Anda di halaman 1dari 31

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan


Yang diampu oleh : Nina Pamelasari, M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 5


Dian Hardianti E17144010
Leni Marlina E1714401018
Neng Syera Oktaviani E1714401021
Nia Kurniyanti E1714401022
Nurhasanah E1714401025
Ridwan Nursobar E1714401030
Rosita Dewiyan E1714401031

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun penulis . Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Tasikmalaya, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Macam-macam dan penularan penyakit menular ...................... 10
C. Penyakit-penyakit menular yang di laporkan ............................. 11
D. Gambaran program P2M di Indonesia ....................................... 13
E. Peran imunisasi dan karantina dalamprogram P2M diIndonesia ...
F. Peningkatan komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) pencegahan

dan pemberantasn penyakit...........................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulsn................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam

menciptakan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di

Indonesia berfungsi untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga setiap orang dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan

di Indonesia masih perlu pembenahan yang terkonsentrasi guna

mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang

optimal.

Di sini, peran masyarakat dan perangkat-perangkat kesehatan

memiliki peran yang sangat penting, salah satu perangkat kesehatan

tersebut adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan sebuah institusi

pelayanan kesehatan yang berbasiskan masyarakat yang ikut berperan

sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik pemerintah. Upaya

kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya

kesehatan pengembangan. Di sini, puskesmas difungsikan sebagai

ujung tombak penentu kinerja Kabupaten atau kota untuk mewujudkan

masyarakat yang sehat di wilayah kerjanya karena Puskermas

merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat


dengan masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak

penyelenggaraan UKM maupun UKP di srata pertama pelayanan

kesehatan, dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

sebagian tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau Kota.

Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah

kesehatan yang cukup kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya

kasus penyakit menular, banyaknya jumlah kematian yang terjadi,

serta meningkatnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

didukung dengan perolehan Indonesia dengan peringkat 4 sedunia

untuk kasus tuberculosis, selain itu Indonesia juga memperoleh

peringkat 1 untuk penularan HIV tercepat. Hal ini merupakan masalah

kesehatan yang sangat membutuhkan perhatian dan pembenahan.

Namun dalam pembenahan dan pembangunan kesehatan tidaklah

mudah karena dipersulit dengan adanya keterbatasan sumber daya

manusia baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Dengan adanya

Puskesmas sebagai upaya keperawatan kesehatan masyarakat yang

terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan, diharapkan

pemberian pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas

penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M.


B. Rumusan masalah

Rumusan masalah ini dibuat bagaimana gambaran tentang

pemberantasan penyakit menular di Indonesi?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang pemberantasan

penyakit menular di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit menular (Malaria, HIV/AIDS, Demam Berdarah

Dengue/DBD, Tuberculosis TB, dll) saat ini masih menjadi masalah

kesehatan di masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan

angka kesakitan dan kematian serta mempertahankan keberhasilan yang

telah dicapai selama ini. Mengeliminir kendala dan hambatan yang

dijumpai saat pelaksanaan program dengan mengikutsertakan peranserta

masyarakat merupakan upaya yang perlu terus ditingkatkan.

B. Macam-macam dan penularan penyakit menular

1. Penularan langsung dari manusia ke manusia

Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur

dari batuk, berludah, atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh

(persetubuhan), misalnya pada penyakit kelamin.

2. Penularan tidak langsung

Ada beberapa media yang dapat menularkan penyakit

diantaranya :

a. Dengan perantara benda atau barang yang kotor (ada kumannya),

biasanya air, makanan dan susu segar. Sebagai contoh adalah

perjalanan najis ke mulut. Manusia makan bahan makanan dan

minum air yang telah dikotori dengan kuman penyebab penyakit.


Penyakit-penyakit yang ditularkan dengan cara ini antara lain ialah

kolera dan disentri.

b. Dengan perantara serangga atau gigitan binatang. Orang digigit

serangga atau binatang yang membawa kuman penyakit dalam

saluran pencernaannya atau dalam ludahnya. Sebagai contoh:

Malaria, Filariasis, Dengue demam berdarah dan Rabies.

Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka

dapat dijalankan usaha-usaha yang menghilangkan sumber infeksi, dan

memutuskan rantai penularan penyakit. Dengan demikian dapat

banyak sekali mengurangi kejadian (incidence) penyakit menular.

Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan

kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut :

a. Wabah

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian

kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat baik jumlah

kasus maupun luas daerah terjangkit.

b. Kejadian luar biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu

kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Kriteria

KLB (kriteria kerja) antara lain :


1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak

ada/tidak dikenal di suatu daerah

2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali

atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang

biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu)

tergantung dari jenis penyakitnya.

3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3

kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis

penyakitnya

4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan

dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-

rata perbulan dalam tahun sebelumnya

5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan

kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-

rata perbulan dari tahun sebelumnya

6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun

waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih,

dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya

7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama

dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.

8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap

peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah


endemis), terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada

periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas

dari penyakit yang bersangkutan.

C. Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan

Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit-penyakit

yang memerlukan kewaspadaan ketat yaitu penyakit-penyakit wabah atau

yang berpotensi wabah/atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB) Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera Poliomylitis,

Pes, Difteri.

2. Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau

mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan segera: DHF,

Campak, Rabies, Diare, Pertusis.

3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit

penting: Malaria, Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus

Abdominalis,Tetanus, Influenza, Meningitis, Tetanus Neonatorum,

Antrax, Keracunan.

4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi

diprogramkan, di tingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan

melalui RR terpadu Puskesmas ke kabupaten, dan seterusnya.

Penyakit-penyakit tersebut meliputi: Cacing, Lepra, Tuberculosa,

Syphilis, Gonorhoea dan filariasis, dan lain-lain.


Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah

secara rutin hanya yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu

dilaporkan secara mingguan, sementaara bagi penyakit kelompok 3 dan 4

secara rutin dilaporkan bulanan.

D. Gambaran program P2M di Indonesia

Berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, maka Dinas

Kesehatan bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk

menjalin kemitraan dan kerja sama semua pihak yang terkait serta

memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan

manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,monitoring

dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan

prasarana). Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan

dengan menyesuaikan tugas pokok dan fungsi serta uraian kegiatan

program P2M, maka strategi operasional yang Selain itu dalam mengatasi

hambatan yang dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas pokok dan

fungsi serta uraian kegiatan program P2M, maka strategi operasional yang

dilakukan dalam penanggulangan pemberantasan penyakit menular

diantaranya melalui:

1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta dalam penanggulangan penyakit menular dengan

strategi DOTS;

2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik

pemerintah maupun swasta;


3. Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-

lain;

4. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya

untuk mengatasi masalah TBC;

5. Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja

sama dengan institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-

lain dalam upaya penanggulangan penyakit menular.

Adapun untuk gambaran dari beberapa penyakit menular, yaitu di

antaranya :

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh Mycrobacterium tuberculosis dan bersifat menular (Christian,

2009; Storla, 2009). WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk

dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang

yang terinfeksi tuberkulosis. Di Indonesia pemberantasan penyakit

tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai rekomendasi

WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang semula 12 bulan

diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini

disebut DOTS (Directly Observed Treatment Short Course

Chemotherapy). Cakupan pengobatan dengan strategi DOTS tahun

2000 dengan perhitungan populasi 26 juta, baru mencapai 28%.

Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka prevalensi


semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar

690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positif sebesar

189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus.

Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27 per 100.000

penduduk atau 182 orang per hari. Menurut laporan WHO tahun 2013,

Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah

India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian

masih sama dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk,

tetapi angka insidennya turun menjadi 185 per 100.000 penduduk di

tahun 2012 (WHO, 2013). Salah satu pilar penanggulangan penyakit

tuberkulosis dengan startegi DOTS adalah dengan penemuan kasus

sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifkan

pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak

yang termasuk subclinical infection. Menurut H.L. Blum, faktor–faktor

yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, dan

masyarakat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: lingkungan (mencakup

lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya),

perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut

dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–

masing saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain

langsung mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan

perilaku sebaliknya juga mempengaruhi lingkungan (Salim, 2010).


Adapun gambaran program untuk penyakit Tuberkulosis di

Indonesia, meliputi :

a. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014

Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri

dari 7 strategi :

1) Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang

bermutu.

2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan

kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.

3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah,

masyarakat (sukarela) perusahan dan swasta melalui

pendekatan pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan Swasta

(Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan terhadap

standar internasional penatalaksanaan TB (Internasional

Standards for TB Care).

4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.

5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem keehatan dan

manajemen program pengendalian TB.

6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap

program TB.

7) Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan

informasi strategi.
Strategi nasional program pengendalian TB nasional tahun

2015-2019 merupakan pengembangan strategi nasional

sebelumnya denganbeberapa pengembangan strategi baru untuk

mengahadapi target dan tantnagan yang lebih besar.

b. Kegiatan

1) Tatalaksana TB Paripurna

a) Promosi Tuberkulosis

b) Pencegahan Tuberkulosis

c) Penemuan pasien Tuberkulosis

d) Rehabilitasi pasien Tuberkulosis

2) Pengendalian TB Komprehensif

a) Pembuatan layanan laboratorium Tuberkulosis

b) Public-Private Mix Tuberkulosis

c) Kelompok rentan: pasien diabetes militusn (DM), ibu

hamil, gizi buruk

d) Kolaborasi TB-HIV

e) TB anak

f) Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB

g) Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practicle Aproach to

Lung Health = PAL)

h) Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat

(MTPTRO)
i) Penelitian tuberkulosis

Target adanya program pengendalian TB, yaitu

merujuk pada target Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan setiap 5

tahun. Pada RPJMN 2010-2014 maka di harapkan

penurunan jumlah kasus TB per 100.000 penduduk dari 235

menjadi 224, presentase kasus baru TB paru (BTA positif)

yang ditemukan dari 73% menjadi 90% dan presentase

kasus baru TB paru ( BTA positif) yang disembuhkan dari

85% menjadi 88%. keberhasilan yang dicapai pada RPJMN

2010-1014 akan menjadi landasan bagi RPJMN berikutnya.

Pada tahun 2015-1019 target program pengendalian

TB akan disesuaikan dengan target pada RPJMN II dan

harus disinkronkan pula dengan target global TB strategy

pasca 2015 dan target SDGs (Sustainable Development

Goals). Target utama pengendalian TB pada tahun 2015-

2019 adalah penurunan insidensi TB yang lebih cepat dari

hanya sekitar 1-2% per tahun menjadi 3-4% per tahun dan

penurunan angka mortalitas > dari 4-5% pertahun.

Diharapkan pada tahun 2020 Indonesia bisa mencapai

target penurunan insidensi sebesar 20% dan angka

mortalitas sebesar 25% dari angka insidensi tahun 2015.


2. Rabies

Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi

melalui jilatan atau gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing,

kucing, kera, musang, serigala, raccoon , kelelawar. Virus masuk

melalui kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti

konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi

kornea. Infeksi melalui virus sangat jarang ditemukan. Setelah virus

rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap

tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak

mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan

perubahan-perubahan fungsinya.

Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari

sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus

yang masuk, berat dan luasnya kerusakan jaringan tempat gigitan, jauh

dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah luka

gigitan dan sistem kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka dan

leher 30 hari, gigitan di lengan, tangan, jari tangan 40 hari, gigitan di

tungkai, kaki, jari kaki 60 hari, gigitan di badan rata-rata 45 hari.

Asumsi lain menyatakan bahwa masa inkubasi tidak ditentukan

dari jarak saraf yang ditempuh, melainkan tergantung dari luasnya

persarafan pada tiap bagian tubuh, contohnya gigitan pada jari dan alat

kelamin akan mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat. Tingkat

infeksi dari kematian paling tinggi pada gigitan daerah wajah,


menengah pada gigitan daerah lengan dan tangan, paling rendah bila

gigitan ditungkai dan kaki (Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya

di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam

semua bagian neuron, terutama predileksi terhadap sel-sel sistem

limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri

dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam

serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom.

Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan

didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan, seperti kelenjar

ludah, ginjal, dan sebagainya.

Berikut ini adalah gambaran program untuk penyakit Rabies di

Indonesia :

a. Penurunan jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)

dan kematian (lyssa) melalui penanganan kasus GHPR dengan cara

pembentukan Rabies Center

b. Rabies center merupakan rumah sakit atau puskesmas terpilih yang

berkewajiban untuk memberikan pelayanan terkait penanggulangan

rabies. Rumah sakit atau puskesmas yang menjadi rabies center

harus memiliki SK dari Dinas Kesehatan Provinsi. Jumlah rabies

center tiap provinsi berbeda, tergantung kebutuhan. RS atau

puskesmas yang manjadi rabies center harus mempunyai tenaga

kesehatan yang dapat melakukan tatalaksana kasus gigitan hewan

penular rabies dengan benar, memiliki minimal 1 kuur VAR


(Vaksin Anti Rabies), memiliki fasilitas cold chain untuk

menyimpan vaksin, lokasi strategis, dan memberikan Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada pasien dan masyarakat.

c. Surveilans Epidemiologi Terpadu

Surveilans merupakan bagian penting dalam melaksanakan

suatu program. Sebuah program tidak akan berjalan dengan baik

tanpa surveilans. Fungsi surveilans adalah untuk memonitoring

kejadian penyakit dan evaluasi kinerja program.

d. Kerjasama Lintas Sektor

Dilakukan dengan Kementerian Pertanian RI. Kerjasama

ini terlihat dari sistem surveilansnya.

e. Penyuluhan/Sosialisasi

Bentuk sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi yang

ditujukan untuk tenaga kesehatan dan para pendidik. Sosialisasi

yang ditujukan ke tenaga kesehatan telah dilakukan di beberapa

provinsi. Provinsi tersebut adalah Sumatera Barat, Sulawesi Utara,

Lampung, Bali, NTT, dan Maluku. Sedangkan sosialisasi yang

ditujukan ke para pendidik telah dilaksanakan di Provinsi Sulawesi

Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Sosialisasi ke para pendidik

merupakan inisiasi dari World Health Organization (WHO) karena

40% kematian rabies terjadi dibawah usia 15 tahun. Diharapkan

para pendidik meneruskan informasi terkait penanggulangan rabies

ke murid-murid. Salah satu media sosialisasi adalah komik rabies.


Komik ini dapat didownload di google play secara gratis. Untuk

mencapai ASEAN Free Rabies 2020, dibutuhkan kerjasama antar

berbagai sektor terutama Kementerian Kesehatan RI dan

Kementerian Pertanian RI. Rabies yang terjadi di hewan dapat

menular ke manusia. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan

cara pemberian vaksin pada hewan penular rabies. Disamping itu,

masyarakat harus mampu mengenali jika hewan peliharaannya

terkena rabies.

3. Sifilis

Penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Treponema

palillidum, penularan terutama melalui hubungan kelamin.

a. Ciri khas

1) Masa inkubasi mulai 10 hari-4bulan

2) Mula ditandai dengan permulaan biasanya di kemaluan, kedua :

ruam menyeluruh di kulit dan selaput lendir,masa

terpendam/laten yang lama

3) Kelainan di kulit,tulang,ssp,dan sistem peredaran darah

b. Tujuan : menurunkan kesakitan serendah mungkin dan mencegah

terjadinya penyebaran kecacatan akibat penyakit.

c. Kegiatan

1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan

2) Penyuluhan kesehatan

3) Demam berdarah(dengue haemorrhagic fever=DHF)


4. Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever)

Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengan dan

ditularkan melalui nyamuk aedes aegepti,terutama menyerang anak-

anak dan dapat menyebabkan kematian

a. Ciri khas

1) Hari ke1: timbul panas mendadak(suhu badan 38-40),badan

lemah dan lesu

2) Hari ke2: petechie pada kulit,muka,lengan,paha

3) Kadang terjadi perdarahan hidung

4) Hari ke4-7 Bila keadaan parah penderita gelisah,keringat

banyak,ujung ujung kaki dan tangan dingin

5) Trombocytopenia (100.000/mm atau kurang)

b. Tujuan : mengusahakan penurunan angka kematian dan insidensi

demam berdarah serendah mungkin

c. Kegiatan

1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan pemberantasan

2) Surveilance epidemilogi

3) Surveilance vektor

4) Pemberantasan vektor

5) Pertolongan terhadap penderita

6) Penyuluhan dan pengarahn masyarakat untuk PSN

7) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan


E. Peran Imunisasi dan Karantina dalam Program P2M di Indonesia

1. Peran imunisasi terhadap penyakit tuberkulosis

Peran imunisasi dalam penyakit Tuberkulosis sangat diperlukan.

Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan.

Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan

keberadaan virus tubercel bacili yang hidup di dalam darah. Itulah

mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak

berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette

Guerin). Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia

termasuk negara endemis TB dan salah satu negara dengan penderita

TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium

tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran

air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun

bersin.

Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah,

sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat di malam

hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung

antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak,

perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux

untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah

untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter

pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil

pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB. Jika anak positif
terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang

harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama

pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati

dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik

daripada mengobati. Selain menhindari anak berkontak dengan

penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah

satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

2. Peran imunisasi terhadap penyakit rabies

Peran imunisasi rabies sangat penting karena Hanya ada satu-

satunya cara untuk mencegah penyakit rabies, yaitu dengan vaksinasi

rabies,sebelum orang tersebut tergigit oleh anjing atau binatang lain

yang telah terinfeksi dengan virus rabies. Sedangkan bagi mereka yang

telah tergigit dengan anjing rabies atau binatang yang diduga keras

sedang sakir rabies, maka bagi mereka hanya bisa tertolong bila segera

diberikan serum anti rabies dan segera disusul dengan pemberian vaksin

rabies. Hanya dengan cara demikian maka nyawa mereka bisa tertolong

dari kematian akibat virus rabies.

Di Indonesia, khususnya di provinsi Bali yang sampai tahun

2009 tidak dikenal sebagai daerah endemis penyakit rabies, namun

sejak tahun 2009, tiba-tiba terjadi kejadian luar biasa penyakit rabies

dengan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga menghebohkan

baik bagi Indonesia sendiri juga bagi dunia luar, terutama dikalangan

turis asing, meskipun telah dilakukan berbagai usaha dari Pemda Bali
juga Kanwil DepKes, baik dengan pemusnahan anjing sakit dan anjing

liar, hingga vaksinasi bagi hewan anjing dan bagi penderita yang

tergigit, namun masalahnya masih berlangsung hingga saat ini.

3. Peran karantina terhadap penyakit tuberkulosis

Karantina pada penyakit Tuberkulosis dalam penanggulangan

penyakit menular tidak di perlukan.

4. Peran karantina terhadap penyakit rabies

Peran karantina sangat penting untuk melakukan tindakan

pencegahan dan penangkalan atau penolakan masuk dan tersebarnya

hama penyakit hewan serta diharapkan mampu mengelola suatu sistem

kewaspadaan atau kesiagaan darurat jika terjadi suatu wabah hama

penyakit hewan karantina. Bahkan untuk mengantisipasi kemungkinan

masuk dan tersebarnya penyakit tersebut baik dari luar negeri maupun

antar area tentu diperlukan pengawasan dan pemeriksaan yang menjadi

peranan peraturan perundang-undangan

F. Peningkatan Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan

dan pemberantasan penyakit

Setelah program P2M yang telah dijelaskan di atas tadi, puskesmas

juga memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan

edukasi untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di suatu

wilayah kerjanya. Upaya ini bisa dilakukan dengan pengembangan media

promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE); pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti


pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan

generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap

masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular,

cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara

luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan

bagaimana cara mengobatinya.

Selain itu di puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat

berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos

pelayanan terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan,

komunikasi dan informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat

juga merupakan upaya puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular.

Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus

dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik terhadap acara yang

diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA untuk

pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan muda yang sekarang

sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum mengerti apa

itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga di

Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian

informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan muda juga

sangat penting untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai

dasar pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun moral

merupakan faktor tidak langsung terhadap penyebaran penyakit menular


terutama penyakit menular melalui hubungan seksual, namun

pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk

tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain

itu, pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan

negara yang berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa.

Upaya selain promosi yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pos

kesehatan pada puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat. Pos

kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan

orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh

dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang

bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan

masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan

penyakit yaitu :

1. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi

informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

dan diseminasinya

2. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan

peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit
3. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai

stimulan

4. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman

program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit

5. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk

melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit

6. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi

informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

7. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

8. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

9. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit

10. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit

tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah

administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan

kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan

antar negara. Contohnya, penyakit Tuberkulosis, rabies, sifilis, dan DHF.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycrobacterium tuberculosis dan bersifat menular (Christian, 2009;

Storla, 2009). WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi kuman tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi

tuberkulosis. Di Indonesia pemberantasan penyakit tuberkulosis telah

dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai rekomendasi WHO sejak tahun 1986

regimen pengobatan yang semula 12 bulan diganti dengan pengobatan

selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini disebut DOTS (Directly

Observed Treatment Short Course Chemotherapy). Adapun gambaran

program untuk penyakit Tuberkulosis di Indonesia, meliputi: Strategi

nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, yaitu :

Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu,

menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan

masyarakat miskin serta rentan lainnya, melibatkan seluruh penyedia


pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela) perusahan dan swasta

melalui pendekatan pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan Swasta

(Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan terhadap standar

internasional penatalaksanaan TB (Internasional Standards for TB Care),

memberdayakan masyarakat dan pasien TB, memberikan kontribusi dalam

penguatan sistem keehatan dan manajemen program pengendalian TB,

mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB,

mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategi.

Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi

melalui jilatan atau gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing,

kucing, kera, musang, serigala, raccoon , kelelawar. Virus masuk melalui

kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti konjungtiva mata,

mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea yang untuk

mencegahnya dapat dilakukan dengan imunisasi serta karantina. Peran

karantina sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan dan

penangkalan atau penolakan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan

serta diharapkan mampu mengelola suatu sistem kewaspadaan atau

kesiagaan darurat jika terjadi suatu wabah hama penyakit hewan karantina.

Sifilis merupakan penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh

Treponema palillidum, penularan terutama melalui hubungan kelamin.

Sedangkan DHF Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengan dan ditularkan melalui nyamuk aedes aegepti,terutama menyerang

anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.


B. Saran

Penyakit menular adalah salah satu masalah kesehatan yang

menonjol hingga saat ini sehingga disarankan kepada semua pihak baik

pemerintah, departemen kesehatan, swasta, serta seluruh kalangan

masyarakat agar mengupayakan sedini mungkin usaha-usaha untuk tidak

tertular penyakit berdasarkan program-program yang telah dipaparkan

dalam materi ini guna terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan

sejahtera. Kita Sehat! Indonesia Sehat!


DAFTAR PUSTAKA

MENKES, 2013, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu,
Jakarta

Salawangi, G. (2016, November 22). MAKALAH TENTANG PROGRAM


PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI INDONESIA. Dipetik
Oktober 09, 2019, dari
http://gladysalawangi.blogspot.com/2016/11/makalah-tentang-program-
pemberantasan.html

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2
012/14_Profil_Kes.Prov.DIYogyakarta_2012.pdf
https://core.ac.uk/download/files/379/11705297.pdf
http://www.nationalplanningcycles.org/sites/default/files/country_docs/Indonesia/
indonesian_minstry_of_health_strategic_plan_2010-2014.pdf
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/Permenkes_No._2349.pdf

Anda mungkin juga menyukai