Oksigen terlarut
Kandungan oksigen terlarut dalam air bergantung pada suhu, terkanan,
garam-garam terlarut , aktivitas biologi serta adanya senyawa atau unsur yang
mudah teroksidasi yang terkandung dalam air. Makin tinggi suhu, kadar garam
dan tekanan, maka kadar oksigen terlarut dalam air berkurang. Adanya pengaruh
suhu terhadap kelarutan oksigen dalam air, maka adanya hujan yang biasanya
suhunya rendah juga kan menambah oksigen , demikian pula proses oksidasi akan
lebih cepat pada suhu tinggi.
Hampir seluruh gas larut di dalam air, dan banyak diantaranya merupakan
kebutuhan esential bagi kehidupan, Konsentrasi gas dalam air bervariasi dari nol
sampai maksimum atau kondisi saturasi. Kondisi saturasi adalah suatu keadaan
dimana antara gas di atmosfir dan di air dalam equilibrium satu sama lain. Di
alam jarang dijumpai kelarutan gas yang saturasi, kecuali pada air terjun dan
sungai-sungai yang turbulensinya tinggi. Gas terlarut dalam air sering mengalami
defisit. Hal ini dikarenakan pemakaian gas tersebut oleh organisme lebih cepat
2
ketimbang yang difusi melalui permukaan. Suatu kondisi konsentrasi gas dalam
air menjadi supersaturasi karena gas yang dihasilkan dala ekosistem lebih cepat
dari pada gas yang dilepaskan melalui penguapan. Konsentrasi gas di dalam air
ini akan berbeda baik secara horizontal maupun vertikal.
Di dalam ekosistem perairan, tidak ada gas-gas lain yang lebih penting dari
oksigen. Oksigen digunakan untuk respirasi atau pernafasan tumbuhan dan
hewan, proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri, proses oksidasi
bahan-bahan buangan. Oksigen sering merupakan zat kunci yang menentukan
macam dan keberadaan kehidupan dalam air. Kekurangan oksigen berakibat
fatal untuk kebanyakan hewan akuatik seperti ikan. Adanya oksigen juga dapat
menyebabkan keadaan yang fatal bagi banyak jenis bakteri anaerob. Sebaliknya
ada organisme anaeron akan melimpah pada keadaan an aerob. Konsentrasi
oksigen terlarut selalu merupakan hal paling utama yang harus diukur dalam
menentukan sifat biologi sungai atau danau.
Sumber oksigen terlarut terutama berasal dari proses diffusi oksigen dari
udara ke dalam air melalui permukaannya, kemudian disebarkan ke seluruh badan
perairan oleh angin, ombak dan proses pengadukan. Besarnya konsentrasi gas di
atmosfir maupun di dalam air sangat erat kaitannya dan tergantung pula terhadap
daya kelarutan relatif dari air sendiri. Karbon dioksida daya larutnya di dalam air
lebih kurang 200 x kelarutan oksigen, dan oksigen sekitar 2 x kelarutan nitrogen.
Berdasarkan rasio konsentrasi antara oksigen dan nitrogen di udara, maka
kelarutan oksigen di air akan lebih rendah ketimbang nitrogen (Tabel 2).
Tabel 3. Perbandingan konsentrasi saturasi antara gas-gas penting di
atmosfir dan di air
kelimpahan karbon dioksida di atmosfir dan di dalam air adalah sama (0.3 cc/l).
Khusus bagi oksigen, konsentrasi di dalam air sangat terbatas yaitu 7 cc/l, jumlah
ini akan menurun lagi bila kondisi tidak saturasi.
Oksigen menempati 21 % dari atmosfir yang berarti volumenya kurang
lebih 20 cc per l udara. Daya kelarutannya di dalam air sekitar 10 mg/l (7 cc/l)
pada temperatur 14 0 C. Dengan demikian kelimpahan oksigen di atmosfer adalah
sekitar 30 kali dibandingkan di dalam air pada kondisi saturasi, dalam keadaan
defisit kelimpahan tersebut jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan oksigen secara
terus menerus dibutuhkan oleh organisme untuk respirasi.
Oleh karena itu, kemampuan suatu badan air untuk mengisi oksigen
kembali dengan cara kontak dengan atmosfir adalah merupakan suatu hal yang
penting. Aliran air yang masuk juga berpotensi menambah oksigen ke dalam air.
Masuknya aliran ini akan menimbulkan gerakan air sehingga menambah luas
permukaan air yang dapat berhubungan dengan udara yang berarti makin banyak
diffusi oksigen dari udara ke dalam air. Dalam perjalanannya aliran itu juga
bergerak sehingga oksigen yang dikandungnya juga tinggi. Dengan demikian
pada perairan alami, pergolakan di permukaan air, luasnya daerah permukaan
yang terbuka bagi atmosfir dan persentase oksigen dalam udara akan
mempengaruhi banyaknya oksigen yang terlarut di perairan tersebut.
Oksigen di perairan juga dapat berasal dari hasil proses fotosintesa
tumbuhan hijau termasuk fitoplankton yang dapat diungkap sebagai berikut :
6 H2O + 6 CO2 C 6H 12 O6 + 6 O2
Karbon dioksida akan berkurang pada proses fotosinthesa dan sebaliknya
pada proses oksidasi, dekomposisi aerob akan mengurangi oksigen. Oleh karena
itu suatu perairan nampak sebagai pabrik asimilasi, mengeluarkan/memproduksi
oksigen jika terdapat cahaya, sebaliknya pada malam hari atau cuaca berawan
oksigen hilang / digunakan untuk pernafasan dan perombakan.
dioksida yang diambil dari udara. Koefisien absorbsi air akan CO2 pada 150 C
adalah satu dan udara mengandung CO2 kira-kira sebanyak 0.03 % volume, maka
air hujan mengandung kira-kira 0.3 cc atau 0.6 mg/l. CO 2 ini bersenyawa dengan
air membentuk H2 CO3 , asam karbonat yang memperlihatkan sifat asam melalui
disosiasinya menjadi H+ dan HCO- sebagai berikut :
CO2 + H2O H2 CO3 H+ + HCO3- H+ + CO3 2-
Air ini biasanya melalui batuan-batuan kapur yang terutama terdapat pada
lapisan-lapisan dalam tanah. Walaupun sendirinya tidak larut, tetapi batuan-
batuan kapur tersebut segera melarut sebagai Ca (HCO 3 )2 , kalsium bikarbonat,
jika terdapat H2 CO3 :
CaCO3 + H2 CO3 Ca (HCO3 )2
Tidak semua kandungan CO2 di perairan digunakan untuk melarutkan kapur,
yaitu tidak semua bersenyawa menjadi Ca (HCO 3 )2 . Agar supaya kalsium
bikarbonat menjadi mantap, sejumlah CO2 surplus tertentu harus tetap berada
dalam larutan. Jumlahnya bertambah sangat cepat dengan kenaikan kadar kapur.
Karbon dioksida bebas ini, yang perlu untuk mempertahankan kalsium dalam
larutan, disebut karbon dioksida pengimbang. Karbon dioksida ini tidak dapat
melarutkan kalsium karbonat lebih lanjut, karena untuk ini diperlukan sejumlah
karbon dioksida yang berlebihan dari harga pengimbang, yang disebut karbon
dioksida agresif. Apabila larutan kalsium bikarbonat kehilangan CO 2
pengimbang, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ca (HCO3 )2 CaCO3 + CO2 + H2O
Disosiasi ini terjadi dengan pengendapan CaCO3 sampai terdapat cukup
banyak karbon dioksida bebas dalam larutan untuk mencapai suatu keseimbangan
yang baru. Suatu perairan yang kaya akan kapur maka dalam jarak yang dekat
dengan sumbernya, dasar sungai, batu-batu dan sebagainya akan tertutup dengan
endapan kalsium bikarbonat. Sedangkan apabila terdapat sedikit sekali kapur,
pengendapan terjadi sangat lambat dan oleh karenanya pada kebanyakan air
sungai dan danau menunjukkan keadaan lewat jenuh, yaitu mengandung lebih
banyak kalsium karbonat dari pada seharusnya untuk kadar CO2 yang
bersangkutan.
5
tenggelam dan algae, yang dapat merombak bikarbonat, berkembang sangat subur
di tepi danau yang bereaksi basa dan biasanya bebas akan karbon dioksida.
Rangkuman
(Wetzel, 2001)
1. Oksigen terlarut adalah sangat penting pada metabolisme pernafasan
organisme akuatik. Distribusi dari dinamika oksigen pada perairan darat
diatur oleh suatu keseimbangan antara input dari atmosfer, fotosintesa dan
hilangnya oksigen dari okdidari kimia dan bilogis. Distribusi oksigen
penting untuk kebanyakan organisme dan berpengaruh terhadap kelarutan
dan keberadaan dari berbagai nutrien dan selanjutnya terhadap
produktivitas ekosistem.
2. Kelarutan oksigen di dalam air berkurang dengan meningkatnya suhu.
Kelarutan oksigen agak berkurang pada tekanan atmosfer yang lebih
rendah altitude yang lebih tinggi dan pada tekanan hidrostatik yang lebih
tinggi pada danau-danau yang dalam. Kelarutan oksigen berkurang secara
eksponensial dengan meningkatnya kandungan garam.
3. Disebabkan distribusi oksigen dari atmosfer ke dalam air relativ proses
yang lambat, percampuran turbulensi air diperlukan untuk kelarutan
oksigen agar terdistribusi dalam keseimbangan dengan atmosfer.
Meskipun kandungan oksigen kecil, aliran turbulensi mendekati
kejenuhan, ditandai dengan terjadinya variasi spatial dan temporer pada
sungai-sungai yang besar dan seringkali berpasangan dengan variasi
penyebaran dan beban bahan organik yang ada. Air tanah seringkali
seluruhnya kehilangan banyak oksigen sebagai akibat oksidasi kimia dan
biologis.