BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Dermatoglifi
1. Sejarah Dermatoglifi
yang mempelopori istilah pola jari pada kulit manusia. Selama lebih dari 40
mencetuskan bahwa sidik jari manusia unik dan tidak dapat diubah. Hal
tersebut digunakan oleh masyarakat India sebagai bukti seperti halnya tanda
Serta pada tahun 1880, Henry Fauld, ahli bedah anatomi manusia asal
sidik jari untuk menyelidiki tindak pidana atau kejahatan. Bukan hanya itu
kemudian metode tersebut diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature and English
Scientific Journal. Pada tahun 1892 metode Fauld dikembangkan lagi oleh
Galton, yang membuat buku berjudul Finger Prints, pada tahun 1893 buku
7
8
dermatoglifi hadir dipelopori oleh Cummin dan Midlo pada tahun 1926.
garis) kulit yang ditemukan pada jari tangan dan kaki pada manusia maupun
down, pada April 1926 Cummin dan Midlo merupakan Profesor anatomi
garis simian. Hal ini terbukti dari data-data pada berbagai buku kedokteran
yang mencatumkan bahwa salah satu ciri sindrom down adalah adanya garis
konsepsi mulai terbentuk bakal garis tangan yang terbentuk seperti balon kecil.
Balon kecil tersebut mulai tertarik ke belakang saat 10-12 minggu sesudah
sesudah konsepsi dan pola garis tangan sudah sempurna terbentuk pada usia
dalam kandungan. Sejak saat itu, tonjolan diujung jari, interdigital, area thenar
minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel saraf otak.
Jumlah garis-garis sidik jari tidak akan berubah setelah bayi dilahirkan karena
pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang (Misbach, 2010). Diketahui
telah terbentuk, maka pola tersebut akan menetap selamanya (Mundijo, 2017).
dikemukan oleh Dr. Harold Cummins. Berdasarkan tokoh ini, sidik jari dibagi
berdasarkan kehadiran titik delta/triradius. Pola sidik jari ada berbagai macam,
1. Tipe arches, yaitu pola sidik jari dengan ciri-ciri tanpa adanya titik delta
/triradii.
10
2. Tipe loops, yaitu pola sidik jari dengan ditandai kehadiran sebuah titik
delta/triradii.
3. Tipe whorls, yaitu pola sidik jari ditandai dengan kehadiranya dua buah
titik delta/triradii
Gambar 1. Klasifikasi Pola Sidik Jari Menurut Dr. Harold Cummins (Sumber:
Misbach, 2010: 68).
B. Intelegensi
1. Sejarah Intelegensi
orang pertama yang meneliti hal tersebut yaitu Sir Frances Galton, seorang
analisa, kosakata, dan memecahkan masalah adalah penentu yang baik dalam
11
menjelaskan 2 benda dapat dikatakan berbeda dan menjelaskan arti untuk istilah-
istilah abstrak. Kemudian Lewis Terman, menyesuaikan dengan tes Binet dan
2. Tes Intelegensi
Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan taraf tinggi
IQ Persentase Klasifikasi
Teoritis Sampel
> 130 2.2 2.6 Sangat superior
120-129 6.7 6.9 Superior
110-119 16.1 16.8 Di atas rata-rata
90-109 50.0 49.1 Rata - rata
80-89 16.1 16.1 Dibawah Rata - rata
70-79 6.7 6.4 Batas lemah
< 69 2.2 2.3 Lemah mental
(Azwar, 2017: 61).
12
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lynn & Meisenberg tentang
Indonesia adalah 87, lebih rendah dibandingkan Malaysia (92), dan Thailand
(91). Negara dengan nilai IQ rata rata yang tinggi didominasi oleh Negara-negara
maju yaitu USA (United State America) (98), UK (United Kanada) (100), China
& Korea Selatan (105), dan yang tertinggi Singapura (108) (Ismanto, Karundeng
&Pondaag, 2015).
pola korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi gen yang serupa
2014: 44). Banyak riset yang telah dilakukan mengenai adanya hubungan
hubungan nilai tes IQ dari satu keluarga adalah sekitar 0,50. Sementara itu,
nilai IQ anak yang diadopsi berkorelasi antara 0,40-0,50 dengan ayah dan
ibu kandungnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah maupun ibu angkatnya.
seseorang yang telah dibawah sejak mereka lahir, karena intelegensi tidak bisa
terlepas dengan otak. Intelegensi seseorang dapat berubah karena gizi yang
(Azwar, 2017: 68). Kualitas yang kaya, merangsang, dan menunjang dapat
Dimulai oleh Cummins dan Midlo (1926) yang menemukan bahwa 53%
penderita Down Sindrom garis simian pada telapak tangan. Penelitian lainnya
Suftini (2007) yang dilakukan di Medan, pola sidik jari pada anak retardasi mental
dengan IQ <70 dan kelompok anak normal. Hasil penelitian menunjukkan proporsi
garis simian lebih tinggi pada kelompok retardasi mental (14%) dibandingkan
kelompok normal sebanyak (8%). Pola sidik jari pada anak normal dan retardasi
mental sama tetapi proporsinya berbeda, urutan yang tertinggi yaitu: loop ulna,
antara lain Cesarik (1996) yang meneliti orang-orang jenius dengan IQ >120 di
di Iran mendapatkan hasil bahwa ada peningkatan frekuensi whorl dan ulnar loop
distal) <300 dan 550> ditemukan pada penderita anak keterbelakangan mental
(IQ<70), sudut atd (axial triradius distal) antara 400-550 ditemukan pada orang
normal dan sudut atd (axial triradius distal) antara 300-400 ditemukan pada orang
cerdas.
yaitu sebuah lembaga pendidikan untuk tunarungu yang didirikan oleh Ny.
Roelfsma Wesselink, seorang istri dari dokter THT (Telinga Hidung dan
Tenggorokan). Selanjutnya pada tahun 1938 oleh suster PNY (Putri Nana Yosef)
juga didirikan sekolah untuk anak tunarungu di Wonoso, oleh para pendiri Charitas
pada tahun 1955 telah terjalinya kerjasama dengan sekolah untuk anak tunarungu di
sekolah, serta pendekatan dan program yang terus dilakukanya (Suparno, 2001:7).
Berdasarkan Permendiknas No. 70 tahun 2009 pasal 3 ayat (1) setiap peserta didik
yang memiliki kelainan emosional, fisik, mental dan sosial atau memiliki bakat
15
tingkat ketunaan yang dialami termasuk ke sekolah SLB-B (sekolah Luar Biasa-B).
tunarungu pada hakikatnya sama dengan anak-anak pada umumnya, yang memiliki
kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan yang sama dengan anak normal. Kondisi
F. Klasifikasi Tunarungu
1). Pada saat sebelum dilahirkan, salah satu atau kedua orang tua anak menderita
tunarungu atau pembawa gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat
genes, recesive gen, dan lain-lain. Kemudian karena penyakit, sewaktu ibu
keracunan obat-obatan, ibu seorang pencandu alkohol, atau ibu tidak hendak
2). Pada saat kelahiran, sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga
3). Pada saat setelah kelahiran (post natal), ketulian yang terjadi karena infeksi,
misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri,
Somantri (2018: 95) Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes
memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus. Tingkat II,
hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.
Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak
anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan
motorik cenderung berkembang lebih cepat. Selain itu kemampuan intelektual anak
tunarungu juga tergantung pada faktor kebahasaan, sesuai dengan derajat ketunaan
H. Sumbangsih Penelitian
Salah satu materi yang berkaitan dengan sumbangsih penelitian adalah materi
manusia dan KD 4.7 Menyajikan data hereditas pada manusia, dapat dilihat pada
lampiran 11. Diharapkan hasil penelitian ini yang berupa media Booklet dapat
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga diharapkan bisa
Palembang. Data yang disajikan pada media booklet berupa data silsilah keluarga
pada anak tunarungu, macam-macam pola sidik jari, dan data tingkat intelegensi
media pendidikan berbentuk buku kecil yang berisi tulisan, gambar atau kedua-
memberikan tampilan yang menarik terdiri paling sedikit 5 halaman paling banyak
buta huruf, serta booklet dapat dibaca semua kalangan karena booklet lebih
sederhana, mudah dibawa dan disimpan (Lutfin, Andyana, & Rehusisma, 2017).
termasuk anak SLB-B Karya Ibu Palembang. Penyajian booklet tepat dijadikan
seperti banyakya gambar dan warna sehingga tampilan booklet terlihat lebih
menarik dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih ketika dibaca.
desainnya yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu, sehingga peserta
didik bisa memahami dengan mudah apa yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Booklet sebagai media pembelajaran yang efektif dan efisien yang
mudah dimengerti, sehingga booklet ini menjadi media pendamping untuk kegiatan
peserta didik.
dan Pola Sidik Jari Pada Kelompok Retardasi Mental dan Kelompok Normal”,
yang dilaksanakan di Medan Pola sidik jari pada anak retardasi mental dengan
garis simian lebih tinggi pada kelompok retardasi mental (14%) dibandingkan
kelompok normal sebanyak (8%). Pola sidik jari pada anak normal dan retardasi
mental sama tetapi proporsinya berbeda, urutan yang tertinggi yaitu: loop ulna,
peningkatan frekuensi ulnar loop dan whorl pada jari telunjuk dengan skor
IQ>120 menyatakan ada hubungan antara pola ulnar loop dan whorl telunjuk
bahwa sudut atd (axial triradius distal) <300 dan 550> ditemukan pada
distal) antara 400 -550 ditemukan pada orang normal dan sudut atd (axial
Kumulatif) > 2,00 didapatkan hasil bahwa frekuensi whorl lebih tinggi dan
diikuti tipe arch, serta jumlah sulur pada ujung jari kedua tangan (kanan dan
diperoleh.
21
intelegensi karena alat tes IQ untuk anak tunarungu masih dirancang dan
gambar pola sidik jari yang diperoleh. Oleh karena itu penulis memposisikan
Ibu Palembang.