Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Etika Dalam pergaulan hidup bermasyrakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional
diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata karma,
protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Etika Berasal dari bahasa Yunani Ethos, Yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu atau masyarakat untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, Menurut Martin [1993], etika
didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the performance index or reference for our control
system". Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control", karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Drs.O.P
SIMORANGKIR menjelaskan etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik. Dan Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat, etika adalah Teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal. Satu lagi pengertian Etika menurut Drs.H. Burhanudin Salam adalah Cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dibedakan
menjadi : a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip
moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. c. Etika individual Etika individual menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri. d. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia baik secara perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya

2.2 Profesi Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja
tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan
hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk
bidangbidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas
sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi
itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. 2.3 Kode etik Kode
yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk
maksudmaksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan
suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode Etik Dapat diartikan
pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi,
bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu
profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan
kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat. Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas
etis.(Chung, 1981 )mengemukakan empat asas etis, yaitu :

1. Menghargai harkat dan martabat 2. Peduli dan bertanggung jawab 3. Integritas dalam hubungan 4.
Tanggung jawab terhadap masyarakat Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam
upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu
terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi
Indonesia serta etik profesinya.

A. Kewajiban Umum 1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat 2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan
sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 3. Menjalankan profesinya menurut
standar profesi yang telah ditetapkan. 4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil. 5.
Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan
sumber rujukan yang benar. 6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 7. Melakukan profesinya mengutamakan
kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya. 8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B. Kode etik ahli gizi Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan berjenjang, memiliki kode etik, dan bersifat melayani masyarakat. Etika Profesi terdiri dari
dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan
membatasi tingkah laku manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu. Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi
mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi
gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etika profesinya.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiaban Yang Meliputi Kewajiban
Umum, Kewajiban Terhadap Klien, Kewajiban Terhadap Masyarakat, Kewajiban Terhadap Teman
Seprofesi dan Mitra Kerja, Kewajiban Terhadap Profesi dan diri Sendiri. Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas
prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan
praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi
profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
profesi gizi. B. Kewajiban Terhadap Klien 1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam
lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum. 2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat
yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah
klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum. 3. Menjalankan
profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka
terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial,
jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual. 4. Memberikan pelayanan gizi prima,
cepat, dan akurat. 5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut. 6. Apabila
mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat 1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang


penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi,
pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. 2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi
faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat. 4. Peka terhadap status gizi
masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. 5.
Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai
paktek gizi individu yang baik

6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya
senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-
sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat. 7. Mempromosikan atau
mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau,
menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi
Dan Mitra Kerja 1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara
optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra
kerja di masyarakat. 2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi
atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat. 3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada
sesama profesi dan mitra kerja. E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri 1. Mentaati, melindungi
dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. 2. Memajukan dan memperkaya
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu
dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan
3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta
senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar. 4.
Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk
menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan). 5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan
hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum. 6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya
agar dapat bekerja dengan baik. 7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan
perseorangan atau kebesaran seseorang. 8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi. 2.4 Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi Standar kompetensi ahli gizi disusun
berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli
gizi adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah
tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus
adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya
malpraktek gizi (Persagi, 2010). 2.4.1 Peran Ahli Gizi Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki
3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010). 1.
Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja untuk
menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok,
merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan
(Kamus Gizi, 2010). 2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)
mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara
pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien.
Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang
bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan
sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010). 3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang
memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan
mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau
masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi,
2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah),
walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan
konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan
biasanya dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak. Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh
seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh
profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat
dipisahkan. Selain ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian
di bawah ini : 1. Ahli Gizi a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik b. Pengelola pelayanan gizi
di masyarakat c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS d. Pengelola sistem
penyelenggaraan makanan institusi/masal

e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi f. Pelaksana penelitian gizi g. Pelaku pemasaran produk gizi


dan kegiatan wirausaha h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral i. Pelaku praktek
kegizian yang bekerja secara profesional dan etis 2. Ahli Madya Gizi a. Pelaku
tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat c. Penyelia sistem
penyelenggaraan makanan Institusi/massal d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi e. Pelaku
pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dan etis (Persagi, 2010). Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi
belum berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh : 1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah
sakit sehingga belum dapat mencakup semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain. 2.
Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara ahli gizi dan profesi
yang lain belum berjalan secara maksimal. 3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan,
seperti microtoa, knee-height caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline
dan timbangan berat badan. 4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi
tanggung-jawabnya sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit. 5. Belum
dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga memungkinkan pasien yang
berisiko malnutrisi tidak terdeteksi

https://www.academia.edu/35124505/ETIKA_PROFESI_GIZI

II.1 Pengertian Standar Profesi Bidan


Standar profesi bidan merupakan penampilan atau keadaan ideal atau tingkat pencapain
tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal yang dilakukan
oleh seorang bidan. Standar profesi bidan ini diatur dalam Permenkes nomor 369 Tahun 2007.
Standar profesi bidan ini mengatur tentang standar kompetensi bidan, standar pendidikan bidan,
standar pendidikan bidan berkelanjutan, standar pelayanan kebidanan dan standar praktik
kebidanan. Standar profesi bidan ini dibuat berdasarkan paradigma dan falsafah kebidanan tujuan
dibuatnya standar profesi bidan ini adalah untuk menjamin pelayanan yang aman dan
berkualitas, dan sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi bidan

II.2 Bagian-bagian Standar Profesi Bidan


A. Standar Kompetensi Bidan
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat, dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarga.
2. Prakonsensepsi, KB dan Ginekologi.
3. Asuhan Konseling Selama Kehamilan
4. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran
5. Asuhan Ibu Nifas dan Menyusui
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
7. Asuhan Bayi dan Balita
8. Kebidadn Komunitas
9. Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi.
B. Standar Pendidikan Bidan
Standar profesi bidan yang kedua membahas tentang standar pendidikan bidan, standar ini
berisikan:
1. Standar I: Lemabaga Pendidikan
2. Standar II: Faslsafah
3. Standar III: Organisasi
4. Standar IV: Sumber Daya Pendidiak
5. Standar V: Pola Pendidiakan Kebidanan
6. Standar VI: Kurikulum
7. Standar VII: Tujuan Pendidikan
8. Standar VIII: Evaluasi Pendidikan
9. Standar IX: Lulusan
C. Standar Pendidikan Berkelanjutan
Standar profesi bidan yang ke 3 membahas tentang standar pendidikan berkelanjuan.
Standartersebut berisikan:
1. Standar I: Organisasi
2. Stantar II: Falsafah
3. Standar III: Sumber Daya Pendidikan
4. Standar IV: Program Pendidikan
5. Standar V: Fasilitas
6. Standar VI: Dokumen Penyelenggaraan Pendidikan
7. Standar VII: Pengendalian Mutu
D. Standar Pelayanan Kebidanan
Standar profesi bidan yang keempat membahas tentang standar pelayanan kebidanan. Standar
tersebut berisikan:
1. Standar I: Falsafah dan tujuan
2. Standar II: Atministrasi dan pengelolaan
3. Standar III: Staf dan pimpinan
4. Standar IV: Fasilitas dan peralatan
5. Standar V: Kebijakan prosedur
6. Standar VI: Pengembangan Staf dan program pendidikan
7. Standar VII: Standar Asuhan
8. Standar VIII: Evaluasi dan pengendalian mutu
E. Standar Praktik Kebidanan
Standar Profesi bidan yang kelima membahas tentang standar praktik kebidanan. Standar
tersebut berisikan:
1. Standar I: MetodeAsuhan,asuhan kebidanan dilaksanakan metode manajemen kebidanan dengan
: langkah pengumpulan data dan analis data, penentuan diagnosa,perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan dokumentasi.
2. Standar II: Pengkajian, pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukansecara
sistematis dan kesimbangan.Datang yang diperoleh dicatat dan dianalisi.
3. Standar III: Diagnosa Kebidanan,Dirumuskan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan.
4. Standar IV: Rencana Asuhan, dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
5. Standar V: Tindakan,dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan
klien:tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
6. Standar VI: Partisipasi Klien, dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam
rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulian kesehatan.
7. Standar VII: Dokumentasi, monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus
menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
8. Standar VIII:Evaluasi Asuhan Kebidanan, dilaksanakanterusmenerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
9. Standar IX:Dokumentasi,asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Untuk menjadi seorang bidan profesional, harus memenuhi standar profesi bidan
diantarnya standar kompetensi bidan, standar pendidikan, standar pendidikan berkelanjutan,
standar pelayanan kebidanan,dan standar praktik kebidanan.

Standar kompetensi tersebut harus dipenuhi karena itu merupakan keadaan ideal atau
tingkat pencapain tertinggi dan sempurna sebagai batas penerimaan minimal yang dilakukan
oleh seorang bidan. Yang bertujuan untuk menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas dan
sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi bidan.
http://azzahraruhiat.blogspot.com/2016/06/makalah-standar-profesi-bidan-kata.html

A. Standar Profesi Bidan


1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat
selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan – 5 tahun).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

Setiap Kompetensi dilengkapi dengan Pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan
keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan asuhan
kebidanan.

Setiap Bidan harus bekerja Secara profesional dalam melaksanakan profesi asuhan kebidanan ,
dan dalam melaksanakan profesi tersebut Bidan harus bekerja sesuai standar yang meliputi
meliputi :
standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar sumber daya pendidikan, standar
pola pendidikan kebidanan, standar kurikulum, standar tujuan pendidikan, standar evaluasi
pendidikan, standar lulusan, standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan, standar organisasi, standar
falsafah, standar sumber daya pendidikan, standar program pendidikan dan pelatihan, standar
fasilitas, standar dokumen penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan, standar pengendalian
mutu
Standar Pelayanan Kebidanan, standar falsafah, Standar Administrasi Dan Pengelolaan, Standar
Staf Dan Pimpinan, Standar Fasilitas Dan Peralatan, Standar Kebijakan Dan Prosedur, Standar
Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan, Standar Asuhan, Standar Evaluasi Dan
Pengendalian Mutu, standar praktik kebidanan, Standar metode asuhan, Standar pengkajian,
Standar Diagnosa kebidanan, standar rencana asuhan, standar tindakan, standar partisipasi klien,
standar pengawasan, standar evaluasi, standar dokumentasi.
B. KODE ETIK BIDAN INDONESIA

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif
suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam me laksanakan pengabdian profesi.
Kode Etik Bidan Indonesia, meliputi :
Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat :
 Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak
klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
 Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart kesehatannya
secara optimal.

Kewajiban bidan terhadap tugasnya :


 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat
 Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam
mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan
 Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
 Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.
 Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Kewajiban bidan terhadap profesinya :


 Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat
 Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
 Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik
 Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi,
Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
 Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga
http://puputff.blogspot.com/2016/06/standar-profesi-bidan.html
Standar profesi sanitarian

1. 1. STANDAR PROFESI SANITARIAN Disusun Oleh : 1. Erni Lestari (P07133114017) 2. Rahmawati


Happy P (P07133114032) 3. Umniyatul Fuadah (P07133114039) DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
SEMESTER 3 REGULER A (HYGIENE 1)
2. 2. Standar Profesi Sanitarian Kepmenkes No. 373 tahun 2007 tentang Standar Profesi
Sanitarian, Standar Profesi Sanitarian adalah suatu standar bagi profesi kesehatan lingkungan
dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif, terarah, dan terpadu dalam
pembangunan kesehatan nasional.
3. 3. Tujuan Standar Profesi Sanitarian Tujuan umum Sebagai acuan bagi para ahli kesehatan
lingkungan dalam berperan aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional.
Tujuan khusus Sebagai pedoman bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan tugas,
fungsi dan kewenangannya.
4. 4. Peran dan fungsi sanitarian profesional 1. Peran sebagai pelaksana kegiatan kesehatan
lingkungan sebagai pelaksana. Fungsi : Menentukan komponen lingkungan mempengaruhi
kesehatan manusia. Melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran komponen lingkungan
secara tepat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Menginformasikan hasil pemeriksaan
/ pengukuran Menetapkan penyimpangan hasil pemeriksaan terhadap standar baku mutu
sanitasi bersih.
5. 5. 2. Peran sebagai pengelola kesehatan lingkungan. Fungsi : Menganalisis hasil pengukuran
komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan lingkungan. Menginterprestasikan hasil
pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Merancang dan
merekayasa penanggulangan masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia
Mengorganisir penanggulangan masalah kesehatan lingkungan. Mengevaluasi hasil
penanggulangan.
6. 6. 3. Peran Sebagai Pengajar, Pelatih, dan Pemberdayaan Masyarakat . Fungsi :
Menginventarisasi pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang kesehatan
lingkungan. Menentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kesehatan lingkungan yang
perlu diintervensi. Merencanakan bentuk intervensi perubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku tentang kesehatan lingkungan. Melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan kaidah kehatan. Mengevaluasi hasil
intervensi.
7. 7. 4. Peran sebagai peneliti kesehatan lingkungan. Fungsi : Menentukan masalah kesehatan
lingkungan Melaksanakan kegiatan penelitian teknologi tepat
8. 8. Daftar Kompetensi Sanitarian/Kesehatan Lingkungan KEPMENKES No.
373/Menkes/SK/III/2007 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair Melakukan
pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi
air limbah cair Melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara / kebisingan / getaran /
kelembaban udara / kecepatan angin dan radiasi Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara
Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara Melakukan pemeriksaan kualitas fisik
tanah dan limbah padat Melakukan analisis dampak kesehatan lingkungan.
9. 9. Mengelola program keselamatan kerja. hygiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja.
Mengoperasikan alat pengeboran air tanah. Melakukan pengeboran air tanah untuk
pembangunan sarana air bersih. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan
parasitologi makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan
parasitologi sampel usap alat makanan minuman rectum Melakukan survai vector dan
binatang pengganggu Melakukan pengukuran kuantitas (debit) air dan air limbah.
Mengidentifikasi makro dan miro bentos di badan air
10. 10. Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring Melakukan pendugaan air
tanah. Mengoperasikan alat-alat aplikasi pengendalian vektor. Mengelola alat-alat
pengambil sampel udara. Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan (komunikasi)
Mengawasi sanitasi pengelolaan linen. Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai jenisnya.
Melakukan pengendalian vektor dan pengganggu. Melakukan pengelolaan pembuangan
tinja. Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
11. 11. Melakukan surveilence penyakit berbasis lingkungan. Berwirausaha di bidang kesehatan
pelayanan kesehatan lingkungan. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan lingkungan. Menilai kondisi kesehatan perumahaan (kepadatan hunian, lantai,
dinding, atap, ventilasi, jendela, dan penataan ruangan/bangunan). Menerapkan prinsip sanitasi
pengelolaan makanan. Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan, penyimpanan,
pengangkutan & penggunaan pestisida.
12. 12. Mengawasi Sanitasi Tempat-tempat Umum, Industri, Pariwisata, Pemukiman dan Sarana
Transportasi. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
Melakukan intervensi administratif sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah
makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu. Melakukan intervensi sosial sesuai
hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor, dan binatang
pengganggu. Mengelola klinik snitasi.

https://www.slideshare.net/denia28/standar-profesi-sanitarian-56739848

https://www.scribd.com/doc/251301434/makalah-standar-profesi-sanitarian

Anda mungkin juga menyukai