Konsumsi Pakan
Gambar 2.1
Ternak merupakan industri
biologi
Gambar 2.2.
Bagian-bagian otak
Teori Thermostatik
Teori ini berlandasan bahwa ternak akan makan untuk mempertahankan
panas dan akan berhenti makan untuk mencegah hyperthermia. Panas yang
diproduksi dari hasil pencernaan dan metabolisme makanan adalah merupakan
signal dalam pengaturan makan. Thermoreceptor sensitif terhadap perubahan
panas yang terjadi di anterior hipothalamus dan juga di periperal kulit. Sebagai
bukti, pada daerah panas ternak akan mengurangi makannya untuk menurunkan
produksi panasnya.
Sensor Indera
Penginderaan penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa memiliki
peran yang penting dalam menstimulasi selera makan manusia, dan
mempengaruhi jumlah makanan yang dicerna. Pada hewan penginderaan
memiliki peran yang lebih kecil dari pada manusia.
Palatabilitas adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih
dan dimakan. Pengertian palatabilitas berbeda dengan konsumsi. Palatabilitas
melibatkan indera penciuman, perabaan dan perasa. Pada ternak peliharaan
memperlihatkan prilaku mengendus (sniffing) makanan.
Kebanyakan hewan memiliki preferensi dalam menyukai makanan
tertentu, terutama jika memiliki kesempatan memilih. Contohnya, anak babi muda
lebih menyukai larutan gula dibandingkan air, sementara unggas tidak bisa
membedakan rasa manis, tapi tidak dapat mencerna larutan garam dengan
konsentrasi berlebih.
Faktor Fisiologi
Ternak dapat mengatur jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga
intake energi tetap konstan. Konsep bahwa ’ternak makan untuk memenuhi
kalori’ nampak jelas terlihat pada ungas dan ternak monogastrik. Pada Tabel 2.1.
diperlihatkan hasil penelitian untuk membuktikan konsep tersebut. Ayam yang
diberi Ransum No 1 yang memiliki energi yang cukup 8.95 MJ/kg (atau 13,18
MJ/kg ME) mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang normal. Jika kandungan
energi ransum tersebut dikurangi dengan cara menurunkan kualitas ransum
maka konsumsi ransum meningkat hingga 25% lebih banyak dari normal,
sedangkan konsumsi energi menurun 29% dari normal. Pada kondisi ransum
yang rendah energi, jumlah konsumsi energi dibatasi oleh kapasitas alat
pencernaan. Regangan pada alat pencernaan yang meningkatkan aktivitas
syaraf vagus dan menstimulir pusat kenyang di hipothalamus. Pada penelitian
dengan kandungan energi dalam ransum ditingkatkan melebihi normal maka
responnya akan terjadi sebaliknya.
Secara umum hubungan antara konsumsi makanan dengan kebutuhan
energi tidak terkait langsung dengan bobot badan, melainkan dengan bobot
badan metabolik (W 0.75). Hubungan ini berlaku untuk berbagai status fisiologi
ternak, misalnya tikus yang sedang bunting mengkonsumsi energi tiga kali lipat
dari kondisi normal.
Sumber Bacaan
McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal
Nutriotion. Prentice Hall.
Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor