Anda di halaman 1dari 30

Anatomi dan Fisiologi Serangga

Kuliah Entomologi ke 6, 6 Oktober 2020


Sistem Koordinasi

• Sistem syaraf serangga


terdiri dari : otak,
syaraf ventral, &
ganglia ventral
• Otak terdiri dari 3 bag:
Otak & syaraf Protoserebrum,
deutuserebrum, &
tritocerebrum yg
berhubungan dengan
ganglion sub esofagial &
ganglion protoraks.
• Protoserebrum
mengintegrasikan informasi
dari mata majemuk & ocelli
• Protoserebrum juga
berhubungan dengan
korpora kardiaka, korpora
allata, & korpora
pedunkulata
• Deuteroserebrum mengintegrasikan informasi
dari antenna
• Tritoserebrum terhubung dg alat mulut,
faring, sistem syaraf somatogastrik, ganglion
subesofagial.
• Serangga mempunyai 3 ganglia toraks : ganglia
protorak, mesotorak, & metatorak.
• Ganglia abdominal pada segmen abdomen.
Sistem sensory
• Keberhasilan serangga disebabkan oleh
kemampuannya untuk mengindera dan
menafsirkan, mengidentifikasi dan merespon
secara selektif terhadap signal/ rangsangan dari
lingkungan sekitarnya serta kemampuannya
mengidentifikasi host dan faktor-faktor mikroklimat.
• Signal yang diterima serangga bisa berupa stimuli
mekanis, thermal, kimia, penglihatan atau
bayangan.
Penginderaan stimuli mekanis
Penginderaan stimuli mekanis dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu:
– penginderaan stimuli sentuhan (tactile mechanoreception)
– penginderaan stimuli mekanis posisi (position mechanoreception atau
proprioception)
– penginderaan bunyi (sound reception)

Penginderaan stimuli sentuhan (tactile


mechanoreception)
Reseptor rangsangan ini disebut trichoid
sensillum yang terdiri dari:
 sel-sel trichogen yang menumbuhkan
rambut berbentuk kerucut (conical hairs)
 sel-sel tormogen yang menumbuhkan
socket
 sensory neuron menumbuhkan dendrite
menuju rambut dan axon yang
berhubungan dengan axon lain menuju
CNS.
Penginderaan stimuli mekanis posisi
mechanoreception (proprioception)
Alat penerima dalam penginderaan ini disebut proprioceptors
(self perception receptors) dengan mekanisme kerja sebagai
berikut:
Proprioceptors
(self perception receptors)

Menyampaikan
informasi

 serangga menyadari secara terus menerus posisi relatif


dari bagian tubuh seperti kepala, kaki dan sayap.
 mendeteksi bagaimana orientasi tubuh relatif terhadap
gravitasi.
Macam-macam proprioceptors:
• Hair plate (a) = sensila pada persendian dan
leher yang berhubungan dengan kutikula di
dekatnya.
• Stretch receptors = proprioceptor internal
yang berhubungan dengan kontraksi otot
seperti yang terdapat pada dinding usus.
Receptor ini berfungsi untuk mendeteksi
tegangan usus, kecepatan ventilasi trachea.
• Stress detectors pada kutikula, berupa
campaniform sensillum (b) yaitu sensillum
berneuron tungga terletak pada persendian
kaki dan sayap, pada dasar haltere pada
diptera, pada bagian dorsal dan ventral.
Terdapat beberapa kelompok campaniform
sensilla yang merespon terhadap distorsi
pada persendian sayap ketika terbang.
(After, Chapman, 1982, Snodgrass, 1935)
Pengideraan bunyi (sound reception)
• Bunyi adalah fluktuasi tekanan yang menyebabkan terjadinya
gelombang getaran dan dihantarkan melalui udara atau substrat
termasuk air.
• Serangga dapat mengindera suara frekuensi mulai dari 1 Hz
(siklus per detik) sampai 100.000 Hz ultra suara (ultrasound),
suatu rentang frekuensi yang jauh lebih besar dibanding yang
manusia mampu mengindera yaitu antara 20 dan 20.000 Hz.
• Isyarat bunyi pada serangga berfungsi untuk:
– komunukasi terutama dalam menemukan pasangan kawin.
Jangkrik jantan menarik perhatian betina dengan mengeluarkan
suara panggilan, sehingga betina lebih mudah untuk mendeteksi
keberadaan jantan yang sudah siap untuk kawin.
– mendeteksi kehadiran predator misalnya kelelawar pemakan
serangga yang menggunakan ultrasound.
Penginderaan bunyi Non-tympanal
• Bentuk sederhana: sensitive, elongate, trichoid
sensilla e.g. pada caterpillars Barathra brassicae
mampu mendeteksi suara ~ 150 Hz.
• Organ khusus  subcuticular mechanoreceptors =
chordotonal organs terdiri dari satu atau lebih
scolopodia (Gambar kanan).
• Johnston’s organ:
– Lokasi: ruas ke dua antene (pedicel) atau ruas
ke tiga
– Fungsi:
• mendeteksi kecepatan terbang
• Mendengar pada nyamuk jantan (Culicidae) dan
Chironomidae.
• Subgenual organs:
– Strukctur: terdiri atas sel-sel sensori pada
haemocoel, satu ujung terhubung pada bagian
dalam kutikula tibia dan ujung lainnya ke
tracheae.
– Lokasi: proximal tibia pada setiap kaki.
– Fungsi: merespon suara yang dihantarkan
melalui substrat dari berbagai frkuensi.
Mendeteksi getaran suara pada substrat melalui
kaki.
Penginderaan bunyi secara tympanal
• Melibatkan suatu tympanum (membran) yang dapat merespon bunyi yang
dihasilkan di tempat lain dan dihantarkan melalui udara (air-borne vibration).
Membran tympanal berhubungan dengan chordotonal organ dan kantung udara
yang merupakan modifikasi dari tracheae, berfungsi untuk resonansi gelombang.
• Letak tympanal organ berbeda-beda dari kelompok serangga yang satu ke
serangga yang lain misalnya:
– Ventral thorax, antara kaki-kaki metathorax (pada belalang sembah, mantids)
– Metathorax (pada ngengat malam, noctuid moths)
– Kaki-kaki prothorax (pada beberapa orthoptera)
– Abdomen (pada orthoptera yang lain, gareng po homoptera, ngengat lepidoptera dan
kumbang coleoptera)
– Pangkal sayap (ngengat lepidoptera)
– Prosternum (lalat diptera)
– Cervical membranes (beberapa kumbang coleptera)
• Gelombang bunyi yang sampai pada tympanal organ baik melalui udara maupun
melalui subtrat menyebabkan tympanum bergetar.
• Getaran diterima oleh tiga chordotonal organ yaitu:
– subgenual organ,
– intermediate organ, menerima signal akustik dengan frekuensi 2 – 14 kHz
– crista acustica, terdiri dari sekitar 60 sel skolopodial, menerima frekuensi sekitar 5 –
50 kHz
• Walaupun setiap chordotonal organ mempunyai inervasi syaraf yang terpisah
dan menerima gelombang dengan frekuensi yang berbeda-beda, tetapi signal-
signal yang diterima oleh ketiga organ tersebut dapat diindera dan ditafsirkan
secara terpadu karena ketiga syaraf tersebut terhubung pada suatu titik.
Struktur organ tympanal dari, Decticus (Orthoptera): (a) penampang
lintang prothorax dan kaki depan menunjukkan spiracle dan trache
akustik; (b) penampang lintang pangkal tibia depan; (c) penampang
bujur tibia depan. (After Schwabe, 1906; in Gullan and Cranston, 2000)
Menghasilkan Suara
• Cara yang paling umum untuk menghasilkan suara pada serangga
adalah dengan stridulation yaitu menggosokkan scraper terhadap file.
• File = sederetan gerigi, a series of teeth, kerutan atau tonjolan yang
akan bergetar bila bergesekan dengan gerigi kerutan pada scraper.
File itu sendiri hanya menghasilkan suara kecil sehingga perlu
amplifikasi.
 e.g. lubang di tanah berbentuk terompet
(mole cricket/orong-orong).
 Modifikasi sayap depan (tegmina) dan
internal sacs dari sistem traches.
 File pada jangkrik terbentuk dari pangkal
vena dari satu atau kedua tegmina dan
bergesekan dengan scraper pada sayap
yang lain.
 Cara lain yaitu dengan kontraksi dan
relaksasi otot (lebih dari satu kontraksi per
impulse) pada kutikula lentur yang disebut
tymbal. e.g. pada cicada atau garengpo
jantan. Tymbal terletak dorsolateral, satu
pada masing-masing sisi, pada ruas
pertama abdomen.
Thermal stimuli
Thermoreception
Fungsi dan lokasinya tidak banyak diketahi, diduga ada dua lokasi:
– Penginderaan temperatur dengan antena.
– arolium dan pulvilli pada tarsi (pada kecoa).
Thermoregulation
Serangga adalah poikilothermic = tidak punya cara untuk menjaga
homeothermy. Tapi, pada batas tertentu serangga mampu mengatur suhu tubuh
dengan tingkah laku menggunakan:
– Panas dari luar (ectothermy)
– Mekanisme fisiologis (endothermy), terutama dari metabolisme yang berkaitan dengan
terbang karena sebagian besar energi untuk terbang 94% berubah menjadi panas,
hanya 6% untuk gerak sayap.
Ectothermy:
– Berjemur
– Setae (pada Lymantriidae) digunakan untuk insulator.
– Masuk lubang, berteduh.
– Pada serangga air, suhu tubuh mengikuti suhu air, tidak ada pengaturan suhu tubuh
selain tingkah laku mencari microclimate yang paling sesuai.
Endothermy:
– Otot-otot thorax mempunyai metabolic rate tinggi dan menghasilkan banyak panas.
– Kupu-kupu dan belalang menyelingi produksi panas dengan terbang layang untuk
pendinginan.
– Lebah dan ngengat tidak mampu terbang layang, mencegah overheating dengan
meningkatkan pemompaan haemolymph ke abdomen yang insulasinya sedikit.
Stimuli Kimia
Penginderaan Kimia:
Ada dua macam penginderaan kimia:
Taste = deteksi zat kimia cair, dikenal dengan istilah gustatory.
Smell = deteksi zat kimia gas melalui udara, dikenal dengan istilah olfactory.
uniporous
Chemoreceptors are sensilla
multiporous
hairs
pegs Semua mempunyai
Uniporous sensilla: plates dinding tebal dan pori
pori pada suatu permeable, pada ujung
cekungan kutikula. atau bagian tengahnya
Multiporous sensilla: setae seperti rambut dengan banyak pori bundar menuju
ruang yang disebut pore kettle.

Chemoreceptor yang sangat sensitif berfungsi dalam komunikasi kimia antar


species yang sama. Sensitivitas tinggi dicapai dengan menyebarkan sebanyak
mungkin reseptor pada area seluas mungkin. Antennae pada ngengat Bombyx
mori jantan mempunyai ~ 17000 sensilla. Setiap sensillum mempunyai ~3000 pori,
jadi, ada 45 juta pori per ngengat. Hanya sedikit molekul pheromone dapat
menstimulir impulse syaraf di atas batas ambang, dan menghasilkan perubahan
tingkah laku dengan kurang dari 100 molekul sex pheromone.
Penampang
membujur dari suatu
multiporous olfactory
sensillum (After Birch
& Haynes, 1982,
Zacharuk, 1985)
Antennae dari ngengat
jantan Trictena atripalpis
(Lepidoptera): (a) pandangan
depan kepala menunjukkan
tripectinate antennae; (b)
penampang lintang antenna
menunjukkan tiga cabang;
(c) perbesaran ujung dari
cabang pinggir olfactory
sensilla.
Penglihatan Serangga
Komponen dasar yang diperlukan untuk penglihatan adalah:
• lensa untuk memfokuskan cahaya pada photoreceptors (sel-sel yang mengandung
molekul-molekul photosensitive)
• system syaraf dengan tingkat kompleksitas yang cukup untuk memproses informasi
visual.
Pada serangga, struktur pengindera cahaya adalah rhabdom, yang terdiri atas
• Beberapa retinula (sel syaraf)
• Microvilli yang mengandung pigmen visual.
Ketika cahaya jatuh pada rhabdom,
• pigmen visual berubah konfigurasi,
• perubahan ini menyebabkan perubahan tegangan listrik pada membran sel.
• signal ini ditransmisikan melalui synapsis kimia ke sel-sel syaraf di dalam otak.

Dermal detection
• Melalui permukaan tubuh
• Tidak ada sistem optik dengan struktur memfokuskan
• Hanya berupa reseptor di bawah kutikula.
• e.g. pada serangga buta yang hidup di gua, kecoa yang dihilangkan kepalanya.
• Di dalam otak aphidae terdapat sel-sel yang peka cahaya yang dapat mendeteksi
panjang hari.
Stemmata
• Stemmata adalah satu-satunya organ
penglihatan pada larvae serangga
holometabolous.
• Terletak pada kepala.
• Terdiri dari lensa kutikula.
• Cahaya difokuskan oleh lensa terhadap
rhabdom tunggal (a)
Ocelli
• Beberapa serangga dewasa dan beberapa
nympha mempunyai dorsal ocelli selain mata
faset (compound eyes) (b).
• Ocelli mengintegrasikan cahaya pada area
visual yang luas.
• Mereka sangat peka terhadap cahaya walaupun
dengan intensitas sangat rendah, tetapi tidak
terhadap resolusi cahaya.
• Mereka berfungsi sebagai detektor horizon
untuk mengkontrol pergerakan ketika terbang.
• Mencatat siklus perubahan intensitas cahaya
yang berhubungan dengan rhythme tingkah laku
diurnal. (After Snodgrass, 1935, Wilson, 1978)
Mata Facet (Compound eyes)
• Mata facet merupakan organ
penglihatan yang paling canggih.
• Kebanyakan serangga dewasa dan
nymphs mempunyai sepasang mata
facet yang besar, yang umumnya
mengcover hampir 3600 ruang
pandang.
• Mata facet merupakan pada dasarnya
merupakan kumpulan dari banyak unit
yang disebut ommatidia. Setiap
ommatidium mirip sebuan stemma:
– Mempunyai sebuah lensa kutikula di
atas kerucut kristal.
– Memfokuskan cahaya terhadap
delapan (atau 6 – 10) sel-retinula
yang memanjang.
– Sel-sel retinula mengumpul
sekeliling sumbu memanjang.
Menghasilkan Cahaya
(bioluminescence)
• Beberapa serangga bersimbiosis dengan bakteri atau fungi luminescence.
• self luminescence ditemukan:
– pada beberapa Collembola,
– Hemiptera (fulgorid lantern bug),
– beberapa diptera dan beberapa Family coleoptera (Pengodidae, Drilidae,
Elateridae dan Lampryidae (firefly).
• Enzyme luciferase mengoxidasi substrat luciferin, dengan keberadaan ATP
dan O2

luciferase
Luciferin + O2 Oxy-luciferin + CO2 + light

ATP ADP

• Variasi pada pengeluaran ATP mengatur kecepatan flashing,


• Perbedaan pH menghasilkan variasi dalam frequency (warna) cahaya yang
dipancarkan emitted.
Penglihatan Serangga
Komponen dasar yang diperlukan untuk penglihatan adalah:
• lensa untuk memfokuskan cahaya pada photoreceptors (sel-sel yang mengandung
molekul-molekul photosensitive)
• system syaraf dengan tingkat kompleksitas yang cukup untuk memproses informasi
visual.
Pada serangga, struktur pengindera cahaya adalah rhabdom, yang terdiri atas
• Beberapa retinula (sel syaraf)
• Microvilli yang mengandung pigmen visual.
Ketika cahaya jatuh pada rhabdom,
• pigmen visual berubah konfigurasi,
• perubahan ini menyebabkan perubahan tegangan listrik pada membran sel.
• signal ini ditransmisikan melalui synapsis kimia ke sel-sel syaraf di dalam otak.

Dermal detection
• Melalui permukaan tubuh
• Tidak ada sistem optik dengan struktur memfokuskan
• Hanya berupa reseptor di bawah kutikula.
• e.g. pada serangga buta yang hidup di gua, kecoa yang dihilangkan kepalanya.
• Di dalam otak aphidae terdapat sel-sel yang peka cahaya yang dapat mendeteksi
panjang hari.
External factors Internal factors Behavioural
temperature Nutritional condition Copulation
humidity State of maturation of
photoperiod the oocytes Oviposition
availability of food Fertilization
availability of egg- Sexual receptivity
laying sites Egg activation

Embryogenesis

Sensory receptors

Neuronal transmission

Integration of messages in the brain


Pengendalian
Fisiologis NSC (Neurosecretory cells)
Reproduksi
Peptide hormones
Serangga (After Ovarian ecdysteroidogenic hormone (OEH)
Gullan and Egg development neurohormone (EDNH)
Oostatic hormone
Cranston, 2000) Oviposition peptides
Pheromone production  sexual behaviour

Endocrine glands:
Prothoracic glands, corpora allata,
ovaries

Target tissue
Sistem endokrin
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan di dalam
tubuh suatu organisme dan diangkut, umumnya di
dalam cairan tubuh, dari tempat di mana ia
disintesis ke tempat di mana ia mempengaruhi
berbagai proses fisiologis, walaupun keberadaanya
dalam jumlah yang sangat sedikit.

Pusat endokrin:
Hormon diproduksi oleh:
• neuronal
• neuroglandular
• glandular
• ovarium
• beberapa jaringan yang khusus untuk suatu
pengaturan endokrin
Pusat Endokrin Sel-sel neurosekretori
• Sel-sel syaraf yang mengalami modifikasi dan terdapat
pada berbagai sistem syaraf (di dalam CNS, sistem
syaraf perifer dan sistem syaraf stomodeal), tetapi yang
terbanyak terdapat di dalam otak. Sel-sel ini
menghasilkan neurohormone yang mengatur sintesis dan
sekresi hormone ecdysteroids dan hormon juvenile.
Corpora cardiaca
• Sepasang kelenjar neuroglandular yang terletak pada
kedua sisi dari aorta dn di belakang otak. Mereka
menimbun dan mensekresi neurohormon, termasuk
prothoracicotropic hormone (PTTH), yang berasal dari
NSC dari otak, juga menghasilkan neurohormon sendiri.
PTTH merangsang aktivitas sekresi dari kelenjar
prothoraic.
Kelenjar prothoracic
• Kelenjar yang panjang, berpasangan terletak di dalam
thorax atau di belakang kepala; pada cyclorrhaphous
Diptera mereka adalah bagian dari kelenjar cincin, yang
padanya juga terdapat corpora cardiaca dan corpora
allata. Kelenjar prothoracic mensintesis dan mensekresi
ecdysteroid, umumnya ecdysone (moulting hormone)
yang setelah mengalami hidroksilasi menyebabkan
dimulainya moulting pad epidermis.
Corpora allata
• Sepasang kelenjar yang merupakan derivat dari
epithelium dan terletak pada kedua sisi dari usus depan.
Pada beberapa serangga, mereka bergabung
membentuk kelenjar tunggal. Corpora allata mensintesis
dan mensekresi juvenile hormone (JH) yang berfungsi
untuk mengatur baik methamorphosis maupun
reproduksi.
Hormon:
Ecdysteroids
• adalah istilah umum untuk hormon-hormon steroid yang mempunyai aktivitas
merangsang moulting. Ecdysteroid disintesis dari cholesterol. Oleh karena
serangga tidak mampu mensintesis cholesterol de novo, maka zat ini didapatkan
dari makanannya. Setelah disintesis di dalam kelenjar prothoracic, ecdysone
disekresikan ke haemolymph dan di dalam jaringan target mengalami hidroksilasi
dan menjadi hormone yang aktif yaitu 20-OH-ecdysone (20-hydroxyecdysone).
Ecdysone juga dihasilkan oleh ovarium dan berfungsi untuk pematangan sel-sel
telur yaitu terutama dalam proses pembentukan yolk (vitellogenesis).
Juvenile hormones
• Secara kimia juvenile hormone tergolong dalam keluarga sesquiterpenoid  JH I,
JH II, JH III, JH0
• Fungsi JH adalah:
• dalam perkembangan, JH berfungsi dalam mengendalikan moulting dan
metamorphosis.
• dalam reproduksi JH berfungsi dalam mengendalikan penimbunan yolk, aktivitas
kelenjar accessory dan produksi pheromone.
Neurohormon
• Neurohormon pada umumnya termasuk peptida sehingga sering disebut
neuropeptida. Hormon-hormon ini berfungsi dalam perkembangan, homeostasis,
reproduksi dan metabolisme.
Peran Hormon Juvenile dan Ecdysteroids

Juvenile hormones dan / atau ecdysteroids sangat penting


dalam tahap-tahap reproduksi:

JH  memicu fungsi organ ovaries


accessory glands
fat body

Ecdysteroids  mempengaruhi morphogenesis


Gonad function
Sex pheromones:

• Digunakan untuk mencari lokasi pasangannya dan perkawinan yang


mungkin meliputi dua tahap:
– Sex attraction pheromones beraksi dari jarak jauh (kebanyakan oleh
betina). Konsentrasi semakin naik  semakin dekat.
– Courtship pheromones: digunakan menjelang perkawinan sebagai
aphrodisiac, e.g. pada queen butterfly (Nymphalidae) jantan, seperti
pada beberapa Lepidoptera mempunyai abdominal brush yang dapat
ditonjolkan, menghasilkan pheromone (pyrrolixidine alkaloid =
danaidone) yang dapat mengatasi reaksi menghindar pada yang
betina.
Aggregation pheromones
• Kumbang pinus Californian Barat, Dendroctorus brevicornis
(Scolitidae), menyerang Pinus ponderosa. Ketika sampai pada
suatu pohon baru, para betina yang berkoloni mengeluarkan suatu
pheromone exobrevicomin + myrcene (terpene dari pohon yang
luka). Kedua sex dari species ini tertarik oleh campuran tersebut.
Para jantan yang baru datang mengeluarkan pheromone yang lain
yaitu frontaline. Pengumpulan banyak kumbang akan
mengalahkan sistem pertahanan pohon pinus yang berupa sekresi
resin.
Spacing pheromones
• Setelah kumbang-kumbang tesebut kawin di pohon tersebut kedua
sex menghasilkan anti aggregation pheromone yang disebut
verbenone dan trans verbenone.
Trail marking pheromones
• e.g. pada semut.
Alarm pheromone
• Pheromone ini memberikan tanda bahaya atas kehadiran predator
dan ancaman lain terhadap sarang.
Semiochemical: kairomones,
allomones dan synomones
Kairomones:
• Myrcene, yaitu terpene yang dihasilkan oleh pinus ponderosa yang mengalami
luka karena serangan kumbang pinus, beraksi secara synergy dengan
aggregation pheromones yang menarik lebih banyak kumbang. Jadi, myrcene
beraksi sebagai kairomone (suatu zat kimia yang merugikan organisme yang
memproduksinya).
Allomones:
• Zat kimia yang menguntungkan bagi yang menghasilkannya tetapi berefek netral
bagi yang menerimanya, e.g. zat kimia penolak dan pertahanan yang
memberikan citra tidak enak pada yang menghasilkan sehingga melindunginya
dari predasi, e.g. Lycidae (kumbang), termasuk Metriorrhyncus yang melindungi
dirinya dengan allomone alkylpyrazine yang berbau tak sedap.
Synomones:
• Terpene yang dihasilkan oleh pohon pinus yang terluka merupakan kairomone
bagi kumbang hama, tetapi bila zat kimia yang sama digunakan oleh parasitoid
untuk mendeteksi keberadaan dan menyerang kumbang terseut, terpene beraksi
sebagai synomone.
• Jadi, bila tanaman inang menghasilkan suatu repelent bau seperti terpenoid,
maka zat kimia tersebut dapat beraksi sebagai:
– an allomone that deters non-specialist phytophages.
– a kairomone that attracts a specialist phytophage.
– a synomone that lures the parasitoid of the phytophage.

Anda mungkin juga menyukai