Anda di halaman 1dari 9

DERMATITIS SEBOROIK

I. DEFINISI
Dermatitis seboroik (DS) adalah masalah dermatologis yang umum
terjadi yang mempengaruhi daerah seboroik tubuh, seperti kulit kepala,
wajah, dada, aksila, punggung, telinga, dan selangkangan.1,2 Masih banyak
kontroversi mengenai patogenesis DS dan pengelompokannya ke dalam
penyakit kulit sebagai bentuk dermatitis, penyakit jamur, atau penyakit
inflamasi.1

II. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang umum
dijumpai. Penyakit ini terjadi sebanyak 11,6% pada populasi umum dan 70%
pada bayi di bawah tiga bulan.3 Prevalensi dermatitis seboroik memuncak
saat aktivitas kelenjar sebaseus tinggi, yaitu pada tiga bulan pertama
kehidupan (dermatitis seboroik infantil), selama masa pubertas, dan pada
saat ekskresi sebum berkurang setelah berusia 50 tahun. 1 Dermatitis seboroik
lebih sering terjadi pada pria dan biasanya lebih parah di iklim dingin dan
kering serta selama periode stres meningkat.2
Dermatitis seboroik juga terjadi lebih sering pada pasien dengan penyakit
Parkinson dan pada pasien dengan obat-obatan psikotropika tertentu seperti
haloperidol decanoate, lithium, buspirone, dan klorpromazin.3

III. ETIOPATOGENESIS
Ada tiga faktor utama yang berperan dalam etiologi dermatitis seboroik,
yaitu sekresi kelenjar sebaseus, perubahan pada kolonisasi dan metabolisme
mikroflora kulit (Malassezia spp.), serta kerentanan individu dan respon
inang.1
Malassezia adalah genus monofiletik jamur yang ditemukan di kulit
tujuh miliar manusia dan berhubungan dengan beragam kondisi, termasuk
ketombe, dermatitis seboroik, dermatitis atopik, pityriasis versicolor, dan
folikulitis. Malassezia mencakup total 14 spesies, di antaranya M. furfur, M.
pachydermatis, M. sympodialis, M. globosa, M. obtusa, M. restricta, M.

1
slooffiae, M. dermatis, M. japonica, M. yamatoensis, M. nana, M. caprae,
M. equina, dan M. Cuniculi.1
Patofisiologi dermatitis seboroik belum sepenuhnya dipahami. Namun,
mekanisme terapi efektif dan hasil penelitian biomolekuler terbaru
memberikan petunjuk tentang penyebabnya. Kemerahan, gatal, dan
pembentukan scale yang terkait dengan dermatitis seboroik disebabkan oleh
perubahan fungsi sel kulit. Ragi Malassezia menyebabkan respons imun
nonspesifik memulai terjadinya perubahan kulit. Malassezia merupakan
komponen flora kulit yang normal jika berada di kulit, namun pada orang
dengan dermatitis seboroik, ragi Malassezia menyerang stratum korneum.2
Malassezia terbukti memiliki aktivitas lipase yang menghidrolisis
trigliserida sebum manusia dan melepaskan asam lemak tak jenuh seperti
asam oleat dan arakidonat. Metabolit ini mengganggu diferensiasi
keratinosit, mengakibatkan kelainan stratum korneum seperti parakeratosis.
Perubahan tersebut menyebabkan fungsi barrier epidermal terganggu dan
memicu respons inflamasi, dengan atau tanpa peradangan lokal yang
terlihat.2,4 Metabolit ini juga menginduksi keratinosit untuk menghasilkan
sitokin pro-inflamasi seperti IL-1α, IL-6, IL-8 dan TNF-α, sehingga
memperpanjang respon inflamasi.4
Selain itu, dermatitis seboroik juga dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar
sebasea. Kelenjar sebaseus ada di seluruh permukaan kulit manusia, kecuali
di telapak tangan dan telapak kaki. Produksi sebum berada di bawah kontrol
hormonal dan diaktifkan sejak lahir di bawah pengaruh androgen ibu.
Kelenjar sebaseus diaktifkan lagi pada masa pubertas di bawah kendali
androgen pada individu tersebut yang mengakibatkan sekresi sebum
meningkat selama masa remaja, yang tetap stabil antara usia 20 dan 30 tahun
dan kemudian berkurang. Namun, pasien dengan dermatitis seboroik
mungkin memiliki produksi sebum yang normal dan individu dengan
produksi sebum yang berlebihan terkadang tidak berkembang menjadi
dermatitis seboroik. Temuan ini menunjukkan bahwa aktivitas kelenjar
sebaseus sangat berkorelasi dengan dermatitis seboroik, namun produksi
sebum dengan sendirinya bukanlah penyebab yang menentukan.4

2
Kelainan komposisi lipid juga berperan dalam pengembangan dermatitis
seboroik, kemungkinan melalui lingkungan yang menguntungkan bagi
pertumbuhan Malassezia. Pada pasien dengan dermatitis seboroik,
trigliserida berkurang, namun asam lemak bebas dan kolesterol meningkat
tinggi. Peningkatan kadar asam lemak dan kolesterol bebas mungkin
merupakan hasil dari degradasi trigliserida oleh lipase Malassezia. Metabolit
ini meningkatkan pertumbuhan Malassezia dan menyebabkan perekrutan
infiltrat inflamasi di kulit.4
Selain itu, jumlah kejadian dan tingkat keparahan dermatitis seboroik
juga dikaitkan dengan kekebalan tubuh, terutama pada pasien HIV/AIDS.
Suatu penelitian menemukan peningkatan kadar Human Leucocyte Antigen,
yaitu HLA-AW30, HLA-AW31, HLA-A32, HLA-B12 dan HLA-B18 pada
dermatitits seboroik.4
IV. MANIFESTASI KLINIS
Pada bayi, dermatitis seboroik dapat muncul dengan sisik berminyak
putih atau kuning di kulit kepala; Biasanya sembuh secara spontan. 4 Pada
remaja dan orang dewasa, dermatitis seboroik biasanya muncul sebagai lesi
dengan sisik berminyak dan eritematosa pada alis, kulit kepala, lipatan
nasolabial, telinga, dada anterior, dan punggung atas. 2,4 Pada orang dewasa,
dermatitis seboroik bersifat kronis atau sering kambuh. Pruritus tidak selalu
ada pada dermatitis seboroik, tapi sering ada, terutama dalam keterlibatan
kulit kepala.4

A B

D D
3
Gambar 1. (A-B) Dermatitis seboroik pada alis, (C) Dermatitis seboroik pada
kulit kepala, (D) Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial.

Manifestasi klinis dermatitis seboroik secara lebih detail dijelaskan


dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Manifestasi Klinis Dermatitis Seboroik4

Dermatitis Kulit kepala Paling umum terjadi pada bayi.


seboroik Plakat kuning merah dilapisi oleh
pada bayi sisik tebal dan berminyak, muncul
pada 3 bulan pertama kehidupan.
Wajah/ retroauricular Eritematous, salmon-coloured
plaques di dahi, alis, kelopak mata,
lipatan nasolabial, atau daerah
retro-aurikuler
Lipatan tubuh Lesi lembab, mengkilap, dan tidak
bersisik. Cenderung muncul di
leher, aksila, atau inguinal.
Badan Bentuk lebih luas: plak eritema
yang berbatas tegas. Terdapat sisik
yang menutupi perut bagian
bawah.
Dermatitis Kulit kepala Dari deskuamasi ringan sampai
seboroik krusta berwarna madu yang
pada orang menempel di kulit kepala. Bisa
dewasa sampai ke dahi dan membentuk
batas eritematosa bersisik yang
dikenal sebagai "korona
seborrheica".
Wajah/ retroauricular Dahi, alis, glabella atau lipatan
nasolabial. Mungkin menyebar ke
daerah malar dan pipi.
Kelopak mata: Kerak kuning di

4
antara bulu mata. Bisa
menyebabkan blepharitis dengan
krusta berwarna madu.
Daerah retro-aurikular: Krusta dan
fissura. Bisa meluas ke liang
telinga. Ditandai dengan gatal
yang kadang disertai infeksi
sekunder (otitis externa).
Lipatan tubuh Lembab, tampak maserasi dengan
eritema di dasar dan tepi aksila,
umbilikus, lipatan payudara,
genital atau daerah inguinal. Dapat
berkembang menjadi fisura dan
infeksi sekunder.
Dermatitis Pada anak-anak dan orang dewasa dengan AIDS, bagian
seboroik tubuh yang tidak biasa terkena, seperti ekstremitas,
dengan menjadi terkena juga. Manifestasi klinis yang buruk terjadi
imunosupres pada pasien dengan CD4+ kurang dari 200 sel/ mm3.
i

V. DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan dengan melihat lokasi dan
penampakan lesi. Jika diagnosis masih belum jelas, biopsi dapat dilakukan
untuk melihat ada tidaknya parakeratosis di epidermis dan spongiosis yang
mana dapat menandakan adanya dermatitis seboroik.2
Berikut ini adalah beberapa diferensial diagnosis dermatitis seboroik
beserta beberapa perbedaannya dengan dermatitis seboroik:
Tabel 2. Diferensial Diagnosis Dermatitis Seboroik

No Penyakit Perbedaan
1 Psoriasis Biasanya melibatkan palmar, plantar,
kuku dan daerah ekstensor. Ditandai
dengan plakat tebal berbatas tegas

5
dengan sisik putih. Jarang terjadi pada
anak-anak.
2 Dermatitis atopi Ada riwayat keluarga atopi seperti
eksim, rhinitis alergi dan asma.
Likenifikasi fleksural pada orang
dewasa; keterlibatan wajah dan
ekstensor pada bayi dan anak-anak
3 Tinea capitis, corporis Infeksi dermatofita pada kulit kepala
atau badan. Lesinya memiliki tepi aktif
dengan sisik, area kemerahan, dan
sedikit meninggi. Vesikel muncul pada
tepi aktif saat peradangan hebat.
Pemeriksaan KOH dan kultur jamur
mengkonfirmasi diagnosisnya.

VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dermatitis seboroik bertujuan untuk menghambat kolonisasi
jamur, mengurangi pruritus dan eritema, melunakkan krusta, dan mengurangi
inflamasi. Terapi yang biasa digunakan adalah agen antifungal, antiinflamasi,
imunomodulator, dan keratolitik. Terapi alternatif telah dilaporkan juga,
seperti tea tree oil. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
memilih pengobatan meliputi efikasi, efek samping, kemudahan
penggunaan, kepatuhan, dan usia pasien. Terapi sistemik hanya diperlukan
pada lesi yang meluas dan pada kasus yang tidak merespons pengobatan
topikal.
Berikut ini adalah beberapa pilihan obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi dermatitis seboroik.
Tabel 3. Pilihan Terapi Dermatitis Seboroik2,5

Obat Formulas Penggunaan


i
Topikal Antijamur Ketokonazol 2% Shampoo: 1-3
shampoo, kali/minggu

6
2% cream selama 4-8
minggu. Cream: 2
kali sehari.
Flukonazol 2% Shampoo: 2-3
shampoo, kali/ minggu
0.5% gel selama 4 minggu.
Gel: 1-2 kali
sehari.
Mikonazol 2% 2 kali sehari
cream,
gel
Selenium 2.5% Kulit kepala: 2
sulfida shampoo kali/ minggu
selama 2 minggu,
lalu 1 kali/
minggu selama 2
minggu. Ulangi
setelah 4-6
minggu.
Zink 1% Kulit kepala: 2-3
pyrithione shampoo kali/ minggu
Kortikosteroi Hidrokortison 1% cream 1-2 kali/ hari
d
Bethametaso 0.05% 1-2 kali/ hari
n lotion
Fluocinolon 0,01% 1-2 kali/ hari
shampoo,
lotion,
cream
Imuno- Pimecrolimus 1% cream 1-2 kali/ hari
Tacrolimus 0,1% 1-2 kali/ hari
modulator
ointment selama 4 minggu.
Lalu 2 kali/
minggu untuk

7
maintenance.
Tambahan Coal tar 4% 1-2 kali/minggu
shampoo
Lithium 8% 2 kali/ hari
gluconate ointment/ selama 8 minggu
gel
Metronidazol 0.75% 2 kali/ hari
gel selama 4 minggu
Fototerapi UVB 3 kali/ minggu
selama 8 minggu
atau sampai
bersih
Sistemi Itrakonazol 200 mg 1 kali/ hari
k selama 7 hari,
lalu 1 kali/ hari
selama 2
hari/bulan untuk
maintenance.
Terbinafin 250 mg 1 kali/ hari
selama 4-6
minggu atau 12
hari per bulan
selama 3 bulan.

VII. PROGNOSIS
Dermatitis seboroik yang terjadi pada bayi berusia kurang dari tiga bulan
biasanya dapat sembuh sendiri, sedangkan dermatitis seboroik yang terjadi di
usia dewasa cenderung bersifat kronis dan kambuhan.2

VIII. KOMPLIKASI
Dermatitis seboroik pada orang dewasa yang tidak ditangani memiliki
kemungkinan menjadi lebih parah dengan adanya infeksi sekunder.4

IX. DAFTAR PUSTAKA

8
1. Argirov A, Bakardzief I: New Insight into the Ethiopathogenesis of
Seborrheic Dermatitis. Clin Res Dermatol. 2017; 4(1):1-5.
2. Clark GW, Pope SM, Jaboori KA. Diagnosis and Treatment of
Seborrheic Dermatitis. Am Fam Physician. 2015;91(3):185-190.
3. Berk T dan Scheinfeild N. Seborrheic Dermatitis. P&T . 2010; 9(6).
4. Borda LJ, Wikramanayake TC. Seborrheic Dermatitis and Dandruff:
A Comprehensive Review. J Clin Investigat Dermatol. 2015;3(2): 10.
5. Chowdhry S, Gupta S, D’souza P. Topical Antifungals used for
Treatment of Seborrheic Dermatitis. J Bacterial Mycol Open Access.
2017; 4(1) 00076.

Anda mungkin juga menyukai