PENDAHULUAN
lainnya. Intususepsi menjadi penyebab tersering obstruksi intestinal pada bayi dan
diagnosis dan terapi dini dapat menyebabkan iskemi usus, perforasi, dan
Trias gejala klasik terdiri dari nyeri perut, muntah, dan darah pada feses.
Namun, ketiga gejala ini hanya muncul pada kurang dari 1/3 anak dengan
intususepsi. Intususepsi sering terjadi pada anak – anak, dan merupakan kasus
Adapun invaginasi itu sendiri dapat terjadi baik di usus besar, usus halus,
maupun keduanya, dan yang paling sering terjadi adalah masuknya ileum terminal ke
dalam sekum.1,2,3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan
B. Epidemiologi
Anak : yang paling lazim pada usia 3 bulan – 6 tahun. Kelainan ini
jarang pada anak sebelum usia 3 bulan dan frekuensi menurun setelah 36
bulan. Insidens bervariasi dari 1-4 per 1000 kelahiran hidup. Laki-laki
tidak ada penelitian yang melaporkan angka kejadian dari invaginasi. Di Asia
dalam hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens dari invaginasi adalah
berkisar 1,9-54,4 per tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang
insidensi per kelahiran hidup. Di Malaysia lebih kurang 10,4 bayi dan anak
didapatkan angka yang berbeda, yaitu masing-masing 5,8 dan 17,2 per tahun.3
2
Invaginasi umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan
puncak invaginasi muncul antara usia 3-8 bulan. Di Asia, insiden puncak
antara usia 4-8 bulan.3 Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada
sampai 4:1.3,4
pada musim semi, musim panas, dan pertengahan musim dingin. Periode ini
yaitu akhir musim panas dan akhir musim dingin. Hal ini bersamaan dengan
puncak insidens dari infeksi saluran napas dan diare. Di Asia, salah satunya
dan kemudian April. Peningkatan ini bersamaan dengan musim dingin dan
panas yang merupakan puncak dari insidens infeksi saluran napas atas dan
dengan invaginasi.3
3
C. Etiologi dan Klasifikasi
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat itu
terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan
peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata ditemukan
invaginasi bayi ditemukan virus ini dalam feses sebanyak 37%. Pada beberapa
penderita invaginasi.6
a. Idiopatik
menggambarkan kasus dimana tidak ada abnormalitas spesifik dari usus yang
4
Dalam kasus idiopatik, pemeriksaan yang teliti dapat mengungkapkan hipertrofi
jaringan limfoid mural (Peyer patch), yang disebabkan oleh infeksi adenovirus
atau rotavirus.7
Invaginasi idiopatik memiliki etiologi yang tidak jelas. Salah satu teori untuk
terjadi karena Peyer patch yang membesar; hipotesis ini berasal dari 3
pengamatan: (1) penyakit ini sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan
atas, (2) wilayah ileokolika memiliki konsentrasi tertinggi dari kelenjar getah
bening di mesenterium, dan (3) pembesaran kelenjar getah bening sering dijumpai
pada pasien yang memerlukan operasi. Apakah Peyer patch yang membesar
adalah reaksi terhadap invaginasi atau sebagai penyebab invaginasi, masih tidak
jelas.8
b. Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun), adanya kelainan
usus dapat menjadi penyebab invaginasi atau “lead point” seperti: inverted
rubber blep nevi, lymphoma dan duplikasi usus.6 Divertikulum Meckel adalah
penyebab paling utama, diikuti dengan polip seperti peutz-jeghers syndrome, dan
abdominal.7
5
Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab invaginasi pada anak yang
berusia di atas enam tahun. Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang
biasanya timbul setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan
peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi
Penyebab terjadinya invaginasi pada anak belum diketahui secara pasti. Hanya
konstipasi, benda asing. Invaginasi terjadi karena adanya kenaikan peristaltik usus
yang berhubungan dengan adanya perubahan pola makan dari makanan lunak ke
yang lebih padat, pada keadaan infeksi (enteristis akut), dan alergi. Invaginasi
yang didasari adanya kelainan patologis lain pada usus, lebih sering pada anak
pada epitel usus mempunyai hubungan erat terhadap terjadinya invaginasi ileo-
caecal, sedangkan invaginasi pasca bedah sering disebabkan oleh edema dinding
Perubahan flora biasa terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan dengan perubahan
pola makan pada bayi. Pada saat ini peristaltic anak akan meningkat dan dapat
Gerakan peristaltic yang berlebihan seperti pada polip usus, divertikel Meckel,
6
limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan mesenteric hematom
merupakan pencetus pada anak di atas usia 2 tahun atau orang dewasa.
Klasifikasi
a. Entero-Enterika atau ileo-ileal (6,7%): Usus halus masuk ke dalam usus halus
7
Gambar 3 invaginasi entero-enterica (ileo-ileal)
D. Patofisiologi
berkaitan dengan peristaltik usus yang tidak terkoordinir atau adanya hiperplasia
ileum ke kolon proksimal. Tipe intususepsi ini yang paling sering terjadi, sesuai
ileokolikal. Jika segmen ileum masuk ke kolon, terjadi kompresi pembuluh darah
Intususepsi pada dewasa jarang, hanya 5% dari total kasus. Berbeda dari
hanya 8 sampai 20% yang idiopatik. Intususepi pada dewasa selalu berhubungan
dengan lesi struktural. Adanya lesi patologis, lesi struktural, atau iritan pada
8
lumen usus mengakibatkan perubahan peristaltik yang berujung intususepsi yang
9
E. Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
a. Sebelum sakit bayi atau anak ada riwayat pijat dan diberi makanan
c. Serangan nyeri perut yang diikuti dengan muntah berisi cairan dan
makanan
10
Perut kembung, Distended massa ‘shiffting mass’ atau sausage
abdomen shape (24-42%)
Muntah Nausea, vomit (80%)
Diare Penurunan Berat badan (10%)
Demam Akut (24 jam), intermiten / kronik
Dehidrasi (5 tahun)
Letargi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
Perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri
sign”.
d. Perkusi
11
e. Pemeriksaan Rectal Toucher
F. Diagnosis Banding
5. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali
dan pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit
f. Diagnosis
1. Pemeriksaan Laboratorium
12
abnormalitas elektrolit yang berhubungan dengan dehidrasi, anemia dan
2. Pemeriksaan Radiologis
bagian proksimal usus atau tidak tampak gambaran udara pada abdomen
abdomen. Multipel air fluid level dan tidak ada bayangan udara pada
13
Gambar 4 tampak bayangan massa (tanda panah) merupakan bagian usus yang masuk ke
lumen usus proksimal
14
Gambar 6. Jaringan lunak yang berbentuk sosis di tengah-tengah foto. X-ray
menunjukkan opasitas jaringan lunak yang besar di kuadran kanan atas yang tampaknya
menonjol ke dalam suatu intralumen (mungkin kolon transversum).
berupa multiple air fluid level, dilatasi loop usus atau minimal feses pada
kolon. Tanda obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Hering bone
15
Reposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus
barium keluar bersama feses dan udara. Pada orang dewasa diagnosis
dan suatu masa dapat diraba pada tempat obstruksi, diagnosis telah
dapat ditegakkan.
16
Gambar 7. A. colon in loop pada intususepsi, bagian usus masuk hingga fleksura
CUPPING SIGN
Gambar 8. Cupping sign atau Meniscus sign pada foto dengan barium enema
Ultrasonografi (USG)
feces yang prominen, Chron’s disease pada ileum terminal, volvulus, dan lain-
lain.
target sign atau doughnut sign pada potongan melintang invaginasi yang
17
menunjukkan lapisan konsentris dari usus. Halo hipoechoic dihasilkan oleh
bersambung dengan lumen usus dan ditutupi pada masing-masing sisi oleh
paling besar dari USG adalah adanya udara dalam usus yang mencegah
transmisi dari sinar. Positif palsu dihasilkan karena feces yang prominen,
18
Gambar 10 Transverse sonography menunjukkan gambaran doughnut sign
Gambar 11. Tampak gambaran doughnut sign, serta tampak target sign atau
pseudokidney
19
Gambar 12. Target’s appearance atau gambaran donat pada irisan melintang
invaginasi pemeriksaan USG
Gambar 14. A. irisan melintang dan B. irisan memanjang dari invaginasi pada
USG
20
CT Scan
Modalitas pilihan untuk penilaian dan keluhan abdomen akut pada orang
dicitrakan dari sudut kanan ke lumen, dan gambaran jaringan lunak seperti
g. Komplikasi
Beberapa hal yang dapat terjadi apabila invaginasi atau intususepsi ini
dibiarkan tanpa penanganan sesegera mungkin dapat mengalami berbagai macam
komplikasi. Hal ini biasanya disebabkan oleh karena penanganan yang kurang
cepat dan tidak tepat. Golden time penanganan invaginasi adalah <24 jam. Lebih
dari 24 jam maka akan mengalami komplikasi sebagai berikut:
Enterocolitis
Perforasi
21
Anemia
Sepsis
Penurunan kesadaran
Kematian
h. Tata Laksana
komplikasi yang lebih lanjut. Selang lambung (Nasogastric tube) harus dipasang
sebagai tindakan kompresi pada pasien dengan distensi abdomen sehingga bisa
untuk memantau ouput dari cairan. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
utama untuk diagnosa maupun terapi reduksi lini pertama pada intususepsi di
Hydrostatic Reduction
22
dengan menggunakan barium di bawah panduan fluoroskopi telah menjadi
reduksi hidrostatik dilakukan setinggi 3 kaki di atas pasien; (2) tidak boleh lebih
dari 3 kali percobaan; (3) tiap percobaan masing-masing tidak boleh lebih dari 3
menit. Pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi dan tekanan hidrostatik
melalui katup ileocaecal ke ileum terminal. Reduksi berhasil pada rentang 45-95%
saat ini juga dikenal reduksi menggunakan air (dilusi antara air dan kontras
mencapai 90%, namun sangat tergantung pada kemampuan expertise USG dari
pelakunya.
Pneumatic Reduction.
1897 dan cara tersebut telah diadopsi secara luas hingga akhir tahun 1980.
rectum. Tekanan udara maksimum yang aman adalah 80 mmHg untuk bayi dan
110-120 mmHg untuk anak. Penganut dari model reduksi ini meyakini bahwa
metode ini lebih cepat, lebih aman dan menurunkan waktu paparan dari radiasi.
23
Pengukuran tekanan yang akurat dapat dilakukan, dan tingkat reduksi lebih tinggi
dan udara dinaikkan perlahan hingga mencapai tekanan 70-80 mmHg (maksimum
120 mmHg) dan diikuti dengan fluoroskopi. Kolum udara akan berhenti pada
bagian intususepsi, dan dilakukan sebuah foto polos. Jika tidak terdapat
intususepsi atau reduksinya berhasil, udara akan teramati melewati usus kecil
dengan cepat. Foto lain selanjutnya dibuat pada sesi ini, dan udara akan
B. Tindakan Operatif
dan terus menerus tanpa tarikan dari distal usus yang mengalami invaginasi ke
24
dilakukan secara perlahan terutama pada bagian proksimal usus yang
invaginasi.
yang terjadi pada dewasa tanpa didahului oleh tindakan reduksi. Reseksi usus
dilakukan apabila pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara
sebagai penyebab invaginasi. Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm dari
tepi – tepi segmen usus yang terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal
end apabila hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan
enterostomi.
dekompresi pada saluran cerna selama 1-2 hari dan penderita tetap dengan
infus. Setelah oedem dari intestine menghilang, pasase dan peristaltik akan
lunak, tidak distensi. Dapat juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca
operasi yang akan turun secara perlahan. Antibiotika dapat diberikan satu kali
pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus dengan reseksi perawatan
25
i. Prognosis
Faktor penentu prognosis adalah diagnosa dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat. Faktor lain yang mempengaruhi prognosis adalah kondisi penderita
waktu datang di rumah sakit dan fasilitas yang ada. Keterlambatan diagnosa
dan tindakan menyebabkan progosa yang jelek dan tingginya angka kematian.
Kematian disebabkan oleh invaginasi idiopatik akut pada bayi dan anak-
lebih dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat
dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya
gejala daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset
pertama.2
26
BAB III
KESIMPULAN
beberapa orang dewasa karena penyebab tertentu yang telah diketahui etiologinya.
pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang yang tepat. Dalam hal ini,
abdomen, barium enema (colon in loop), USG dan CT-Scan. Sedangkan untuk
27
DAFTAR PUSTAKA
th. 2019
conditions/intussusception/home/ovc-20166951.
Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R dan Arvin AM. Ilmu kesehatan
5. Boudville IC, Phua KB, Quak SH, Lee BW, Han HH, Verstraeten T, et al.
timbulnya gejala klinis awal hingga tindakan operasi dengan lama rawatan
http://emedicine.medscape.com/article/937730-overview#showall.
28
8. Blanco FC. Intussusception. Medscape Reference [Online] 2012 Jan 13
Jakarta:EGC;2012.p.99-107.
10. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2004
12. Rasad, Syahriar. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai penerbit
29