Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Disusun guna memenuhi persyaratan sebagai peserta dokter internsip

di RSUD Kalideres

Periode 5 November 2018 - 5 November 2019

Disusun oleh : dr. Inggrid Monica

Pembimbing : dr. Johnny Gunawan, SpA


LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Umur : 11 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kp. Menceng 6/10, Tegal Alur,Kalideres

Agama : Islam

Ruang : Tulip

Masuk Rumah Sakit : 13 Agustus 2019

Keluar Rumah Sakit : 16 Agustus 2019

No.RM : 080036

Jaminan : BPJS

I. ANAMNESIS (Alloanamnesis 13-08-2019 Pukul 11.00 WIB)

Keluhan utama:
BAB cair

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien anak datang ke IGD diantar oleh keduaorangtuanya dengan keluhan BAB cair sejak
4 hari SMRS. BAB ± 4-5x/hari. BAB cair kuning,ampas (+) sedikit,lendir (-),darah(-),BAB
seperti cucian beras (-).
BAK sejak tadi pagi – di RS hanya 1x sedikit (tidak penuh 1 popok).
Muntah sejak 5 hari SMRS,muntah ± 4x sehari,muntah berisi cairan.
Batuk pilek sejak 5 hari SMRS,batuk berdahak (-),batuk darah (-),sesak (-).
Demam sejak 4 hari SMRS,mimisan (-),gusi berdarah (-),bintik perdarahan (-),kejang (-).
Menurut pengakuan ibu os panas naik turun tidak tentu. Selama sakit os makan sedikit,
minum masih mau dan belum dilakukan pengobatan.

Riwayat penyakit dahulu:


Diare : disangkal
Typhoid : disangkal
TB paru : disangkal
ISPA : pernah
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat penyakit keluarga:


Keluhan serupa : disangkal
Typhoid : disangkal
TB paru : disangkal
ISPA : pernah
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat perinatal :

Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap bulan
sampai usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT 2 kali
di bidan. Obat–obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan penambah darah.
Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.

Kesan : riwayat pemeliharaan perinatal baik

Riwayat persalinan ibu:


Pasien merupakan anak perempuan lahir dari ibu G1P0A0 dengan usia kehamilan 39
minggu, lahir secara normal, persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis,
berat badan lahir 2.900 gram. Panjang badan lahir lupa.

Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir spontan

Riwayat imunisasi :

BCG : 1x (usia 1 bulan)

Hep B : 1x (usia 0 bulan)

Polio : 4x (usia 1, 2, 3, 4 bulan)

DPT+ HiB + OPV : 3x (usia 2, 3, 4 bulan)

Campak : 1x (9 bulan)

Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi depkes
2017
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2900 gram. Panjang badan lahir lupa. Berat badan saat ini 7,6 kg,
panjang badan saat ini 70 cm.

Perkembangan :

Motorik kasar

 3 bulan : mulai bisa mengangkat kepala


 7 bulan : mulai bisa duduk
 9 bulan : mulai bias merambat

Motorik halus

 3 bulan : mampu menggenggam benda kecil dengan 3 jari


 6 bulan : mampu memegang benda dengan seluruh telapak dan memindahkan dari satu
tangan ke tangan lain
 8 bulan : mampu memegang kubus dengan kedua tangan
 9 bulan : mampu makan kue/biskuit sendiri

Kesan : riwayat perkembangan cukup baik

Riwayat asupan nutrisi :


 0-6 bulan : ASI eksklusif
 6-9 bulan : ASI + bubur susu
 9-11 bulan : ASI + bubur nasi + telur yang dihaluskan + makanan selingan (kue)

Kesan : makanan sudah sesuai dengan usia

II. PEMERIKSAAN FISIK (13-08-2019 Pukul 11.15)


 Keadaan umum : Tampak lemas
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital
o Nadi : 132 x/menit
o Pernapasan : 26 x/menit
o Suhu : 38,2oC
 Data antropometri
o Tinggi badan : 70 cm
o Berat badan : 7,6 kg
 Status generalisata
o Kepala : normosefalus, benjolan (-)
o Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor, 3
mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, cekung
+/+, air mata sedikit
o Mulut : sianosis (-), anemis (-)
o Leher : kaku kuduk (-), nyeri leher (-)
o Thoraks
 Jantung : pulsasi ictus cordis tidak nampak, ictus cordis tidak kuat angkat,
bunyi jantung S1-S2, murmur (-), gallop (-)
 Paru-paru : retraksi statis dan dinamis -/-, suara vesikuler +/+, wheezing -
/-, ronki -/-, sonor di seluruh lapang paru, stem fremitus kanan dan kiri
sama kuat
o Abdomen : tampak datar, bising usus (+) normal, timpani di seluruh lapang
paru, nyeri tekan (-), supel.
o Ekstremitas
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior

Oedem -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capillary refill <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik

 Kulit: turgor kembali lambat


Pemeriksaan Khusus
- Status gizi :
 TB / U : 0SD sampai -2SD
 BB/U : 0SD sampai -2SD
 BB/TB : 0SD sampai -1 SD
Kesan gizi : baik
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium darah ( 13 Agustus 2019)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.5 mg/dL 12 – 15

Eritrosit 5.76 jt/mm3 3.80 - 4.80

Hematokrit 38.7 % 32.5 – 46.2

Trombosit 487 Ribu/mm3 150 – 400

Leukosit 10.5 Ribu/mm3 4.0 – 10.0

MCH 22 Pg 27 – 31

MCHC 32 g/% 32 – 36

MCV 67 Fl 80 – 95

Basofil 0 % 0–1

Eosinofil 0 % 2–4

Staff 0 % 3–5

Segmen 49 % 50 – 70

Limfosit 44 % 25 – 40

Monosit 7 % 2–8

Glukosa sewaktu 95 Mg/dl < 200


 Elektrolit post rehidrasi ( 13 Agustus 2019)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL

Natrium 134.8 Mmol/L 135.0 – 145.0


Kalium 3.67 Mmol/L 3.50 – 5.50
Chlorida 105.3 Mmol/L 98.0 – 108.0

 Foto thorax ( 13 Agustus 2019)

HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI :

 Jantung tidak membesar


 Trakea ditengah
 Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
 Kedua hilus suram
 Opasitas air-space multifocal di kedua paru
 Sinus kostrofrenikus kanan kiri tajam,difragma licin
 Tulang-tulang intak,jaringan lunak superficial tidak menebal
Kesan: Opasitas air space multifocal di kedua paru  DD/ bronkopneumonia,TB

 Feces Lengkap ( 14 Agustus 2019)


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL
FECES
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning coklat
Konsistensi Lunak Lunak
Lendir/mukus Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
FECES
MIKROSKOPIS
Leukosit 1-3 LPB Negatif
Eritrosit 0-2 LPB Negatif
Telur cacing Negatif LPK Negatif
Amoeba Negatif LPK Negatif
Lemak Negatif LPK Negatif
Serat daging Negatif LPK Negatif
Serat tumbuhan Negatif LPK Negatif
Jamur Negatif LPK Negatif
Amylum Positif LPK Negatif

IV. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 11 bulan , berat badan 7,6 kg, dan tinggi
badan 70 cm, dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari SMRS. BAB ± 4-5x/hari. BAB cair
kuning,ampas (+) sedikit,lendir (-),darah(-),BAB seperti cucian beras (-).
BAK sejak tadi pagi – di RS hanya 1x sedikit (tidak penuh 1 popok).
Muntah sejak 5 hari SMRS,muntah ± 4x sehari,muntah berisi cairan.
Batuk pilek sejak 5 hari SMRS,batuk berdahak (-),batuk darah (-),sesak (-).
Demam sejak 4 hari SMRS,mimisan (-),gusi berdarah (-),bintik perdarahan (-),kejang (-).
Menurut pengakuan ibu os panas naik turun tidak tentu. Selama sakit os makan sedikit ,
minum masih mau dan belum dilakukan pengobatan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak lemas
Mata : cekung +/+,air mata sedikit
Kulit: turgor kembali lambat

V. DIAGNOSIS KERJA
GEA dengan dehidrasi ringan sedang
Susp Bronkopneumoni, TB paru

VI. DIAGNOSIS BANDING


GEA tanpa dehidrasi
GEA dengan dehidrasi berat

VII. PENATALAKSANAAN
Kaen 3B 55cc/jam selama 3 jam
Kaen 3B 1100cc/24jam
Paracetamol iv 4x100mg
Ondansentron iv 3x1,5mg k/p
Zink syr 1x20mg
Cefotaxim iv 3x250mg
Nebu: fulmicort 1 resp + ventolin 1 resp 2x/hari

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal 14 Agustus 2019
S : BAB 3x pagi hari,cair (+),kuning (+),ampas (+),lendir (-),darah (-),seperti
cucian beras (-). Mual (-),muntah (-),demam (-). Napsu makan turun,
minum mau. BAK (+) normal penuh 1 popok. Batuk (+) tapi jarang-jarang.
O : Pemeriksaan fisik
KU: Tampak sakit ringan, compos mentis
Nadi : 110x/mnt, Rr: 26x/mnt, Suhu: 36,5oC
Mata: Anemis -/-, ikterik-/-
Thorax: Simetris,retraksi dinding dada (-)
Pulmo: Vesikuler (+), Rh -/-, wh -/-
Cor: BJ 1-2 reguler (+),murmur (-),gallop (-)
Abd: Supel,BU (+)
Eks: Akral hangat,CRT <2 dtk
Kulit: Turgor kembali cepat
A : GEA DRS
P : Infus Kaen3B 46cc/jam
Inj parasetamol 4x100mg iv
Inj ondansentron 3x1,5mg iv k/p
Inj cefotaxim 3x250mg iv
Inj metronidazole 3x100mg iv
Zink 1x20mg
Ventolin 1,5ml + Fulmicort 1ml 2xsehari

Tanggal 15 Agustus 2019

S : BAB cair 1x pagi hari,kuning (+),ampas (+),lebih banyak


ampasnya,lendir (-),darah (-).
Tadi malam BAB cair 2x,kuning (+),ampas (+),darah (-),lendir (-). BAK
(+) normal banyak. Napsu makan turun, minum mau. Muntah (-). Batuk
(+) jarang. Demam (-)
O : Pemeriksaan fisik
KU: Tampak sakit ringan, compos mentis
Nadi : 112x/mnt, Rr: 26x/mnt, Suhu: 36,5oC
Mata: Anemis -/-, ikterik-/-
Thorax: Simetris,retraksi dinding dada (-)
Pulmo: Vesikuler (+), Rh -/-, wh -/-
Cor: BJ 1-2 reguler (+),murmur (-),gallop (-)
Abd: Supel,BU (+)
Eks: Akral hangat,CRT <2 dtk
Kulit: Turgor kembali cepat
A : GEA DRS
P : Infus Kaen3B 33cc/jam
Inj parasetamol 4x100mg iv k/p
Inj ondansentron 3x1,5mg iv k/p
Inj cefotaxim 3x250mg iv
Inj metronidazole 3x100mg iv
Zink 1x20mg
Ventolin 1,5ml + Fulmicort 1ml 1xsehari

Tanggal 16 Agustus 2019

S : BAB cair 1x,ampas (+),sudah mau makan, muntah (-),mual (-). Batuk (+)
tapi jarang. Demam (-)
O : Pemeriksaan fisik
KU: Tampak sakit ringan, compos mentis
Nadi : 110x/mnt, Rr: 24x/mnt, Suhu: 36,5oC
Mata: Anemis -/-, ikterik-/-
Thorax: Simetris,retraksi dinding dada (-)
Pulmo: Vesikuler (+), Rh -/-, wh -/-
Cor: BJ 1-2 reguler (+),murmur (-),gallop (-)
Abd: Supel,BU (+)
Eks: Akral hangat,CRT <2 dtk
Kulit: Turgor kembali cepat
A : GEA DRS
P : Obat pulang
Cefixime 2x40mg po
Metronidazol syr 3x3,5ml
Puyer 3x1 : Cetirizin1/6 tab
Rhinofed 1/6 tab
Salbutamol 0,5 mg
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali per
hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak.
Diare dapat dibedakan menjadi tiga menurut waktunya yaitu diare akut (diare berlangsung
paling lama 3-5 hari), diare berkepanjangan (diare berlangsung lebih dari 7 hari) dan diare
kronis (diare berlangsung lebih dari 14 hari). (IDAI, 2009)

2. Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis
(enternal) dan infeksi sistemik (parenteral). Penyebab diare akut pada anak paling sering
disebabkan oleh infeksi enternal (Infeksi virus, bakteri dan parasit). Rotavirus merupakan
penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri dan
kurang dari 10% adalah parasit. (Suraatmaja, 2011)

Tabel 1. Etiologi Diare Akut


Infeksi
1. Enteral
 Bakteri: Shigella sp, E. Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entreo
colytica, Campylobacter jejuni, V. Parahaemoliticus, VNAG, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, dll
 Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus
(CMV), echovirus , virus HIV
 Parasit – Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporadium parvum,
Balantidium coli.
 Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichura, S. Sterocoralis,
cestodiasis dll
 Fungus: Kardia/moniliasis
2. Parenteral: Otitits media akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diartthea: E.Coli, Giardia
lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll
 Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B. Cereus, S. aureus,
Streptococcus anhaemohytivus, dll
 Alergi: susu sapi, makanan tertentu
 Malabsorpsi/maldifesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa),
disakarida(laktosa, maltosa, sakarosa), lemak: rantai panjang trigliserida, protein: asam
amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk,
vitamin &mineral

3. Imunodefisiensi
4. Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
5. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi
6. Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropatik diabetik)

3. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain (IDAI, 2009)

a. Osmolaritas intraluminal yang meningkat, disebut diare osmotik


b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik
c. Gangguan motilitas usus
Diare tipe osmotik disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotik intralumen usus
halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,
Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi
disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
Diare tipe sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun elektrolit dari usus,
menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi
ileum (gangguan absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat,
dll). Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol
otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.

4. Manifestasi Klinis

Buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari
biasanya, warna tinja disertai lendir dan atau darah dan bau tinja. Pada diare oleh karena
intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare. (Subagyo, 2011)

Gejala muntah, anoreksia, kembung dapat terjadi sebelum / sesudah diare yang disebabkan
oleh radang pada gaster atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering. (IDAI, 2009)

Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan klasifikasikan
status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/ sedang atau tanpa dehidrasi. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan
bila penurunan berat badan kurang dari 5%, dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara
5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%. (Subagyo, 2011)
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare

5. Anamnesa

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntahperlu ditanyakan
volume dan frekuensinya. Jumlah kencing biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-
8 jam terakhir bila terjadi dehidrasi. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah
panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Selain itu,
tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya. .
(Subagyo, 2011)

6. Pemeriksaan Fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam


menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume cairan tubuh
dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur
tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting.
Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan
merupakan tanda penting untuk menentukan etiologi diare akut. (Subagyo, 2011)

Tabel 3. Gejala dan tanda khas diare akut akibat infeksi

7. Pemeriksaan Penunnjang

7.1 Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan tinja
o Makroskopis dan mikroskopis
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
o Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi sitemik (diare yang
disebabkan parenteral)
c. Pemeriksaan Urine Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih (diare yang
disebabkan parenteral)
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah (bila
memungkinkan).
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama bila ada kejang).

8. Penatalaksanaan

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan


diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada
panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan pada pelayanan kesehatan. Rehidrasi
bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen
Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak
baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: (WHO. 2011)
1. Rehidrasi
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua

8.1 Rehidrasi

Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral
karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi
oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan
tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.

a. Tanpa Dehidrasi

Beri cairan tambahan, sebagai berikut:


1. Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih sering dan lebih
lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau
air matang sebagai tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
2. Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan dibawah ini:

• larutan oralit

• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)

• air matang

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan tambahan – sebanyak
yang anak dapat minum:

• Untuk Anak Berumur < 2 Tahun, Beri + 50–100 Ml Setiap Kali Anak BAB
• Untuk Anak Berumur 2 Tahun Atau Lebih, Beri + 100–200 Ml Setiap Kali Anak BAB.

Bagan 1. Pedoman WHO Rencana Penanganan Diare di Rumah

b. Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi dalam 3 jam pertama, namun jika gagal dapat diberikan
secara intravena sebanyak : 70 ml/kg bb selama 5 jam untuk anak umur < 12 bulan dan 2,5
jam untuk anak > 12 bulan. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah. (WHO. 2011)

Bagan 2. Pedoman WHO Rencana Penanganan Dehidrasi Sedang Ringan


Dengan Oralit
c. Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan
anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut :

Tabel 4.

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita
akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu
yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya. Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan. (WHO. 2011)
Bagan 3. Pedoman WHO Rencana Penanganan

Dehidrasi Berat Dengan Cepat

d. Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa
syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki
renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak
diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang
akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah
dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau
tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi
kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah
cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75
mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.

8.2 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik
evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc
yang dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada
pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang
dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc
berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual,
kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan
dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada
diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus.
Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak


Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit, Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.

8.3 ASI dan makanan tetap diteruskan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang
hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk
meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa,
kecuali jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan karena intoleransi
laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase penyembuhan. (WHO. 2011)

Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat. (WHO. 2011)
 Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering
dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
 Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
 Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
 Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal,
sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare
berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium,
seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.

Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat
badan normal. (WHO. 2011)

8.4 Antibiotik selektif

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri
pathogen. (WHO, 2006)

Tabel 4. Antibiotik selektif sesuai dengan pathogen penyebab diare


Penyebab Antibiotik Pilihan Antibiotik Alternative
Tetracyclin 12,5 mg/ KgBB Eritromicyn 12,5 mg/KgBB
Kolera
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam 20 mg/KgBB
4x sehari selama 5 hari
Ciprofloxacin 15 mg/KgBB
Shigella Dysentri
2x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100
mg/KgBB
1x sehari selama IM/IV 2-5
hari

Metronidazole 10 mg/KgBB
Amoebiasis 3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Metronidazole 10 mg/KgBB
Giardiasis
3x sehari selama 5 hari

8.5 Edukasi orang tua

Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi
yang diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan
makanan, dan lain-lain. (WHO, 2011)

Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika anak:

• Buang air besar cair sering terjadi

• Muntah berulang-ulang

• Sangat haus

• Makan atau minum sedikit

• Demam

• Tinja Berdarah

• Anak tidak membaik dalam tiga hari.

Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa


randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif
untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host
dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga
seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel
usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk
pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme
lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika
yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers diarrhea. Dosis yang dianjurkan
pada penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi adalah 1010–1011 cfu, 2 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B, Santoso NB, 2012, Diare Akut, dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi, ed 1. Jilid 1,Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 87-119.
2. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: World Health
Organization;2011
3. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: World Health
Organization; 2006
4. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK GastroHepatologi
IDAI.2009.
5. Suraatmaja S. 2007, Diare Akut, dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, ed
2, Sagung Seto, Jakarta, hal1-24.

Anda mungkin juga menyukai