Refkas Placenta Restan
Refkas Placenta Restan
PLACENTA RESTAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
RSI Sultan Agung Semarang
Pembimbing :
dr. Muslich Ashari, Sp.OG
Disusun oleh :
Rima Wulansari
30101206717
1
TINJAUAN PUSTAKA
PERDARAHAN PASCAPERSALINAN
Perdarahan pasca persalinan menurut waktu terjadinya, terdiri dari
perdarahan kala II, perdarahan kala III, dan perdarahan kala IV. Perdarahan kala II
yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir sampai saat plasenta lahir.
Perdarahan kala III adalah perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir sampai
2
segera sesudahnya. Perdarahan kala IV adalah perdarahan sesudah kala III sampai
dengan dua jam kemudian.
Perdarahan pasca persalinan dini yaitu perdarahan yang terjadi dalam
kurun waktu 24 jam setelah plasenta lahir. Perdarahan pasca persalinan lanjut
adalah perdarahan yang terjadi dalam kurun waktu setelah 24 jam pertama sampai
berakhirnya masa nifas. Rerata kehilangan darah pasca persalinan yang masih
dianggap dalam batas normal adalah maksima1 300 ml, sedangkan sebelum
plasenta lahir (kala II) tidak boleh lebih dari 90 ml. Peneliti lain menyatakan
perdarahan sebelum plasenta lahir (kala II) tidak boleh lebih dari 50 ml. Di
Indonesia belum ada nilai baku yang pasti untuk menentukan jumlah perdarahan
pasca persalinan.
Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan perdarahan pasca
persalinan adalah perdarahan pasca persalinan ringan apabila jumlah perdarahan
sekitar 400 ml sampai dengan 600 ml, perdarahan pasca persalinan sedang adalah
jumlah perdarahan 600 ml sampai dengan 800 ml, dan perdarahan pasca
persalinan berat adalah jumlah perdarahan melebihi 800 ml.
Dengan tanda dan gejala secara umum antara lain perdarahan yang
membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam waktu satu atau dua jam, sejumlah
besar perdarahan berwarna merah terang tiap saat setelah minggu pertama
pascapersalinan. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua
bagian yaitu: Perdarahan Postpartum Primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir dan perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-5
sampai ke-15 postpartum.
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, inversio uteri,
laserasi jalan lahir, tertinggalnya sebagian dari plasenta seperti kotiledon atau
plasenta suksenturiata, endometritis puerperalis, gangguan pembekuan darah atau
penyakit darah.
3
1. Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah
20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal
sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama
perdarahan akan lebih besar.
Perdarahan pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada
wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi
daripada perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Perdarahan pascapersalinan meningkat kembali setelah usia 30-35tahun.
2. Perdarahan pascapersalinan dan gravida
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk
multigravida mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan
pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida,
fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya
perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.
3. Perdarahan pascapersalinan dan paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu),
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor
penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal Care
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik
dan mental ibu serta anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas
sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu serta anak dapat diturunkan.
4
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi
kasus risiko tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah
persalinan yang mengakibatkan kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya antenatal care tanda-tanda dini perdarahan
yang berlebihan dapat dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat.
5. Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin
kurang dari 8 gr%. Perdarahan pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah
sebanyak 500 ml atau lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang tepat dan akurat akan mengakibatkan turunnya kadar
hemoglobin dibawah nilai normal.
5
b) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
(termasuk upaya pencegahan perdarahan postpartum)
c) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya
d) Selalu siapkan keperluan tindakan darurat
e) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan
dengan masalah dan komplikasi
f) Atasi syok
g) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan
uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500 cc NS/RL
dengan tetesan per menit).
h) Pastikan plasenta lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir.
i) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
j) Pasang kateter menetap dan pantau masuk keluar cairan.
k) Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik
6
Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam
setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya
bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau perdarahan post partum sekunder.
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab
umum terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca
persalinan sekunder). Pendarahan pasca persalinan lanjut (terjadi lebih dari 24 jam
setelah kelahiran bayi) sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. Pendarahan post partum yang terjadi
segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi
plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada
bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta
dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Sebab-sebab plasenta belum
lahir, bisa oleh karena:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika
lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium.
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta.
7
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke
tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
a. Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g
oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan
dengan 3 x 500mg oral.
b. Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah
atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
c. Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%,
berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
8
seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus
yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri.
B. Manual Plasenta
Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan
perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat
dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit
anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat
putus.
Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan
umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer
Laktat. Anestesi diperlukan jika ada constriction ring dengan memberikan
suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk
mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan
salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain
(tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition
ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari
9
tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di
atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong
fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta,
telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala
tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas
fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan
seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan
fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian
robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
10
Gambar 3. Mengeluarkan plasenta
11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2017
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. S
2. Umur : 22 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 1257882
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat : Ds. Kindal Doyong 04/01 Wonosalam
8. Pendidikan : Mahasiswa
9. Status : Kawin
10. Nama suami : Tn. M
11. Tanggal Masuk : 10 April 2017
12. Ruang : VK
13. Kelas : JKN Non-PBI
B. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 februari 2017
pukul 10.00 WIB di kamar bersalin Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
1. Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien P1A0 usia 23 tahun, post partus spontan di bidan pada
pukul 21.00 tanggal 9 April 2017 dibawa ke IGD RSI Sultan Agung
dengan perdarahan dari jalan lahir. Keadaan umum pasien tampak lemah.
Pasien datang dengan diagnosis retensio placenta dari bidan. Di IGD
dilakukan placenta manual oleh dokter jaga dan placenta berhasil
dilahirkan. Dilakukan observasi perdarahan dan didapati masih keluar
12
darah dari jalan lahir. Kemudian pasien di kirim ke VK dengan diagnosis
dokter jaga plasenta restan.
3. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : Teratur (28 hari)
Lama haid : 7 hari
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan ± 2 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Pasien post partum tanggal 10/04/2017
P1A0
P1 : Laki-laki, BBL 3500 gram, usia sekarang 1 hari, kelahiran
spontan di bidan.
6. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
ANC dilakukan rutin tiap bulan di bidan
7. Riwayat KB
Belum pernah menerapkan KB
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang mahasiswa, suami pasien bekerja sebagai pegawai
swasta. Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS.
Kesan ekonomi : Cukup
9. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
13
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan Umum : Tampak Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
o Tekanan Darah : 125/65 mmHg
o Nadi : 70 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,5 0C
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 56 kg
Indeks Masa Tubuh : 22,76 kg/m2 (normoweight)
2. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (+)
- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-/-), hiperpigmentasi
areola (+)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
14
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
- Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stem fremitus +/+ , nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Abdomen :
Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+), bundle of ring (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Uterus teraba kontraksi kurang
kuat
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+)
- Extremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
3. Status Obstetrikus
- Abdomen
o Inspeksi : Perut datar, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
bekas operasi (-)
o Palpasi : Uterus teraba 3,5 jari dibawah umbilikus,
kontraksi kurang kuat, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani (+), Pekak sisi (-), Pekak alih (-)
o Auskultasi : Bising usus (+)
15
- Genitalia
Externa : Vulva : DBN, Ostium urethra externa : tak
tampak kemerahan, tak tampak discharge,
Vagina : tampak fluksus (+)
Interna (VT) : Dilatasi Ostium Uteri (-), Effacement (-),
nyeri (-), teraba gumpalan jaringan di
vagina. Di handscoon menempel jaringan
plasenta
Inspikulo : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah (tgl 24 februari 2017 Pukul 13.30
WIB)
Darah Rutin
Hb : 11,9 gr/dL
Hematokrit : 34,0 %
Leukosit : 19,56 ribu/uL
Trombosit : 202 ribu/uL
Golongan darah : B, Rhesus (+)
APTT/PTTK : 25,6 detik
Kontrol : 24,2 detik
PPT : 8,6 detik
Kontrol : 10,2 detik
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu : 121 mg/dl
E. RESUME
Pasien P1A0 usia 23 tahun kiriman dari IGD, post partus spontan di
bidan pada pukul 09.00 tanggal 9 April 2017 dengan perdarahan dari jalan lahir.
Keadaan Umum : lemah
Tanda vital : dbn
Indeks Masa Tubuh : normoweight
Status internus : dbn
16
Status Obstetri : P1A0
Pemeriksaan Obstetrikus
Abdomen
o Uterus teraba 3,5 jari dibawah umbilikus, konsistensi keras, nyeri
Genitalia
Inspeksi : Vagina : tampak fluksus (+)
Vaginal Toucher : Dilatasi Ostium Uteri (-), Effacement (-),
nyeri (-), teraba gumpalan jaringan di
vagina. Di handscoon menempel jaringan
plasenta
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Leukositosis
F. DIAGNOSA
Pasien usia 23 tahun P1A0 Perdarahan post partum e.c plasenta restan
G. SIKAP
1. Rencana program kuretase
2. Ijin tindakan (informed consent)
3. Konsul anestesi
H. PROGNOSA
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanam : ad bonam
3. Ad fungsional : ad bonam
I. EDUKASI
1. Memberitahu kondisi pasien kepada keluaga.
2. Memberitahu rencana tindakan terapi yang akan dilakukan
3. Memberitahu tujuan terapi yang diberikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Obstetrical Hemorrhage.
780-808.
Oktober 2013.
http://sigo.it/pdf/epidem_retained_placenta_obstet_gynecol_2012.pdf.
2012.
18