Anda di halaman 1dari 84

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN

PERANAN WANITA
BAB XVIII

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA


A. KESEHATAN
1. Pendahuluan

Arah dan tujuan kebijaksanaan pembangunan di bidang kese-


hatan ialah untuk mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan
rakyat melalui peningkatan pelayanan kesehatan dan perbaikan
mutu gizi. Peningkatan tersebut diusahakan melalui pelayanan
kesehatan yang lebih luas, lebih merata dan terjangkau ter -
utama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di desa
maupun di kota serta dengan peran serta aktip dari masyarakat.

Usaha-usaha meningkatkan kesehatan pada asasnya dilaksa-


nakan dalam rangka peningkatan dan pemeliharaan kemampuan te-
naga kerja bagi keperluan pembangunan dan juga dalam rangka
pemeliharaan kesehatan jasmani dan rokhani bagi generasi muda
yang akan datang. Dengan demikian maka pembangunan kesehatan
merupakan salah satu kegiatan utama yang mendukung keseluruh-
an usaha pembangunan. Bersamaan dengan itu setiap tingkat ke-
majuan pembangunan akan memberikan kemungkinan yang lebih be-
sar, guna mendorong kearah kemajuan kesehatan masyarakat pada
umumnya.

Sesuai dengan arah kebijaksanaan tersebut di atas, dilak-


sanakan, usaha peningkatan upaya pelayanan kesehatan, dalam
bentuk pokok-pokok kebijaksanaan umum sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan ditujukan terutama kepada golongan


masyarakat berpenghasilan rendah yang bermukim baik di
desa maupun di kota;

b. Pelayanan kesehatan diutamakan kepada usaha pencegahan


penyakit dan pembinaan usaha kesehatan;

c. Kegiatan-kegiatan pelayanan diutamakan kepada pengobatan


jalan;

d. Sistem pelayanan kesehatan ditujukan untuk memberikan pe-


layanan kepada masyarakat secara merata dengan meningkat-
kan peranan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk
peranan pengobatan tradisional yang telah terbukti efek-
tif.

XVIII/3
Tujuan dan kebijaksanaan tersebut pelaksanaannya dituang-
kan dalam program-program sebagai berikut : a) Peningkatan
Pelayanan Kesehatan, b ) Pemberantasan Penyakit Menular, c)
Perbaikan Gizi, d) Peningkatan Penyediaan Air Bersih, e) Pe-
nyehatan Lingkungan Pemukiman, f) Penyuluhan Kesehatan, g)
Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya, h) Pendidikan dan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, i ) Generasi Muda, j ) Peranan
Wanita, k) Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan
Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan, 1) Penyempurnaan Prasara-
na Fisik Pemerintah, dan m ) Penelitian dan Pengembangan Kese-
hatan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Pelayanan Kesehatan

Usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih


merata dan sedekat mungkin kepada masyarakat merupakan arah
dan tujuan usaha pelayanan kesehatan. Pelayanan tersebut ter-
utama memperhatikan penduduk yang berpenghasilan rendah baik
di pedesaan maupun di perkotaan.

Pelayanan kepada orang sakit diutamakan pengobatan jalan,


serta sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
peran serta secara aktif dari masyarakat, termasuk pengobatan
tradisional yang terbukti efektif.

Pelaksanaan program ini terdiri dari 11 kegiatan pokok


yaitu pengembangan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas, pe-
ningkatan pelayanan medis Keluarga Berencana, perawatan kese-
hatan masyarakat, peningkatan pelayanan kesehatan gigi, pe-
ningkatan pelayanan kesehatan jiwa, peningkatan pelayanan ru-
mah sakit, peningkatan pelayanan laboratorium, penyediaan
obat-obatan, PKMD dan peningkatan intalasi kesehatan.

Agar pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan sebaik-baik-


nya dan berdaya guna dan berhasil guna, maka seluruh kegiatan dan
sarana pelayanan kesehatan diusahakan untuk berada dalam suatu
satuan pelayanan kesehatan secara efektif dan serasi.

PUSKESMAS

Usaha peningkatan pelayanan kesehatan, fungsi dan jumlah


Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai unit terdepan perlu
makin ditingkatkan. Untuk itu Puskesmas ditingkatkan fungsi-
nya agar dapat melaksanakan dengan baik dua belas jenis usaha

XVIII/4
kesehatan yang telah ditetapkan menjadi tugas Puskesmas. Ke-
dua belas usaha tersebut adalah : pengobatan,kesejahteraan
ibu dan keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular,
hygiene sanitasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, pencacatan
dan pelaporan, peningatan gizi, kesehatan sekolah, kesehatan
gigi, kesehatan jiwa dan laboratorium sederhana.

Seperti halnya dengan tahun-tahun yang lalu, dalam rangka


penyediaan dan peningkatan sarana pelayanan'melalui Puskes-
mas, telah dilakukan pembangunan sarana Puskesmas baru leng-
kap dengan alat medis sederhana, alat non medis, obat-obatan,
rumah dokter dan 2 rumah Staf. Prioritas pembangunan diutama-
kan bagi kecamatan-kecamatan yang mempunyai penduduk lebih
dari 30.000, atau kecamatan yang wilayahnya cukup luas, ter-
pencil atau daerah pemukiman baru. Dalam tahun 1982/83 telah
disediakan biaya untuk membangun 200 Puskesmas lengkap. Di-
samping itu Puskesmas yang telah ada dan belum memenuhi stan-
dar yang telah ditetapkan, diusahakan peningkatan dan per-
baikannya. Perbaikan dan peningkatan tersebut dapat berupa
perbaikan gedung Puskesmas yang telah ada, perbaikan rumah
dokter/para medis serta perluasan gedung yang ada karena su-
dah sangat tidak dapat menampung penyediaan sarana yang di-
perlukan. Sampai tahun keempat Repelita III telah dapat di-
rehabilitasi 4.213 Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Bagi
Puskesmas yang angka kunjungannya sangat meningkat dilakukan
perluasan gedungnya dari 80 m2 menjadi 135 m2. Untuk itu maka
pada tahun 1982/83 telah dilakukan perluasan atas 300 buah
Puskesmas. Bagi Puskesmas yang telah memiliki tenaga dokter,
tetapi belum memiliki rumah, dibangun rumah dokter. Pada ta-
hun 1982/83 untuk keperluan ini dibangun 300 rumah dokter.
Para medis yang bekerja pada Puskesmas juga mendapat perhati-
an tentang penyediaan rumahnya. Mulai tahun 1982/83 telah
disediakan dana untuk membangun 300 rumah para medis, yang
akan diteruskan untuk tahun-tahun mendatang. Disamping itu
dilakukan perbaikan pula rumah dokter dan rumah para medis
yang memerlukan perbaikan. Dalam tahun 1982/83 telah disedia-
kan dana untuk perbaikan 600 rumah para medis/dokter.

Untuk daerah-daerah yang terpencil dan jauh dari pelayan-


a n rumah sakit, daerah perbatasan atau daerah yang angka ke-
celakaan lalu lintasnya tinggi dibangun Puskesmas perawatan,
yaitu Puskesmas dengan 10 tempat tidur. Usaha ini dimulai ta-
hun 1980/81 dan pada tahun 1982/83 telah dibangun 25 buah
puskesmas perawatan. Untuk memenuhi sasaran tersebut di atas
Puskesmas perawatan tersebut dibangun terutama ditempat-tempat
terpencil. Agar Puskesmas perawatan tersebut dapat berfungsi
dan memenuhi sasaran, maka perlu disediakan peralatan medis

XVIII/5
dan peralatan noh media yang memadai. Tenaga dokter dan para
medis sebelum melaksanakan tugas terlebih dahulu diberikan
tambahan pendidikan di rumah sakit terdekat dan yang sudah
berjalan dengan baik. Untuk daerah-daerah yang terpencil dan
pelayanan kesehatan belum terjangkau oleh Puskesmas atau Pus-
kesmas Pembantu secara baik dan efektif, disediakan Puskesmas
Keliling. Bentuk Puskesmas Keliling disesuaikan dengan keada-
an daerah masing-masing, dalam bentuk mobil roda empat atau
perahu bermotor. Sejak tahun 1979/80 sampai tahun keempat
Repelita III telah disediakan 1.375 buah Puskesmas Keliling
(Tabel XVIII - 1).

Sampai tahun 1982/83 telah dapat dibangun 4.750 Puskesmas


Pembantu, lengkap dengan peralatan media, non medis dan tena-
ga para media pengelolanya. Untuk memenuhi kebutuhan ruangan,
dilakukan penyesuaian luas ruangan karena semenjak dua tahun
Repelita III jumlah ruangan Puskesmas Pembantu dinaikkan luas-
nya dari 5 0 m2 menjadi 80 m2. Penambahan ruangan tersebut se-
kaligus dapat memecahkan masalah perumahan untuk para medis
yang ditempatkan pada Puskesmas Pembantu tersebut. Di samping
itu dilakukan perbaikan-perbaikan atas Balai Pengobatan dan
BKIA yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Pembantu tetapi belum
dapat memenuhi perayaratan sebagai Puskesmas Pembantu yang me-
madai. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
dapat dilihat pada Tabel XVIII - 2.

Dari tahun ke tahun penempatan dokter untuk memimpin Pus-


kesmas terus ditingkatkan. Pada tahun 1982/83 disediakan bia-
ya untuk penempatan 550 dokter untuk memimpin Puskesmas baru,
Puskesmas lama yang belum ada dokternya dan untuk mengganti
dokter Puskesmas yang telah menyelesaikan tugasnya. Untuk
mearberikan perangsang dan meningkatkan pengetahuan bagi dok-
ter yang telah menjalankan tugas di Puskesmas selama 3 tahun
(untuk daerah yang sulit cukup 2 tahun) diberikan kesempatan
untuk mengikuti pendidikan keahlian atau dipindahkan ke tempat
lain misalnya di Rumah Sakit Kabupaten, dan lain-lain. Untuk
mempercepat pengisian tenaga para media yang masih dibutuhkan,
dalam tahun 1981/82 dan 1982/83 diusahakan untuk mendidik/me-
latih tenaga lulusan SLA sebanyak 1.500 orang untuk dididik
sebagai pembantu para medis. Kegiatan-kegiatan lain untuk me-
ningkatkan fungsi Puskesmas antara lain telah dilakukan stra-
tifikasi Puskesmas, mengembangkan sistem pencatatan dan pela-
poran terpadu, telah dilakukan kerjasama dengan Fakultas-fa-
kultas Kedokteran agar para lulusan Fakultas Kedokteran ber -
orientasi kepada pelayanan masyarakat.

XVIII/6
TABEL XVIII - 1

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM


BANTUAN SARANA KESEHATAN,
1978/79 - 1982/83

1) Akibat bencana alam


2) BP dan KIA ditingkatkan untuk
selanjutnya menjadi Puskesmas Pembantu

XVIII/7
TABEL XVIII – 2

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKE5MAS, PUSKESMAS PEMBANTU,


PUSKESMAS KELILING, BALAI PENGOBATAN, DAN BALAI KESEJAHTERAAN
IBU DAN ANAK,
1978/79 – 1982/83

*) Termasuk BP dan BKIA yang ditingkatkan


menjadi Puskesmas Pembantu

XVIII/8
GRAFIK XVIII - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, DAN
PUSKESMAS KELILING,
1978/79 - 1982/83

XVIII/9
Dengan peningkatan jumlah dan fungsi Puskesmas maka di-
perkirakan Puskesmas dapat melayani sekitar 35% orang yang
membutuhkan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Dengan me-
ningkatnya upaya pengobatan Puskesmas, maka dapat terlihat
jumlah kunjungan meningkat terus. Pada tahun 1981/82 kunjung-
an 65 orang per hari dan pada tahun 1982/83 meningkat menjadi
80 orang per hari.

KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK

Upaya kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan ke-


matian telah diusahakan melalui perluasan dan peningkatan
jangkauan terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil, bayi dan
anak. Pencakupan bayi secara nasional pada tahun 1982 telah
mencapai 49%, pencakupan ibu hamil telah mencapai 40%, penca-
kupan anak 14%, pencakupan ibu menyusui telah mencapai 30%
serta pencakupan persalinan yang ditolong oleh dokter, bidan,
dukun terlatih dan tenaga lain terus meningkat dari tahun ke-
tahun. Sejalan dengan itu ketrampilan para dukun perlu di-
tingkatkan, agar dapat memberikan pertolongan persalinan me-nurut
syarat-syarat kesehatan. Dalam hubungan ini dari se-
luruh dukun yang sampai akhir tahun 1982 telah dilatih 65.161
dukun yang berarti telah 67% dari dukun yang ada telah dita-
tar. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan para bidan, se-
tiap tahunnya rata-rata dilakukan penataran sekitar 3.000
bidan. Untuk usaha peningkatan kesehatan bayi dan anak secara
teratur dan berkala dilakukan penimbangan bayi dan diberikan
bantuan makanan tambahan berupa susu dan makanan tambahan ba-
gi anak-anak yang menderita kekurangan gizi tingkat buruk da-
lam kaitannya dengan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.

USAHA KESEHATAN SEKOLAH

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam usaha kesehatan sekolah


(UKS) ini adalah mengurangi angka kesakitan anak sekolah dan
meningkatkan pencakupan pelayanan kesehatan sehingga mencapai
anak didik yang sehat. Usaha ini dilakukan dengan kunjungan
secara berkala oleh petugas Puskesmas ke sekolah-sekolah.
Pada kunjungan tersebut diadakan pemeriksaan sehingga dapat
menemukan kelainan-kelainan secara dini, diadakan penyuluhan
kesehatan, mengadakan pengobatan tahap pertama bagi penderita
kelainan, dan diberikan imunisasi dan pengawasan lingkungan.

Sampai tahun 1982 pelayanan UKS mencakup sekitar 105.000


sekolah atau 52% dari seluruh jumlah sekolah SD, SMTP dan SMTA
terdiri dari 90.000 SD, 10.000 SLTP dan 5.000 SLTA. Jumlah

XVIII/10
guru yang telah ditatar juga menunjukkan kenaikan. Sampai ta-
hun 1982 telah dapat ditatar 151.46Q guru SD, SMTP, dan SMTA
atau 79% dari 192.038 jumlah guru sekolah yang ada.

Untuk meningkatkan pembinaan kesehatan olah raga, khusus-


nya bagi kota-kota beear dan pusat-pusat kegiatan olah raga,
Enam Pusat Kesehatan Olah Raga masing-masing di Propinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Bali, Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Utara telah dilengkapi peralatannya.

PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

Pelayanan kesehatan pada rumah-rumah sakit diarahkan agar


rumah sakit dapat lebih meningkat disamping pemerataan pela-
yanan keahlian, antara lain dengan pelayanan rujukan dokter
ahli.

Kebijaksanaan yang ditempuh ialah antara lain dengan me-


nempatkan dan menyebarkan dokter ahli menurut tersedianya te-
naga dan keperluan, meningkatkan atau membangun rumah sakit
agar dapat berfungsi, melanjutkan pelayanan rujukan dengan
mengirim tenaga ahli dari Rumah Sakit yang lebih tinggi ke ru-
mah sakit lebih rendah, mengirimkan penderita dari Puskesmas
ke RS Kabupaten dan selanjutnya dari RS Kabupaten ke RS yang
lebih tinggi tingkatannya. Disamping itu dilakukan pula usa-
ha-usaha peningkatan penyediaan sarana dan prasarana seperti
gedung, peralatan media dan non media, obat-obatan dan sete-
rusnya, peningkatan management dan mutu pengelolaan, pening-
katan jumlah dan penggunaan tempat tidur, peningkatan jumlah
maupun mutu tenaga dan lain sebagainya. Peningkatan tersebut
meliputi peningkatan 11 RS Vertikal dan 8 RS Daerah Tingkat I
yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan, sehingga dapat
berfungsi kecuali memberikan pelayanan kesehatan juga sebagai
tempat pendidikan. Rumah Sakit Vertikal yang mendapat pening-
katan tersebut antara lain RSUP dr Djamil - Padang, RSUP
Palembang, RSUP dr Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan,
RSUP Fatmawati, RSUP dr Hasan Sadikin, RSUP dr Karyadi Sema-
rang, RSUP dr Sardjito Yogyakarta, RSUP Tegal Yasa Klaten,
RSUP Sanglah Denpasar. Sedangkan RSU Daerah yang dipergunakan
sebagai tempat pendidikan dokter umum dan dokter ahli antara
lain RSU dr Zaenal Abidin Banda Aceh, RSU dr Pirngadi Medan,
RSU dr Achmad Mochtar Bukittinggi, RSU Surakarta, RSU dr
Soetomo Surabaya, RSU dr Sjaiful Anwar Malang, RSU Dadi Ujung
Pandang, RSU Gunung Wenang Menado. Dalam usaha peningkatan
pelayanan dan agar dapat berfungsi sebagai rumah sakit pendi-
dikan, kepada RS Daerah tersebut perlu disediakan biaya ope-

XVIII/11
rasional yang cukup dan memadai. Dalam kaitan inilah kepada
RS tersebut diberikan subsidi biaya operasional agar RS ter-
sebut memenuhi fungsinya.

Peningkatan rumah sakit Vertikal tersebut pada umumnya


meliputi usaha-usaha peningkatan sarana fisik gedung yaitu
pembangunan/penambahan/perbaikan poliklinik, ruang pertolong-
an pertama (emergency), ruang operasi, ruang rontgent, ruang
laboratorium, ruang radiologi, ruang darurat gawat, ruang
jantung gawat, ruang darurat medik, ruang farmasi dan gedung
perawatan yang dilengkapi dengan peralatan baik medis maupun
non medis. Selain itu dilakukan pula pembangunan/perbaikan
atau peningkatan sarana penyediaan air bersih, penambahan da-
ya listrik, penyediaan dan pembangunan atau perbaikan gas
sentral, pembangunan/perbaikan dapur dan kamar cuci lengkap
dengan peralatan dan sesuai dengan kelas rumah sakit yang
bersangkutan. Demikian juga peningkatan penambahan peralatan
medis yang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu ke-
dokteran, peningkatan dan penambahan peralatan non medis, pe-
nambahan dan peningkatan mutu tenaga, perbaikan sistem pela-
yanan, administrasi dan laporan medik mendapat perhatian da-
lam usaha peningkatan pelayanan. Pembangunan RS dr Sardjito
di Yogyakarta dalam tahun 1982 telah selesai sehingga dapat
berfungsi disamping memberi pelayanan kesehatan untuk masya-
rakat Jawa Tengah bagian Selatan juga sebagai rumah sakit
pendidikan. Juga halnya RS dr Soetomo di Surabaya, terus di-
tingkatkan sehingga lebih meningkatkan fungsinya baik sebagai
RS rujukan maupun sebagai RS Pendidikan untuk wilayah Indo-
nesia bagian Timur.

Usaha-usaha tersebut ditunjang dengan pengadaan peralatan


yang sesuai dengan keperluan dan kemajuan teknologi kedokter-
an yang mutakhir antara lain RS dr Cipto Mangunkusumo telah
ditetapkan sebagai sub-keahlian penyakit Kanker, dan RS Kar-
yadi sub-keahlian jantung sedangkan penetapan beberapa sub-
keahlian untuk RS dr Hasan Sadikin, RS Fatmawati dan RS dr
Soetomo untuk pusat-pusat keahlian sedang dalam persiapan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi diusahakan pula persiapan
dan pemenuhan tenaga dokter Super-ahli, serta peningkatan
ketrampilan tenaga-tenaga yang menangani peralatan dan yang
mengelola rumah sakit.

Di samping itu 2 8 rumah sakit yang dikelola oleh Propinsi


juga telah mendapatkan perhatian dalam pembangunan dan per-
luasan/perbaikan gedung dan prasarana pelayanan khusus lain-
nya serta penambahan peralatan. Pengadaan dana untuk bantuan

XVIII/12
obat-obatan dari tahun k e tahun mengalami kenaikan. Pada ta-
hun 1982 bantuan tersebut telah naik menjadi Rp.200,0 per ha-
ri/tempat tidur, sedang pada tahun 1979/80 baru mencapai
Rp.100,0 per hari/tempat tidur. Di samping itu apabila pada
RS tersebut ditempatkan dokter ahli, jumlah bantuan tersebut
ditambah lagi sebesar Rp. 150,0 per hari/tempat tidur.

Bagi rumah sakit kelas C yang sudah ada atau RS kelas D


yang akan ditingkatkan menjadi kelas C, dalam memenuhi pela -
yanan kesehatan spesialis perlu dilengkapi dengan dokter 4
keahlian pokok yakni penyakit dalam, ahli bedah, ahli kan -
dungan/kebidanan, dan ahli kesehatan anak. Dalam tahun 1982/
83 telah dilakukan pengangkatan 54 dokter 4 keahlian pokok.
Agar para' dokter ahli tersebut dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik maka diperlengkapi dengan peralatan medis yang
sesuai dengan keahliannya/sarana gedung, rumah dan alat trans-
portasi.

Melalui proyek peningkatan dan pendayagunaan tenaga kese-


hatan telah dapat ditempatkan pula 143 dokter ahli diluar 4
keahlian pokok tersebut antara lain ahli THT, ahl.i penyakit
jantung (kardiologi), akupunktur, paru-paru, ahli bius
(anes tesiologi), pathologi klinik, ahli syaraf (nemologi),
dokter ahli mata, serta ahli kulit dan kelamin.

Sistem rujukan baik yang bersifat vertikal dan horisontal


dikembangkan dan ditingkatkan. Dengan demikian maka sistem
rujukan tersebut dapat berupa pengiriman penderita dari Pus-
kesmas ke RS Kabupaten/Kodya, dan selanjutnya dari RS Kabupa-
ten/Kodya ke RS yang lebih tinggi. Disamping itu dapat pula
berupa pengiriman dokter ahli lengkap dengan perawat mahir,
ke Rumah Sakit yang belum memiliki dokter ahli tersebut. Pada
tingkat unit terendah dapat pula dokter dari RS dikirim ke
Puskesmas yang belum memiliki dokter dan seterusnya. Sistem
rujukan ini setiap tahun melibatkan dan telah berjalan pada
sekitar 25 RS Propinsi, 138 RS Kabupaten/Kodya dan 10 RS Khu-
sus. Sedangkan rujukan dari Puskesmas ke RS melibatkan se -
kitar 242 RS Kabupaten/Kodya. Rujukan juga dilaksanakan
dengan memberikan penataran untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan kepada dokter dan para medis RS yang belum memi-
liki dokter ahli di rumah sakit yang telah memiliki dokter
ahli, dengan diberikan pelajaran-pelajaran teori dan praktek.

Dalam usaha meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana, dengan


menitik beratkan penanggulangan akibat sampingan peng-
gunaan alat kontraseptif serta akibat-akibat sampingan lain-
nya dengan usaha pengobatan-pengobatan bagi penderita yang

XVIII/13
tidak dapat ditanggulangi pada Puskesmas diselenggarakan pe-
layanan keluarga berencana di rumah sakit (PKBRS). Dari jum-
lah RS yang ada telah 110 RS Kabupaten/Kodya dari 26 RS Pro-
pinsi melaksanakan PKBRS secara intensif dan teratur. Bagi RS
yang melaksanakan PKBRS agar dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik secara berangsur dilengkapi peralatan-peralatan
yang sangat diperlukan antara lain IUD Kid, Gynnologi bed,
histeroscope dan lain-lain. Juga bagi pengelola KBRS diberikan
penataran-penataran, kunjungan-kunjungan ke RS lain untuk me-
nambah pengetahuan serta ketrampilan.

Bagi Kabupaten yang belum memiliki RS mendapatkan priori-


tas pembangunannya dalam Repelita III. Secara berangsur-
angsur dalam empat tahun Repelita III telah dibangun 22 RS
Kabupaten. Dari jumlah tersebut sejumlah 17 RS telah selesai
dan melaksanakan fungsi pelayanan pada tahun 1982. Rumah Sa-
kit tersebut adalah RSU Meulaboh, RSU Kuala Tungkal, RSU Mua-
ra Bungo, RSU Muara Bulian, RSU Bangko, RSU Pangkal Pinang, RSU
Arga Makmur, RSU Rantau, RSU Takalar, RSU Sinjai, RSU Goa, RSU
Selong, RSU Soa-Siu, RSU Wamena, RSU Baucau, dan RSU
Maliana. Agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan lebih baik, dalam tahun 1982 Rumah Sakit tersebut di-
berikan subsidi biaya operasional. Sedangkan 5 RSU lagi masih
dalam penyelesaian pembangunannya, dan diharapkan pada akhir
Repelita III telah seluruhnya dapat diselesaikan.

Sementara itu telah dilakukan usaha pemindahan atau pem-


bangunan 11 RSU baru seperti RSU Sunter (DKI J,akarta), RSU
Cibinong, Aryawinangun (Jabar), RSU Salatiga, Purbalingga,
Purwokerto (Jawa Tengah), RSU Tuban, Situbondo, Wlingi (Jawa
Timur), RSU Kalianda (Lampung) dan RSU Tamuang Layang (Kali-
mantan Tengah). Di samping itu bagi RS Kabupaten/Kodya yang
telah ada lebih ditingkatkan. Peningkatan tersebut berupa pe-
ningkatan sarana dan prasarana pelayanan antara lain pemba-
ngunan atau perbaikan gedung poliklinik, laboratorium gedung
X-ray, ruang operasi, ruang bersalin, gedung peralatan, ge-
dung administrasi, gedung service (cuci dan dapur) yang di-
lengkapi dengan peralatannya, pembangunan gas medis untuk
ruang-ruang yang menurut persyaratan medis teknis memerlukan
perlengkapan tersebut. Penambahan daya listrik termasuk pem-
buatan gardu-gardunya agar peralatan media dapat berfungsi
serta peningkatan tersedianya air bersih di RS bersangkutan,
mendapat perhatian. Disamping itu penambahan, perbaikan alat
medis antara lain alat-alat X-ray, alat operasi, alat-alat
poliklinik, peralatan bagian penyakit dalam, kesehatan anak,
kandungan dan bedah, bagian mata, bagian laboratorium, per-
alatan farmasi dan lain sebagainya mendapat perhatian pula.

XVIII/14
Melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan kepada RS
Kabupaten/Kodya dan Puskesmas diberikan bantuan obat-obatan
dengan perhitungan R p . 250,0 per penduduk/tahun dengan minimum
Rp. 20,0 juta untuk setiap Kabupaten/Kodya. Apabila pada RS
tersebut ditempatkan dokter ahli, disediakan tambahan bantuan
obat-obatan R p . 100,0/hari/tempat tidur. Di samping pembang-
unan RS Kabupaten, pada tahun 1982 dalam penyelesaian pem -
bangunan RS Propinsi Dilli di Propinsi Timor Timur. RS terse-
but sekarang telah berfungsi memberikan pelayanan kesehatan.
Untuk lebih mempercepat peningkatan pelayanan kesehatan
melalui program cepat telah dilakukan peningkatan terhadap 18
RS Pendidikan (Vertikal dan RS Propinsi), 7 RS Propinsi yang
tidak dipergunakan sebagai tempat pendidikan dan 188 RS Kabu-
paten/Kodya. Peningkatan tersebut meliputi usaha penambahan
peralatan medis untuk RS Vertikal misalnya, peralatan fibres-
cope, peralatan laboratorium top referral, peralatan body
scanner, peralatan ultra sound, peralatan cobalt, peralatan
bedah jantung, peralatan ortopedik dan lain-lain, sedangkan
untuk RS Kabupaten/Kodya peralatan laboratorium, peralatan
Bank Darah, peralatan ortopedik, peralatan darurat medik,
peralatan farmasi dan lain-lain. Agar peralatan-peralatan
tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka diberikan
penyediaan gedung serta sarana listrik bagi yang memerlukan-
nya.
Peningkatan RS Khusus juga mendapatkan perhatian, antara
lain penyelesaian tahap akhir pemindahan RS Ortopedi dan Pro-
tese Solo dari Jebres ke Pabelan Surakarta. Dengan demikian
peningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita cacat serta
usaha rehabilitasinya sehingga yang bersangkutan mampu berdiri
sendiri di dalam masyarakat dapat lebih diperlancar. Pening-
katan bengkel protese mendapat perhatian khusus, agar rumah
sakit ini dapat memproduksi alat protese (misalnya tangan,
kaki, alat pembantu pancaindera tiruan), dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat, dapat dipertanggung jawabkan dari
segi kesehatan. Pemindahan tersebut juga dimaksudkan agar
RS-LOP tersebut memenuhi dan dapat berfungsi sebagai RS ruju-
kan tingkat puncak bagi RSU dan RS Khusus lain yang tingkat-
nya lebih rendah. Dalam pada itu juga dilanjutkan usaha me-
ningkatkan pelayanan bagi penderita kusta, dengan jalan me-
ningkatkan RS Kusta Sitanala Tangerang, RS Kusta Sungai Kun-
dur, dan RS Khusus lainnya. Pembangunan RS Kusta Ujung Pan-
dang yang telah dimulai tahun 1980/81 diteruskan dan dise -
lesaikan. Pelayanan kesehatan penderita kusta kecuali ber-
sifat pengobatan penderita, yang sangat penting adalah usaha
rehabilitasi dengan memberikan ketrampilan dan kecakapan se-
suai dengan bakatnya untuk mampu hidup sendiri, percaya
ke-

XVIII/15
pada kemampuan sendiri dan tidak canggung hidup dalam masya-
rakat. Usaha ini memerlukan waktu yang lama dan merupakan
usaha yang perlu ditanggulangi oleh semua fihak. RS mata
Cicendo terus ditingkatkan baik gedung, peralatan serta mutu
dan jumlah tenaganya agar dapat memberikan pelayanan kesehat-
a n mata dan sebagai rumah sakit pendidikan dokter ahli mata
dan rujukan puncak bagi penderita penyakit mata.

Peranan RS Swasta didalam peningkatan pelayanan kesehatan


bagi masyarakat adalah sangat besar. Dalam hubungan ini kepa-
da RS Swasta diberikan bantuan. Dengan bantuan tersebut RS
Swasta yang bersangkutan diwajibkan menyediakan lebih dari
25% tempat tidur bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
dan kurang mampu. Jumlah RS Swasta yang dapat diberikan ban-
tuan dari tahun k e tahun mengalami kenaikan. Apabila pada
tahun-tahun 1981/82 sejumlah 97 R S Swasta diberikan bantuan,
maka pada tahun 1982/83 menjadi 121 RS Swasta. Bantuan yang
diberikan berupa alat-alat medis, obat-obatan, ambulance, dan
pembinaan tenaga. Bantuan kepada Palang Merah Indonesia (PMI)
juga mendapatkan perhatian. Bantuan tersebut dalam bentuk
peralatan tranfusi darah, ambulance, bahan laboratorium, ser-
ta sarana untuk membuka cabang-cabangnya di daerah Tingkat
II. Dengan tersebarnya cabang-cabang PMI tersebut diharapkan
dapat cepat memberikan pertolongan bagi yang memerlukannya.
Upaya peningkatan dan penyempurnaan organisasi, management
rumah sakit, pengembangan sistem rujukan, pengumpulan data
pelayanan kesehatan (medical record), menciptakan standar
gedung, peralatan bagi RS, peningkatan ketrampilan/kemampuan
serta produktivitas kerja tenaga teknis dan sebagainya meru-
pakan upaya yang terus menerus diusahakan dan disempurnakan
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masya-
rakat.

KESEHATAN GIGI

Peningkatan Kesehatan gigi diutamakan bagi masyarakat


berpenghasilan rendah baik di desa maupun di perkotaan di -
arahkan untuk meningkatkan atatua kesehatan masyarakat mela-
lui pemerataan, peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, melalui pencegahan dan penyembuhan serta pembinaan
masyarakat dalam kesehatan gigi.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi, sampai de-


ngan tahun keempat Repelita III telah dapat dilaksanakan
kegiatan pemanduan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) pada
sekitar 88 SD, pelayanan kesehatan integrasi UKGS pada 131

XVIII/16
Dati II, usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut pada ma-
syarakat melalui 654 Puskesmas serta 80 Rumah Sakit. Selain
itu telah ditempatkan 361 dokter gigi pada Rumah Sakit, Pus-
kesmas atau unit-unit pelayanan kesehatan lainnya. Penempatan
dokter gigi tersebut dilengkapi dengan alat kesehatan gigi
sederhana bagi yang ditempatkan pada Puskesmas, dan alat dok-
ter gigi bagi yang ditempatkan di RS.

Untuk memantapkan peningkatan pelayanan kesehatan gigi


telah dilakukan pula survey epidemiologi di 5 Propinsi , sur-
vey kadar flour (pasta gigi), mengadakan standardisasi pela-
yanan pada UKGS dan Rumah Sakit, meningkatkan kemampuan mana-
jemen tenaga kesehatan gigi dan lain sebagainya.

KESEHATAN JIWA

Titik berat pembinaan kesehatan jiwa diarahkan kepada


usaha pencegahan, penyembuhan, peningkatan upaya rehabilitasi
mental, penanggulangan pasien mental, khususnya psykotik ge-
landangan dan pasung. Kegiatan itu meliputi pelayanan melalui
Rumah Sakit Jiwa yang ada dengan cara pengelolaan unit pela-yanan
dan pendayagunaan tenaga, pelayanan dengan integrasi melalui
Puskesmas dan Rumah Sakit Umum. Penyuluhan dan kun-
jungan k e rumah-rumah, penjaringan cacat mental secara ter-
padu dan penanganan masalah pasung telah pula ditingkatkan.

Usaha pelayanan kesehatan jiwa antara lain dilakukan me -


lalui usaha integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas, Rumah Sa-
kit, pelayanan medik di RSJ dan kunjungan rumah oleh suatu
team bagi penderita berobat jalan. Dalam tahun 1982/83 telah
dilakukan integrasi pelayanan kesehatan jiwa pada 120 Puskes-
mas dan 1 RS.

Dalam masa-masa pemulihan diberikan bimbingan, pengawas-


an, pendidikan, latihan-latihan dalam bengkel-bengkel dan ta-
nah pertanian serta latihan kerajinan lainnya. Sarana dan
fasilitas pelayanan telah pula ditingkatkan meliputi pemba-
ngunan/perbaikan gedung poliklinik, perawatan, workshop, tem-
pat praktek, pengadaan peralatan dapur dan cuci, laboratori-
um, penambahan daya listrik, air bersih dan lain-lain seba-
gainya. Di samping peningkatan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang
ada, sampai tahun keempat Repelita III telah dalam tahap-tahap
penyelesaian pembangunan 6 Rumah Sakit baru yaitu RSJ Palu,
RSJ Kendari, RSJ Pekan Baru, RSJ Jambi, RSJ Maluku, dan RSJ
Bengkulu. Usaha pembangunan ini diteruskan hingga nantinya
setiap propinsi memiliki RSJ. Selain itu diadakan pemindahan

XVIII/17
RSJ Mentok ke Sungai Liat, RSJ Banda Aceh, RSJ Surabaya, RSJ
Medan, RSJ Semarang, RSJ Banjarmasin dan RSJ Surakarta karena
RSJ tersebut sudah tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai keperluan.

Hasil usaha peningkatan pelayanan kesehatan melalui Rumah


Sakit sejak tahun 1979/80 sampai dengan 1982/83 dapat dilihat
pada Tabel XVII - 3.

Jumlah, mutu serta daya tampung pelayanan kesehatan mela-


lui RS dari tahun ke tahun terus meningkat. Sampai tahun
1982/83 di seluruh Indonesia telah tercatat 1.237 RS dengan
101.029 tempat tidur. Perkembangan jumlah Rumah Sakit dan
tempat tidur dapat dilihat pada Tabel XVIII - 4 .

LABORATORIUM KESEHATAN

Didalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan khususnya


dalam penyembuhan, pengembangan dan peningkatan laboratorium
sebagai sarana penunjang adalah sangat penting. Usaha itu me-
liputi usaha pengembangan/peningkatan kemampuan pemeriksaan
laboratorium secara kwantitatip maupun kwalitatip di bidang
mikrobiologi, patologi, kimia dan imunologi. Untuk itu pe-
ningkatan tenaga serta tersedianya sarana dan prasarana men-
dapatkan perhatian yang seksama. Sampai dengan tahun keempat
Repelita III telah dilaksanakan peningkatan Balai Laboratorium
Kesehatan di 27 Propinsi dan Laboratorium Kesehatan Kabupaten
dengan pembangunan, peningkatan, dan perbaikan gedung labora-
torium, penambahan dan perbaikan alat-alat laboratorium serta
peningkatan mutu tenaga. Daerah-daerah terpencil merupakan
prioritas utama dalam peningkatan ini, sehingga specimen yang
perlu diperiksa tidak usah dikirimkan ke daerah lain. Selain
itu laboratorium-laboratorium pada RS Propinsi/Kabupaten/Kodya
telah ditingkatkan pula agar dapat memenuhi fungsinya.

PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD).

Keikut sertaan masyarakat secara aktip akan menentukan


usaha peningkatan jangkauan serta berhasilnya peningkatan pe-
layanan kesehatan kepada masyarakat. Hal tersebut dilaksana-
kan melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), an-
tara lain dengan pemanfaatan promotor kesehatan desa (proke-
sa) sebagai sukarelawan, pengumpulan dan pemanfaatan data ke-
sehatan dan lain-lain. Tenaga Prokesa mendapat bimbingan dan
pengawasan dari tenaga perawat kesehatan di Puskesmas atau

XVIII/18
TABEL XVIII - 3

HASIL USAHA PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN


MELALUI RUMAH SAKIT (RS),
1978/79 – 1982/83

1) 10 RS dibangun Pemerintah Pusat,


3 RS dibangun pemerintah Daerah
2) 12 RS dibangun Pemerintah Pusat (3 RS Pengganti),
1 RS dibangun pemerintah Daerah
3) 2 RS dibangun Pemerintah Pusat (3 RS Pengganti),
7 RS dibangun pemerintah Daerah
4) 1 RSJ baru dibangun dan 4 RSJ hasil pemindahan
5) 3 RSJ baru dibangun dan 4 RSJ hasil pemindahan
6) 1 RSJ baru dibangun dan 4 RSJ hasil pemindahan
7) RSU = Rumah Sakit Umum
8) RSJ = Rumah Sakit Jiwa
9) 2 RSJ dibangun Pemerintah Pusat sebagai pengganti RS lama
10) 2 RSJ dibangun Pemerintah Pusat (1 RSJ pengganti)

XVIII/19
TABEL XVIII - 4

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),


1978/79 - 1982/83

1) Belum diperhitungkan kapasitas TT dari 13 RSU Baru


2) Belum diperhitungkan kapasitas TT dari 23 RSU (10 RSU Baru dibangun
tahun 1980/81 dan 13 RSU yang dibangun tahun 1979/80)
3) Belum diperhitungkan kapasitas TT dari 1 RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Baru
4) Belum diperhitungkan kapasitas TT dari 3 RSJ (2 RSJ baru dibangun
tahun 1981/82 dan 1 RSJ dibangun tahun 1979/80)
5) RS yang diusahakan di luar Departemen Kesehatan
6) Antara lain RS Pertamina, RS Departemen Pertambangan, RS Departemen
Perhubungan dan RS Departemen Kehakiman

XVIII/20
GRAFIK XVIII - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),
1978/79 - 1982/83

XVIII/21
Puskesmas Pembantu, petugas tingkat kecamatan, dan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Seorang pe-
rawat kesehatan dari Puskesmas diharapkan dapat membimbing 2 0
- 60 prokesa/promotor kesehatan desa. Pengembangan PKMD dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1982/83 program
ini telah berjalan k e seluruh Propinsi dengan 88 Kabupaten
dari 323 kecamatan dan Puskesmas serta 1.360 desa. Di samping
itu selama empat tahun ini telah dapat dilatih prokesa seba-
nyak 33.684 orang.

PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Perawatan Kesehatan Masyarakat dilaksanakan melalui pem-


binaan keluarga dengan kunjungan rumah dan pembinaan ter-
hadap kelompok khusus masyarakat, memberikan pelayanan secara
teratur dan secara kesinambungan oleh tenaga-tenaga kesehat-
an, serta membantu keluarga dan kelompok sosial untuk menge-
nal dan menyadari masalah atau kebutuhan kesehatan bagi ma-
syarakat yang bersangkutan. Keluarga serta daerah yang dapat
dicakup dari tahun k e tahun meningkat pula. Pada tahun 1981/
82 daerah binaan Kesehatan Masyarakat telah mencapai 65.000
KK dan diteruskan pengembangannya pada tahun 1982/83.

b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Usaha pemberantasan penyakit menular adalah bagian dari


usaha perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Adapun
tujuannya adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian
atau jumlah penderita yang sakit sebagai akibat dari penyakit
menular, dalam usaha perbaikan dan peningkatan kesehatan ma-
syarakat. Dengan berhasilnya pemberantasan penyakit menular
tersebut akan sangat menunjang dan menjamin lancarnya pem-
bangunan nasional disegala bidang melalui terpeliharanya ma-
nusia sebagai tenaga kerja. Kebijaksanaan yang ditempuh dalam
pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan cara pen-
cegahan maupun pemberantasan dengan memutuskan mata rantai
penularan penyakit melalui tindakan terhadap lingkungan pe-
nular (vektor) penyakit dan manusia (immunisasi, pengobatan,
penyuluhan dan lain-lain).

Prioritas penanggulangan/pemberantasan penyakit menular


adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesakitan dan atau kematian yang tinggi;


2. Penyakit yang menimbulkan wabah;

XVIII/22
3. Menyerang golongan anak-anak dan tenaga kerja usia pro-
duktif;
4. Menyerang penduduk daerah pedesaan atau penduduk
yang berpenghasilan rendah di daerah perkotaan;
5. Menyerang daerah-daerah pembangunan ekonomi;
6. Adanya metodologi yang berdayaguna dan berhasilguna
untuk pemberantasannya;
7. Adanya ikatan perjanjian internasional seperti Inter -
nasional Health Regulation (IHR) atau termasuk dalam
ruang lingkup UU Wabah dan Karantina.

Usaha pemberantasan penyakit menular dilakukan secara


terpadu dengan meningkatkan/memajukan sarana dan prasarana
penunjang yang diperlukan, tenaga serta methode pemberantasan
maupun masyarakat sendiri. Dalam tahun 1982/83, pemberantasan
pada dasarnya merupakan kelanjutan upaya tahun-tahun sebelum-
nya. Sasaran pemberantasan dikelompokkan dalam dua kategori
sebagai berikut : Penyakit-penyakit yang termasuk dalam pri-
oritas I adalah : Malaria, kholera/muntah berak (gastroen-
teritis), TBC paru, immunisasi, penanggulangan wabah dan pe-
nyediaan air bersih. Prioritas II adalah demam berdarah, pe -
nyakit kaki gajah (filariasis), penyakit demam keong (schis-
tosomiasis), patek dan kelamin, pengamatan serangga penyakit
menular, penyakit kusta, usaha kesehatan haji dan karantina
serta penyehatan lingkungan pemukiman. Puskesmas tetap meru-
pakan unit pelayanan langsung kepada masyarakat dalam usaha
pemberantasan penyakit menular, kecuali beberapa kegiatan
yang masih memerlukan penanganan secara khusus dan dilaksana-
kan oleh tingkatan yang lebih tinggi, seperti kabupaten,
pro-
pinsi dan atau pusat.

Pemberantasan serta pencegahan penyakit malaria telah


dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah, pengumpulan sedia-
an darah dan pengobatan penderita di daerah endemis. Adapun
tujuannya adalah untuk menurunkan jumlah penderita dan me -
nanggulangi wabah yang terjadi di Jawa-Bali, melindungi pen-
duduk yang telah kebal dan yang berpindah tempat tinggal dari
Jawa-Bali, menurunkan jumlah penderita di daerah yang keadaan
sosial ekonominya relatif lebih rendah, di daerah transmigra-
si serta di daerah pemukiman baru.

Dalam tahun 1982/83 pemberantasan penyakit malaria di-


lakukan melalui pengumpulan dan pemeriksaan sediaan darah se-
kitar 9,5 juta, penyemprotan sekitar 3,6 juta rumah serta pe-
ngobatan 9,5 juta penderita. Jumlah penderita malaria tahun
1982/83 berjumlah 1:26.816 penderita. Dibandingkan dengan ta-
hun-tahun sebelumnya maka terdapat kenaikan penderita karena

XVIII/23
intensifnya kegiatan pencarian penderita dan meluasnya daerah
operasi pemberantasan.

Untuk pemberantasan penyakit demam berdarah (Arbovirio-


sis) telah dilaksanakan usaha-usaha pembersihan sarang-sarang
nyamuk, aplikasi abate/larvasida, penyemprotan rumah, penye-
lidikan epidemiologi dan penanggulangan daerah-daerah fokus.
Jumlah penderita dari daerah tingkat II yang terjangkit dari
tahun k e tahun telah menurun. Hal tersebut adalah hasil per-
luasan diagnosa dan perluasan pemberantasan daerah yang ter-
jangkit. Jumlah penderita pada tahun 1982 adalah sekitar 4.390
orang. Dari jumlah tersebut diantaranya 143 orang meninggal, yang
berarti angka kematian sebesar 3,2%. Ini berarti ter-
dapat penurunan apabila dibandingkan pada tahun sebelumnya
(1981/82 3,34%). Usaha pemberantasan di titik beratkan di
3.592 daerah fokus, dalam tahun 1982/83.

Semenjak awal Repelita III telah dilaksanakan pemberan-


tasan penyakit kaki gajah (filariasis) di 19 Propinsi yang
meliputi 60 daerah fokus. Pemberantasan penyakit ini diseja-
lankan dengan pemberantasan penyakit demam keong (schestoso-
miasis). Dalam tahun 1982/83 dilakukan survey darah sekitar
107.817 orang, dan dilakukan pengobatan penderita sekitar 157.000
orang. Kegiatan tersebut diarahkan untuk melakukan pencegahan
agar penyakit itu tidak menyebar lebih luas dari daerah sekitar
Danau Lindu, Sulawesi Tengah. Sejak tahun 1981/1982 telah
dilakukan pemberantasan rabies dengan melaku- kan
vaksinasi hewan tersangka. Dalam tahun tersebut telah dilakukan
vaksinasi kepada 48.366 hewan dan tahun 1982/83 se-
jumlah 43.382 hewan. Di samping usaha pencegahan dilaksanakan
pula usaha pengobatan penderita yakni pada 12.350 tersangka
rabies. Usaha vaksinasi hewan tersangka ini baru dilaksanakan
secara intenaif dan massal di dua Propinsi yakni Propinsi
Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara.

Meskipun penderita pes terakhir diketemukan tahun 1970,


dan sampai sekarang penderita pes belum diketemukan lagi,
upaya pengamatan (surveillance) terus dilaksanakan karena di-
perkirakan masih ada kuman penyakit pes pada hewan (tikus).
Selama empat tahun terakhir ini diusahakan pengumpulan seki-
tar 5.507 buah specimen dari penderita tersangka pes serta
diobati 1.128 orang tersangka penyakit pes, dan hasilnya
semua negatif.

Pemberantasan penyakit antrax dilakukan dengan usaha me-


lakukan survey, pengumpulan dan pemeriksaan specimen (sediaan)

XVIII/24
dan pengobatan penderita. Lokasi pemberantasan masih tetap di-
lakukan di daerah endemis yaitu Nusa Tenggara Barat, Jawa Ba-
rat dan menyusul Timor Timur.

Usaha pemberantasan penyakit TBC Paru dilakukan dengan


pemeriksaan dokter bagi tersangka penderita dan dilakukan pe-
ngobatan bagi penderita. Pada tahun 1982/83 dapat diperiksa
277.550 dahak orang penduduk dan diobati sekitar 36.900.
Dampak pengobatan ini belum nampak mengingat masih sedikitnya
jumlah penderita yang berhasil diobati. Usaha pencarian dan
pengobatan penderita masih perlu ditingkatkan dan diusahakan
agar prevalensi dapat menurun sampai sekitar 15% di daerah
operasi.

Dalam rangka pemberantasan penyakit kelamin pada tahun


1982/83 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 121.183 sediaan
darah STS = (Serological Teat of Syphilis) dan 40.363 sediaan
darah G0, serta telah dilakukan pengobatan secara teratur ke-
pada 27.119 orang penderita penyakit kelamin khususnya pada
WTS. Pemberantasan tersebut di prioritaskan pada Syphilis dan
Gonorhae di kota-kota besar dan daerah pelabuhan.

Dalam rangka pemberantasan penyakit frambusia dalam ta-


hun 1982/83 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 3,9 juta
penderita. Di samping itu telah juga diberikan pengobatan
terhadap 144.629 orang penderita. Bila dibandingkan dengan
angka tahun sebelumnya terdapat angka penurunan penderita me-
nular, hal ini disebabkan pelaksanaan pemberantasan dengan
program tepat untuk pemberantasan penyakit frambusia.

Pemberantasan penyakit kusta terutama diarahkan pada


daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi seperti Sulawe-
si, Maluku, Irian Jaya dan daerah lainnya. Dalam tahun 1982/
83 telah dilakukan pemeriksaan anak sekolah sebanyak 5,0 juta,
pemeriksaan kontak sebanyak 1,2 juta. Dari hasil pemeriksaan
tersebut dapat ditemukan penderita sejumlah 8.510 orang dan
dilakukan pengobatan teratur terhadap 98.000 penderita ter-
masuk penderita kronis lainnya. Kegiatan penunjang lainnya
seperti survey telah dilakukan di 69 kecamatan dan evaluasi
hasil pengobatan di 45 lokasi. Di samping pengobatan jalan,
bagi penderita yang memerlukan perawatan ditampung di rumah
Sakit Kusta. Dalam Rumah Sakit Kusta tersebut kecuali diberi-
kan perawatan/pengobatan, penderita diarahkan untuk dapat
mempersiapkan diri hidup sendiri, dengan tidak tergantung pada
orang lain. Usaha-usaha yang dilakukan meliputi antara lain
rehabilitasi, latihan ketrampilan baik dalam industri,
pertukangan, pertanian dan lain-lain.

XVIII/25
Untuk pemberantasan penyakit cacing tambang diarahkan
kepada daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi
misalnya daerah-daerah pertambangan, mendapat perhatian uta-
ma. Pemberantasan penyakit cacing tambang dan parasit perut
lainnya dari tahun k e tahun ditingkatkan sehingga tahun 1982
telah ditingkatkan di 24 Propinsi. Apabila dibandingkan tahun
1980/81 baru mencakup 13 Propinsi, maka dalam tahun 1982/83
telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 12.718 sediaan
tinja untuk menentukan jenis parasit, serta pengobatan ter-
hadap 121.000 orang penduduk.

Upaya pemberantasan penyakit kolera/muntah berak (gas-


troenteritis akuta) masih diutamakan untuk mencegah sejauh
mungkin kematian penderita.

Penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin mela-


lui kewaspadaan akan timbulnya wabah (survaillance) serta pe-
nanggulannya terus ditingkatkan. Puskesmas yang merupakan
unit terdepan dapat berfungsi sebagai pusat rehydrasi dalam
usaha menanggulangi penderita kolera/muntah berak. Untuk itu
Puskesmas ditingkatkan peralatan dan perlengkapannya.

Pada tahun 1982/83 telah dikembangkan pada 234 Puskesmas


kecamatan sebagai pusat rehydrasi dan telah dilakukan pengo-
batan terhadap sekitar 3g.750 penderita/tersangka penderita
dengan angka kematian 1,8% orang penderita. Ini berarti bahwa
angka kematian relatif kecil bila dibanding tahun 1981/82
(2,5%) dan tahun 1980/81 (3,8%). Penurunan prosentase terse-
but disebabkan berbagai hal antara lain : peningkatan sarana
pencegahan dan pemberantasan, peningkatan penyuluhan pada ma-
syarakat serta sanitasi lingkungan lebih baik. Selain itu
yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya kesadaran ma-
syarakat untuk segera melapor apabila terjadi wabah dan ce-
patnya meminta pengobatan bagi penderita serta meningkatnya
jumlah penduduk yang menggunakan air bersih.

Untuk mencegah penyakit seperti diptheria, batuk rejan,


tetanus/tetanus neonatorum, polio, campak dan TBC-paru maka
upaya pemberian kekebalan terhadap anak-anak terus
ditingkat-
kan. Pada tahun 1982/83 telah dilakukan vaksinasi BCG pertama
terhadap 2,6 juta anak, vaksinasi TFT terhadap 2,6 juta ibu
hamil, vaksinasi DPT terhadap 2,3 juta anak, vaksinasi DT
terhadap 184.922 anak dan vaksinasi polio terhadap 655.390
anak, serta vaksinasi terhadap 342.908 anak untuk mencegah
penyakit measles.

XVIII/26
Dalam upaya mencegah keluar masuknya penyakit dari dan
kewilayah R.I pada tahun 1982/83 telah ditingkatkan fasilitas
sarana kerja kantor kesehatan pelabuhan di Indonesia, juga
peningkatan ketrampilan petugas. Di samping itu telah dilaku-
kan pengamatan terhadap 50.200 orang jemaah haji. Bagi para
transmigran diberikan pemeriksaan dan pengobatan sebelum di-
berangkatkan k e daerah baru, di samping pengobatan penyakit
lain. Pemeriksaan/pengobatan penyakit tersebut diarahkan un-
tuk pengobatan penyakit malaria agar para transmigran terse-
but memperoleh kekebalan. Juga bagi daerah-daerah yang akan
ditempati para transmigran telah diambil langkah-langkah yang
diperlukan. Untuk pengamanan diambil langkah-langkah antara
lain dengan penyemprotan rumah, rawa-rawa, agar tidak ter-
jangkit malaria dan lain-lain. Pada tahun 1982/83 di 36 loka-
si baru transmigrasi telah diadakan persiapan pengamanan ter-
jangkitnya penyakit menular, terutama penyakit malaria.

Terhadap penyakit-penyakit menular yang belum diprog-


ramkan dilakukan pengamatan untuk dapat mengenal pola epide-
mologi dari penyakit-penyakit tertentu serta merumuskan ke-
bijaksanaan pencegahan/pemberantasannya yang efisien dan efek-
tif. Sampai saat ini pada seluruh propinsi telah terbentuk-
unit Surveilance Epidemologi (SE). Sampai tahun keempat Repe-
lita III telah diadakan penyelidikan terhadap sekitar 16,0
ribu kejadian luar biasa, survey beberapa penyakit menular di
1.173 rumah, pengambilan sample sekitar 24 ribu serta penye-
baran bulletin epidemologi secara periodik (bulanan).

Perkembangan usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit


menular dari tahun 1979/80 sampai tahun 1982/83 dapat dilihat
dari Tabel XVIII - 5.

c. Perbaikan Gizi

Dalam rangka meningkatkan status gizi masyarakat, maka


usaha perbaikan gizi dengan peran-serta aktif masyarakat ada-
lah mencegah dan menanggulangi masalah gizi, yaitu Kurang Ka-
lori Protein (KKP), kurang vitamin A, gondok endemik dan ane-
mia gizi besi.

Sasaran utama ditujukan kepada golongan anak-anak ber-


umur 0 - 6 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui serta ke-
lompok pekerja yang berpenghasilan rendah dan penduduk di da-
erah rawan pangan.

Dalam usaha menurunkan jumlah anak-anak yang menderita


KKP tingkat ringan dan sedang serta memulihkan anak-anak yang

XVIII/27
TABEL XVIII – 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR,


1978/79 – 1982/83

*) Pemberian vaksinasi dilakukan ketika masih bayi

XVIII/28

XVIII/28
menderita gizi buruk dari kematian atau cacat, maka kegiatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dilaksanakan secara lin-
tas sektoral dan terpadu dengan mengikut sertakan masyarakat.

Sedangkan sejak tahun 1979/80 sampai dengan tahun


1982/83, kegiatan UPGK telah menjangkau sekitar 33.438 desa
dan 6.730.200 anak balita, termasuk sekitar 308.667 diantara-
nya memperoleh makanan tambahan. Dalam tahun 1982/83, UPGK
dilaksanakan di 27 propinsi dengan 6.944 desa dan mencakup
1.080.200 anak balita dimana 124.893 diantaranya mendapat ma-
kanan tambahan.

Kegiatan UPGK berupa penimbangan anak balita, penyuluh-


an gizi, pemberian paket pertolongan gizi, pemanfaatan tanam-
an pekarangan dan pemberian makanan tambahan. UPGK Terpadu
dilaksanakan oleh sektor kesehatan, pertanian, agama dan ke-
luarga berencana serta swadaya masyarakat.

Untuk mengatasi masalah kurang vitamin A yang dapat meng-


akibatkan kebutaan pada tahun 1982/83 telah didistribusikan
kapsul vitamin A dosis tinggi lewat UPGK kepada 1.332.400 anak
berumur 1 - 4 tahun. Untuk daerah rawan vitamin A, sejumlah
73.788 anak berumur 1 - 4 tahun pada tahun 1982/83 mendapat
vitamin A dosis tinggi secara khusus, sejumlah 788.680 anak
berumur 1 - 4 tahun, yaitu 84.253 anak di Propinsi Daerah
Istimewa Aceh, 240.127 anak di Propinsi Nusa Tenggara Barat,
323.875 anak di Propinsi Sumatera Utara, 63.273 anak di Pro-
pinsi Sumatera Barat, 34.900 anak di Propinsi Bengkulu dan
42.252 anak di Propinsi Maluku.

Pada tahun 1982/83 penyuntikan lipiodol menjangkau 26


propinsi terhadap 262.515 penduduk (angka sementara). Sedang-
kan pemeriksaan kadar yodium dalam urine penduduk dilakukan
di 4 propinsi. Di samping itu pemetaan daerah gondok meluas
sehingga mencakup 26 propinsi.

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi


kepada ibu hamil dilaksanakan lewat kegiatan UPGK yang diin -
tegrasikan dalam paket pertolongan gizi. Pada tahun 1982/83
347.200 (angka sementara) ibu hamil telah mendapatkan tablet
besi.

Untuk memantapkan kebijaksanaan bantuan pangan darurat,


sejak tahun 1980/81 telah mulai dirintis pengembangan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi di daerah rawan pangan di kabupa-
ten Lombok Tengah dan Lombok Timur di propinsi Nusa Tenggara
Barat dan kabupaten Boyolali dan Pekalongan di propinsi Jawa
Tengah.

XVIII/29
d. Peningkatan Penyediaan Air Bersih

Untuk menjamin tersedianya air bersih yang cukup dan me -


menuhi syarat kesehatan, telah dilaksanakan peningkatan penye-
diaan sarana air bersih, terutama di daerah pedesaan dan per-
kotaan yang sulit memperoleh air bersih. Dengan demikian di-
mungkinkan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit, wabah
kolera atau penyakit perut lainnya yang masih tinggi.

Sasaran diutamakan pada masyarakat pedesaan dan perko -


taan yang berpenghasilan rendah. Dalam menentukan lokasi pem-
bangunan sarana air bersih diprioritaskan pada daerah yang
sulit memperoleh air bersih, daerah yang endemis kolera atau
daerah yang angka penyakit perut lainnya tinggi. Usaha untuk
melakukan pengawasan mutu air serta usaha melindungi masyara-
kat dari penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
juga terus ditingkatkan. Disamping penambahan jumlah sarana
air bersih yang tersebar di seluruh daerah, juga dilakukan
penyuluhan akan arti hidup sehat dengan melalui pengadaan air
bersih. Sejak adanya upaya peningkatan penyediaan air bersih,
telah dapat dilihat adanya penurunan kasus kolera dan muntah
berak. Jumlah masyarakat pedesaan yang dapat memanfaatkan dan
menikmati air bersih terus bertambah.

Pada tahun 1982/83 melalui Program Inpres Bantuan Sara-


na Kesehatan telah disediakan biaya untuk membangun berbagai
sarana air bersih, yang terdiri dari 100 buah Penampungan ma-
ta air dengan perpipaan (PP), 25 buah Sumur Artesis (SA)
6.000 Penampungan Air Hujan (PAH) 500 buah Perlindungan Mata
Air (PMA) 65.000 buah Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK),
7.000 buah Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT-DL) dan 5.000 Sumur
Gali (SGL). Di samping dilakukan pembangunan sarana air ber-
sih yang baru, sarana air bersih yang ada dilakukan pemeliha-
raan dan perbaikan. Untuk itu para petugas sanitasi dileng -
kapi alat-alat perbaikan sederhana untuk melakukan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan. Karena sarana air bersih yang
dibangun tersebut adalah untuk memenuhi keperluan masyarakat,
maka ditanamkan pula kepada masyarakat rasa tanggung jawab
pemeliharaannya. Perkembangan pelaksanaan pembangunan sarana
air bersih yang dananya disediakan dalam Program Bantuan Sa-
rana Kesehatan tahun 1979/80 sampai 1982/83, dapat dilihat
pada Tabel RVIII - 1.

Di samping pembangunan sarana air bersih yang dibangun


dengan dana Program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan, telah
pula dibangun berbagai jenis sarana air bersih yang lain se -
kitar 69.071 buah, yang terdiri dari pembangunan PP. 5.545

XVIII/30
buah, SA 210 buah, PMA 858 buah, PAH 8.104 buah, SPT. DK
48.807 buah, SPT.DLO 5.545 buah dan pembangunan 2 unit insta-
lasi pengolahan.

Dengan usaha tersebut diatas maka pada ajkhir Repelita III


masyarakat yang dapat menikmati air bersih diharapkan akan
mencapai 20%, sedang pada akhir Repelita II baru mencapai
sekitar 12%.

e. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Dalam usaha meningkatkan taraf kesehatan rakyat melalui


penyehatan lingkungan pemukiman, selama empat tahun Repelita
III telah dapat dilakukan pemeriksaan sekitar 73.153 ribu lo-
kasi tempat-tempat umum, peningkatan sanitasi lingkungan
dengan memberikan penyuluhan pembuatan rumah yang sehat pada
189 lokasi/desa, pemeriksaan 2.275 restauran dan lain-lain.
Melalui Program Inpres sarana Kesehatan sejak tahun 1979/80
sampai tahun 1982/83 telah disediakan biaya untuk pembangunan
195 ribu buah jamban keluarga dan 5 ribu sarana pembuangan
air limbah (SPAL).

Selain itu dilakukan pula usaha-usaha pengawasan kwali-


tas dan badan air buangan industri dan rumah tangga, inventa-
risasi dan pemukiman tempat pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, pemeriksaan tempat-tempat pencemaran pestisida seba-
gai sumber pencemaran lingkungan serta instalasi pengolahan
buangan pada unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit), agar ti-
dak mencemarkan lingkungan. Untuk itu telah diadakan penatar-
an tenaga dan usaha pengembangan Balai Teknik Kesehatan Ling-
kungan di Yogyakarta dengan penambahan peralatan-peralatan
pemeriksaan.

f. Penyuluhan Kesehatan

Untuk menjadikan cara-cara hidup sehat sebagai kebiasa-


an hidup masyarakat sehari-hari serta menggerakkan perorang -
an, kelompok dan masyarakat agar memanfaatkan fasilitas pela-
yanan kesehatan yang tersedia, demikian pula untuk membina
peran-serta masyarakat di bidang kesehatan,, maka Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat dilaksanakan melalui Puskesmas, Rumah
Sakit dan lain-lain institusi kesehatan.

Setiap petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya


menggunakan pendekatan edukatif melalui perorangan, kelompok

XVIII/31
serta media massa modern dan tradisional. Lain dari pada itu
penyuluhan kesehatan juga diintegrasikan ke dalam kegiatan
penyuluhan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh sektor-sek-
tor d i luar kesehatan, termasuk sekolah-sekolah.

Dalam tahun 1982/83 penyuluhan kesehatan yang dilakukan


melalui media massa meliputi 4.962 kegiatan.

Penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas dalam rangka meng-


galakkan dann membina peran-serta masyarakat dilaksanakan se-
cara lintas sektoral melalui LKMD. Sejak tahun 1979/80, sam-
pai dengan 1982/83 kegiatan tersebut dilaksanakan oleh 3.139
Puskesmas di 17.091 desa.

D i samping itu penyuluhan kesehatan juga dilakukan me-


lalui Rumah Sakit. Selain itu penyuluhan kesehatan diintegra-
sikan ke dalam kurikulum sekolah umum dan sekolah pendidikan
kesehatan.

Bagi pelaksanaan penyuluhan ditingkatkan pula sarana


penyuluhan berupa buku pedoman, alat bantu dan alat peraga.
Begitu pula dibina secara berkesinambungan tenaga-tenaga pe-
nyuluh kesehatan, agar mampu melaksanakan penyuluhan secara
optimal.

g. Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka upaya


kesehatan bidang pengawasan obat, makanan dan sebagainya ada-
lah melanjutkan upaya-upaya penyediaan dan lebih memantapkan
usaha-usaha pengawasan produksi, pengawasan peredaran dan
penggunaan obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kos-
metika dan alat kesehatan serta terhadap penyalahgunaan nar-
kotika dan bahan obat berbahaya lainnya.

Langkah dan sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai


berikut:

a) Mengusahakan tersedianya obat-obatan yang cukup aman,


efektip dan penyebarannya makin merata dengan harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat banyak.

b) Meningkatkan usaha-usaha di bidang prasarana dan sarana


pengawasan, baik yang berupa peraturan perundang-undang-
an, maupun pedoman pelaksanaan yang meliputi persyaratan-
persyaratan badan produksi dan badan distribusi.

XVIII/32
c) Meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pembinaan terhadap
badan produksi dan badan distribusi.

d) Meningkatkan kegiatan pendaftaran obat, makanan dan seba-


gainya untuk mendapatkan kepastian mengenai keamanan,
khasiat, nilai gizi atau kegunaan serta standar mutu.

e) Meningkatkan usaha pencegahan penyalahgunaan narkotika, obat


psikotropika, obat berbahaya lainnya dan minuman keras.

f) Pengembangan sistem pengendalian tentang akibat samping-


an, keracunan dan hal-hal lain yang disebabkan oleh obat,
obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan
alat-alat kesehatan serta narkotika dan obat-obat berba-
haya lainnya.

g) Meningkatkan jenis dan mutu tenaga, peningkatan laborato-


rium pemeriksaan serta sarana-sarana penunjang lainnya.

Dalam usaha menjaga agar obat yang beredar tidak menye-


bar dan membahayakan keselamatan pemakainya, maka sebelum
beredar diperlukan wajib daftar, dan dilakukan pengambilan
contoh atas obat-obat yang beredar untuk diadakan pemeriksa-
an laboratoris apakah memenuhi standar kwalitas dan jenis
yang ditetapkan. Wajib daftar bagi obat yang beredarpun seti-
ap tahun dilakukan untuk mengarahkan jenia dan jumlah obat
yang beredar agar sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya dan
pola penyakit yang ada. Dalam tahun 1982/83 telah dapat dila-
kukan pendaftaran 9.548 macam obat produksi dalam negeri dan
96 macam produksi luar negeri, sedang tahun yang bersamaan
telah diperiksa 8.725 simple atas obat yang beredar. Pengada-
an/produksi makanan dan minuman pada dasarnya harus disesuai-
kan dengan pola konsumsi dan tingkat penghasilan rakyat se -
hingga makanan yang beredar tidak hanya bersifat konsumtif
belaka tetapi berguna untuk mempertinggi kesehatan dan gizi
masyarakat. Untuk itu dilakukan pembinaan, pengawasan sarana
produksi dengan memperhatikan bahan tambahan dalam makanan,
keadaan higiene pada sarana produksi, pemasangan etiket pada
produk. Terhadap makanan yang beredar dalam tahun 1982/83 te-
lah diadakan penilaian terhadap 103 jenis, yang terdiri dari
3.249 macam dalam negeri dan 590 macam produk luar negeri.
Disamping itu dari segi ketentuan dan peraturan telah dike -
luarkan peraturan tentang larangan peredaran, produksi dari
import minuman keras yang tidak terdaftar, dan telah disele -
saikan rancangan "cara produksi yang baik untuk makanan bayi

XVIII/33
dan anak, produksi yang baik untuk ikan kaleng, produksi yang
baik untuk susu ibu dan tentang peredaran pengganti air susu
ibu.

Sedang dalam pengawasan Kosmetika telah dilakukan pen -


daftaran kosmetika dalam negeri 2.562 macam, kosmetika luar
negeri 2.182 macam, alat kesehatan dalam negeri 1.231 macam
dan alat kesehatan luar negeri 2.067 macam. Disamping itu pe-
rusahaan kosmetika dan alat kesehatan yang telah mengajukan
izin produksi 294 buah dan izin pedagang besar sejumlah 660
buah.

Obat-obatan tradisional yang merupakan hasil sosial


budaya bangsa perlu dikembangkan dan dimanfaatkan. Kegiatan
pengawasan obat tradisional antara lain meliputi pengawasan
dan pembinaan obat yang beredar, informasi dan penyuluhan.

Terhadap perusahaan obat tradisional dikenakan wajib


daftar dan perusahaan yang telah mendaftar 370 buah perusaha-
an. Sebelum memproduksi perusahaan tradisional perlu mendapat
izin dan selama empat tahun Repelita III yang sudah mendapat
izin produksi 88 perusahaan.

Untuk melakukan bimbingan telah dilakukan kunjungan ke


pabrik-pabrik yang memproduksi obat tradisional. Selain itu
dilakukan penyuluhan kepada penjual jamu gendong, penerbitan
buku pemanfaatan tanaman obat tradisional dan tanaman obat
keluarga.

Dalam usaha pengawasan ataa narkotika dan bahan obat yang


berbahaya lainnya, diusahakan agar apotik atau badan usaha
yang akan menyalurkan dan mengimport harua memperoleh izin
dan memenuhi perayaratan-persyaratan yang ditentukan. Dalam
hubungan ini pula bagi narkotika dan obat-obat berbahaya yang
akan beredar, wajib melakukan pendaftaran, serta bagi yang
telah beredar diambil samplenya untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Sementara itu penyempurnaan pedoman per-
izinan, penyimpanan dan pengeluaran terus dilanjutkan.

Dalam melindungi kepentingan masyarakat pemakai, hasil


pemeriksaan dan pengambilan contoh obat-obatan makanan, mi-
numan dan lainnya, apabila berdasarkan pemeriksaan laborato-
rium ternyata tidak memenuhi syarat atau tidak memenuhi stan-
dar yang ditetapkan, diambil langkah-langkah dan tindakan
antara lain ditarik dari peredaran, larangan berproduksi,
dilakukan penutupan, dan dapat diajukan kesidang pengadilan.

XVIII/34
Dalam usaha mengendalikan harga obat agar dapat dijang-
kau oleh masyarakat telah dilakukan pengkajian bahan baku
farmasi melalui pemanfaatan bahan dasar dalam negeri, peng-
alihan teknologi dan membatasi impor bahan baku. Selain itu
dilakukan usaha untuk mengurangi bea masuk impor bahan baku
obat-obatan tertentu dan produsen diwajibkan membuat kalkula-
si harga yang wajar. Demikian pula selalu diusahakan ter-
sedianya obat-obatan pokok essensial pada unit-unit pelayanan
kesehatan. Dalam hubungan inilah maka selain industri farmasi
swastay kepada Pusat Produksi Farmasi diberi tugas untuk mem-
produksi obat-obatan pokok tersebut dalam rangka penyediaan
obat Inpres Bantuan Sarana Kesehatan.

Sejalan dengan meningkatnya bantuan obat Inpres Sarana


Kesehatan kemampuan Pusat Produksi Farmasi selalu ditingkat-
kan dengan tidak mengurangi produksi sektor swasta. Pada tahun
1982/83 Pusat Produksi Farmasi dapat menghasilkan tablet 1,5
milyar butir, 18,0 juta ampul, 125,9 juta kapsul dan 2,0 juta
tube salep.

Untuk menjamin kelancaran penyediaan dan distribusi obat


dan alat-alat kesehatan, sampai tahun 1982/83 telah dapat
dibangun 99 buah sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan
di kabupaten/kotamadya. Penetapan dan prioritas pembangunan
tersebut diutamakan untuk daerah terpencil, yang luas daerah-
nya, dan daerah yang sedang berkembang. Sarana penyimpanan
obat dan alat kesehatan tersebut dilengkapi alat dan ruang
pendingin, alat-alat penyimpanan, antara lain rak lemari dan
sebagainya. Dengan tersedianya sarana penyimpanan tersebut
diharapkan pengelolaan obat-obatan dapat dilakukan dengan le-
bih baik dan lancar.

Jumlah industri farmasi pada tahun 1979/80 tercatat se-


banyak 269 pabrik, yang terdiri dari 33 pabrik PMA, 3 7 pabrik
PMDN dan 199 pabrik Swasta Nasional. Sampai 1982 jumlah in-
dustri farmasi tercatat angka yang sama dengan keadaan tahun
1979/80, namun jumlah produksinya yang meningkat. Kebijak-
sanaan ini ditetapkan untuk menciptakan pengawasan mutu dan
persaingan yang sehat antar pabrik Farmasi. Untuk sasaran
distribusi obat langsung kepada masyarakat jumlah apotik pada
tahun 1982/83 berjumlah 1.665 buah. Apotik sebagai rantai
distribusi terakhir yang secara langsung menyalurkan obat ke-
pada masyarakat mempunyai peranan penting. Dengan Undang-
undang No. 25/1980 maka apotik harus dikembangkan sebagai
tempat pengabdian profesi apoteker dan bukan sebagai pedagang
yang mementingkan mencari keuntungan komersial.

XVIII/35
Sedang sarana distribusi Pedagang Besar Farmasi, dari ta -
hun 1979/80 sampai tahun 1982/83 menunjukkan angka yang sama
ialah 880 BPF. Perkembangan industri dan unit distribusi obat
dapat dilihat dalam tabel XVIII - 6.

h . Pendidikan kesehatan dan pendayagunaan tenaga

Penyelenggaraan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan


bertujuan untuk dapat menyediakan tenaga kesehatan yang cu -
kup, mampu, terampil dan memiliki semangat pengabdian yang
tinggi sesuai dengan jenis kebutuhan dalam usaha peningkatan
pelayanan kesehatan.

Sebagai hasil usaha pengembangan dan peningkatan pendi-


dikan kesehatan tersebut mutu dan jumlah lulusan dari tahun
ke tahun terus meningkat. Walaupun belum sepenuhnya memenuhi
keperluan tenaga yang sangat besar jumlahnya.

Berbagai jenis dan jenjang pendidikan kesehatan yang


tersedia antara lain ialah sekolah Perawat Kesehatan, Sekolah
Perawatan Lanjutan jurusan Kebidanan, Sekolah Pengatur Rawat,
Sekolah Perawat Gigi, Sekolah Guru Perawat, Sekolah Pembantu
Penilik Hygiene dan Sanitasi serta beberapa jenis akademi yak-
ni Akademi Penilik Kesehatan, Akademi Gizi, Akademi Teknologi
Elektro Medis dan Akademi Penata Rontgen. Jumlah seluruhnya
adalah sekitar 248 sekolah/akademi, yang telah menghasilkan
lulusan sebanyak 20.479 sejak tahun 1979/80 sampai dengan
1982/83, termasuk 5.618 lulusan dalam tahun 1982/83.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga khususnya di Puskes -


mas, sejak tahun 1980/81 telah diselenggarakan latihan cepat
tenaga bagi lulusan SLTA dengan pendidikan 1 tahun untuk di-
angkat sebagai pembantu paramedis, yang telah menghasilkan
2.300 pembantu paramedis, termasuk 1.000 tenaga lulusan tahun
1982/83. Para lulusan tersebut disebarkan untuk mengisi tena-
ga-tenaga pada unit kesehatan antara lain Puskesmas, Puskes -
mas Pembantu, Rumah Sakit dan lain-lain.

Usaha peningkatan jumlah lulusan, telah ditunjang dengan


peningkatan prasarana dan sarana pendidikan antara lain
melalui peningkatan gedung, laboratorium, tempat praktek,
peralatan kelas untuk 122 Sekolah Perawat, 18 buah Sekolah
Bidan/Sekolah Lanjutan jurusan Kebidanan, 2 Akademi Penilik
Kesehatan, 9 Sekolah Pembantu Penilik Kesehatan, 11 Pengatur
Rawat Gigi, Akademi Gizi, Akademi Rontgen dan lain-lainnya.

XVIII/36
TABEL XYIII - 6

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI


OBAT-OBATAN,
1978/79 - 1982/83

No. U nit Kegiatan Satuan 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83

1. I n d u s t r i Farmasi pabrik 267 269 269 269 282

2. Pedagang Besar Farmasi pabrik 880 880 880 880 880

3. Apotik a po ti k 1.413 1.532 1.662 1.662 1.665

XVIII/37
Di samping peningkatan sekolah yang telah ada, secara bertahap
dalam Repelita III banyak pula sekolah/akademi yang dibangun
antara lain, Sekolah Guru Perawat Kesehatan di Ujung Pandang
dan Jakarta, 9 SPPH (Sekolah Pembantu Penilik Kesehatan), 3
Sekolah Perawat Kesehatan, 11 Sekolah Pengatur Rawat Gigi dan
lain-lain.

Guna meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga


kesehatan yang ada, setiap tahun dilakukan penataran rata- ra-
ta sekitar 4.000 - 4.500 tenaga dari berbagai jenis kategori
dan keahlian antara lain dalam bidang manajemen, administra -
si, pendidikan teknis misalnya dokter Puskesmas, tenaga pera -
watan mahir, tenaga physio therapi, tenaga radiologi, tenaga -
tenaga yang melaksanakan pemberantasan penyakit menular dan
lain-lain. Perkembangan jumlah tenaga kesehatan sampai dengan
akhir tahun 1982/83 dapat dilihat pada Tabel XVIII - 7.

Dalam usaha pemerataan pelayanan kesehatan, di samping


tenaga yang diangkat melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehatan
sampai dengan tahun keempat Repelita III telah dapat diangkat
dan ditempatkan 674 dokter umum, dokter gigi dan sarjana ke -
sehatan lainnya, 143 penempatan dokter ahli diluar 4 keahlian
pokok/antara lain dokter ahli T.H.T., Radiologi, Mata, Anes -
tesi dan lain-lain. Selain itu dilakukan pemindahan dan alih
tugas terhadap 1.027 orang dokter/dokter gigi/sarjana farmasi/
dokter ahli. Pengangkatan serta pemindahan tenaga kesehatan
dititik beratkan pada usaha pemerataan dan penyebaran tenaga
kesehatan pada Puskesmas, Rumah Sakit dan unit-unit kesehatan
lainnya. Disamping itu melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehat -
an selama empat tahun ini telah disediakan biaya untuk peng -
angkatan 2.250 dokter umum, 230 dokter gigi dan 19.535 para
medis antara lain Perawat Kesehatan, Bidan, Penilik Kesehat -
an, Penjenang Kesehatan, Sanitarian, Perawat Gigi dan Pem -
bantu Paramedis untuk memenuhi tenaga di Puskesmas. Tenaga
dokter Puskesmas yang karena masa tugasnya berakhir dapat me -
ngajukan permohonan untuk melanjutkan pendidikan keahlian
atau dipindahkan ke tempat lain misalnya pada Rumah Sakit,
Puskesmas lain atau unit Kesehatan lainnya.

Disamping itu dalam usaha meningkatkan dan mempercepat


pengangkatan dan kenaikan pangkat pegawai negeri, pada setiap
tahun disediakan biaya untuk 70 Team Penguji Kesehatan (TPK)
yang berkedudukan di ibukota Propinsi di luar Jawa Bali, dan
bekas ibukota Karesidenan di Jawa dan Bali. Pada masing-ma-
sing Daerah Tingkat II diangkat rata-rata 3 anggota Dokter
Penguji Tersendiri (DPT), dengan jumlah keseluruhan sekitar
879 DPT. Untuk meningkatkan kesehatan pejabat teras serta

XVIII/38
TABEL XVIII - 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,


1978/79 - 1982/83
(orang)

1) Mulai tahun 1979/80 Sekolah Tenaga


Penjenang Kesehatan tidak lagi menerima
murid baru, dan tenaga Penjenang Kesehatan
ditingkatkan menjadi tenaga perawat

2) Meliputi Akademi Perawat, Akademi Guru


Perawat/Bidan, Akademi Penilik
Kesehatan dan Akademi Gizi

XVIII/39
GRAFIK XVIII – 3

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,


1978/79 – 1982/83

XVIII/40
anggota DPR setiap tahun disediakan biaya untuk memeriksa ke-
sehatan sekitar 5.400 - 5.800 pejabat secara berkala. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, kesehatan pejabat-pejabat ter-
sebut dapat diikuti dengan seksama dan diketemukan secara
dini apabila pejabat tersebut menderita penyakit.

Kepada dokter yang mengikuti pendidikan keahlian pokok


(ahli penyakit dalam, ahli bedah, ahli kandungan, kebidanan
dan ahli kesehatan anak) pada berbagai Fakultas Kedokteran,
pada tahun 1981 sekitar 591 dokter, dan tahun 1982 sekitar
640 dokter disediakan tunjangan pendidikan. Setelah menamat -
kan pendidikan keahliannya mereka akan ditempatkan pada Rumah
Sakit Propinsi/Rumah Sakit Kabupaten/Kodya Kelas C, atau ke -
las D yang akan ditingkatkan menjadi kelas C.

i. Generasi Muda

Pembentukan generasi muda yang sehat fisik, mental dan


sosial dimulai sejak dalam kandungan sampai berumur sekitar
30 tahun. Untuk itu perlu mengikutsertakan generasi muda agar
berperan-serta aktif dalam pembangunan, termasuk dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat dalam rangka mening -
katkan keadaan kesehatan dan gizi anak-anak dan remaja, di
samping melindungi dan mencegah para remaja dari bahaya nar -
kotika serta obat-obat berbahaya lainnya.

Pelayanan kesehatan bagi anak Balita penderita gizi bu-


ruk dilakukan melalui Puskesmas. Dalam tahun 1982/83 kegiatan
perbaikan gizi dikhususkan kepada anak-anak berumur 9-15 ta -
hun yang diintegrasikan dengan usaha-usaha kesehatan lingku -
ngan, penyuluhan kesehatan dan pemberantasan penyakit cacing.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di 13 propinsi, 25 kabupaten
dan 50 kecamatan serta mencakup 50.000 anak.

Usaha kesehatan dari anak untuk anak dalam bentuk dokter


kecil, piket Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan pandu kese -
hatan sekolah serta praktek penyuluhan oleh anak-anak remaja,
pada 1982/83 dilaksanakan di 1.000 SD sebanyak 4.000 kali.

Usaha untuk menanggulangi dan mencegah penyalahgunaan


narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya dilakukan dengan
memberikan bantuan rehabilitasi korban narkotika bagi remaja
yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Usaha ini
dilakukan di RSKO Jakarta dengan mengikut sertakan para guru
SMTP dan SMTA dalam menanggulangi narkotika dan membina
pen-
dapat masyarakat terhadap bahaya narkotika.

XVIII/41
Pada tahun 1982/83 dilaksanakan penataran terhadap para
guru SMTP dan SMTA, dokter-dokter Puskesmas dan tokoh-tokoh
masyarakat di kota bagi sejumlah 1.100 orang.

Dalam rangka Perbaikan Menu Makanan Rakyat (PMMR) pada


tahun 1981/82 dimulai kursus bagi 27 Pimpinan Kwarda Pramuka.
Secara bertahap pada tahun 1982/83 kursus PMMR diadakan bagi
222 Pimpinan Kwarcab Pramuka di 16 propinsi.

j . Peranan Wanita

Program Peranan Wanita bertujuan meningkatkan keadaan


gizi dan kesehatan wanita, khususnya wanita hamil dan menyu -
sui serta wanita pekerja terutama yang berpenghasilan rendah
di desa dan di kota. Selain itu diusahakan pula peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan wanita dalam peningkatan pemeli -
haraan kesehatan dan keadaan gizi keluarga, khususnya pera -
watan. serta pemeliharaan bayi dan anak dengan mengikut-ser -
takan organisasi-organisasi wanita dalam usaha peningkatan
gizi dan kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan sasaran daerah Program Peranan Wanita da -


lam Pembangunan Kesehatan (P2WPK) sebagai bagian dari Program
Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahte -
ra (P2WKSS), diselenggarakan di 26 propinsi, 282 kabupaten,
564 kecamatan dan 1.128 desa berupa pendirian Taman-taman Gi -
zi dengan penimbangan anak balita, penyuluhan kesehatan me -
ngenai hygiene dan immunisasi serta penyuluhan gizi. Di sam-
ping itu pembinaan organisasi-organisasi wanita diselenggara -
kan dengan pendidikan dan latihan-latihan.

Dalam tahun 1982/83 P2WPK dilaksanakan di 27 propinsi,


283 kabupaten/kotamadya, 1.284 kecamatan dan 1.287 desa.

k. Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Penga-


wasan Pelaksanaan Pembangunan

Sebagai usaha penyempurnaan efisiensi aparatur pemerin tah


dan pengawasan pelaksanaan pembanngunan telah dilakukan usaha
penyempurnaan perencanaan, monitoring dan evaluasi pem -
bangunan kesehatan, organisasi dan ketatalaksanaan, admi -
nistrasi keuangan, serta peningkatan bimbingan dan pengawas -
an. Bersamaan dengan itu telah diusahakan peningkatan mutu
staf perencana baik di pusat maupun di daerah, perbaikan data

XVIII/42
dan statistik secara terpadu serta perbaikan sistem informasi
kesehatan.

Organisasi dan tatalaksana kelembagaan bidang kesehatan


terus disempurnakan sehirigga lebih mendukung peningkatan pe -
layanan kesehatan sesuai dengan pertumbuhan pembangunan.
Penyempurnaan administrasi keuangan diusahakan melalui pe -
ningkatan kemampuan pengelolaan keuangan, baik pada tingkat
pusat maupun tingkat daerah.

Kegiatan pengawasan dan bimbingan ditingkatkan dengan


titik berat pengawasan pada pencegahan terjadinya penyimpang -
an atau penyelewengan agar dana yang disediakan dapat diper -
gunakan secara tepat-guna dan berdaya guna. Dalam hubungan
ini telah dilakukan pemeriksaan kepada satuan-satuan kerja,
proyek-proyek pembangunan dalam administrasi keuangan, ad -
ministrasi kepegawaian, administrasi perbekalan dan pelaksa -
naan proyek-proyek/program. Hasil pemeriksaan tersebut telah
disusul dengan langkah-langkah penertiban untuk memperlancar
pelaksanaan pembangunan dibidang kesehatan.

1. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan

Peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja aparatur


pemerintah dibidang kesehatan dilakukan melalui peningkatan.
sarana/fasilitas kerja sesuai dengan pengembangan organisasi
dan pelaksanaan program. Dalam hubungan ini sampai tahun ke -
empat Repelita III seluruh Propinsi telah mempunyai Gedung
Kantor Wilayah Kesehatan. Pemilihan prioritas pembangunan
KANDEP Tingkat II diutamakan bagi daerah-daerah terpencil dan
sedang berkembang.

m. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Hasil penelitian dan pengembangan kesehatan memberikan


sarana cipta ilmiah dan teknologi dalam rangka pelaksanaan
program kesehatan serta memberikan pula bahan pengambilan ke -
putusan dalam mengelola usaha-usaha kesehatan. Sehubungan de -
ngan itu telah disusun program penelitian dan pengembangan
kesehatan menunjang pelaksanaan program kesehatan, meningkat -
kan kemampuan para peneliti dan prasarananya serta kerjasama
ilmiah dengan badan dan lembaga-lembaga ilmiah di dalam dan
di luar negeri.

XVIII/43
Dalam tahun 1982/83 telah dilakukan sebanyak 41 peneli -
tian diberbagai bidang kesehatan, yaitu 7 penelitian pelayan-
an kesehatan, 17 penelitian dibidang penyakit, 5 penelitian
gizi, 4 penelitian tentang lingkungan hidup dan 8 penelitian
di bidang farmasi.

Hasil-hasil penelitian tersebut telah dimanfaatkan un-


tuk merumuskan kebijaksanaan yang lebih tepat dan terarah.
Peningkatan kemampuan tenaga peneliti telah ditingkatkan me-
lalui penataran, seminar dan pengiriman tugas belajar di da-
lam dan di luar negeri.

Selanjutnya pengelolaan dan tata laksana penelitian telah


dimantapkan, organisasi dan tata-kerja disempurnakan serta
disusun rencana jangka panjang penelitian dan pengembangan
kesehatan yang dikaitkan dengan pengembangan Sistem Kesehatan
Nasional dan Rencana Jangka Panjang Kesehatan.

Sebagai usaha menunjang penelitian dan pengembangan ke -


sehatan serta program nasional bidang kesehatan telah diting-
katkan dan dibina Pusat Jaringan serta unit dokumentasi dan
perpustakaan untuk penyediaan informasi ilmiah bidang keseha-
tan dan kedokteran. Kegiatan-kegiatannya meliputi peningkatan
pengadaan dan perlengkapan kepustakaan di pusat dan di dae -
rah, peningkatan penyediaan buku-buku ilmiah di bidang kese -
hatan dan kedokteran, pengadaan informasi ilmiah bagi keper -
luan Puskesmas, pencetakan dan penyebarluasan buku petunjuk
dan peningkatan sistem dokumentasi. Di samping itu dikem-
bangkan suatu jaringan kerjasama antar perpustakaan dari
pusat-pusat dokumentasi informasi ilmiah yang beranggotakan
60 orang dari Departemen Kesehatan dan Universitas. Lain dari
pada itu dikembangkan pula Sistem Informasi Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEKO) di tingkat institusional dan nasional
yang merupakan sub sistem IPTEKO internasional.

Sebagai hasil peningkatan dokumentasi, dalam tahun 1982/83


telah dipublikasikan 2.500 buah bibliografi karya ilmiah dan
penelitian, 3.500 indeks artikel majalah serta 3.000 buku ha -
sil-hasil dokumentasi.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1 . Pendahuluan

Perbaikan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial dida-


sarkan pada Garis-garis Besar Haluan Negara yang menetapkan

XVIII/44
bahwa sebagai salah satu upaya menuju tercapainya keadilan
sosial, dilanjutkan usaha-usaha untuk memberi kesempatan yang
lebih luas dan merata dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi anggota masyarakat yang kurang beruntung. Pelaksanaan
usaha perbaikan pelayanan kesejahteraan sosial tersebut juga
dalam rangka meningkatkan kesadaran serta kemampuan setiap
warga negara ikut serta dalam pembangunan. Oleh karena itu,
berbagai upaya pemeliharaan dan penyantunan sosial serta re -
habilitasi dan bantuan sosial dilaksanakan dengan bekerja-
sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial secara le -
bih terpadu dan sesuai dengan kemampuan yang tersedia dengan
mengikutsertakan masyarakat luas. Selanjutnya, dalam rangka
memupuk dan meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab sosial,
perlu ditumbuhkan kegairahan dan kesediaan masyarakat untuk
menjadi pekerja-pekerja sosial.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Kebijaksanaan pokok di bidang kesejahteraan sosial ialah


meningkatkan pelayanan agar warga masyarakat yang mengalami
berbagai hambatan sosial karena keterlantaran, ketunaan,
keterbelakangan serta akibat kemiskinan, dapat memperoleh
bantuan dan penyantunan secara lebih baik. Pelayanan
kesejahteraan sosial tersebut mencakup langkah-langkah baik
yang bersifat pencegahan maupun rehabilitasi dan pengem -
bangan agar mereka yang mengalami penderitaan dapat dibimbing
dan dibantu untuk mengatasi permasalahannya dan dapat kemba -
li hidup mandiri tanpa ketergantungan pada orang lain.

Guna menunjang maksud tersebut, diperluas dan ditingkat -


kan berbagai sarana dan prasarana penyantunan sosial dalam
rangka memantapkan mutu serta lingkup pelayanan. Selain itu
dilakukan pula upaya berupa bimbingan dan penyuluhan kesejah -
teraan sosial untuk semakin meningkatkan kesadaran dan tang -
gung jawab masyarakat agar setiap warga lebih mampu berperan
secara nyata didalam usaha - usaha kesejahteraan sosial yang
terencana dan melembaga.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk membantu dan mengembangkan


kemampuan keluarga-keluarga miskin agar mereka dapat mening -
katkan taraf hidupnya secara swasembada. Melalui program ini

XVIII/45
dilakukan pula usaha untuk menumbuhkan serta memantapkan ke-
ikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam menanggulangi
masalah sosial di lingkungannya masing-masing.

Program tersebut terdiri dari berbagai kegiatan utama se -


bagai berikut :

1. Bimbingan dan Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat

Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini dimaksudkan untuk mem-


berikan bimbingan dan bantuan kepada keluarga-keluarga miskin
khususnya yang tinggal di daerah pedesaan.

Mereka mendapatkan latihan-latihan dalam berbagai ketram -


pilan dasar yang memberikan bimbingan praktis ke arah usaha
yang bersifat produktif. Dalam rangka ini mereka mendapat pu -
la paket bantuan berupa bahan-bahan dan peralatan kerja seba -
gai sarana untuk memulai melakukan kegiatan yang dapat me -
ningkatkan pendapatan keluarga. Dalam penyelenggaraan dan
pembinaannya mereka dibantu serta dibimbing oleh para Pembim -
bing Sosial Masyarakat yang telah terlatih menangani usaha
pengembangan kesejahteraan sosial di lapangan. Dalam tahun
1982/83 melalui kegiatan tersebut telah dapat dibina sejumlah
58.930 keluarga (Tabel XVIII - 8).

Untuk mendorong tumbuh serta berkembangnya kemampuan


masyarakat setempat dalam mengerahkan daya dan dana untuk ke -
pentingan penanggulangan masalah sosial dilingkungannya, ke -
pada masyarakat telah diberikan bantuan berupa bahan dan
peralatan produksi yang dikelola dalam kelompok kerja yang
para anggotanya terdiri dari mereka yang dinilai mempunyai
rasa pengabdian serta perhatian kepada usaha perhaikan sosial
bagi anggota masyarakatnya. Dalam tahun 1982/83 telah diberi -
kan bantuan kepada masyarakat sebanyak 2.148 perangkat.

2. Bimbingan Swadaya Masyarakat Bidang Perumahan dan Ling -


kungan

Kegiatan-kegiatan dalam usaha in dimaksudkan untuk mem -


berikan bimbingan dan bantuan kepada keluarga miskin di dae -
rah pedesaan yang menghadapi kesulitan khusus untuk membangun
atau memperbaiki perumahan dan lingkungannya. Pada umumnya
tempat tinggal mereka tidak/kurang memenuhi persyaratan kese -
hatan ataupun persyaratan tehnis lainnya. Untuk dapat meng -
atasi masalah tersebut maka dimanfaatkan segenap sumber yang
ada dalam masyarakat antara lain : sifat kegotong-royongan,
bahan-bahan bangunan yang banyak tersedia dialam sekitarnya,

XVIII/46
TABEL XVIII - 8

PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN


ME NU RU T DA ER AH T IN GK AT I ,
19 78 /7 9 – 19 82 /8 3

XVIII/47
GRAFIK XVIII – 4

PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN,


1978/79 – 1982/83

XVIII/48
dan kebiasaan untuk menyiapkan ramuan bahan bangunan secara
bertahap. Dengan demikian dapat ditunjang usaha pengadaan pe-
rumahan oleh masyarakat sendiri. Dalam rangka meningkatkan
pengetahuan tehnis mereka, diselenggarakanlah kursus-kursus
ketrampilan dalam bidang perencanaan dan cara membangun rumah
yang memenuhi persyaratan serta pengenalan masalah-masalah
lingkungan hidup. Selanjutnya kepada para peserta diberikan
paket bantuan berupa bahan-bahan bangunan yang sukar diper -
oleh di masyarakat setempat antara lain semen, seng, cat dan
lain sebagainya.

Dengan bergotongroyong mereka kemudian membangun atau


memperbaiki perumahan mereka dengan sekaligus menata serta
meningkatkan keadaan lingkungan perumahan desa. Pada tahun
1982/83 telah diselesaikan pemberian bantuan dan pelaksanaan
pembangunan perumahan untuk 6.842 keluarga.

Sementara itu dalam rangka meningkatkan mutu dan kelesta -


rian lingkungan pedesaan dan guna membantu terciptanya gairah
memperbaiki tempat tinggal, maka kepada masyarakat setempat
diberikan bantuan berupa bahan perbaikan maupun pelestarian
lingkungan serta peralatan produksi bahan bangunan, yang di -
kelola secara berkelompok. Pada tahun 1982/83 telah diberikan
bantuan sebanyak 419 perangkat, yang dimanfaatkan oleh warga
desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Penyelenggaraan ke -
giatan tersebut mendapat bimbingan dan pembinaan dari para
Pembimbing Sosial Masyarakat terutama dengan maksud agar se -
genap bantuan yang diberikan kepada masyarakat dapat berman -
faat sepenuhnya bagi mereka yang sangat memerlukan serta ke -
mudian dapat pula berkembang dan meluas manfaatnya bagi ang -
gota masyarakat lainnya.

3. Pembinaan Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM)

Dalam rangka memberikan pelayanan dilapangan (luar panti)


kepada anggota masyarakat yang memerlukan bantuan, maka pada
tingkat pedesaan dibentuk tenaga-tenaga pekerja sosial yang
terdiri dari anggota masyarakat setempat sendiri. Melalui
latihan-latihan mereka mendapatkan pengetahuan tentang cara -
cara pendekatan terhadap masyarakat, cara menyelenggarakan
pelayanan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berbagai
upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Mereka ini kemudian
ditugaskan sebagai penuntun dan pembimbing yang diharapkan
mampu menggerakkan serta memimpin berbagai kelompok sosial,
dan mendorong agar usaha kesejahteraan sosial semakin meluas
dan merata.

XVIII/49
Dalam tahun 1982/83 ini telah dilatih sebanyak 17.010
orang Pembimbing Sosial Masyarakat telah tersebar di segenap
propinsi. Kemudian untuk lebih memantapkan peranan para Pem -
bimbing Sosial Masyarakat dalam melakukan tugasnya di lapang-
an, maka pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan telah pula
dibentuk dan dilatih para Pembina yang dipersiapkan untuk
dapat memberikan pengarahan dan pertimbangan bilamana para
P.S.M. menghadapi permasalahan, dalam memberikan bimbingan
pada masyarakat.

4. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat.

Peranan masyarakat di dalam ikut serta menangani masalah


kesejahteraan sosial menunjukkan suatu karya nyata yang patut
dihargai dan dikembangkan terus. Kelemahan-kelemahan dalam
cara pengelolaan yang kurang didukung oleh perencanaan dan
tenaga pelaksana yang cukup trampil telah diusahakan untuk
diatasi melalui kursus dan latihan bagi para pengurus atau
anggota organisasi sosial dalam rangka mengembangkan mutu pe-
layanan mereka. Kemudian untuk membantu menunjang kemampuan
kerja organisasi sosial telah diberikan pula bantuan berupa
peralatan-peralatan kantor sebagai sarana untuk meningkatkan
kegiatannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya dalam rangka membantu masyarakat menghadapi


berbagai masalah sosial yang perlu mendapatkan pemecahan se -
dini mungkin, telah dibentuk Tenaga Kesejahteraan Sosial Su -
karela (TKSS) yang terdiri dari berbagai profesi, golongan
serta tokoh-tokoh masyarakat. Mereka dipersiapkan sebagai te-
naga terampil yang memiliki kesadaran pengabdian kepada ma-
syarakat. Melalui suatu kursus mereka memperoleh pengetahuan
tentang tata cara penyelenggaraan pelayanan sosial, memberi-
kan bantuan kepada perorangan maupun kelompok masyarakat ser-
ta mendorong berkembangnya usaha sosial oleh masyarakat sen-
diri secara melembaga.

Kemudian dalam rangka menumbuhkan iklim kerjasama dan ke -


setiakawanan antar kelompok/golongan masyarakat yang merupa -
kan prasarana terbinanya kemauan saling membantu dalam me -
nangani masalah-masalah sosial, telah pula diselenggarakan
pertemuan-pertemuan serta diskusi yang diikuti oleh wakil-wa-
kil kelompok/golongan yang ada di masyarakat setempat. Mela -
lui upaya ini diadakan saling pengertian dan pendekatan untuk
menyediakan tenaga yang akan berperan menjembatani hubungan
dan keakraban antar kelompok (keserasian sosial).

XVIII/50
Sementara itu masyarakat perlu mendapatkan bimbingan agar
semakin berperan dalam ikut mencegah maupun menanggulangi
berbagai masalah sosial yang antara lain disebabkan oleh
pengaruh sampingan dari pembangunan. Dalam kerangka itu dila -
kukan kegiatan-kegiatan untuk menyebarluaskan pengertian ke -
sejahteraan sosial, masalah-masalah sosial yang timbul yang
menyertai kemajuan serta cara-cara mengatasi dan menanganinya.
Dalam tahun 1982/83 telah dilatih dan dibina sebanyak 1.530
Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela, 2.680 kader keserasian
sosial serta 4.144 buah organisasi sosial.

5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan Remaja

Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini ditujukan untuk menga


tasi permasalahan para keluarga dan para remaja dari ling -
kungan keluarga miskin, yang mengalami kesulitan untuk menye -
suaikan diri terhadap suasana kehidupan disekitarnya yang se -
dang mengalami perubahan. Oleh karena pada umumnya pokok per -
masalahannya menyangkut keadaan kepribadian maupun kejiwaan,
maka dalam usaha mengatasinya dilakukan kegiatan berupa bim -
bingan sosial melalui konsultasi keluarga. Pada kesempatan
konsultasi ini diharapkan dapat ditumbuhkan adanya saling pe -
ngertian serta saling membantu diantara anggota keluarga se -
bagai titik tolak untuk menghadapi tantangan kehidupan.

Mengingat sasaran utama pembinaan adalah anggota masya -


rakat yang tergolong miskin, maka kepada mereka yang memer-
lukan diberi bantuan berupa paket usaha produktip setelah se -
lesai melewati masa konsultasi/bimbingan. Dalam tahun 1982/
83 telah dapat diberikan bantuan dan bimbingan kepada seba-
nyak 1.400 keluarga dan 2.510 para remaja.

Guna menunjang pelaksanaan pembinaan yang lebih mantap


telah pula dibangun sebanyak 5 buah tempat konsultasi yang
diintegrasikan dengan Panti Karya Taruna. Demikian pula telah
dilatih sebanyak 1.815 para petugas Pembina agar secara teh -
nis semakin lebih mampu menjalankan tugasnya.

6. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

Di beberapa wilayah pedalaman yang pada umumnya sukar di-


jangkau dan terpencil, masih tinggal secara.tidak menetap se-
bagian dari masyarakat yang keadaan kehidupannya jauh terbe-
lakang dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Usaha pelayan -
an kesejahteraan sosial bagi kelompok masyarakat terasing
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidupnya serta
agar mereka dapat bergaul dan berpadu dengan masyarakat lain

XVIII/51
disekitarnya. Mereka mendapatkan bimbingan untuk menumbuhkan
kesediaan mereka ditempatkan di suatu lokasi pemukiman baru
yang memiliki kemungkinan sebagai tempat bertani/berkebun se -
cara menetap dan memudahkan pelayanan pembangunan selanjutnya.

Dengan upaya yang demikian tercakup pula usaha pelestari-


an lingkungan hidup dengan mengubah dan menghilangkan kebia-
saan berladang berpindah-pindah dengan sistem tebas bakar
menjadi bercocok tanam pada lahan yang terpelihara. Demikian
pula berbagai cara telah dilakukan untuk tetap membina dan
mengembangkan nilai sosial budaya yang bermanfaat yang ter-
dapat dalam kelompok-kelompok mereka guna menambah dan mem-
perkaya butir kebhineka-tunggal-ekaan budaya bangsa.

Juga dilakukan upaya perbaikan/peningkatan gizi keluarga


masyarakat reasing melaluai bimbingan kepada para ibu tentang
bagaimana memanfaatkan kekayaan alam setempat disamping men-
datangkan jenis-jenis tanaman atau ternak baru. Selain itu
diajarkan pengetahuan tentang dasar-dasar kesehatan keluarga
kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan serta pendi-
dikan untuk menanamkan nilai baru kearah pembangunan dan ke-
majuan.

Untuk memantapkan usaha pembinaan kesejahteraan masyarakat


terasing telah diselenggarakan latihan-latihan bagi para pe-
tugas lapangan yang harus mampu menghadapi tugas berat serta
menuntut banyak pengorbanan dan pengabdian. Dalam tahun 1982/
83 telah dapat dibina di daerah pemukiman baru sebanyak 2.750
KK (Tabel XVIII-9 dan Tabel XVIII-10). Pemukiman-pemukiman
baru yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah setempat
meliputi 2.317 KK yaitu yang masyarakatnya telah mampu hidup
mandiri dan dapat terpadu dengan masyarakat desa di sekitar-
nya.

b. Program Bantuan dan Penyantunan Sosial.

Program ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada


warga masyarakat yang karena berbagai hal mengalami keterlan-
taran atau tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya secara
wajar. Melalui penyantunan di dalam panti ataupun secara luar
panti dilakukan upaya untuk menampung, merawat serta membim-
bing agar mereka memperoleh kepercayaannya kembali kepada di-
rinya sendiri dan memperoleh ketrampilan kerja praktis. sesuai
dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian dapat diharap-
kan mereka nantinya bisa memenuhi keperluannya sehari-hari
tanpa bergantung kepada orang lain.

XVIII/52
TABEL XVIII - 9

PERKEMBANGAN JUMLAH LOKASI DAN JUMLAH MASYARAKAT


TERASING YANG DIBINA,
1978/79 – 1982/83

*) Angka diperbaiki

XVIII/53
TABEL XVIII - 10
PERINCIAN LOKASI DAN JUMLAH MASYARAKAT TERASING YANG DIBINA,
1982/83

XVIII/54
Program tersebut terdiri dari berbagai kegiatan utama se-
bagai berikut:

1. Bantuan dan Penyantunan Anak Terlantar

Penyantunan yang ditujukan bagi anak-anak terlantar di -


maksudkan untuk memberikan bantuan dan bimbingan sebagai upa -
ya mengembangkan pertumbuhan fisik, mental maupun sosialnya
dalam suatu lingkungan hidup yang dapat memberikan rasa ter -
lindung serta kasih sayang. Oleh karena jenis permasalahannya
cukup luas, maka untuk menunjang maksud tersebut disediakan
berbagai sarana penampungan yang berupa Panti Asuhan, Taman
Penitipan Anak, Panti Petirahan Anak serta Panti Karya Taruna
beserta perlengkapannya.

Dalam tahun 1982/83 panti-panti tersebut dilanjutkan pem -


bangunannya dengan 22 buah wisma/asrama, 8 buah lokal pendi -
dikan serta 6 buah rumah dinas.

Dalam pada itu, anak-anak terlantar yang masih hidup da -


lam lingkungan keluarga namun keadaan sosial ekonominya sa -
ngat menghambat pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, mere -
ka mendapatkan pelayanan penyantunan secara luar panti. Kegi -
atan utama penyantunan secara luar panti adalah memberikan
bimbingan dan latihan ketrampilan serta bantuan berupa paket
bahan dan peralatan agar memungkinkan anak-anak melakukan
usaha produktif dengan bantuan keluarganya, dalam rangka
mencukupi keperluan hidup anak sehari-hari.

Dalam tahun 1982/83 telah dilakukan penyantunan secara


luar panti kepada sebanyak 47.800 anak (Tabel XVIII - 11).
Selain itu untuk membantu peningkatan pelayanan yang dise -
lenggarakan oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah, telah
disalurkan bantuan berupa peralatan asrama, dan peralatan
pendidikan kepada 136 Panti Asuhan. Juga dalam rangka per -
baikan gizi anak asuh, telah pula disalurkan bantuan baik
berupa bahan makanan maupun paket usaha peternakan. Oleh ka -
rena pelayanan dalam panti sangat tergantung hasilnya pada
para petugas panti yang bersangkutan, maka telah ditempuh
usaha untuk melatih para petugas/pengurus panti untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanannya.

2. Bantuan dan Penyantunan para Lanjut Usia.

Penyantunan yang ditujukan bagi para Lanjut Usia terutama


berupa perawatan dan bimbingan dalam panti-panti sosial. Maka

XVIII/55
TABEL XVIII - 11

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA ANAK TERLANTAR


BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI
MENURUT DAERAH TINGKAT'I,
1978/79 - 1982/83
( orang )

Daerah Tingkat I/
No. Propinsi 1978/79 1979/80 1980/8 1981/8 1982/83
1 2

1. DKI Jakarta 1.200 1.850 3.120 2.700 2.400


2. Jawa Barat 1.800 1.800 3.300 3.000 3.000
3. Jawa Tengah 2.400 2.700 3.900 3.600 3.300

4. DI Yogyakarta 1.200 800 1.800 1.800 1.500

5. Jawa Timur 1.800 1.400 3.300 3.300 3.000


6. DI Aceh 800 900 900 900 1.200
7. Sumatera Utara 1.400 1.200 2.100 2.100 1.500

8. Sumatera Barat 1.200 1.200 2.100 2.100 1.800


9. Jambi 800 800 1.500 1.500 1.500

10. Riau 1.200 1.200 1.740 1.740 1.800


11. Sumatera Selatan 1.400 1.400 2.070 2.070 1.800
12. Lampung 1.200 1.000 1.500 1.500 1.500

13. Kalimantan Barat 600 600 840 840 1.200


14. Kalimantan Tengah 400 400 450 450 1.200

15. Kalimantan Selatan 700 1.000 1.710 1.710 1.500


16. Kalimantan Timur 1.200 1.000 1.500 1.500 1.200

17. Sulawesi Utara 1.200 1.200 2.010 2.010 2.100


18. Sulawesi Tengah 1.800 1.200 2.100 2.100 1.500
19. Sulawesi Selatan 800 1.900 2.300 2.300 2.400

20. Sulawesi Tenggara 800 900 1.410 1.410 1.500

21. Maluku 600 600 y00 900 1.500

22. Bali 1.200 1.000 1.800 1.800 2.400


23. Nusa Tenggara Barat 1.800 1.800 2.400 2.400 2.100

24. Nusa Tenggara Timur 1.800 1.500 2.400 2.100 2.100


25. Bengkulu 400 450 570 1.500

26. Timor Timur 700 6.00 1.400 1.400 1.300

Jumlah : 30.000 30.350 49.970 47.800 47.800

XVIII/56
GRAFIK XVIII - 5

PELAKSANAAN BANTUAN PENYANTUNAN KEPADA ANAK TERLANTAR,


1978/79 - 1982/83
agar dapat segera melayani para lanjut usia yang tidak mam-
pu, dilakukan upaya untuk membangun atau memperluas panti -
panti tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten, lengkap de -
ngan peralatannya. Untuk panti tingkat Propinsi, dalam tahun
1982/83 dibangun sebanyak 26 buah wisma/asrama, sedangkan
untuk tingkat Kabupaten dibangun sebanyak 28 buah wisma/
asrama.

Di samping itu, mengingat sebagian anggota masyarakat


terdiri dari para lanjut usia yang keadaan fisiknya masih
cukup kuat terus berkarya, tetapi keadaan sosial ekonominya
tidak memungkinkan untuk mencukupi keperluan hidupnya sehari-
hari, bagi mereka diberikan pelayanan secara luar panti.

Kegiatan utamanya berupa bimbingan dan latihan ketram -


pilan kerja sesuai dengan kemampuannya serta kemudian diberi-
kan bantuan paket peralatan kerja untuk dapat dijadikan modal
usaha berwiraswasta. Dalam tahun 1982/83 telah diberikan ban-
tuan dan penyantunan kepada lanjut usia di luar panti seba-
nyak 57.600 orang (Tabel XVIII-12).

Guna membantu meningkatkan kemampuan swasta ataupun pi-


hak Pemerintah Daerah dalam turut menangani masalah penyan -
tunan para lanjut usia, telah pula diberikan bantuan berupa
rehabilitasi/perluasan panti-panti swasta sebanyak 4 buah dan
bantuan perlengkapan panti 1 unit serta bantuan bahan dan
peralatan produktif kepada 6 buah panti.

Kemudian dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dalam


panti-panti, telah diselenggarakan kursus jangka pendek bagi
para pengurus/pengasuh panti agar kemampuan mereka semakin
dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

3. Bantuan dan Penyantunan para Tuna Sosial.

Penyantunan bagi para Tuna Sosial ini terutama berupa ke -


giatan rehabilitasi sosial yang ditujukan bagi para gelan -
dangan dan pengemis, para tuna susila, para korban penyalah -
gunaan narkotika dan anak nakal serta para bekas narapidana.
Selama dalam panti rehabilitasi mereka mendapatkan bimbingan
dan latihan ketrampilan kerja dalam rangka memulihkan kembali
rasa harga diri serta menempa keyakinan untuk mampu berkarya
di masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku. Upaya yang
telah diselenggarakan meliputi berbagai kegiatan sebagai
berikut :
XVIII/57

XVIII/58
TABEL XVIII - 12

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIA


BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1978/79 - 1982/83
(orang)

XVIII/59
GRAFIK XVIII – 6

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIA,


1978/79 – 1982/83

XVIII/60
a. Bantuan dan Penyantunan para Gelandangan dan Pengemis

Penyantunan yang ditujukan bagi para gelandangan, penge -


mis dan orang terlantar antara lain berupa usaha untuk
memberikan bimbingan mental dan sosial serta latihan ketram -
pilan kerja praktis. Kemudian dengan bantuan paket peralatan
kerja mereka diusahakan untuk dapat disalurkan pada lapangan
kerja yang sesuai dengan bakat dan minatnya, khususnya ke bi -
dang pertanian. Guna menunjang maksud tersebut maka telah di -
bangun/diperluas panti-panti penyantunan lengkap dengan per -
alatannya. Setelah mereka selesai mengikuti bimbingan dan la -
tihan ketrampilan mereka disalurkan dengan bekerjasama dengan
pihak transmigrasi untuk ditempatkan pada proyek-proyek
transmigrasi di luar Jawa, serta penempatan pada pemukiman
lokal pada daerah pertanian baru.

Dalam tahun 1982/83 telah dapat disalurkan sebanyak


1.285 KK melalui program transmigrasi dan sebanyak 205 KK
melalui penyantunan secara lokal. Pada penyantunan secara
lokal ini setiap kepala keluarga mendapatkan bantuan antara
lain berupa perumahan sederhana, tanah pertanian, dan bahan -
bahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sebelum mereka
mampu memenuhi keperluan hidupnya dari hasil produksi per -
taniannya. Sedangkan bagi mereka yang berhasrat untuk kembali
di lingkungan kampung halamannya semula, sebanyak 1.240 KK
disalurkan secara swakarya dengan mendapatkan bantuan berupa
paket bahan dan peralatan kerja sebagai modal utama memulai
usaha berwiraswasta. Kepada mereka juga diberikan rangsangan
berupa bahan-bahan bangunan yang akan dimanfaatkan guna me -
rintis,pengadaan tempat tinggal mereka.

b. Bantuan dan Penyantunan para Tuna Susila

Penyantunan yang ditujukan bagi para tuna susila merupa -


kan usaha memberikan bimbingan mental dan sosial sebagai upa -
ya untuk menumbuhkan kembali kesadaran akan martabat pribadi
serta keyakinan kepada kemampuannya memasuki lapangan peker -
jaan yang sesuai dengan norma yang berlaku.

Selama dalam panti rehabilitasi mereka juga mendapatkan


latihan ketrampilan yang bersifat praktis agar dapat memung -
kinkan mereka disalurkan kembali ke masyarakat atau bidang
usaha menurut bakat dan kemampuannya masing-masing. Guna me -
nunjang maksud tersebut maka telah dibangun atau diperluas
panti-panti penyantunan lengkap berikut perlengkapannya. Da -
lam tahun 1982/83 telah dibangun sebanyak 8 buah lokal latih -
an kerja, 1 buah lokal pendidikan, 3 buah kantor serta 8 buah

XVIII/61
rumah dinas untuk para pengasuh panti. Sedangkan melalui upaya
bimbingan dan penyantunan telah berhasil disalurkan kembali
kemasyarakat sebanyak 2.250 orang.

c. Bantuan dan Penyantunan para Bekas Narapidana

Penyantunan yang ditujukan bagi para bekas narapidana ini


merupakan upaya rehabilitasi para bekas narapidana yang meng-
alami berbagai hambatan untuk menyesuaikan diri kembali kepada
norma masyarakat. Melalui penyantunan dalam panti, mereka
mendapatkan bimbingan mental dan sosial serta latihan ketram-
pilan kerja agar nantinya secara sosial dan mental mereka akan
dapat disalurkan kembali dan hidup secara wajar dikalangan
masyarakat luas. Guna menunjang usaha tersebut telah dibangun
beberapa panti/Loka Bina Karya berikut perlengkapannya. Dalam
tahun 1982/83 telah dapat diberikan bimbingan dan bantuan
penyantunan kepada sebanyak 337 orang bekas narapidana.

d. Bantuan dan Penyantunan Korban Narkotika dan Anak Nakal

Upaya memberikan bimbingan kepada para korban penyalah -


gunaan narkotika dan anak nakal, ditempuh melalui pelayanan
dalam panti ataupun secara luar panti. Penyantunan secara
luar panti berupa bimbingan melalui kujungan ke rumah-rumah
para penderita oleh Pekerja Sosial yang telah terlatih di
bidang rehabilitasi sosial. Sedangkan bagi para penderita
yang kasusnya lebih berat, mereka ditampung pada panti-panti
agar dapat lebih memungkinkan upaya penyantunan yang ketat
dan terawasi.

Selama dalam panti mereka mendapatkan pembinaan mental,


pembinaan sikap dan tanggung jawab sosial guna membantu memu-
lihkan kepribadiannya yang goyah selama ini. Selain itu mereka
memperoleh latihan-latihan ketrampilan kerja praktis yang
sangat berguna bagi pengisian waktu luangnya serta merupakan
bekal kemampuan usaha setelah mereka dapat kembali ke ling-
kungan keluarganya. Guna menunjang usaha tersebut telah dila-
kukan pula pembangunan/perluasan panti-panti rehabilitasi
berikut perlengkapannya.

Dalam tahun 1982/83 telah dapat diberikan bantuan dan


penyantunan kepada sebanyak 1.000 anak nakal dan korban nar -
kotika melalui sistem dalam panti dan sebanyak 660 anak mela-
lui sistem di luar panti. Sementara itu telah pula dilatih
para Pekerja Sosial yang dipersiapkan secara khusus untuk

XVIII/62
menangani usaha penyantunan dibidang kenakalan remaja dan
penyalahgunaan narkotika.

4. Rehabilitasi Para Cacat

Upaya rehabilitasi bagi para cacat mencakup tiga kegiatan.


pokok yaitu bimbingan sosial dan mental, latihan ketrampilan
kerja sesuai bakat dan kecacatannya serta pemasangan prothe-
se. Dengan upaya tersebut diharapkan mereka mendapatkan ke-
percayaan kembali kepada diri pribadi sehingga memungkinkan
tumbuhnya keyakinan dan kemampuan untuk menempuh kehidupan
yang layak sebagai warga masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan meliputi pelayanan dalam panti


serta pelayanan secara luar panti. Dalam rangka memperlancar
pelayanan dalam panti telah dilakukan upaya untuk menyediakan
prasarana rehabilitasi yaitu berupa Panti Rehabilitasi Sosial
lengkap dengan peralatannya. Dalam tahun 1982/83 telah di -
bangun sebanyak 13 buah wisma, 36 buah lokal kerja, 2 buah
kantor dan 12 buah rumah dinas untuk para petugas.

Kemudian untuk memperluas jangkauan pelayanan sampai pada


tingkat Kabupaten, telah dibangun pada 132 kabupaten berupa
132 Loka Bina Karya lengkap dengan peralatan kerjanya yang
dapat berfungsi sebagai tempat latihaan dan bengkel kerja.
Jumlah tersebut telah termasuk yang dibangun pada tahun
1982/83 sebanyak 20 buah.

Pelayanan secara luar panti terutama dimaksudkan untuk


dapat mempercepat pemberian bantuan dan penyantunan kepada
para cacat dimasyarakat, khususnya bagi mereka yang keadaan
kecacatannya tergolong ringan. Mereka mendapatkan bimbingan
sosial dan latihan ketrampilan praktis serta bantuan berupa
paket bahan dan peralatan kerja sebagai modal usaha untuk
mencukupi keperluan hidupnya sehari-hari.

Dalam tahun 1982/83 telah diberikan bimbingan dan bantuan


kepada 20.000 para cacat (Tabel XVIII - 13).

Peranan masyarakat dalam ikut menangani masalah penyantu -


nan para cacat terus dipupuk dan dikembangkan agar semakin
luas dan merata pemberian pelayanan kesejahteraan sosial yang
tertuju pada anggota masyarakat. Dengan maksud itulah maka
dalam tahun 1982/83 kepada panti-panti swasta/Pemda telah di -
berikan bantuan berupa paket usaha produktif sebanyak 2.050
perangkat. Selain itu juga telah diberikan bantuan peralatan
tehnis bagi para cacat antara lain berupa tongkat putih, alat

XVIII/63
TABEL XVIII – 13

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA CACAT


BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1978/79 - 1982/83
( orang )

XVIII/6
4
GRAFIK XVIII – 7

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA CACAT,


1978/79 – 1982/83

XVIII/65
bantu dengar, alat tulis Braille dan kursi roda sebanyak
10.378 perangkat. Sementara itu untuk meningkatkan mutu pela-
yanan telah diselenggarakan latihan keterampilan bagi para
petugas pengelola panti serta petugas lapangan diluar panti.

5. Bantuan Sosial bagi Keluarga Pahlawan dan Perintis


Kemerdekaan

Upaya pembinaan jiwa kepahlawanan/keperintisan dilaku-


kan melalui kegiatan-kegiatan berupa pemberian bantuan kese-
jahteraan bagi para keluarga Pahlawan dan Perintis Kemerdeka-
an, pemugaran Taman Makam Pahlawan dan Makam Pahlawan/Perin -
tis Kemerdekaan serta penulisan riwayat perjuangan mereka.
Hasil-hasil pembinaan yang telah dapat dilakukan dalam tahun
1982/83 meliputi pemberian bantuan berupa paket peralatan
usaha kepada 385 Keluarga Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan
untuk dimanfaatkan sebagai modal usaha guna memenuhi keperlu-
an hidup sehari-hari. Demikian pula telah diberikan bantuan
dalam rangka upaya perbaikan perumahan bagi 66 keluarga. Se-
lain itu telah dapat dilanjutkan pemugaran sebanyak 18 Taman
Makam Pahlawan ditingkat Propinsi 15 Taman Makam Pahlawan di-
tingkat Kabupaten serta 103 buah Makam Pahlawan/Perintis Ke-
merdekaan. Kemudian sebagai usaha untuk tetap membina serta
melestarikan jiwa dan semangat kepahlawanan dan keperintisan,
telah diusahakan untuk menyusun serta menerbitkan buku-buku
yang berisikan riwayat perjuangan, penderitaaan maupun pe-
ngorbanan para Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan.

6. Perintisan Sistem Jaminan Kesejahteraan Sosial Gotong


Royong.

Sesuai dengan tahap pembangunan dan tingkat kemampuan ma-


syarakat, telah dilakukan penelaahan guna menjajagi kemungki-
nan menghimpun serta memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada
dimasyarakat untuk kepentingan penanggulangan masalah-masalah
kesejahteraan sosial. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk me-
rintis suatu upaya perlindungan bagi golongan masyarakat/ke-
luarga yang hidup dalam keadaan sangat miskin (keserakat)
yang tidak bisa lagi direhabilitasi dan atau dikembangkan
kembali serta dalam keadaan terlantar.

Sasaran kegiatan adalah warga masyarakat yang bukan pega-


wai maupun angkatan bersenjata dan buruh yang tidak terjangkau
oleh sistem Asuransi Tenaga Kerja. Berkenaan sifatnya masih
perintisan, maka pada umumnya kegiatan-kegiatan dititik berat-
kan pada penyelenggaraan penelitian untuk memperoleh data yang

XVIII/66
diperlukan guna mendukung konsep perumusan tentang Sistem Ja-
minan Kesejahteraan Sosial berdasarkan atas Gotong Royong.

Berbagai penelitian yang telah diselenggarakan antara lain


meliputi :

a. Penelitian untuk menghimpun data mengenai lembaga-lembaga


sosial yang secara tradisional telah dan pernah menye -
lenggarakan langkah-langkah semacam pemberian bantuan ja-
minan sosial kepada warganya.

b. Penelitian tentang karakteristik calon klien dan menye -


lenggarakan seminar Kesejahteraan Sosial untuk penentuan
prioritas sasaran.

c. Penelitian mengenai dana yang ada di masyarakat, kemung-


kinan cara-cara penggalian, menghimpun dan pengelolaannya
guna mendukung kelangsungan usaha Jaminan Kesejahteraan
Sosial Gotong Royong.

d. Penelitian untuk menyusun perumusan cara pelaksanaan Sis-


tem Bantuan Kesejahteraan Sosial dan Sistem Asuransi Ke-
sejahteraan Sosial (1982/83).

7. Bantuan dan Penyantunan Sosial bagi para Korban Ben-


cana Alam.

Berbagai jenis bencana menimbulkan banyak malapetaka dan


kerugian besar bagi masyarakat, sehingga secara tersebar
banyak daerah-daerah dimana masyarakatnya sangat memerlukan
pertolongan dan bantuan. Dalam hubungan ini kegiatan utama
adalah memberikan bantuan dan penyantunan bagi penduduk di
daerah kritis dan kronis bencana alam. Mereka secara bertahap
dipindahkan dari daerah gawat kepemukiman baru yang aman dari
bencana serta memungkinkan mereka berkarya kembali lebih
produktif.

Dalam rangka memindahkan para korban bencana alam ke


luar Jawa, kegiatan ini dikaitkan dengan program
transmigrasi. Dalam tahun 1982/83 telah disalurkan ke daerah
transmigrasi sebanyak 3.075 KK dari daerah kronis bencana
alam di Jawa dan Bali. Sedangkan bagi para penduduk pada
daerah kronis bencana alam di luar Jawa, dilakukan upaya pe -
nyantunan secara lokal yakni memukimkan ke daerah baru tetapi
tetap pada Propinsi yang bersangkutan. Dalam tahun 1982/83
telah diberikan bantuan dan penyantunan secara lokal bagi
3.100 KK. Di daerah baru ini mereka mendapatkan tanah dan

XVIII/67
perumahan sederhana serta jaminan hidup selama beberapa tahun
sampai mereka telah dapat memenuhi keperluannya sendiri dari
usaha swadaya.

Khusus bagi penduduk di daerah-daerah yang terkena


bencana namun lahan sumber penghidupannya dapat tetap
dimanfaatkan, kepada mereka hanya diberi bantuan berupa sti -
mulans bahan bangunan dan tanah untuk membangun perumahan
agar mereka dapat tetap melanjutkan penghidupannya sebagai
sediakala. Jumlah keluarga yang telah mendapatkan bantuan me -
liputi 1.765 KK. Sementara itu oleh karena pada wilayah ter -
tentu banyak terjadi bencana di lautan yang pada umumnya me -
nimpa para nelayan, maka pada daerah-daerah yang sangat, se -
ring mengalami bencana tersebut telah dibangun Panti Persing -
gahan untuk menampung dan memberikan bantuan sebelum mereka
dapat dikembalikan ke kampung halamannya. Dalam tahun 1982/83
telah dibangun sebanyak 12 buah Panti Persinggahan yang ter -
sebar pada 12 Propinsi.

Kepada daerah-daerah rawan bencana telah pula diberikan.


bantuan dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan penanggulang -
an darurat pada waktu terjadi bencana alam, berupa perleng -
kapan pertolongan pertama yaitu tenda, alat-alat dapur umum,
mobil dapur umum, alat-alat komunikasi, dan perahu karet. Se -
lain itu dalam rangka meningkatkan ketrampilan serta keterpa -
duan para petugas penanggulangan bencana alam, telah dise -
lenggarakan latihan bagi para petugas lapangan. tingkat Pro -
pinsi dengan peserta 150 orang, para petugas pembina proyek
tingkat regional di ikuti sebanyak 60 orang peserta dan para
petugas satuan koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana
alam pada tingkat kabupaten/kotamadya.

c. Program Peranan Wanita

Peningkatan peranan wanita dibidang Kesejahteraan Sosial


terutama berupa upaya perbaikan taraf hidup para wanita dari
keluarga miskin serta peningkatan kemampuan kaum wanita dalam
usaha kesejahteraan dilingkungan keluarga dan masyarakat se-
kitarnya.

Melalui latihan ketrampilan praktis mereka mendapatkan


bimbingan agar mampu memenuhi keperluan hidup sehari-hari de -
ngan usaha yang mandiri. Mereka juga memperoleh bantuan beru -
pa paket peralatan usaha sebagai modal untuk berkarya. Dalam
tahun 1982/83 telah diberikan bimbingan, latihan serta bantu -
an kepada 8.029 orang wanita, tersebar pada seluruh propinsi.

XVIII/68
Latihan-latihan yang ditujukan untuk mengembangkan kemam -
puan memimpin/membimbing kelompok-kelompok organisasi wanita,
telah diselenggarakan diikuti oleh 720 orang peserta, sehing -
ga sejak tahun 3979/80 sampai dengan tahun 1982/83, telah di -
latih sebanyak 3.500 orang pimpinan wanita ditingkat Pusat,
Propinsi dan Kabupaten. Latihan kepemimpinan tersebut menca -
kup pengetahuan manajemen, cara pendekatan terhadap masyara -
kat serta dasar pekerjaan sosial dalam rangka mengembangkan
kesejahteraan keluarga.

Sementara itu sebagai upaya meningkatkan manfaat waktu


kerja para wanita di pedesaan, telah dicoba untuk mengembang -
kan peralatan-peralatan teknologi tepat guna dari bahan-bahan
setempat yang akan dapat meringankan pekerjaan rumah tangga.
Kegiatan ini dilakukan dengan bekerjasama para ahli setempat,
para TKS Butsi ataupun organisasi/yayasan yang kegiatannya
terutama dibidang teknologi pedesaan.

Disamping itu dilakukan pula upaya penelitian mengenai


hambatan maupun keadaan yang mendukung/peranan wanita, yang
hasilnya akan dapat dijadikan bahan pemandu kearah kebijaksa-
naan serta langkah-langkah yang lebih tepat dalam usaha me -
ningkatkan peranan wanita Indonesia dalam pembangunan.

d . Program Generasi Muda

Pembinaan generasi muda di bidang kesejahteraan sosial


terutama dimaksudkan untuk menanggulangi dan mencegah timbul-
nya masalah kenakalan dikalangan para remaja. Melalui program
Karang Taruna diselenggarakan berbagai kegiatan antara lain
olah raga, kesenian, latihan ketrampilan kerja, serta bim-
bingan untuk menumbuhkan tertib dan tanggungjawab sosial, ke-
sadaran dan kewajiban pemuda sebagai pengemban tugas pengab-
dian bagi masyarakat dan bangsanya.

Dalam rangka membina dan memantapkan kegiatan para rema-


ja, maka dalam tahun 1982/83 telah diberikan bantuan peralat -
an kepada 1.752 Karang Taruna. Sedangkan sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan kegiatan Karang Taruna
telah dilakukan latihan-latihan bagi para Pengurus, Kader
maupun Pembina Karang Taruna yang diikuti oleh 2.110 peserta
yang mencakup pengetahuan kepemimpinan, pengenalan jiwa
pemuda serta cara-cara pendekatan kepada masyarakat dan
lingkungan.

XVIII/69
e. Program Penelitian Kesejahteraan Sosial

Penelitian dibidang Kesejahteraan Sosial terutama dimak -


sudkan untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendapatkan
ataupun mengembangkan sistem dan kebijaksanaan yang lebih se -
suai dengan keadaan serta perkembangan permasalahan sosial
yang kita hadapi dewasa ini. Berbagai penelitian telah dila -
kukan di lapangan dan tersebar pada daerah-daerah menurut ke -
adaan permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian yang di -
lakukan dalam tahun 1982/83 meliputi

1. Penelitian tentang masalah kesejahteraan sosial anak di


Indonesia (tahap akhir);
2. Penelitian tentang masalah kesejahteraan sosial orang de -
wasa dan para lanjut usia;
3. Penelitian tentang hambatan dan kemudahan partisipasi so -
sial para remaja, khususnya di dalam program karang taru-
na.
4. Penelitian tentang sistem jaminan kesejahteraan sosial
(lanjutan);
5. Penelitian evaluatif tentang effektivitas pembangunan ke-
sejahteraan sosial di luar panti dan pada pemukiman baru;
6. Penelitian tentang pelayanan kesejahteraan sosial dalam
panti-panti sosial;
7. Penelitian tentang kegiatan dan unsur-unsur kesejahteraan
sosial yang ada dimasyarakat dalam rangka mengembangkan
usaha pembangunan,kesejahteraan sosial;
8. Penelitian tentang hambatan dan dukungan sosial bagi pe-
ningkatan peranan wanita.

f. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Sosial.

Melalui program ini diselenggarakan pendidikan/latihan


dalam rangka meningkatkan pengetahuan para petugas baik di
bidang administrasi maupun kejuruan pelayanan sosial. Dengan
adanya latihan ini maka diharapkan mereka akan lebih mampu
menjalankan tugasnya dengan mutu dan hasil yang dapat diper -
tanggungjawabkan. Guna menunjang upaya tersebut telah di -
bangun atau diperluas berbagai fasilitas pendidikan/latihan
agar segera dapat menampung jumlah peserta yang senantiasa
semakin meningkat serta dapat memenuhi standard minimal se -
bagai tempat penyelenggaraan pendidikan. Dalam tahun 1982/83
telah diselenggarakan berbagai kursus yang meliputi :

1. Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi dengan jumlah pe -


serta 27 orang;

XVIII/70
2. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya dengan jumlah
peserta 25 orang;
3. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan dengan
jumlah peserta 60 orang;
4. Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar dengan jumlah
peserta 147 orang;
5. Latihan Keahlian Pekerjaan Sosial dengan jumlah peserta
7 5 orang;

Dalam rangka meningkatkan fasilitas pendidikan di berba -


gai daerah, telah dibangun antara lain 3 buah asrama, 1 buah
lokal pendidikan, dan 1 buah ruang Perpustakaan.

g. Program Penyempurnaan Effisiensi Aparatur Pemerintah dan


Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan.

Melalui program ini dilakukan usaha untuk meningkatkan


dayaguna kegiatan pembangunan sejak mulai dari tahap perenca-
naan sampai dengan tahap pelaksanaan. Berbagai kegiatan yang
dilakukan meliputi

1. Penyusunan dan pengumpulan data serta perencanaan yang


lebih berdasarkan permasalahan daerah-daerah rawan sosial
sehingga semakin menunjang usaha pembangunan wilayah.
2. Peningkatan pengawasan serta pengendalian pelaksanaan
proyek-proyek.
3. Penyusunan Rancangan-rancangan Peraturan Pemerintah.
4. Penyempurnaan Administrasi Kepegawaian melalui analisa
jabatan/pekerjaan serta penertiban Tata Usaha Kepegawaian.
5. Bimbingan dan pengarahan teknis serta evaluasi pelaksana
an proyek-proyek.

h. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah

Melalui program ini dilakukan usaha untuk melengkapi ber -


bagai prasarana fisik yang sangat diperlukan guna menunjang
kegiatan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial. Pada ta -
hun 1982/83 telah dibangun 2 buah kantor Wilayah, 10 buah
Kantor di tingkat Kabupaten, dan beberapa buah Rumah Dinas.

C. PERANAN WANITA

1. Pendahuluan

Wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama


dengan pria untuk ikut serta di dalam pelbagai bidang pem-

XVIII/71
bangunan, sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Ha -
luan Negara, yang menyatakan bahwa pembangunan yang menye -
luruh menayaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara
maksimal di segala bidang pembangunan.

Sehubungan dengan itu peranan dan tanggung jawab kaum wa -


nita dalam pembangunan dikembangkan selaras dan serasi dengan
perkembangan tanggung jawab dan peranannya dalam mewujudkan
dan mengembangkan keluarga sehat dan sejahtera, termasuk pem -
binaan generasi muda, anak-anak remaja dan anak-anak di bawah
lima tahun dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuh -
nya. Dalam kaitan itu makin dimantapkan peranan dan tanggung
jawab wanita dalam pembangunan melalui peningkatan pengetahu -
an dan ketrampilan di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya.

Untuk lebih mendorong partisipasi wanita dalam pembangun -


an makin dikembangkan kegiatan wanita dalam meningkatkan ke -
sejahteraan keluarga antara lain melalui organisasi Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK).

2. Pokok-pokok Kebijaksanaan

Untuk meningkatkan peranan wanita selama Repelita III di -


jalankan kebijaksanaan memadukan berbagai kebijaksanaan di
pelbagai bidang pembangunan dengan tujuan meningkatkan peran -
serta dan integrasi kaum wanita secara lebih baik dalam pem -
bangunan material dan spiritual. Hal tersebut dilaksanakan
terutama melalui usaha-usaha meningkatkan pengetahuan praktis
dan/atau keterampilan di berbagai bidang pembangunan seperti
pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi, pertanian, kesejah -
teraan sosial, perkoperasian serta tentang keluarga berencana
dan Undang-undang Perkawinan.

Kegiatan peningkatan peranan wanita terangkum di dalam


kegiatan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju
keluarga Sehat dan Sejahtera (Program Terpadu P2W-KSS), yang
diselenggarakan sejak tahun 1979/80 secara lintas sektoral.
Dalam usaha meningkatkan peranan wanita di bidang pembangun -
an, khususnya dalam membina keluarga menuju keluarga sehat
dan sejahtera di gunakan jalur gerakan terorganisir Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Team Penggerak PKK dan Team
Pembina LKMD.

Sasaran utama program terpadu P2W-KSS adalah kaum wanita


dari keluarga yang berpenghasilan rendah, baik di desa maupun

XVIII/72
di daerah perkotaan dengan memprioritaskan wanita yang ber -
usia antara 10-45 tahun.

Di samping itu tenaga kerja wanita dibantu dengan pro-


gram-program yang memungkinkan tenaga kerja wanita tersebut
dapat meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan keluarganya,
serta produksitifitas kerjanya. Selain dari pada itu perhatian
ditujukan pula kepada pegawai negeri wanita untuk mening-
katkan peransertanya dalam pembangunan.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Sampai dengan tahun keempat Repelita III kegiatan-kegiat -


an peningkatan peranan wanita yang dilaksanakan secara terpa-
du di pelbagai bidang pembangunan memungkinkan semakin banyak
wanita berperan serta dan berintegrasi dalam pembangunan ma -
terial dan spiritual.

Dalam tahun keempat Repelita III, pelaksanaan Program


Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju keluarga Sehat dan
Sejahtera (P2W-KSS) makin ditingkatkan dengan sasaran utama
keluarga yang tergolong berpenghasilan rendah. Pelaksanaannya
telah dikembangkan melalui PKK sebagai wadahnya serta Team
Penggerak PKK sebagai penggeraknya dan LKMD sebagai Team Pem-
bina tehnis. Di samping itu juga organisasi-organisasi masya-
rakat diikut sertakan seperti Kowani, Dharma Wanita, Dharma
Pertiwi, Komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (KNKWI)
dan sebagainya.

Hasil yang dicapai dalam usaha peningkatan peranan wanita


di pelbagai bidang pembangunan di samping hasil kuantitatif
terjadi pula perubahan sikap mental kaum wanita di dalam me -
nerima pembaharuan-pembaharuan demi peningkatan mutu hidup
dan kehidupan keluarga serta pandangan masyarakat yang makin
positif terhadap peranan wanita dalam pembangunan.

Timbulnya hasrat untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan


yang menghambat dan menerima pembaharuan tidak lain adalah
merupakan perwujudan daripada perubahan sikap mental yang po-
sitif dan menguntungkan sebagai dasar yang kokoh bagi usaha -
usaha pembangunan selanjutnya menuju masyarakat adil, makmur
dan sejahtera secara merata.

Adanya perubahan tingkah laku perbuatan dan ucapan-ucapan


mencerminkan terjadinya perubahan sikap mental yang merupakan
pertanda tumbuhnya kepercayaan pada diri sendiri dan hilang-
nya rasa rendah diri serta peranserta aktif di pelbagai bi-

XVIII/73
dang pembangunan antara lain dengan mengikuti kursus pembe-
rantasan tiga buta, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan,
keluarga berencana, pangan dan gizi, penyuluhan di bidang
pertanian, perdagangan dan perkoperasian serta meningkatkan
produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja wanita.

Dalam tahun 1982/83, di bidang pendidikan telah dilaksa -


nakan latihan dan pengembangan warga belajar wanita baik di
tingkat Propinsi maupun ditingkat Kotamadya/Kabupaten seba -
nyak 3.750 orang. Demikian pula telah dilaksanakan penyeleng -
garaan lomba desa binaan di 26 propinsi yang meliputi 104 de -
sa. Di samping itu juga telah diselenggarakan Penataran Pedo -
man Penghayatan dan Pengamalan Pancasila tingkat nasional un -
tuk para pemimpin wanita yang diikuti oleh 75 orang peserta.
Selanjutnya tetap dikembangkan pengembangan belajar wanita
menuju wiraswasta yang meliputi 60 kelompok belajar berusaha
di 6 daerah yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Ka -
limantan Timur, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Aceh.

Di bidang kesehatan dalam empat tahun Repelita III, kegi -


atan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan telah menca -
kup 27 Propinsi, 283 kabupaten/kotamadya, 1.284 Kecamatan dan
3.287 desa dengan menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dan
gizi, mendirikan Taman-taman gizi serta kursus penyegaran da -
lam rangka pembinaan organisasi wanita. Di samping itu telah
berhasil dilatih 12.870 orang kader kesehatan.

Di bidang pertanian, kegiatan peranan wanita tani dan ne -


layan telah nienyelenggarakan latihan, kursue dan penyuluhan
kepada wanita tani dan nelayan untuk mengenal cara-cara pe -
manfaatan teknologi baru dalam bidang produksi dan cara pe -
nyimpanan, pemanfaatan hasil pertanian dalam rangka perbaikan
gizi. Di samping itu disebarluaskan cara pemanfaatan tanah
pekarangan untuk perbaikan gizi keluarga melalui tanaman pe -
karangan, usaha peternakan dan perikanan. Kegiatan-kegiatan
tersebut, sampai dengan 1982/83, telah mencakup 27 Propinsi,
280 Kabupaten/Kotamadya, 273 Unit Usaha Tani, 619 Kelompok
Wanita Tani dan 127 Kelompok Wanita Nelayan.

Di bidang kesejahteraan sosial peranan dan fungsi wanita


ditingkatkan melalui kegiatan keterampilan wanita di bidang
ekonomis produktif yang dalam tahun 1982/83 telah dapat men -
jangkau 8.029 wanita berswadaya di 26 propinsi dan 720 pemim -
pin wanita tingkat kabupaten dan propinsi, sehingga selama
empat tahun pertama Repelita III telah menjangkau seluruhnya
29.345 wanita bina swadaya dan 3.390 pemimpin wanita.

XVIII/74
Melalui kegiatan perintis pemugaran rumah desa dalam ta -
hun 1982/83 telah berhasil memugar 1.003 rumah desa dan 100
buah rumah korban bencana alam. Dalam usaha pemugaran peru -
mahan desa ini, peranan wanita diikut sertakan khususnya da -
lam meningkatkan kesehatan lingkungan desa.

Peningkatan peranan wanita dalam rangka pembangunan desa,


sejak tahun 1979/80 telah diselenggarakan kursus PKK bagi pe -
ngurus PKK sebanyak 222.618 orang dalam LKMD yang telah men -
cakup wilayah 27 Propinsi, 295 kabupaten/kotamadya, 3.427 ke -
camatan serta meliputi 65.127 desa binaan.

Di bidang keluarga berencana telah diselenggarakan penyu -


luhan dan pelaksanaan keluarga berencana, kependudukan serta
usaha meningkatkan pengertian mengenai KB khususnya bagi pa -
sangan usia subur, yang dalam tahun 1982/83 telah menjangkau
9.361.241 orang peserta KB.

Di bidang agama sejak tahun 1981/82 telah diselenggarakan


penataran/penyuluhan materi Undang-undang Perkawinan bagi 764
ibu-ibu dari pusat dan propinsi, 116 kelompok ibu-ibu dari
kabupaten dan kotamadya serta 232 kelompok ibu-ibu dari pede -
saan yang keseluruhannya menjangkau sekitar 20.764 peserta.
Di samping penataran juga disediakan buku-buku pedoman dan
brosur-brosur yang terdiri dari 70.000 buah buku pedoman pe -
nyuluhan Undang-undang Perkawinan dan 10.000 buah buku moti -
vasi agama bagi peranan wanita.

Di bidang perdagangan, dalam tahun 1982/83, kegiatan pe -


ranan wanita di tujukan kepada pedagang kecil golongan ekono -
mi lemah, meliputi 13 propinsi dan 1.150 orang kaum wanita.
Dengan demikian sejak tahun 1979/80 sampai dengan 1982/83 te -
lah terjangkau 3.681 peserta wanita di 20 propinsi.

Sedangkan di bidang koperasi kegiatan peningkatan peranan


wanita selama empat tahun Repelita III telah menjangkau 24
propinsi dengan 225 koperasi yang meliputi 44.441 orang ang -
gota. Lain daripada itu telah dibangun 27 buah gedung serba
guna. Di samping itu telah pula dipublikasikan bahan infor -
masi dan penyuluhan sekitar 2.500 eksemplar.

Di bidang tenaga kerja peningkatan peranan wanita melalui


kegiatan peningkatan keterampilan wanita pedesaan selama em -
pat tahun Repelita III telah dilaksanakan di 21 propinsi dan
71 kabupaten dengan 12.200 peserta. Sedangkan peningkatan pe -
ranan buruh wanita melalui upaya yang meningkatkan perlindu -
ngan khususnya kepada tenaga kerja anak dan wanita yang jum -

XVIII/75
lahnya relatif besar, dilaksanakan antara lain dengan membe-
rikan pembuatan dan pembinaan wisma-wisma dan tempat-tempat
penitipan anak (TPA). Pembinaan tenaga kerja/buruh wanita se-
suai dengan Hubungan Perburuhan Pancasila secara keseluruhan
telah mencapai 16.630 orang dan 7.479 perusahaan.

Di bidang perindustrian, kegiatan program peranan wanita


dibidang industri kecil telah dilakukan melalui latihan seba-
gai motivasi yang tersebar di 27 propinsi.

Di bidang hukum, telah dirintis penyusunan naskah akade -


mis peraturan perundang-undangan tentang peranan wanita di
dalam pembangunan.

Di bidang penerangan, sampai dengan 1982/83, kegiatan


Siaran Wanita dan Pembangunan dari Radio, Televisi dan Film
meliputi sistem memproduksi paket siaran wanita oleh RRI dan
TVRI pusat dan daerah, penataran penulis naskah dari segenap
stasiun RRI dan TVRI serta memproduksi drama hasil sayembara
mengarang naskah Radio/TVRI. Kegiatan tersebut telah menjang-
kau 27 propinsi. Penerangan bagi wanita telah pula ditingkat -
kan kegiatannya dengan meningkatkan jumlah Juru Penerangan
Wanita melalui Pendidikan dan latihan sebanyak 435 Juru Pene -
rangan (Jupen) Wanita serta penerbitan bahan-bahan publikasi
berupa 112.200 eksemplar poster 110.500 leaflet dan 19.400
juklak.

Demikian pula dalam rangka peningkatan peranan wanita te-


lah diadakan 28.317 paket siaran melalui RRI dan 115 paket
siaran televisi. Dalam hubungan ini stasiun-stasiun Nusantara
RRI maupun stasiun-stasiun produksi TVRI di daerah, masing-
masing dilibatkan secara aktif dalam produksi paket-paket
siaran tersebut, sehingga isi pesan dapat lebih difahami oleh
wanita pedesaan maupun kota yang berpendidikan rendah, karena
menggunakan bahasa daerah setempat dan disesuaikan dengan
masalah sehari-hari wanita setempat.

Di bidang transmigrasi, sampai dengan 1982/83 telah dise-


lenggarakan latihan ketrampilan bagi sebanyak 1.121 orang wa-
nita di daerah transmigrasi.

Selanjutnya, sebagai suatu kegiatan perintisan telah di -


selenggarakan survai pelayanan anak Balita dalam rangka Pro -
yek Rintisan Bina Keluarga dan Balita yang bertujuan mening -
katkan peranan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam meng -
usahakan sedini mungkin tumbuh dan berkembang anak dalam
aspek fisik, mental/intelektual dan spiritual, sosial.

XVIII/76
Demikian pula, perhatian mulai ditujukan pula kepada te -
naga kerja yang berada di pabrik atau di perkebunan. Dalam
rangka ini telah dipersiapkan kegiatan rintisan peningkatan
produktivitas kerja tenaga kerja wanita melalui pendekatan
peningkatan kesejahteraan secara terpadu.

Dalam rangka meningkatkan peranan pegawai negeri wanita


dalam pembangunan telah diselenggarakan penelitian untuk
mengetahui lebih jauh peranan pegawai negeri wanita serta
hambatan yang mereka hadapi dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut.

Sebagai dukungan politik Indonesia dan sebagai pengumuman


kepada dunia Internasional mengenai komitmen Indonesia terha-
dap cita-cita persamaan hak wanita dan penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita di mana saja jika hal itu
masih ada, maka pada Konferensi Sedunia Dasa Warsa PBB untuk
kaum Wanita tahun 1980 di Copenhagen, Indonesia telah ikut
serta menanda tangani Konvensi mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Covention on the Elimi-
nation of all forms of Discrimination against Women).

Dalam rangka kerjasama antara negara ASEAN telah dibentuk


"ASEAN WOMEN'S PROGRAMMES" (AWP) yang untuk 3 tahun pertama
berkedudukan di Indonesia dan diketuai oleh Indonesia se-
dangkan di segi organisasi masyarakat/wanita telah resmi ber-
dirinya "ASEAN Confederation of Women's Organization (ACWO)
dimana Indonesia telah terpilih sebagai ketua ACWO untuk 2
tahun pertama.

Apabila diperhatikan telah cukup banyak hasil kuantitatif


dan kualitatif yang dicapai dalam rangka meningkatkan peranan
wanita dalam pembangunan selama empat tahun Repelita III na -
mun masih perlu terus ditingkatkan peranan wanita di pelbagai
bidang pembangunan dimana-masa yang akan datang sehingga sum -
ber daya manusia yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam pem -
bangunan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna demi
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945.

XVIII/77

Anda mungkin juga menyukai