Anda di halaman 1dari 19

GUSNI ARNI SIHOMBING

PUTRI AFRYANTI L.TOBING

Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi

T.A 2015/ 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkatNyalah penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“RESUSITASI BAYI BARU LAHIR”. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Penulis membuat
makalah ini berdasarkan sumber yang relevan yang penulis peroleh dari buku pustaka.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan
baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya..

Penulis menyadari dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan,untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa
mendatang.

Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan
dan dapat dipergunakan sebagaiman mestinya.

Tebing Tinggi, Maret 2016

Penulis (Kelompok 10)


BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung
menjadi teratur.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit
terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan
congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan
kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan
keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.

Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi, tindakan
resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi.
Langkah-langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini ditujukan kepada bidan yang pada
umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.

b. Tujuan
1. Demonstrasi menyiapkan resusitasi BBL
2. Menilai dan memutuskan resusitasi BBL
3. Demonstrasi resusitasi BBL pada model
4. Menjelaskan asuhan bayi pasca resusitasi
5. Menjelaskan asuhan bayi pasca lahir
6. Menjelaskan langkah pencegahan infeksi pada resusitasi BBL
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan


buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).

Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali


kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru,
yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).

Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah


“menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung
paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup
lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan

1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu
tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya
30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

2. Denyut jantung – frekuensi


Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi
tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara
terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung
selama 1 menit) Hasil penilaian:
1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit.
2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi
untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau
bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran
darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
Sianosis (cyanosis) adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat
karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi


1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang
jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat,
dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat,
dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan
pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan.
Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa
menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau
meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk
resusitasi dan persiapan diri (bidan).

Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-
kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.

Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

 Gunakan ruangan yang hangat dan terang.


 Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja,
dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin
(jendela atau pintu yang terbuka).
Keterangan:

 Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.


 Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala
bayi.
 Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak.
Nyalakan lampu menjelang persalinan.

Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga
harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

 Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi


 Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi
 Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi
 Alat penghisap delee atau bola karet
 Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup
 Kota Alat resusitasi
 Sarung Tangan
 Jam atau pencatat waktu

Keterangan:

 Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau
sarung.
 Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang,
handuk ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi agar sedikit tengadah.

Alat Penghisap Lendir delee

1. Bola Karet
2. Tabung dan Sungkup
3. Balon dan Sungkup

Bagian-Bagian Balon dan Sungkup:

1. Pintu masuk udara & tempat memasang reservar O2


2. Pintu masuk O2
3. Pintu keluar O2
4. Susunan katup
5. Reservoir O2
6. Katup pelepas tekanan (pop-off valve)
7. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)
Keterangan:

 Alat penghisap lender delee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender
husus untuk BBL
 Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan
steril.
 Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender delee dalam keadaan steril,
disimpan dalam kotak alat resusitasi.

Cara menyiapkan:

 Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air
ketuban segera lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi
baru lahir di atas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di
atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi
asfiksia.

Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu
sampai talipusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan
tindakan resusitasi.

 Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutibbl, agar tetap kering dan hangat.
Singkirkan kain e-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini
diletakkan di atas tempat resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.

 Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam
pengaturan posisi kepala bayi. Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di
bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu. (desi)

 Alat Resusitasi:

Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender delee dan alat resusitasi
tabung/balon dan sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah
diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.

 Sarung tangan
 Jam atau pencatat waktu

Persiapan diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

 Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup
kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
 Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan
gliserin.
 Eringkan dengan kain/tisu bersih.
 Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir


Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi,
tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan
bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau
dekat perineum.

Pemotongan Tali Pusat:


1. Pola di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di
perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah (sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain,
dibuka bagian dada dan perut dan potong tali pusat. Tali pusattidak usah diikat dahulu,
tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.

2. Pola dekat perineum ibu


Bila tali pusat sangatpendek sehingga cara a) tidak memungkinkan, letakkan bayi
baru lahir yang telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah
disiapkan dekat perineum ibu, kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0,
jangan bubuh apapun dan tidak dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke atas kain
kira-kira 45cm di atas perineum ibu.

Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap
dan atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:

 Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
 Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP 1: LANGKAH AWAL


Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru
lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan
teratur. Langkah tersebut meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat


 Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
 Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
kering dan hangat.
 Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.

2. Atur posisi bayi


 Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
 Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu
sehingga kepala sedikit ekstensi.
3. Isap lendir
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;

 Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.


 Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
 Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut
atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung
bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;

 Tekan bola di luar mulut.


 Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
 Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

4. Keringkan dan rangsang bayi


 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
1. Menepuk/menyentil telapak kaki atau
2. Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi


 Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
 Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar
bias memantau pernapasan bayi.
 Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi.

 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-
megap.
1. Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
2. Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
TAHAP II: VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume
udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias
bernapas spontan dan teratur.

Langkah-langkah:

1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

2. Ventilasi 2 kali
 Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air
Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan
napas bayi terbuka.

 Lihat apakah dada bayi mengembang


Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,

Bila tidak mengembang

1. Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3. Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.
4. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang,
lakukan tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


 Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai bayi mulai
menangis dan bernapas spontan.
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

 Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah


 Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

1. Jangan ventilasi lagi


2. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
3. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
4. Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan
tinggalkan bayi sendiri
5. Lanjutkan asuhan pasca resusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas


 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)
 Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap:
Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.
 Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
 Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
 Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
 Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan

6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi


Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak
teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit.

Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat
tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan
Bayi yang mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan
besar mengalami kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI


Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang
diberian sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:

 Jika Resusitasi berhasil


 Jika Perlu Rujukan
 Jika Resusitasi Tidak Berhasil

Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium


Apakah mekonium itu?
Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna
hijau kehitaman.

Kapan mekonium dikeluarkan?


Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24
jam pertama). Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan
bercampur dengan air ketuban sehingga cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium
jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum
persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena ini
merupakan tanda bahaya.

Apakah yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum


persalinan?
Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-
kadang terjadi hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan gerakan usus dan relaksasi
otot anus sehingga janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat
janin seringkali memiliki cairan ketuban dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan),
misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (kmk) atau bayi post matur.

Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?


Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau bayi
mulai bernapas karena dilahirkan. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia
dan mungkin kematian.

Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan)?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur
mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban
bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur
mekonium hanya berbeda pada:

 Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas
normal / megap-megap / tidak bernapas?
 Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
 Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap
lender, ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun,
dilanjutan dengan langkah awal.

Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila


masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).

Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang
diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang
diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling.

Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan
resusitasi dan dilakukan pada keadaan:
 Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.
 Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2
menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan
kondisinya memburuk.
 Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak
bernapas dan detak jantung 0.

Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir)


Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir
lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah
(kunjungan BBL/Neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui
kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan
resusitasi.

Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma Manajemen


Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan


tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke dalam formulir tata
laksana bayi muda.
1. Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.
2. Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.
3. Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan BBL di rumah.

Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai
pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami
masalah.

Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan
dalam resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:

 Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.

 Tabung resusitasi
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3 langkah
pencegahan infeksi kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi
Tabung/Balon Resusitasi dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing
bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.

 Sungkup silicon dan katup karet: dapat di rebus.


 Alat penghisap yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

 Kain dan selimut:


Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara atau sinar
matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

Resusitasi Lanjutan (Ventilasi Tekanan Positif

I. Resusitasi Lanjutan (Ventilasi)

I. Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah


udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka
alveoli paru agar bayi bias benapas spontan dan teratur
II. TUJUAN RESUSITASI
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari
III. PERSIAPAN RESUSITAS
 Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
 Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi.
Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata,
keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan. Tempat resusitasi sebaiknya di
dekat sumber pemanas (misalnya lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin
(jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam
berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu
menjelang kelahiran bayi.
 Persiapan alat resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai yaitu :
1. 2 Helai handuk/kain
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan dengan mengatur
posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lender Dee Lee atau bola karet
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
5. Kotak alat resusitasi
6. Oksigen
7. Jam atau pencatat waktu
IV. LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI LANJUTAN
1. Pasang, perhatikan lekatan dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
2. Ventilasi percobaan (2 kali)
 Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli agar bayi bias mulai
bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas
 Lihat apakah dada bayi mengembang
a. Bila tidak mengembang
1) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar
2) Periksa pemasangan sungkup dan pastika tidak terjadi kebocoran
3) Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lender (isap kembali)
b. Bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya
 Ventilasi definitive (20 kali dalam 30 detik)
1. Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik
2. Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan
 Lakukan penilaian

1. Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi
diberikan asuhan pasca resusitasi
2. Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
a. Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 kali untuk 30 detik
Berikutnya
b. Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik
c. Lakukan penilaian apakah bernapas, tidak bernapas, megap-megap
1) Bila bayi sudah bias bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi
dengan seksama, berikan asuhan pasca resusitasi
2) Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan
tekanan 20 cm air, 20 kali untuk 30 detik berikutnya dan lihat hasilnya setiap 30
detik.
3. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit diventilasi.
a. Mintalah keluarga membantu mempersiapkan rujukan
b. Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakikan
4. Bila bayi tidak bisa dirujuk
a. Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
b. Pertimbangkan untuk mengehentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit, upaya ventilasi tidak berhasil
Bayi yang tidak bernaps normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami
kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan dan kematian
V. ASUHAN PASCA RESUSITASI
Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan :
A. Resusitasi berhasil
1. Konseling
a. Jelaskan tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan, jawab setiap
pertanyaan yang diajukan.
b. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga keangatan tubuh bayi.
c. Anjurkan ibu segera memberikan ASI kepada bayinya. Bayi dengan
gangguan pernapasan perlu banyak energy. Pemberian ASI segera, dapat
memasok energy yang dibutuhkan
d. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan
metode kangguru)
e. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat
tanda-tanda tersebut pada bayi.( dwi)
2. Asuhan bayi baru lahir
a. Anjurkan ibu menyusu sambil membelai bayinya
b. Beri vitamin K, antibiotic salep mata, immunisasi hepatits B
3. Pemantauan seksama selama 2 jam
a. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
a. Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas < 30x atau > 60x
per menit
b. Bayi kebiruan atau pucat
c. Bayi lemas
Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal
d. Jaga kehangatan bayi
Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan
temperature tubuh telah normal dan stabil)

B. Bayi perlu rujukan

1. Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan setelah resusitasi


 Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali
per menit
 Adanya retraksi (tarikan) interkostal
 Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising napas
inspirasi)
 Tubuh bayi pucat atau kebiruan
 Bayi lemas
2. Konseling
 Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
 Minta keluaraga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya
 Beritahu (bila mungkin) ke tempat rujukan yang di tuju tentang kondisi
bayi dan perkiraan waktu tiba
 Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lan yang diperlukan selama ke
tempat rujukan
3. Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh), jaga
kehangatan bayi, dan tetap melakukan VTP.
4. Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan setelah bayi pulang akan sangat membantu
pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya untuk mendeteksi
masalah yang timbul di kemudian hari.

C. Resusitasi tidak berhasil


Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka
hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada
susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal.
 Dukungan moral
Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-
hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan
musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya
setempat.
 Asuhan lanjutan bagi ibu
a. Gunakan BH atau balut payudara dengan sedikit tekanan sehingga
ASI tidak keluar dan jangan memerah atau merangsang payudara.
b. Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat
menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung
menjdi teratur

Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :


 Bayi tidak cukup bulan
 Bayi megap-megap/tidak bernapas
 Tonus otot bayi tidak baik.
 Air ketuban bercampur mekonium.

Langkah-langkah resusitasi, yaitu:


TAHAP 1: LANGKAH AWAL
1. Jaga bayi tetap hangat;
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsang bayi
5. Atur kembali posisi kepalabayi dan selimuti bayi

TAHAP II: VENTILASI


1. Pemasangan sungkup
2. Ventilasi 2 kali
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
4. Ventilasi setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI


 Jika Resusitasi Tidak Berhasil
 Jika Resusitasi berhasil
 Jika Perlu Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

JNPK-KR, 2008, Asuhan persalinan Normal dan Inisiasi menyusu dini.

Anda mungkin juga menyukai