Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEMATIAN PERINATAL

Nama : By. Ny. Kiki Rahmawati 1


Nomor rekam medis : 01461177
Umur : 3 hari
Diagnosa ibu : Kala II Gemelli (preskep-presbo) pada multipara hamil immature
Diagnosa bayi : Gangguan nafas berat e/c HMD, Asfiksia berat, Neonatus, laki-laki, BBLSR, KB, SMK, Lahir spontan dengan ibu kala II immature gemeli, dan Early
onset sepsis
Penyebab kematian : Gagal dan sepsis
Tanggal masuk : 13 Mei 2019 pukul 17.50
Waktu kematian : 16 Mei 2019 pukul 17.15
Tim jaga : dr. Maya / dr. Gita / dr. Inne / dr. Septi / dr. Wati / dr. Giat / dr. Rano / dr. Sofri / dr. Rara / dr. Salman / dr. Dira
Tim meninggal : dr. Sakti / dr. Raffi / dr. Khomey / dr. I nne / dr. Elvan/ dr. Riza / dr. Ibas / dr. Sofri / dr. Kiko / dr. Ami

Hari/
Follow Up Laboratorium Diagnosis Terapi
Tanggal
13/05/2019 G3P2A0, 25 tahun, UK 25+4 minggu Lab 13/05/2019: Kala 2 gemeli (preskep- 1. Pimpin persalinan
17.45 Anak I : Perempuan, 8 tahun, 2600gr, spontan, bidan Hb 10.2, Ht 32, AL presbo) pada multigravida 2. Siapkan resusitasi neonates
Anak II : IUFD, UK 7 bulan , laki-laki, retsiplas di RS dr Oen 19,2, AE 3.78 hamil imature 3. KIE inform consent
PONEK (Sep 2018) AT 253, GDS 107,
Anak III : Hamil ini HbsAg NR

HPMT : 15/04/2018
HPL : 22/08/2019
UK : 25+4 minggu

G3P2A0, 25 tahun, UK 25+4 minggu datang sendiri membawa


rujukan dari RS PKU Muhamadiyah Surakarta sampangan dengan
keterangan G3P2A0 25 minggu dengan kala II immature. Pasien
merasa hamil 6 bulan , gerakan janin masih dirasakan , kenceng-
kenceng teratur sudah dirasakan. Air ketuban belum dirasakan
keluar, lendir darah (+)
Riwayat ANC : rutin di SpOG tiap bulan
RPD : riwayat hipertensi, DM, Asma, jantung, alergi, disangkal.

KU: sedang, CM
VS : TD 110/70 mmHg, HR 88 x/m, RR 18 x/m, T 36,8°C
Mata : CA (-/-), S1 (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dbn
1
Abdomen : Supel NT(-), teraba 3 bagian besar janin, his (+) 3-
4x/10’/40’’-60’’
I : preskep, IU DJJ (+)
II : presbo, IU DJJ (+)
Genital : VT : V/U tenang, dinding vagina dbn, portio tidak teraba,
pembukaan lengkap EFF 100% kepala turun di HIII+, AK (-)
STLD (+) UK (+), penunjuk UUK jam 12
13/05/19 Telah lahir bayi perempuan di ponek 1, pada tanggal 13/05/2019 1. Gangguan nafas berat 1. Bayi tidak bernafas/ tidak
17.50 jam 17.50, lahir secara spontan dengan ibu kala 2 gemeli (prekep- e/c HMD menangis VTP  evaluasi
presbo) pada multigravida hamil imatur 2. Asfiksia berat bayi tidak bernafas DJJ
PONEK I 3. Neonatus, laki-laki, <100x/menit lanjut VTP 
AS 2-3-5 BBLSR, KB, SMK, evaluasi laju nadi >100x/menit
PEDIATRI lahir spontan dengan napas spontan (+) early CPAP
BBL: 700 gram ibu kala II immature FiO2 40% PEEP 7 cmH2O
TB : 31 cm gemeli 2. Rawat ruang NICU keluarga
LK : 24 cm 4. Early onset sepsis menolak
LD : 20 cm 3. Rawat HCU neonatus
LILA : 6 cm 4. Oksigen CPAP FiO2 40% PEEP
7 cmH2O
Status G3P2A0, 25 tahun, UK 25+4 minggu 5. Diet -> OGT puasa sementara
Kehamilan HPMT: 15 November 2018 6. Inf. D5% (80 ml/kgBB/hr) = 56
HPL: 22 Agustus 2019 ml/hr = 2,3 ml/jam
Status Ibu Kala 2 gemeli (prekep-presbo) pada multigravida 7. Obat:
hamil imatur - Inj. Ampicillin sulbactam (59
Status CNS membuka mata (-), menangis kuat (-), gerak aktif mg/kgBB/12 jam) = 35 mg/12
(-) jam
Status CV HR:168 x/m, SpO2 98%, ADP: kuat, CRT < 3 - Inj. Gentamicin (5
detik mg/kgBB/48) = 3.5 mg/48 jam
Status RR: 42 x/m, Air entry: (+) , Retraksi (+) dalam, - Inj. Aminofilin loading (8
Respirasi sianosis (+), gangguan nafas berat mg/kgBB/single dose) = 6 mg
Status GIT Dbn selanjutnya 3 mg/8 jam IV (2
Status GU Dbn mg/8 jam)

Plan:
1. Septic workup
2. Rontgen baby gram

2
14/05/2019 UK: 25+4 minggu 1. Asfiksia berat 1. Oksigen CPAP FiO2 40% PEEP 7
05/00 BBL: 700 gram (riwayat) cmH2O
BBS: 700 gram 2. Gangguan nafas 2. Inf. D5% (80 kgBB/hr) = 2,3
HCU NEO berat e/c HMD dd cc/jam
Status CNS membuka mata (-), menangis kuat (-), gerak aktif Pneumonia 3. Inj. Ampicilin sulbactam (50
PEDIATRI (-) 3. Early onset sepsis mg/kgBB/12 jam) = 35 mg/12
Status CV HR: 168 x/m, Bising: (-), ADP: kuat, CRT < 3 4. Hipotermia berat jam
DPH I detik, Inotropik (+) dobu 5. Neonatus, laki-laki, 4. Inj. Aminofilin loading (8
GDS: 99 Status RR: 42 x/m, SiO2 99%, Air entry: (+) menurun, BBLSR, KB, SMK, mg/kgBB/8 jam) = 2 mg/8 jam
Respirasi Retraksi (+) dalam, sianosis (-), gangguan nafas lahir spontan dengan 5. Inj. Gentamicin (5 mg/kgBB/48
berat ibu kala II immature jam) = 3,5 mg/48 jam
Status GIT Dbn gemeli
Status GU Dbn Plan:
Status Suhu: 35,2°C 1. Septic workup
Staus CNS: (+) 2. Umbilical .....
Status Respirasi: (+) 3. Baby gram
Status Hemodinamik: (+)
Ass: Sepsis neonatorum early onset Monitoring:
1. KUVS + SiO2 per 3 jam
2. BCD per 8 jam
3. GDS per 24jam
14/05/2019 UK: 25+4 minggu Lab 14/05/2019: 1. Asfiksia berat 1. Oksigen CPAP FiO2 40% PEEP 7
07.00 BBL: 700 gram Hs-CRP 0.59 (riwayat) cmH2O
BBS: 700 gram 2. Gangguan nafas 2. Inf. D14% 30 ml + D40% 10 ml
HCU NEO Lab 14/05/2019: berat e/c HMD dd 3. Inj. Ampicilin sulbactam (50
Status CNS membuka mata (+) menurun, menangis kuat (+) Hb 15.5, Ht 45, AL Pneumonia mg/kgBB/12 jam) = 35 mg/12
PEDIATRI menurun, gerak aktif (+) menurun 17.8, AT 153, AE 3. Early onset sepsis jam
Status CV HR: 139 x/m, Bising: (-), ADP: kuat, CRT < 3 4.03, MCV 111, 4. Hipotermia berat 4. Inj. Aminosteril 10% (1,5
DPH I detik, Inotropik (+) dobu MCH 38.2, MCHC 5. Neonatus, laki-laki, gr/kgBB/hr) = 11 ml/hr = 0,4
GDS: 99 Status RR: 42 x/m, SiO2 99%, Air entry: (+) menurun, 34.5, RDW 12.5, BBLSR, KB, SMK, ml/jam IV
Respirasi Retraksi (+) dalam, sianosis (-), gangguan nafas MPV 8.6, PDW 19, lahir spontan dengan 5. Inj. Sulfolipid 20% (1
berat Eosi 1, Baso 0.1, ibu kala II immature gr/kgBB/hr) = -,25 ml/jam
Status GIT Dbn Neu 78.80, Limfo gemeli 6. Inj. Aminofilin (3 mg/kgBB/8
Status GU dbn 12.20, Mono 7. 9, jam) = 2 mg/8 jam
Status Suhu: 35-35,2°C GDS 107, Na 135, 7. Inj. Gentamicin (5 mg/kgBB/48
Staus CNS: (+) K 6.4, Cl 107, Ca jam) = 3,5 mg/48 jam
Status Respirasi: (+) 0.99 8. Inj. Dobutamin (5
Status Hemodinamik: (+) mcg/kgBB/unit) = 6 mg + NaCl
Ass: Sepsis neonatorum early onset 0,9% sd 12 ml -> 0,5 ml/jam IV
9. Suhu inkubator dinaikan -> naik
menjadi 0,5-1°C dan suhu tubuh
3
(36,5°C)

Plan:
1. Baby gram post umbilical..... jika
KU baik -> usul profilaksis
surfaktan
2. Kultur darah (14/05/2019)

Monitoring:
1. KUVS + SiO2 per 3 jam
2. BCD per 8 jam
3. GDS per 24jam
14/05/2019 S: Pasien masih terpasang CPAP, sesak napas tidak bertambah 1. Poliuria Koreksi cairan -> 25 ml dalam 8 jam
13.30 O: 2. Hipovolemia -> NaCl 0,9% 3 ml/8 jam IV
KU: -
HCU NEO HR: 149 x/m Plan: Evaluasi BCD per 8 jam
T: 36,8C
PEDIATRI SpO2 97%
BC: -58.6 ml/jam (8 jam)
D: 10,2 ml/kgBB/jam
14/05/2019 S: Pasien masih terpasang CPAP, sesak napas tidak bertambah Hipotermia ringan 1. Jaga kehangatan
O: 2. Sesuaikan suhu inkubator
HCU NEO KU: baik
HR: 150 x/m
PEDIATRI RR: 36 x/m
T: 36,5°C
SpO2 99%

Thorax:
Pulmo: SDV +/+
Cor: BJ I-II reguler (+), bising (-)
Abdomen: supel (+)
15/05/2019 UK: 25+4 minggu 1. Asfiksia berat 1. Oksigen CPAP FiO2 40% PEEP 7
05.00 BBL: 700 gram (riwayat) cmH2O
BBS: 700 gram 2. Gangguan nafas berat 2. Inf. D5% 46 ml + D40% 6 ml +
HCU NEO e/c HMD dd KCl 1 ml + Ca glukonas 1 ml =
Status CNS membuka mata (+) menurun, menangis kuat (+) Pneumonia 54 ml/jam = 2,3 ml/jam
PEDIATRI menurun, gerak aktif (+) 3. Early onset sepsis 3. Inj. Ampicilin sulbactam (50
Status CV HR: 110-155 x/m, Bising: (-), ADP: kuat, CRT 4. Hipotermia berat mg/kgBB/12 jam) = 35 mg/12
DPH II < 3 detik, Inotropik (+) dobu (riwayat) jam
GDS: 45 5. Neonatus, laki-laki, 4. Inj. Aminosteril 10% (1,5
4
Status RR: 40-50 x/m, SiO2 99%, Air entry: (+) BBLSR, KB, SMK, gr/kgBB/hr) = 11 ml/hr = 0,4
Respirasi menurun, Retraksi (+) minimal, sianosis (-), lahir spontan dengan ml/jam IV
gangguan nafas ringan ibu kala II immature 5. Inj. Sulfolipid 20% (1
Status GIT Dbn gemeli gr/kgBB/hr) = -,25 ml/jam
Status GU Dbn 6. Hiperglikemia 6. inj. Aminofilin (3 mg/kgBB/8
Status Suhu: 35-37,2°C jam) = 2 mg/8 jam
Status CNS: (+) 7. Inj. Gentamicin (5 mg/kgBB/48
Status Respirasi: (+) jam) = 3,5 mg/48 jam
Status Hemodinamik: (+) 8. Inj. Dobutamin (5
Ass: Sepsis neonatorum mcg/kgBB/unit) = 6 mg + NaCl
0,9% sd 12 ml -> 0,5 ml/jam IV
9. Suhu inkubator dinaikan -> naik
menjadi 0,5-1°C dan suhu tubuh
(36,5°C)

Plan:
1. Baby gram jika KU
memungkinkan
2. Usul profilaksis surfaktan
3. Tunggu hasil kultur darah
(14/05/2019)

Monitoring:
1. KUVS + SiO2 per 3 jam
2. BCD per 8 jam
3. GDS per 24jam
16/05/2019 UK: 25+4 minggu 1. Asfiksia berat 1. Oksigen CPAP FiO2 40% PEEP 7
05.00 BBL: 700 gram (riwayat) cmH2O
BBS: 700 gram 2. Gangguan nafas 2. Inf. D5% 46 ml + D40% 6 ml +
HCU NEO ringan e/c HMD dd KCl 1 ml + Ca glukonas 1 ml =
Status CNS membuka mata (+) menurun, menangis kuat (+) Pneumonia 54 ml/jam = 2,3 ml/jam  stop,
PEDIATRI menurun, gerak aktif (+) 3. Early onset sepsis ganti IVFD D10% 2,9 ml
Status CV HR: 158 x/m, Bising: (-), ADP: kuat, CRT < 3 4. Hipotermia berat 3. Inj. Ampicilin sulbactam (50
DPH III detik, Inotropik (+) dobu (riwayat) mg/kgBB/12 jam) = 35 mg/12
GDS: 46 Status RR: 40-60 x/m, SiO2 99%, Air entry: (+) 5. Neonatus premature, jam
Respirasi menurun, Retraksi (+) minimal, sianosis (-), laki-laki, BBLSR, KB, 4. Inj. Aminosteril 10% (1,5
gangguan nafas ringan SMK, lahir spontan gr/kgBB/hr) = 11 ml/hr = 0,4
Status GIT Dbn dengan ibu kala II ml/jam IV
Status GU Dbn immature gemeli 5. Inj. Sulfolipid 20% (1
Status Suhu: 35,3-37,1°C 6. Hiperglikemia gr/kgBB/hr) = -,25 ml/jam
6. inj. Aminofilin (3 mg/kgBB/8
5
Status CNS: (+) jam) = 2 mg/8 jam
Status Respirasi: (+) 7. Inj. Gentamicin (5 mg/kgBB/48
Status Hemodinamik: (+) jam) = 3,5 mg/48 jam
Ass: Sepsis neonatorum 8. Inj. Dobutamin (5
mcg/kgBB/unit) = 6 mg + NaCl
0,9% sd 12 ml -> 0,5 ml/jam IV
9. Suhu inkubator dinaikan -> naik
menjadi 0,5-1°C dan suhu tubuh
(36,5°C)
10. Insulin 0,05 IU/kgBB = 0,84 IU
dalam NaCl 0,9% s/d 10 ml,
kecepatan 0,5 ml/jam IV

Plan:
1. Baby gram jika KU
memungkinkan
2. Usul profilaksis surfaktan 
tunda
3. Tunggu hasil kultur darah
(14/05/2019)

Monitoring:
1. KUVS + SiO2 per 3 jam
2. BCD per 8 jam
3. GDS per 24jam
16/05/2019 Neonatologi konsul ke Endokrologi
12.02 Jawaban TS Endokrologi :
Terima kasih atas konsulan TS. Kami dapatkan Hyperglikemia
HCU NEO Neonatolrum pada pasien tersebut. Kami usulkan pemberian
insulin 0.05 IU/kgBB/ jam = 0.84 unit + ns s/d 12 ml ~ 0.5 ml/
PEDIATRI jam. BTK

16/05/2019 S: Pasien bradipneu, bradikardi 1. Bradipneu 1. Menghubungi keluarga  tidak


17.00 O: KU sakit berat 2. Bradikardi tersambung
RR: 10 x/m 2. DNR (Pasien sebelumnya sudah
HCU NEO HR: 98 x/mt DNR)
SiO2: -
PEDIATRI

6
16/05/2019 S: Menerima telepon dari keluarga 1. Bradipneu Edukasi perburukan kondisi pasien
17.05 O: Keluarga kurang lebih 1 jam baru sampai di rumah sakit 2. Bradikardi

HCU NEO

PEDIATRI

16/05/2019 S: Pasien henti napas, henti jantung Cardiopulmonary arrest Keluarga belum datang, pasien
17.15 O: HR: - dinyatakan meninggal di hadapan
RR: - perawat
HCU NEO SiO2: -

PEDIATRI

ANALISIS KASUS
Melaporkan kematian perinatal di NICU dengan penyebab kematian adalah gagal nafas. Lahir bayi perempuan di PONEK 1 pada tanggal 13/05/2019
jam 17.50 dengan BBL 700 gram, TB 31 cm, LK 24 cm, LD 20 cm, LILA 6 cm dan APGAR 2-3-5. Bayi dinyatakan meninggal dunia dengan diagnosa gagal
nafas dan sepsis pada 16 Mei 2019 jam 17.15.

Sepsis neonatorum adalah suatu gejala klinis dengan mikroorganisme positif yang didapat dari spesimen steril seperti darah, cairan
7
serebrospinal, dan urin yang di ambil dengan cara steril pada satu bulan pertama kehidupan. Patofisiologi sepsis neonatorum merupakan interaksi
respon komplek antara mikroorganisme patogen dan keadaan hiperinflamasi yang terjadi pada sepsis, melibatkan beberapa komponen, yaitu: bakteri,
sitokin, komplemen, sel netrofil, sel endotel, dan mediator lipid. Faktor inflamasi, koagulasi dan gangguan fibrinolisis memegang peran penting dalam
patofisiologi sepsis neonatorum. Meskipun manifestasi klinisnya sama, proses molekular dan seluler untuk menimbulkan respon sepsis neonatorum
tergantung mikroorganisme penyebabnya, sedangkan tahapan-tahapan pada respon sepsis neonatorum sama dan tidak tergantung penyebab. Respon
inflamasi terhadap bakteri gram negatif dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida (LPS), suatu endotoksin dari dinding sel yang dilepaskan pada saat
lisis, yang kemudian mengaktifasi sel imun non spesifik (innate immunity) yang didominasi oleh sel fagosit mononuklear. LPS terikat pada protein
pengikat LPS saat di sirkulasi. Kompleks ini mengikat reseptor CD4 makrofag dan monosit yang bersirkulasi. Organisme gram positif, jamur dan virus
memulai respon inflamasi dengan pelepasan eksotoksin/superantigen dan komponen antigen sel. Sitokin proinflamasi primer yang diproduksi adalah
tumor necrosis factor (TNF)- α, interleukin (IL)1, 6, 8, 12 dan interferon (IFN). Peningkatan IL-6 dan IL-8 mencapai kadar puncak 2 jam setelah
masuknya endotoksin. Sitokin ini dapat mempengaruhi fungsi organ secara langsung atau tidak langsung melalui mediator sekunder (nitric oxide,
tromboksan, leukotrien, platelet activating factor (PAF), prostaglandin, dan komplemen). Mediator proinflamasi ini mengaktifasi berbagai tipe sel,
memulai kaskade sepsis dan menghasilkan kerusakan endotel

HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat Nafas (SGP) tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera
atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (pernafasan cuping hidung, grunting, tipe pernapasan dispnea / takipnea, retraksi dada, dan
sianosis) yang menetap atau menjadi progresif dalam 48 - 96 jam pertama kehidupan. Penyebabnya adalah kurangnya surfaktan , insidensinya sebesar 60-80%
pada bayi kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi 32-36 minggu, 5% pada bayi kurang dari 37 minggu, dan sangat jarang terjadi pada bayi matur. .Surfaktan
berfungsi mengurangi tegangan permukaan pada rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama ekspirasi. Selain itu dapat
pula mencegah edema paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi.

8
Kurangnya pembentukan atau pelepasan surfaktan, bersama dengan unit respirasi yang kecil dan berkurangnya compliance dinding dada, menimbulkan
atelektasis, menyebabkan alveoli memperoleh perfusi namun tidak memperoleh ventilasi, yang menimbulkan hipoksia. Pada bayi prematur, selain defisiensi
surfaktan, dinding dada compliant, otot nafas lemah dapat menyebabkan kolaps alveolar. Hal ini menurunkan keseimbangan ventilasi dan perfusi, lalu terjadi
pirau di paru dengan hipoksemia arteri progresif yang dapat menimbulkan asidosis metabolik. Dan terjadinya pergeseran keseimbangan metabolisme menjadi
metabolisme anaerob yang berdampak pada produksi laktat berlebih dan hipoksi kronis jaringan yang menuju iskemik dan kematian organ , terjadinya
kegagalan nafas untuk mengkompensasi sehingga terjadi distress nafas berat hingga kematian.

Anda mungkin juga menyukai