaan dan pengobatan sebelum di-
berangkatkan k e daerah baru, di samping pengobatan penyakit
lain. Pemeriksaan/pengobatan penyakit tersebut diarahkan un-
tuk pengobatan penyakit malaria agar para transmigran terse-
but memperoleh kekebalan. Juga bagi daerah-daerah yang akan
ditempati para transmigran telah diambil langkah-langkah yang
diperlukan. Untuk pengamanan diambil langkah-langkah antara
lain dengan penyemprotan rumah, rawa-rawa, agar tidak ter-
jangkit malaria dan lain-lain. Pada tahun 1982/83 di 36 loka-
si baru transmigrasi telah diadakan persiapan pengamanan ter-
jangkitnya penyakit menular, terutama penyakit malaria.
c. Perbaikan Gizi
XVIII/27
TABEL XVIII – 5
XVIII/28
XVIII/28
menderita gizi buruk dari kematian atau cacat, maka kegiatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dilaksanakan secara lin-
tas sektoral dan terpadu dengan mengikut sertakan masyarakat.
XVIII/29
d. Peningkatan Penyediaan Air Bersih
XVIII/30
buah, SA 210 buah, PMA 858 buah, PAH 8.104 buah, SPT. DK
48.807 buah, SPT.DLO 5.545 buah dan pembangunan 2 unit insta-
lasi pengolahan.
f. Penyuluhan Kesehatan
XVIII/31
serta media massa modern dan tradisional. Lain dari pada itu
penyuluhan kesehatan juga diintegrasikan ke dalam kegiatan
penyuluhan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh sektor-sek-
tor d i luar kesehatan, termasuk sekolah-sekolah.
XVIII/32
c) Meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pembinaan terhadap
badan produksi dan badan distribusi.
XVIII/33
dan anak, produksi yang baik untuk ikan kaleng, produksi yang
baik untuk susu ibu dan tentang peredaran pengganti air susu
ibu.
XVIII/34
Dalam usaha mengendalikan harga obat agar dapat dijang-
kau oleh masyarakat telah dilakukan pengkajian bahan baku
farmasi melalui pemanfaatan bahan dasar dalam negeri, peng-
alihan teknologi dan membatasi impor bahan baku. Selain itu
dilakukan usaha untuk mengurangi bea masuk impor bahan baku
obat-obatan tertentu dan produsen diwajibkan membuat kalkula-
si harga yang wajar. Demikian pula selalu diusahakan ter-
sedianya obat-obatan pokok essensial pada unit-unit pelayanan
kesehatan. Dalam hubungan inilah maka selain industri farmasi
swastay kepada Pusat Produksi Farmasi diberi tugas untuk mem-
produksi obat-obatan pokok tersebut dalam rangka penyediaan
obat Inpres Bantuan Sarana Kesehatan.
XVIII/35
Sedang sarana distribusi Pedagang Besar Farmasi, dari ta -
hun 1979/80 sampai tahun 1982/83 menunjukkan angka yang sama
ialah 880 BPF. Perkembangan industri dan unit distribusi obat
dapat dilihat dalam tabel XVIII - 6.
XVIII/36
TABEL XYIII - 6
XVIII/37
Di samping peningkatan sekolah yang telah ada, secara bertahap
dalam Repelita III banyak pula sekolah/akademi yang dibangun
antara lain, Sekolah Guru Perawat Kesehatan di Ujung Pandang
dan Jakarta, 9 SPPH (Sekolah Pembantu Penilik Kesehatan), 3
Sekolah Perawat Kesehatan, 11 Sekolah Pengatur Rawat Gigi dan
lain-lain.
XVIII/38
TABEL XVIII - 7
XVIII/39
GRAFIK XVIII – 3
XVIII/40
anggota DPR setiap tahun disediakan biaya untuk memeriksa ke-
sehatan sekitar 5.400 - 5.800 pejabat secara berkala. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, kesehatan pejabat-pejabat ter-
sebut dapat diikuti dengan seksama dan diketemukan secara
dini apabila pejabat tersebut menderita penyakit.
i. Generasi Muda
XVIII/41
Pada tahun 1982/83 dilaksanakan penataran terhadap para
guru SMTP dan SMTA, dokter-dokter Puskesmas dan tokoh-tokoh
masyarakat di kota bagi sejumlah 1.100 orang.
j . Peranan Wanita
XVIII/42
dan statistik secara terpadu serta perbaikan sistem informasi
kesehatan.
XVIII/43
Dalam tahun 1982/83 telah dilakukan sebanyak 41 peneli -
tian diberbagai bidang kesehatan, yaitu 7 penelitian pelayan-
an kesehatan, 17 penelitian dibidang penyakit, 5 penelitian
gizi, 4 penelitian tentang lingkungan hidup dan 8 penelitian
di bidang farmasi.
B. KESEJAHTERAAN SOSIAL
1 . Pendahuluan
XVIII/44
bahwa sebagai salah satu upaya menuju tercapainya keadilan
sosial, dilanjutkan usaha-usaha untuk memberi kesempatan yang
lebih luas dan merata dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi anggota masyarakat yang kurang beruntung. Pelaksanaan
usaha perbaikan pelayanan kesejahteraan sosial tersebut juga
dalam rangka meningkatkan kesadaran serta kemampuan setiap
warga negara ikut serta dalam pembangunan. Oleh karena itu,
berbagai upaya pemeliharaan dan penyantunan sosial serta re -
habilitasi dan bantuan sosial dilaksanakan dengan bekerja-
sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial secara le -
bih terpadu dan sesuai dengan kemampuan yang tersedia dengan
mengikutsertakan masyarakat luas. Selanjutnya, dalam rangka
memupuk dan meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab sosial,
perlu ditumbuhkan kegairahan dan kesediaan masyarakat untuk
menjadi pekerja-pekerja sosial.
XVIII/45
dilakukan pula usaha untuk menumbuhkan serta memantapkan ke-
ikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam menanggulangi
masalah sosial di lingkungannya masing-masing.
XVIII/46
TABEL XVIII - 8
XVIII/47
GRAFIK XVIII – 4
XVIII/48
dan kebiasaan untuk menyiapkan ramuan bahan bangunan secara
bertahap. Dengan demikian dapat ditunjang usaha pengadaan pe-
rumahan oleh masyarakat sendiri. Dalam rangka meningkatkan
pengetahuan tehnis mereka, diselenggarakanlah kursus-kursus
ketrampilan dalam bidang perencanaan dan cara membangun rumah
yang memenuhi persyaratan serta pengenalan masalah-masalah
lingkungan hidup. Selanjutnya kepada para peserta diberikan
paket bantuan berupa bahan-bahan bangunan yang sukar diper -
oleh di masyarakat setempat antara lain semen, seng, cat dan
lain sebagainya.
XVIII/49
Dalam tahun 1982/83 ini telah dilatih sebanyak 17.010
orang Pembimbing Sosial Masyarakat telah tersebar di segenap
propinsi. Kemudian untuk lebih memantapkan peranan para Pem -
bimbing Sosial Masyarakat dalam melakukan tugasnya di lapang-
an, maka pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan telah pula
dibentuk dan dilatih para Pembina yang dipersiapkan untuk
dapat memberikan pengarahan dan pertimbangan bilamana para
P.S.M. menghadapi permasalahan, dalam memberikan bimbingan
pada masyarakat.
XVIII/50
Sementara itu masyarakat perlu mendapatkan bimbingan agar
semakin berperan dalam ikut mencegah maupun menanggulangi
berbagai masalah sosial yang antara lain disebabkan oleh
pengaruh sampingan dari pembangunan. Dalam kerangka itu dila -
kukan kegiatan-kegiatan untuk menyebarluaskan pengertian ke -
sejahteraan sosial, masalah-masalah sosial yang timbul yang
menyertai kemajuan serta cara-cara mengatasi dan menanganinya.
Dalam tahun 1982/83 telah dilatih dan dibina sebanyak 1.530
Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela, 2.680 kader keserasian
sosial serta 4.144 buah organisasi sosial.
XVIII/51
disekitarnya. Mereka mendapatkan bimbingan untuk menumbuhkan
kesediaan mereka ditempatkan di suatu lokasi pemukiman baru
yang memiliki kemungkinan sebagai tempat bertani/berkebun se -
cara menetap dan memudahkan pelayanan pembangunan selanjutnya.
XVIII/52
TABEL XVIII - 9
*) Angka diperbaiki
XVIII/53
TABEL XVIII - 10
PERINCIAN LOKASI DAN JUMLAH MASYARAKAT TERASING YANG DIBINA,
1982/83
XVIII/54
Program tersebut terdiri dari berbagai kegiatan utama se-
bagai berikut:
XVIII/55
TABEL XVIII - 11
Daerah Tingkat I/
No. Propinsi 1978/79 1979/80 1980/8 1981/8 1982/83
1 2
XVIII/56
GRAFIK XVIII - 5
XVIII/58
TABEL XVIII - 12
XVIII/59
GRAFIK XVIII – 6
XVIII/60
a. Bantuan dan Penyantunan para Gelandangan dan Pengemis
XVIII/61
rumah dinas untuk para pengasuh panti. Sedangkan melalui upaya
bimbingan dan penyantunan telah berhasil disalurkan kembali
kemasyarakat sebanyak 2.250 orang.
XVIII/62
menangani usaha penyantunan dibidang kenakalan remaja dan
penyalahgunaan narkotika.
XVIII/63
TABEL XVIII – 13
XVIII/6
4
GRAFIK XVIII – 7
XVIII/65
bantu dengar, alat tulis Braille dan kursi roda sebanyak
10.378 perangkat. Sementara itu untuk meningkatkan mutu pela-
yanan telah diselenggarakan latihan keterampilan bagi para
petugas pengelola panti serta petugas lapangan diluar panti.
XVIII/66
diperlukan guna mendukung konsep perumusan tentang Sistem Ja-
minan Kesejahteraan Sosial berdasarkan atas Gotong Royong.
XVIII/67
perumahan sederhana serta jaminan hidup selama beberapa tahun
sampai mereka telah dapat memenuhi keperluannya sendiri dari
usaha swadaya.
XVIII/68
Latihan-latihan yang ditujukan untuk mengembangkan kemam -
puan memimpin/membimbing kelompok-kelompok organisasi wanita,
telah diselenggarakan diikuti oleh 720 orang peserta, sehing -
ga sejak tahun 3979/80 sampai dengan tahun 1982/83, telah di -
latih sebanyak 3.500 orang pimpinan wanita ditingkat Pusat,
Propinsi dan Kabupaten. Latihan kepemimpinan tersebut menca -
kup pengetahuan manajemen, cara pendekatan terhadap masyara -
kat serta dasar pekerjaan sosial dalam rangka mengembangkan
kesejahteraan keluarga.
XVIII/69
e. Program Penelitian Kesejahteraan Sosial
XVIII/70
2. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya dengan jumlah
peserta 25 orang;
3. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan dengan
jumlah peserta 60 orang;
4. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar dengan jumlah
peserta 147 orang;
5. Latihan Keahlian Pekerjaan Sosial dengan jumlah peserta
7 5 orang;
C. PERANAN WANITA
1. Pendahuluan
XVIII/71
bangunan, sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Ha -
luan Negara, yang menyatakan bahwa pembangunan yang menye -
luruh menayaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara
maksimal di segala bidang pembangunan.
2. Pokok-pokok Kebijaksanaan
XVIII/72
di daerah perkotaan dengan memprioritaskan wanita yang ber -
usia antara 10-45 tahun.
XVIII/73
dang pembangunan antara lain dengan mengikuti kursus pembe-
rantasan tiga buta, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
keluarga berencana, pangan dan gizi, penyuluhan di bidang
pertanian, perdagangan dan perkoperasian serta meningkatkan
produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja wanita.
XVIII/74
Melalui kegiatan perintis pemugaran rumah desa dalam ta -
hun 1982/83 telah berhasil memugar 1.003 rumah desa dan 100
buah rumah korban bencana alam. Dalam usaha pemugaran peru -
mahan desa ini, peranan wanita diikut sertakan khususnya da -
lam meningkatkan kesehatan lingkungan desa.
XVIII/75
lahnya relatif besar, dilaksanakan antara lain dengan membe-
rikan pembuatan dan pembinaan wisma-wisma dan tempat-tempat
penitipan anak (TPA). Pembinaan tenaga kerja/buruh wanita se-
suai dengan Hubungan Perburuhan Pancasila secara keseluruhan
telah mencapai 16.630 orang dan 7.479 perusahaan.
XVIII/76
Demikian pula, perhatian mulai ditujukan pula kepada te -
naga kerja yang berada di pabrik atau di perkebunan. Dalam
rangka ini telah dipersiapkan kegiatan rintisan peningkatan
produktivitas kerja tenaga kerja wanita melalui pendekatan
peningkatan kesejahteraan secara terpadu.
XVIII/77