di RSUD Kalideres
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 11 bulan
Agama : Islam
Ruang : Tulip
No.RM : 080036
Jaminan : BPJS
Keluhan utama:
BAB cair
Riwayat perinatal :
Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap bulan
sampai usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT 2 kali
di bidan. Obat–obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan penambah darah.
Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Riwayat imunisasi :
Campak : 1x (9 bulan)
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi depkes
2017
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2900 gram. Panjang badan lahir lupa. Berat badan saat ini 7,6 kg,
panjang badan saat ini 70 cm.
Perkembangan :
Motorik kasar
Motorik halus
HEMATOLOGI
MCH 22 Pg 27 – 31
MCHC 32 g/% 32 – 36
MCV 67 Fl 80 – 95
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 0 % 2–4
Staff 0 % 3–5
Segmen 49 % 50 – 70
Limfosit 44 % 25 – 40
Monosit 7 % 2–8
IV. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 11 bulan , berat badan 7,6 kg, dan tinggi
badan 70 cm, dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari SMRS. BAB ± 4-5x/hari. BAB cair
kuning,ampas (+) sedikit,lendir (-),darah(-),BAB seperti cucian beras (-).
BAK sejak tadi pagi – di RS hanya 1x sedikit (tidak penuh 1 popok).
Muntah sejak 5 hari SMRS,muntah ± 4x sehari,muntah berisi cairan.
Batuk pilek sejak 5 hari SMRS,batuk berdahak (-),batuk darah (-),sesak (-).
Demam sejak 4 hari SMRS,mimisan (-),gusi berdarah (-),bintik perdarahan (-),kejang (-).
Menurut pengakuan ibu os panas naik turun tidak tentu. Selama sakit os makan sedikit ,
minum masih mau dan belum dilakukan pengobatan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum tampak lemas
Mata : cekung +/+,air mata sedikit
Kulit: turgor kembali lambat
V. DIAGNOSIS KERJA
GEA dengan dehidrasi ringan sedang
Susp Bronkopneumoni, TB paru
VII. PENATALAKSANAAN
Kaen 3B 55cc/jam selama 3 jam
Kaen 3B 1100cc/24jam
Paracetamol iv 4x100mg
Ondansentron iv 3x1,5mg k/p
Zink syr 1x20mg
Cefotaxim iv 3x250mg
Nebu: fulmicort 1 resp + ventolin 1 resp 2x/hari
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal 14 Agustus 2019
S : BAB 3x pagi hari,cair (+),kuning (+),ampas (+),lendir (-),darah (-),seperti
cucian beras (-). Mual (-),muntah (-),demam (-). Napsu makan turun,
minum mau. BAK (+) normal penuh 1 popok. Batuk (+) tapi jarang-jarang.
O : Pemeriksaan fisik
KU: Tampak sakit ringan, compos mentis
Nadi : 110x/mnt, Rr: 26x/mnt, Suhu: 36,5oC
Mata: Anemis -/-, ikterik-/-
Thorax: Simetris,retraksi dinding dada (-)
Pulmo: Vesikuler (+), Rh -/-, wh -/-
Cor: BJ 1-2 reguler (+),murmur (-),gallop (-)
Abd: Supel,BU (+)
Eks: Akral hangat,CRT <2 dtk
Kulit: Turgor kembali cepat
A : GEA DRS
P : Infus Kaen3B 46cc/jam
Inj parasetamol 4x100mg iv
Inj ondansentron 3x1,5mg iv k/p
Inj cefotaxim 3x250mg iv
Inj metronidazole 3x100mg iv
Zink 1x20mg
Ventolin 1,5ml + Fulmicort 1ml 2xsehari
S : BAB cair 1x,ampas (+),sudah mau makan, muntah (-),mual (-). Batuk (+)
tapi jarang. Demam (-)
O : Pemeriksaan fisik
KU: Tampak sakit ringan, compos mentis
Nadi : 110x/mnt, Rr: 24x/mnt, Suhu: 36,5oC
Mata: Anemis -/-, ikterik-/-
Thorax: Simetris,retraksi dinding dada (-)
Pulmo: Vesikuler (+), Rh -/-, wh -/-
Cor: BJ 1-2 reguler (+),murmur (-),gallop (-)
Abd: Supel,BU (+)
Eks: Akral hangat,CRT <2 dtk
Kulit: Turgor kembali cepat
A : GEA DRS
P : Obat pulang
Cefixime 2x40mg po
Metronidazol syr 3x3,5ml
Puyer 3x1 : Cetirizin1/6 tab
Rhinofed 1/6 tab
Salbutamol 0,5 mg
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali per
hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak.
Diare dapat dibedakan menjadi tiga menurut waktunya yaitu diare akut (diare berlangsung
paling lama 3-5 hari), diare berkepanjangan (diare berlangsung lebih dari 7 hari) dan diare
kronis (diare berlangsung lebih dari 14 hari). (IDAI, 2009)
2. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis
(enternal) dan infeksi sistemik (parenteral). Penyebab diare akut pada anak paling sering
disebabkan oleh infeksi enternal (Infeksi virus, bakteri dan parasit). Rotavirus merupakan
penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri dan
kurang dari 10% adalah parasit. (Suraatmaja, 2011)
3. Imunodefisiensi
4. Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
5. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi
6. Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropatik diabetik)
3. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain (IDAI, 2009)
4. Manifestasi Klinis
Buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari
biasanya, warna tinja disertai lendir dan atau darah dan bau tinja. Pada diare oleh karena
intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare. (Subagyo, 2011)
Gejala muntah, anoreksia, kembung dapat terjadi sebelum / sesudah diare yang disebabkan
oleh radang pada gaster atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering. (IDAI, 2009)
Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan klasifikasikan
status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/ sedang atau tanpa dehidrasi. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan
bila penurunan berat badan kurang dari 5%, dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara
5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%. (Subagyo, 2011)
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare
5. Anamnesa
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntahperlu ditanyakan
volume dan frekuensinya. Jumlah kencing biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-
8 jam terakhir bila terjadi dehidrasi. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah
panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Selain itu,
tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya. .
(Subagyo, 2011)
6. Pemeriksaan Fisik
7. Pemeriksaan Penunnjang
a. Pemeriksaan tinja
o Makroskopis dan mikroskopis
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
o Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi sitemik (diare yang
disebabkan parenteral)
c. Pemeriksaan Urine Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih (diare yang
disebabkan parenteral)
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah (bila
memungkinkan).
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama bila ada kejang).
8. Penatalaksanaan
8.1 Rehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral
karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi
oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan
tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.
a. Tanpa Dehidrasi
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan tambahan – sebanyak
yang anak dapat minum:
• Untuk Anak Berumur < 2 Tahun, Beri + 50–100 Ml Setiap Kali Anak BAB
• Untuk Anak Berumur 2 Tahun Atau Lebih, Beri + 100–200 Ml Setiap Kali Anak BAB.
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi dalam 3 jam pertama, namun jika gagal dapat diberikan
secara intravena sebanyak : 70 ml/kg bb selama 5 jam untuk anak umur < 12 bulan dan 2,5
jam untuk anak > 12 bulan. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah. (WHO. 2011)
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan
anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut :
Tabel 4.
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita
akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu
yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya. Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan. (WHO. 2011)
Bagan 3. Pedoman WHO Rencana Penanganan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa
syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki
renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak
diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang
akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah
dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau
tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi
kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah
cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75
mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik
evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc
yang dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada
pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang
dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc
berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual,
kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan
dalam system kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada
diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus.
Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit, Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang
hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk
meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa,
kecuali jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan karena intoleransi
laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase penyembuhan. (WHO. 2011)
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat. (WHO. 2011)
Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering
dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal,
sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare
berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium,
seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat
badan normal. (WHO. 2011)
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri
pathogen. (WHO, 2006)
Metronidazole 10 mg/KgBB
Amoebiasis 3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Metronidazole 10 mg/KgBB
Giardiasis
3x sehari selama 5 hari
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi
yang diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan
makanan, dan lain-lain. (WHO, 2011)
Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika anak:
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Demam
• Tinja Berdarah
1. Subagyo B, Santoso NB, 2012, Diare Akut, dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi, ed 1. Jilid 1,Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 87-119.
2. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: World Health
Organization;2011
3. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: World Health
Organization; 2006
4. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK GastroHepatologi
IDAI.2009.
5. Suraatmaja S. 2007, Diare Akut, dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, ed
2, Sagung Seto, Jakarta, hal1-24.