Anda di halaman 1dari 48

Interferensi Cahaya

Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id)

Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39


Contoh gejala interferensi

Materi

1 Contoh gejala interferensi

2 Interferensi dua celah


Syarat untuk pola gelap dan terang
Pola intensitas
Cara fasor

3 Interferensi tiga celah

4 Interferensi N celah

5 Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 2 / 39


Contoh gejala interferensi

Contoh Interferensi
Jika di lihat dari sudut berbeda, warna bulu burung dapat terlihat berbeda.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 3 / 39


Contoh gejala interferensi

Contoh Interferensi
Begitu juga dengan warna sayap kupu-kupu.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 4 / 39


Contoh gejala interferensi

Interferensi cahaya putih


Interferensi dua celah menggunakan cahaya putih. Warna berbeda mengalami
interferensi konstruktif di tempat yang berbeda. Pada bagian tengah, semua warna
mengalami interferensi konstruktif.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 5 / 39


Interferensi dua celah

Materi

1 Contoh gejala interferensi

2 Interferensi dua celah


Syarat untuk pola gelap dan terang
Pola intensitas
Cara fasor

3 Interferensi tiga celah

4 Interferensi N celah

5 Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 6 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Gejala Difraksi

• Muka gelombang datar yang melewati


celah sempit akan mengalami difraksi.
• Setelah melewati celah sempit,
terbentuklah muka gelombang
lengkung.
• Muka gelombang lengkung dari kedua
celah saling bersuperposisi.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 7 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Interferensi Dua Gelombang Air


Superposisi gelombang EM mirip dengan superposisi pada gelombang air.
Ada titik-titik yang mengalami interferensi konstruktif dan ada pula yang
mengalami interferensi destruktif.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 8 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Interferensi dua celah


Pada layar akan tampak pola gelap-terang.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 9 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Interferensi dua celah

Animasi: Doubleslit3Dspectrum.gif

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 10 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Pembentukan pola gelap-terang

Pola interferensi ditentukan oleh beda fasa dua gelombang yang tiba di
layar.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 11 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Pembentukan pola gelap-terang


• Beda fasa gelombang yang tiba di layar ditentukan oleh beda panjang
lintasan kedua gelombang,

∆φ = kδ = (r2 − r1 ) (1)
λ
• Jika L >> d, kedua lintasan gelombang dapat dianggap sejajar (gambar
kanan).

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 12 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Pembentukan pola gelap-terang

• Pola gelap terjadi jika selisih panjang lintasan kedua gelombang


λ
(δ = d sin θ) adalah kelipatan ganjil dari 2

λ
d sin θ = (2n + 1) (gelap) (2)
2
• Pola terang terjadi jika selisih panjang lintasan kedua gelombang
(δ = d sin θ) adalah kelipatan bulat dari λ

d sin θ = nλ (terang ) (3)

• Pada kasus layar cukup jauh dibanding lebar celah, L >> d,


digunakan pendekatan
y
sin θ ≈ tan θ = . (4)
L
? Bilangan bulat (n = 0, 1, 2, 3, . . .) disebut orde.
Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 13 / 39
Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Contoh 1:

Berkas cahaya monokhromatik dengan panjang gelombang 620 nm datang


pada susunan dua celah yang terpisah sejauh 0,04 mm. Interferensi
diamati pada layar yang berjarak 1,2 m dari celah. Berapa jarak antara
terang pusat dengan terang orde ke 3?

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 14 / 39


Interferensi dua celah Syarat untuk pola gelap dan terang

Contoh 1:

Berkas cahaya monokhromatik dengan panjang gelombang 620 nm datang


pada susunan dua celah yang terpisah sejauh 0,04 mm. Interferensi
diamati pada layar yang berjarak 1,2 m dari celah. Berapa jarak antara
terang pusat dengan terang orde ke 3?

Jawab:
• Jarak antargaris terang dihitung dari posisi y garis terang tersebut.
• Posisi terang pusat: y = 0.
• Posisi terang orde 3: y3 = 0, 055800 m = 5, 6 cm.
• Jarak antara terang pusat dengan terang orde ke 3: y3 − y0 = 5, 6 cm

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 14 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


• Misal medan listrik untuk gelombang yang berasal dari tiap celah
adalah E1 = Em sin (kr1 − ωt) dan E2 = Em sin (kr2 − ωt) (perhatikan
bahwa kedua gelombang memiliki nilai Em , k, dan ω yang sama).

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 15 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


• Misal medan listrik untuk gelombang yang berasal dari tiap celah
adalah E1 = Em sin (kr1 − ωt) dan E2 = Em sin (kr2 − ωt) (perhatikan
bahwa kedua gelombang memiliki nilai Em , k, dan ω yang sama).
• Medan resultan pada layar adalah
   
k k
ER = E1 + E2 = 2Em sin (r1 + r2 ) − ωt cos (r2 − r1 ) . (5)
2 2
A+B A−B
 
X gunakan sin A + sin B = 2 sin 2
cos 2
dan cos(−θ) = cos θ.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 15 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


• Misal medan listrik untuk gelombang yang berasal dari tiap celah
adalah E1 = Em sin (kr1 − ωt) dan E2 = Em sin (kr2 − ωt) (perhatikan
bahwa kedua gelombang memiliki nilai Em , k, dan ω yang sama).
• Medan resultan pada layar adalah
   
k k
ER = E1 + E2 = 2Em sin (r1 + r2 ) − ωt cos (r2 − r1 ) . (5)
2 2
A+B A−B
 
X gunakan sin A + sin B = 2 sin 2
cos 2
dan cos(−θ) = cos θ.
• Ingat bahwa intensitas gelombang EM sebanding dengan rata-rata
kuadrat dari medan, I ∝ E 2 . Sehingga

     
2 2 k 2 k
I ∝ 4Em sin (r1 + r2 ) − ωt) × cos (r2 − r1 ) (6)
2 2
| {z }
1/2

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 15 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


     
k k
I ∝ 4Em2 sin2 (r1 + r2 ) − ωt × cos2 (r2 − r1 )
2 2
| {z }
1/2

• Intensitas cahaya di layar akan ditentukan oleh suku cosinus dari beda
k 2π
fasa 2 (r2 − r1 ) = λ d sin θ.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 16 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


     
k k
I ∝ 4Em2 sin2 (r1 + r2 ) − ωt × cos2 (r2 − r1 )
2 2
| {z }
1/2

• Intensitas cahaya di layar akan ditentukan oleh suku cosinus dari beda
fasa k2 (r2 − r1 ) = 2π
λ d sin θ.
• Pola gelap (I = 0) terbentuk jika suku cosinus bernilai nol, dan ini
terjadi jika k2 (r2 − r1 ) adalah kelipatan ganjil dari π2 .
k π
(r2 − r1 ) = (2n + 1) n = 0, 1, 2, . . . (7)
2 2

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 16 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar


     
k k
I ∝ 4Em2 sin2 (r1 + r2 ) − ωt × cos2 (r2 − r1 )
2 2
| {z }
1/2

• Intensitas cahaya di layar akan ditentukan oleh suku cosinus dari beda
fasa k2 (r2 − r1 ) = 2π
λ d sin θ.
• Pola gelap (I = 0) terbentuk jika suku cosinus bernilai nol, dan ini
terjadi jika k2 (r2 − r1 ) adalah kelipatan ganjil dari π2 .
k π
(r2 − r1 ) = (2n + 1) n = 0, 1, 2, . . . (7)
2 2
Sehingga diperoleh syarat untuk pola gelap
λ
d sin θ = (2n + 1) n = 0, 1, 2, . . . (8)
2
Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 16 / 39
Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar

     
2 k 2 k
I ∝ 4Em2 sin (r1 + r2 ) − ωt × cos (r2 − r1 )
2 2
| {z }
1/2

• Pola terang terbentuk jika suku cosinus bernilai 1, dan ini terjadi jika
k π
2 (r2 − r1 ) adalah kelipatan genap dari 2.

k π
(r2 − r1 ) = (2n) n = 0, 1, 2, . . . (9)
2 2

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 17 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar

     
2 k 2 k
I ∝ 4Em2 sin (r1 + r2 ) − ωt × cos (r2 − r1 )
2 2
| {z }
1/2

• Pola terang terbentuk jika suku cosinus bernilai 1, dan ini terjadi jika
k π
2 (r2 − r1 ) adalah kelipatan genap dari 2.

k π
(r2 − r1 ) = (2n) n = 0, 1, 2, . . . (9)
2 2
Sehingga diperoleh syarat untuk pola terang

d sin θ = nλ n = 0, 1, 2, . . . (10)

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 17 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Pola intensitas di layar

Gelap:
λ
d sin θ = (2n + 1) ,
2

terang:

d sin θ = nλ.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 18 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Contoh 2:
Berkas cahaya monokhromatik dengan panjang gelombang 620 nm datang pada susunan
dua celah yang terpisah sejauh 0,04 mm. Interferensi diamati pada layar yang berjarak
1,2 m dari celah. Buatlah sketsa intensitas interferensi sebagai fungsi dari y , yaitu jarak
titik pada layar terhadap terang pusat.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 19 / 39


Interferensi dua celah Pola intensitas

Contoh 2:
Berkas cahaya monokhromatik dengan panjang gelombang 620 nm datang pada susunan
dua celah yang terpisah sejauh 0,04 mm. Interferensi diamati pada layar yang berjarak
1,2 m dari celah. Buatlah sketsa intensitas interferensi sebagai fungsi dari y , yaitu jarak
titik pada layar terhadap terang pusat.
Jawab:

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 19 / 39


Interferensi dua celah Cara fasor

Interferensi dua celah: cara fasor

• Superposisi dua gelombang juga dapat ditinjau


menggunakan diagram fasor di samping.

E2
ER ER 

E1
kr1-t

E1 = Em sin (kr1 − ωt)


E2 = Em sin (kr1 − ωt + ∆φ)
ER = E1 + E2

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 20 / 39


Interferensi dua celah Cara fasor

Interferensi dua celah: cara fasor

• Superposisi dua gelombang juga dapat ditinjau


menggunakan diagram fasor di samping.
• Resultan ER = 0 jika beda fasa ∆φ ≡ k(r2 − r1 )
adalah kelipatan ganjil dari π. Atau,
E2
ER ER  λ
d sin θ = (2n + 1) . (gelap) (11)
2
E1
kr1-t

E1 = Em sin (kr1 − ωt)


E2 = Em sin (kr1 − ωt + ∆φ)
ER = E1 + E2

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 20 / 39


Interferensi dua celah Cara fasor

Interferensi dua celah: cara fasor

• Superposisi dua gelombang juga dapat ditinjau


menggunakan diagram fasor di samping.
• Resultan ER = 0 jika beda fasa ∆φ ≡ k(r2 − r1 )
adalah kelipatan ganjil dari π. Atau,
E2
ER ER  λ
d sin θ = (2n + 1) . (gelap) (11)
2
E1
kr1-t
• Resultan ER akan maksimum jika ∆φ adalah
E1 = Em sin (kr1 − ωt) kelipatan genap dari π, atau
E2 = Em sin (kr1 − ωt + ∆φ)
ER = E1 + E2 d sin θ = nλ (terang ) (12)

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 20 / 39


Interferensi tiga celah

Materi

1 Contoh gejala interferensi

2 Interferensi dua celah


Syarat untuk pola gelap dan terang
Pola intensitas
Cara fasor

3 Interferensi tiga celah

4 Interferensi N celah

5 Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 21 / 39


Interferensi tiga celah

Interferensi tiga celah

P
r
r
r y r
d 
d

r r

d
d

 
 rr
L  r3r
 dsin

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 22 / 39


Interferensi tiga celah

Interferensi tiga celah

• Medan masing-masing gelombang dan


resultan ketiganya adalah:
E1 = Em sin (kr1 − ωt)
 E2 = Em sin (kr1 − ωt + ∆φ)
E3
E2 = Em sin (kr1 − ωt + 2∆φ)
ER = E1 + E2 + E3
ER
E2  • Beda fasa antara E2 dengan E1 dan
antara E3 dengan E2 adalah
E1 kr1 - t 2π
∆φ = kδ = d sin θ (13)
λ

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 23 / 39


Interferensi tiga celah

Interferensi tiga celah

Diagram fasor untuk beberapa sudut istimewa:

 = 0  = 

ER = 3Em, I ∝9 E 2m ER = Em, I ∝ E 2m

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 24 / 39


Interferensi tiga celah

Interferensi tiga celah

Diagram fasor untuk beberapa sudut istimewa:

2π 4π
Δ ϕ= Δ ϕ= 
3 3
 E2 E1

 E2
E3

E3
E1


ER = 0, I = 0 ER = 0, I = 0

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 25 / 39


Interferensi tiga celah

Interferensi tiga celah


Dari ∆φ = kδ diperoleh hubungan
∆φ
d sin θ = λ. (14)

Sehingga untuk rentang ∆φ = [0, 2π]:

∆φ d sin θ I ∝
0 0 9Em2
2 1
3π 3λ 0
1
π 2λ Em2
4 2
3π 3λ 0
2π λ 9Em2 0 /3 /3 
/2

Pola ini akan berulang untuk (Pola intensitas)

rentang-rentang selanjutnya.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 26 / 39


Interferensi N celah

Materi

1 Contoh gejala interferensi

2 Interferensi dua celah


Syarat untuk pola gelap dan terang
Pola intensitas
Cara fasor

3 Interferensi tiga celah

4 Interferensi N celah

5 Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 27 / 39


Interferensi N celah

Intensitas untuk interferensi celah banyak

Maksimum primer selalu


terletak pada d sin θ = nλ,
jumlah maksimum sekunder
untuk interferensi N celah
adalah N − 2.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 28 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Materi

1 Contoh gejala interferensi

2 Interferensi dua celah


Syarat untuk pola gelap dan terang
Pola intensitas
Cara fasor

3 Interferensi tiga celah

4 Interferensi N celah

5 Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 29 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Interferensi oleh Lapisan Tipis

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 30 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Interferensi Akibat Pemantulan

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 31 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Pemantulan cahaya dan pembalikan fasa

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 32 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Pembiasan (tak ada pembalikan fasa)

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 33 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Pembiasan Cahaya

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 34 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Pembiasan: perubahan kecepatan

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 35 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Pembiasan: perubahan panjang gelombang

• Frekuensi gelombang tidak berubah

fn = f (15)

• Kecepatan dan panjang gelombang


berubah
λ
λn = , (16)
n
c
dengan n ≡ v adalah indeks bias.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 36 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Interferensi oleh lapisan tipis

Dua kemungkinan istimewa untuk sinar yang


mencapai pengamat:
• Sefasa → interferensi konstruktif.
• Beda fasa sebesar π → interferensi
destruktif.

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 37 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Interferensi oleh lapisan tipis: Cincin Newton

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 38 / 39


Interferensi oleh Lapisan Tipis

Ada pertanyaan?
Kontak saya via: courses.fi.itb.ac.id atau
agussuroso@fi.itb.ac.id (tulis pada subjek: K-15)

Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 39 / 39

Anda mungkin juga menyukai