Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Taufiq dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan
salam, tidak lupa kami haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah memberikan
tuntunan pengabdian kepada umatnya dalam syariat yang suci ini. Dan tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Belajar : Bapak
Kumaidi, M.Pd. dan berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini
mendapat balasan baik dari Allah SWT. Dengan adanya tugas pembuatan makalah ini, kami
mendapat tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai beberapa teori belajar.
Diantaranya : teori gestalt, teori sibernetik dan teori kontruktivisme. Kami menyadari bahwa
kami manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, termasuk dalam
penyusunan makalah ini. Kami mengharap pembaca untuk memeberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami agar menjadi batu loncatan bagi kami untuk lebih baik lagi
kedepannya.

Tuban, 6 Oktober 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teori pembelajaran merupakan panduan bagi pengajar untuk membawa siswa didik
dalam dalam mengembangkan kogniftif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-
panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan
yang diperlukan. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang perlu diantisipasi,
yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik
(systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang
memandu praktek pendidikan “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan
yang senantiasa berubah. Oleh sebab itu para tokoh psikolog mencetuskan beberapa teori
belajar diantaranya teori belajar gestalt, sibernetik dan krontruktivisme.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana belajar dalam pandangan teori gestalt ?
2. Bagaimana belajar dalam pandangan teori sibernetik ?
3. Bagaimana belajar dalam pandangan teori kontruktivisme?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui definisi teori gestalt, sibernetik dan kontruktivisme
2. Mengetahui tokoh-tokoh dibalik teori gestalt, sibernetik dan kontruktivisme
3. Mengetahui implementasi teori gestalt, sibernetik dan kontruktivisme dalam
pembelajaran
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 TEORI GESTALT

A. Pengertian

Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman tahun 1912. Istilah ‘Gestalt’ merupakan istilah
bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt bisa
bermacam-macam diantaranya ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa inggris) atau bentuk, hal,
peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjamahannya dalam bahasa Inggris bermacam-macam
antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para intelektual di seluruh
dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa lain.
Untuk memudahkan dalam memberikan pengertian tentang Gestalt dan dapat dijelaskan di
dalam pengertian psikologi Gestalt, yaitu merupakan suatu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Teori Gestalt lebih menekankan pada
proses mental (proses pemikiran) yang menjadi latar belakang kegiatan atau aktivitas belajar.
Prinsip-prinsip Gestalt yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana individu
mengorganisasikan (atau mereorganisasikan) potongan-potongan informasi menjadi suatu
keseluruhan yang lebih mempunyai makna. Teori ini dikembangkan oleh tiga orang, Max
Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Köhler.

B. Tokoh Teori Gestalt

1. Max Wertheimer (1880-1943)


Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi
Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Wertheimer
dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan
menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan
diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat
dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut
diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis
yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis
tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang
semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan
secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum
Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-
hukum itu antara lain :
1. Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
2. Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
3. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
1. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi
adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam
rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada
psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
Teori Koffka tentang belajar antara lain:
1. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.
Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip
Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa
dengan jejak-jejak ingatan tadi.
2. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak
dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena
jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt
yang lebih baik dalam ingatan.
3. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
2. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut Kohler apabila
organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi
ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut
terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan
kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan.
Eksperimennya adalah seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang
digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis.
Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak
berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti
sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan
itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk
dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu. Dalam
eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme (dalam hal ini
simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian
atau dengan insight.

C. Karakteristik Teori Gestalt

Dari uraian singkat tentang tokoh pengembang teori Gestalt di atas, ada
beberapa karakteristik dari teori Gestalt itu sendiri, yaitu : Mempunyai Hukum
keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.

Hukum menurut Wertheimer tahun 1923, dalam bukunya “Investigation of Gestalt


Theory”:

1) Hukum keterdekatan (Law of Proximity)


Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap
sebagai suatu totalitas.
2) Hukum ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3) Hukum kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
a. Proses pembelajaran secara terus–menerus dapat memperkuat jejak ingatan
peserta didik.
b. Adanya pemahaman belajar Insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan.

D. Implementasi Teori Belajar Gestalt

1. Pengalaman tilikan (insight). Tilikan memgang peranan yang penting dalam prilaku
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna(meaningful learning). Kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
3. Perilaku bertujuan (purposive behavior). Perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulasi-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,
guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktifitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space). Perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam belajar pemindahan popla-pola prilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu kesituasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi lain dalam
tata susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip poko dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2.2 TEORI SIBERNETIK

A. Pengertian

Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik


(feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi. Menurut teori sibernetik,
belajar adalah pengolahan informasi. Sistem informasi dipandang sangat memegang peranan
penting dalam mempermudah penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan. Prinsip
dasar teori ini adalah menghargai adanya “perbedaan” bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan hal lainnya, atau bahwa suatu hal akan berubah seiring perkembangan
waktu. Menurut Uno (2010), teori sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan informasi.

Teori sibernetik merupakan cabang psikologi sibernetik, yaitu suatu perbandingan


antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektro mekanik seperti komputer.
Para ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin
elektronik. Mereka menganggap bahwa siswa (pebelajar) sebagai suatu sistem yang dapat
mengendalikan umpan balik sendiri (self-regulated feedback). Dan teori belajar sibernetik
merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang menekankan peristiwa belajar
sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya perubahan
kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.

Pendekatan teori sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi. Komponen


pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, dan proses
terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen berikut:
1) Sensory Memory
Sensory memory menerima informasi atau stimuli dari lingkungan secara terus-menerus
melalui reseptor yang berupa alat indera untuk dapat melihat, mendengar, merasakan,
membau, meraba, dan merasakan. Setelah stimuli atau informasi diterima oleh sensory
memory, otak mulai bekerja untuk memberi makna informasi tersebut yang disebut
sebagai persepsi. Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya didapatkan
berdasarkan realita objek yang ditangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki.
2) Working Memory dan Short Term Memory
Working memory berfungsi untuk menangkap informasi yang diberi perhatian oleh
individu dan menyimpan informasi menjadi pikiran-pikiran. Selanjutnya informasi ini
akan dikirim ke dalam sistem short term memory. Untuk menjaga ingatan terhadap
informasi dalam short term memory adalah mengulang dengan latihan. Latihan sangat
penting dalam proses belajar. Tanpa diulang dan dilatihkan, maka informasi akan
hilang, apalagi jika mendapatkan informasi lain yang baru dan lebih kuat.
3) Long Term Memory
Long term memory merupakan bagian dari sistem memori manusia yang dapat
menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama. Informasi yang disimpan
dalam sistem memori ini tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan lupa
disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang
diperlukan.

B. Tokoh Teori Belajar Sibernetik

1. Landa

a.Proses Berpikir Algoritmik

Proses berpikir algoritmik merupakan proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Menurut landa ada dua cara
mengajar proses algoritmik kepada pebelajar, yaitu a) cara langsung menunjukkan proses
algoritmik itu sendiri dan b) dengan mengatur proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga
pebelajar mampu menemukan proses algoritmik tersebut secara mandiri dengan cara mereka
sendiri.

b.Cara Berpikir Heuristik

Cara berpikir heuristik yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target atau
tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Heuristi adalah
langkah-langkah dalam menyelesaikan sesuatu tanpa ada keharusan untuk dilakukan secara
berurutan.

2.Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Tujuan belajar menurut teori Pask dan Scott yaitu agar siswa mampu mengkaji materi
yang dipelajari dan yang telah didapat dari gurunya, serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Implementasi teori belajar Pask dan Scott dalam kegiatan
pembelajaran ialah dengan pemrosesan informasi yang menitikberatkan pada sistem
informasi belajar.

C. Implementasi Teori Belajar Sibernetik

Implementasi teori sibernetik dilakukan melalui beberapa pendekatan pengajaran dan


metode pembelajaran yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning,
e-learning, dan lainnya. Pada intinya dengan memahami teori ini, guru akan lebih mudah
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

2.3 TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME

A. Pengertian
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
1. Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
2. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan
bantuan fasilitas orang lain. Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme
adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

B. Tokoh Teori Belajar Kontruktivisme


1. Teori Jean Piaget
Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama
konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep utama di
bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi. Lebih jauh
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
1. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur
pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat
menata lingkungan barunya.
2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi
sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi
adalah mengolah informasi yang akan diterima, sehingga memilki kesamaan dengan
apa yang sudah ada dalam
skema.
3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag
sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
4. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu
terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau
svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

2. Teori Vigosky

Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya.
Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses
interaksi

Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan
aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vigosky dalam
penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah.
Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh
dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling berhungan
antara satu dengan yang lain.

Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka
dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia
luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal
mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal
(kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
C. Implementasi Teori Belajar Kontruktivisme

Dalam praktik pembelajaran dalam kelas, beberapa strategi pembelajaran Konstruktivisme


antara lain :

1. Proses Top Down


Siswa memulai dengan masalah – masalah yang komplek untuk dipecahkan dan
selanjutkan memecahkan atau menemukan ( dengan bantuan guru ) keterampilan –
keterampilan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk
menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata
bahasa, dan tanda baca.
2. Pembelajaran dengan bantuan (Scaffolding)
Scaffolding merupakan strategi yang pertama – tama dikenalkan Vygotsky dimana di
dalam strategi ini guru diharapkan dapat memberikan bantuan belajar bagi siswa pada
saat – saat yang paling penting dalam pembelajaran mereka. Scaffolding merupakan
konsep pembelajaran dengan bantuan atau dikenal juga dengan istilah Assisted
Learning atau Mediated Learning. Dalam Scaffolding guru memberikan bantuan
belajar pada siswa yang lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap
mengalihkan tanggung jawab belajar kepada siswa umtuk bekerja atas arahan diri
mereka sendiri.
3. Pembelajaran Kooperatif ( Cooverative Learning )
Strategi ini merupakan pembelajaran dimana siswa diharapkan dapat menyelesaikan
tugas – tugas terstruktur yang komplek dalam tim atau kemlompok kerja yang
heterogen. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep – konsep yang sulit juka mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya.
4. Generative Learning ( pembelajaran Generatif )
Pembelajaran generatif menekankan pada pengintegrasian aktif materi baru dengan
skemata yang ada dibenak siswa. Belajar itu ditemukan meskipun apabila kita
menyampaikan suatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental dengan
informasi itu untuk membuat informasi masuk ke dalam pemahaman mereka.
5. Pembelajaran dengan penemuan
Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep dan prinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip – prinsip untuk
diri mereka sendiri.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori Belajar Gestalt
Teori Gestalt lebih menekankan pada proses mental (proses pemikiran) yang
menjadi latar belakang kegiatan atau aktivitas belajar. Prinsip-prinsip Gestalt
yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana individu mengorganisasikan (atau
mereorganisasikan) potongan-potongan informasi menjadi suatu keseluruhan
yang lebih mempunyai makna. Teori ini dikembangkan oleh tiga orang, Max
Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Köhler.
2. Teori Belajar Sibernetik
Teori sibernetik merupakan cabang psikologi sibernetik, yaitu suatu
perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem
elektro mekanik seperti komputer. Para ahli psikologi menganalogikan
mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Mereka
menganggap bahwa siswa (pebelajar) sebagai suatu sistem yang dapat
mengendalikan umpan balik sendiri (self-regulated feedback). Dan teori belajar
sibernetik merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang
menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati
secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi
tertentu. Pendekatan teori sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi.
3. Teori Belajar Kontruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Uno, Hamzah. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta :
PT Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Wikipedia.2019. Kontruktivisme. Online
(https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme , diakses 6 Oktober 2019)
Academia. 2018. Teori Gestalt. Online
(https://www.academia.edu/8935194/teori_Gestalt , diakses 6 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai