Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan perubahan frekuensi dan konsistensi tinja atau bisa

disebut dengan buang air besar/BAB tiga kali atau lebih dalam sehari

selama (24 jam). (Widoyono,2011). Diare merupakan penyakit

multifaktoral di Indonesia, yang terjadi secara terus menerus diseluruh

daerah baik perkotaan maupun perdesaan. Penyakit diare ini dapat

mengancam setiap orang tanpaj mengenal usia, jenis kelamin maupun status

sosial (Maryunani,2010).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap

tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare

pada tahun 2011 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82%

kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang,

terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih

menjadi masalah. Sedangkan data profil kesehatan Indonesia menyebutkan

tahun 2012 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita

dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada

anak-anak di bawah 5 tahun. Seringkali 1-2% penderita diare akan jatuh

dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal dunia.Dengan

demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta

kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2012).

1
2

Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua

hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa

pembagian diare :

1. Pembagian diare menurut etiologi

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan

a. Absorpsi

b. Gangguan sekresi

3. Pembagian diare menurut lamanya diare

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non

infeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi

infeksi.

Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan

absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada

kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,

mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila

fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon

menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga dapat dikaitkan

dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.

Kejadian diare secara umum terjadi karena pola makan dan jamban

yang tidak sehat yang sebagian jamban tidak memenuhi syarat jamban

sehat. Sehingga kebanyakan kejadian diare terjadi karena kurang bersihnya


3

jamban sehat serta pengetahuan keluarga cara membersihkan jamban

dengan baik dan benar.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran

dan air untuk membersihkannya. (Proverawati, 2012)

Jamban dapat diartikan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia

(tinja), Adanya jamban yang memiliki penampungan yang baik dan juga

kebersihan jamban dijaga dengan baik dengan memenuhi syarat-syarat

jamban sehat. Maka akan mengurangi penyebaran penyakit yang berasal

dari tinja yang semula mencemari air bahkan tanah yang dapat juga dibawa

oleh serangga atau hewan yang ada disekitar lingkungan, karena terkadang

masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan keadaan jambannya.

Bahkan masih melakukan aktivitas buang air besar dengan sembarangan

seperti disungai atau ditempat-tempat terbuka. Masyarakat seperti sudah

menganggap biasa ketika seseorang membuang kotoran (tinja) disungai atau

tempat-tempat terbuka. (Depkes RI, 2010)

Menggunakan jamban sehat adalah setiap anggota rumah tangga

yang harus menggunakan jamban untuk buang air besar atau buang air

kecil, alasan harus menggunakan jamban yaitu menjaga lingkungan bersih,

sehat, tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya,

tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi

penularan penyakit diare, kolera, disentri, penyakit saluran pencernaan,

penyakit kulit, dan keracunan. (Maryunani, 2013)


4

Jamban sehat harus dipelihara supaya tetap sehat. Lantai jamban

hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Bersihkan jamban secara

teratur sehingga ruangan jamban dalam keadaan bersih. Didalam jamban tidak

ada kotoran yang terlihat, tidak ada serangga, kecoa, lalat dan tikus yang

berkeliaran. Sediakan alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih) dan bila ada

kerusakan, segera perbaiki. Jamban harus memenuhi syarat kesehatan. Syarat

jamban yang sehat adalah: tidak mencemari sumber air minum (jarak antara

sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak

berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari

tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding

dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai kedap air dan

luas ruangan memadai, tersedia air, sabun, dan alat pembersih. (Proverawati,

2012)

Hasil Riskesdas tentang proporsi rumah tangga berdasarkan

penggunaan fasilitas buang air besar. Rata-rata nasional perilaku buang air

besar dijamban adalah (82,6%). Lima provinsi dengan persentase tertinggi

rumah tangga yang berprilaku benar dalam buang air besar diantaranya lima

provinsi dengan presentase tertinggi rumah tangga yang berprilaku benar

dalam buang air besar diantaranya adalah DKI Jakarta (78,2%), Kepulauan

Riau (74,8%), Kalimantan Timur (74,1%), Bangka Belitung (73,9%), dan Bali

(75,5%), sedangkan lima provinsi terendah diantaranya Sumatra Barat (29,0%),

Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Jawa

tengah menduduki urutan ke 15 dengan penduduk berprilaku buang air besar di


5

jamban yakni 82,7% dari beberapa provinsi yang ada di Indonesia (Kemenkes,

2014).

Keberadaan jamban di Indonesia menurut data Bank Dunia tahun 2010

sekitar 22% penduduk Indonesia belum mempunyai jamban. Adapun cakupan

jaga secara nasional untuk daerah perkotaan yaitu 79% dan untuk daerah

pedesaan 49%. Sebagian besabr pembuangan tinja masih dilakukan ke sungai

atau mempergunakan sumur galian yang tidak memenuhi persyaratan sehingga

mencemari air tanah (Depkes RI, 2010)

Jika hal ini tidak di tangani secara cepat maka masalah kesehatan

masyarakat pun akan semakin bertambah. Bakteri/mikroba yang dapat

menyebar lewat air ini sangat banyak mengancam. Mulai dari virus, bakteri,

protozoa, dan metozoa, munculnya berbagai penyakit-penyakit yang akan

menyebar dalam air yang sudah tercemar oleh tinja. Beberapa penyakit yang

banyak di Indonesia antara lain yaitu diare, Hepatitis A, Cholera, Typus

Abdominali dan dysentrie (Slamet, 2002). Selain itu juga bau yang tidak sedap

pada sekitarnya yang dapat mengganggu masyarakat sekitar. Dan selain itu

juga kurang enak dilihat oleh pengguna jalan yang melintasi daerah tersebut

yang letaknya memang berdekatan dengan sungai dan sungai tersebut masih

digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia/tinja..

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, di

dapatkan data dari Dinas Kesehatan kota Banjarmasin tahun 2018, data jamban

sehat yang kurang sehat itu terdapat di puskesmas Gadang Hanyar kota

Banjarmasin.
6

Serta dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di

puskesmas Gadang Hanyar kota Banjarmasin pada tanggal 23 oktober 2018 , di

dapatkan data perhitungan angka diare yang di pantau serta yang ditangani oleh

puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin sendiri perbulan mecapai 426

orang penderita diare .

Sehingga perhitungan jumlah penderita diare dari bulan januari sampai

oktober 2018, jumlah diare yang ditangani oleh puskesmas Gadang Hanyar

kota Banjarmasin tahun 2018 berjumlah 1.659 orang penderita diare.

Di dapatkan hasil dari wawancara dari petugas kesehatan lingkungan

puskesmas Gedang Hanyar bahwa penyebab diare itu sendiri karena jamban

yang kurang sehat, buang sampah atau limbah sembarangan serta penggunaan

air yang tidak bersih. Setiap bulan puskesmas gedang hanyar juga melakukan

pendidikan kesehatan tentang PHBS dengan mengumpulkan semua ketua RT

di aula puskesmas gedang hanyar dengan metode ceramah, setelah itu ketua RT

menyampaikan kepada semua warga tentang pentingnya penerapan PHBS jadi

menurut petugas puskesmas semua warga paham dan tau tentang pentingnya

penerapan PHBS dilingkungan warga sekitar.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 5 orang ibu rumah tangga

di dapatkan hasil : terdapat 1 ibu rumah tangga mengetahui cara merawat

jamban sehat dan tau bagaimana perilaku manusi yang benar sebelum dan

sesudah menggunakan jamban seperti cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas. Sedangkan 4 dari ibu rumah tangga lainnya di duga

kurang mengetahui bagaimana cara merawat jamban sehat dan tanpa mereka

menyadari perilaku manusia dalam penggunaan jamban sehat yang benar


7

sebelum dan sesudah menggunakan jamban seperti cuci tangan, buang sampah

atau limbah sembarangan serta penggunaan air yang tidak bersih seperti halnya

masyarakat lebih menggunakan air sungai pada saat buang air besar di jamban

tanpa mereka menyadari bahwa itu salah satu penyebab terjadinya diare pada

anggota keluarga sendiri.

Memang banyak warga yang menggunakan jamban leher angsa dari

pada jamban cemplung tetapi kebanyakan dari warga tidak tau bagaimana cara

menggunakan dan membersihkan jamban dengan baik dan benar sehingga

banyak menimbulkan penyakit. Di dapatkan hasil dari wawancara dari petugas

puskesmas Gedang Hanyar bahwa banyak ibu rumah tangga memiliki

pengetahuan yang rendah tentang jamban sehat. Dari Beberapa anggota

keluarga dari ibu tersebut masih ada yang buang air besar sembarangan, seperti

disungai karena hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh warga dari jaman

dahulu dan sudah menjadi budaya. Ibu masih beranggapan bahwa jika

membersihkan jamban cukup disikat dan disiram saja, dan juga kurangnya

terpapar informasi tentang kesehatan lingkungan dari petugas kesehatan

setempat, dan dari beberapa rumah terdapat sanitasi lingkungan yang kotor,

seperti tidak tersedianya bak sampah dan pembuangan limbah dapur langsung

dibuang di aliran sungai.

Berdasarkan hasil wawancara dan data diatas , peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu

yang anggota keluarganya mengalami diare tentang jamban sehat di Puskesmas

Gadang Hanyar Banjarmasin tahun 2019.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Bagaimana gambaran tingkat

pengetahuan ibu yang anggota keluarganya mengalami diare tentang jamban

sehat di Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan ibu yang anggota keluarganya mengalami diare tentang

jamban sehat di Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan suatu informasi

yang dapat digunakan sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama mengenai pengetahuan terhadap

jamban sehat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi keluarga

Sebagai dasar pengetahuan dan masukan pada anggota keluarga

yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai indikator dan juga refrensi untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yang ada disekitar lingkungan kerja Puskesmas.


9

Membenahi pelayanan kesehatan masyarakat dengan menggambarkan

pengetahuan ibu tentang penggunaan jamban sehat, syarat-syarat

jamban sehat dan juga dampak dari buang air besar sembarangan guna

untuk meminimalkan dan mencegah angka kesakitan atau kejadian

penyakit yang di sebabkan karena pembuangan kotoran/tinja manusia

yang tidak benar (penggunaan jamban yang tidak sehat).

c. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar masukan kepada masyarakat dalam mengetahui

sumber informasi dan penggunaan jamban yang baik dan yang benar.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi institusi

Pendidikan untuk mengembangkan mata kuliah dalam bidang

keperawatan komunitas dan juga sebagai refrensi untuk

meningkatkan pengetahuan khususnya tentang penggunaan jamban

sehat.

e. Bagi Peneliti

Sebagai dasar bagi peneliti untuk menambah wawasan dan

pengetahuan dalam mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu

yang anggota keluarganya mengalami diare tentang jamban sehat di

Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin tahun 2019.

f. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai informasi dan data dasar untuk melakukan penelitian

lanjut tentang penggunaan jamban sehat terhadap kejadiaan diare


10

E. Keaslian Penelitian

a. Lian G. Otaya (2011) dengan judul “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Masyarakat Terhadap Pengunaan Jamban Keluarga Di Desa Ilomangga

Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini di desain

untuk jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan

menggunakan metode observasi, angket, serta dokumentasi. Dalam hal

ini akan mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat

terhadap penggunaan jamban keluarga di Desa Ilomangga Kecamatan

Tabongo dalam bentuk table frekuensi distribusi dan presentase.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan Alat

ukur, jenis penelitiaan yaitu kuantitatif, Pendekatan Deskriftif

perbedaan Waktu, responden dan tempat penelitian, Metode penelitiaan.

b. Arry Pamusthi Wandansari (2013), dengan judul Kualitas Sumber Air

Minum Dan Pemanfaatan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare.

Penelitian ini dalam termasuk penelitian explanatory research dengan

pendekatan cross sectional. Populasi adalah penduduk yang bertempat

tinggal di desa karangmangu dengan sampel yang digunakan adalah 45

orang. Instrument, yaitu kuisioner dan check list. Hasil yang diperoleh

mengenai variable penggunaan air bersih 10 responden (22,2%) dari 45

responden yang kualitas sumber air minumnya memenuhi syarat dan 35

responden (77,8%) yang kualitas sumber air minumnya tidak memenuhi

syarat. Jika variabel pemanfaatan jamban keluarga hasil yang didapat

adalah dari 45 responden terdapat 18 responden (40%) yang

memanfaatkan jamban keluarga dan 27 responden (60%) yang tidak


11

memanfaatkan jamban keluarga. Sedangkan hasil penelitian tentang

variabel-variabel kejadian diare hasil yang didapat adalah dari 45

responden terdapat 27 (60%) yang mengalami kejadian diare dan 18

responden (40%) tidak mengalami kejadian diare. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah tempat, waktu, responden dan desain penelitian.

Persamaan pada penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama

menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner.

c. Edwin Dermdody Sirait (2013), dengan judul Hubungan pengetahuan

dan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada

anak usia 1-4 tahun di puskesmas siantan hilir . Penelitian ini di desain

untuk jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan

metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non

probability sampling dengan tektik purposive sampling. Dalam hal ini

akan mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan perilaku perilaku hidup

bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare anak usia 1-4 tahun di

puskesmas siantan hilir. Instrument, yaitu kuisioner dan check list.

Hasil kelmpk umur ibu yang paling banyak menjadi responden dalam

penelitian ini adalah 26-29 tahun sebanyak 40 orang (40%), responden

termuda pada penelitian ini berumur 18 tahun, dan yang tertua 45 tahun.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan Alat

ukur, jenis penelitiaan yaitu kuantitatif, Pendekatan Deskriftif, Populasi

ibu rumah tangga perbedaan Perbedaan waktu, responden dan tempat

penelitian,teknik sampling, jumlah responden dan umur responden.

Anda mungkin juga menyukai