Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REVIEW

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Prasejarah Indonesia

Dosen Pengampu : Arfian Diansyah S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :
WARESQI DEARDO HUTAGALUNG (3193321026)
B REGULER 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
saya sehingga dapat menyelesaikan Critical Jurnal Review dari mata kuliah
Prasejarah Indonesia tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai aspek itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Google
yang telah membantu saya dan memberikan jawaban kepada saya dalam pengerjaan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Medan, Oktober 2019

Waresqi Deardo Hutagalung


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

I.I Latar Belakang ...................................................................................... 1

I.II Tujuan .................................................................................................. 1

I.III Manfaat ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

1. Jurnal Utama ......................................................................... 2

2. Jurnal Pembanding .................................................................. 3


BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8

A. Kesimpulan ............................................................................................. 8

B. Saran ......... ............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Austronesia meliputi kepulauan di samudera Pasifik, samudera Hindia,


Nusantara.Dari Madagaskardi Barat, Ha-wai di utara, pulau Paskah di Timur,
Selandia Baru di Selatan, salah satu daerah rumpun bahasa yangterluas di
dunia.Masih banyak beda pendapat bagaimana penyebarannya dan dimana mulainya.
Umumnya mengikuti alur penyebaran Homo sapiens tersebut di atas. Ada data yang
menarik.

bahasa-bahasa yang secara geografis berada pada wilayah yang berdekatan


dan terbentang di wilayah Barat bagian Utara pulau Sumatera. Keenam bahasa yang
dikaji ini merupakan bahasa-bahasa sebagai turunan dari Protobahasa Austronesia.

2. Tujuan

- Mengetahui penyebaran austronesia

- agar mengetahui penyebaran manusia Austronesia

3. Manfaat

- untuk memahami ras autronesia

- memahami siapa itu ras Austronesia dan penyebarannya


BAB II

PEMBAHASAN

1. JURNAL 1 UTAMA (UNP JURNAL)

jejak-jejak protobahasa Austronesia ada beberapa bahasa di Sumatera yakni


(1) bahasa Aceh, (2) bahasa Batak Toba, (3) bahasa Mandailing, (4) bahasa Kerinci,
(5) bahasa Minangkabau, dan (6) bahasa Mentawai. Keenam bahasa tersebut
merupakan bahasa-bahasa subkelompok Sumatera sebagai bagian dari kelompok
Austronesia Barat Daya yang merupakan kelompok Austronesia Barat. Tujuan
penelitian ini yang akan diungkap di dalam makalah ini adalah untuk menemukan dan
mengkaji refleks (cerminan) etimon protobahasa Austronesia yang terdapat di dalam
enam bahasa tersebut. Keenam bahasa ini yakni (1) bahasa Aceh, (2) bahasa Batak
Toba, (3) bahasa Mandailing, (4) bahasa Kerinci, (5) bahasa Minangkabau, dan (6)
bahasa Mentawai merupakan bahasa-bahasa yang secara geografis berada pada
wilayah yang berdekatan dan terbentang di wilayah Barat bagian Utara pulau
Sumatera. Keenam bahasa yang dikaji ini merupakan bahasa-bahasa sebagai turunan
dari Protobahasa Austronesia. Untuk hal tersebut dapat dilihat pengelompokan bahasa
Austronesia
menurut beberapa ahli. Parera (1991) menjelaskan rumpun bahasa
Austronesia. Untuk menemukan refleks (cerminan) protobahasa Austronesia (PAN)
pada beberapa bahasa daaerah di Sumatera tersebut digunakan metode komparatif
yang bersifat kualitatif. Fernandes (1996:29) menegaskan bahwa metode ini dianggap
sebagai metode andalan para sarjana untuk penelitian linguistik historis komparatif.
Penggunaan metode adalah dengan merekonstruksi hubungan antarabahasa
berdasarkan warisan dari peringkat bahasa yang lebih tinggi yakni PAN ke beberapa
bahasa dengan peringkat yang lebih bawah (top-down reconstruction) yakni bahasa
Aceh, bahasa Batak Toba, bahasa Mandailing, bahasa Kerinci, bahasa Minangkabau,
dan bahasa Mentawai. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa
daftar kosakata dasar dari beberapa penelitian sebelumnya. seperti untuk bahasa
Kerinci, bahasa Minangkabau, dan bahasa Mentawai adalah hasil penelian Ermanto
(2002), untuk Aceh dan bahasa Batak Toba adalah hasil penelian Novita (2011), dan
untuk bahasa Mandailing adalah hasil penelian Seprianti (2010). Data penelitian
untuk PAN digunakan dar etimon PAN yang sudah digunakan oleh Siregar (2010)
dalam penelitiannya.
Jejak etimon Protobahasa Austronesia ditemukan pada keenam bahasa ini
yakni Bahasa Aceh, Batak Toba, Mandailing, Kerinci, Minangkabau, dan Mentawai
yang

2. JURNAL 2 (Primadi Tabrani)

Rumpun bahasa Austronesia meliputi kepulauan di samudera Pasifik,


samudera Hindia, Nusantara.Dari Madagaskardi Barat, Ha-wai di utara, pulau Paskah
di Timur, Selandia Baru di Selatan, salah satu daerah rumpun bahasa yangterluas di
dunia.Masih banyak beda pendapat bagaimanapenyebarannya dan
dimanamulainya.Umumnya mengikuti alur penyebaran Homosapiens tsb di atas. Ada
data yang menarik: pengaruh bahasa bahasa Nusantara di Austronesia lebih besar
daripada pengaruh bahasa bahasa dari Asiaseperti Mongol,Burma atau Indo Arya,
jadi bias dipertanyakan apakah penyebaran bahasa. Benar dari Asia, atau masuk ke
Nusantara Barat dulu, jadi salah satu bahasa Nusantara, baru menyebar ke
Austronesia: Timur, Utara, Selatan, Barat.

3. JURNAL 3 (Truman Simanjuntak)


Austronesia Prasejarah: dimulai sejak kehadiran penutur Austronesia awal di
kepulauan hingga sekitar 2000 BP. Budaya khas pada periode ini dikenal luas sebagai
Neolitik yang dicirikan oleh sedentarisasi, domestikasi, dan inovasi-inovasi teknologi
yang membawa perubahan besar di berbagai bidang kehidupan (Simanjuntak 1992).
Austronesia Protosejarah: berkembang di sekitar 2000 BP-abad IV/V Masehi,
ditandai dengan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, seiring dengan
kemajuan di bidang pelayaran dan perdagangan regional-global. Budaya penanda
pada periode ini adalah praktek penguburan tempayan yang merupakan tradisi
berlanjut prasejarah (Neolitik), benda-benda logam pengaruh Budaya Dongson, dan
Megalitik.

Austronesia Masa Kini: cakupan waktu terhitung sejak kemerdekaan hingga


sekarang, dicirikan oleh lepasnya masyarakat Indonesia dari dominasi budaya asing,
hingga dimulainya proses pembentukan budaya nasional yang merupakan campuran
tradisi-tradisi budaya asli dan budaya modern. Dalam konteks tema 3, penelitian
difokuskan pada tradisi-tradisi budaya asli.

Menyangkut asal-usul dan persebaran Penutur Austronesia di Kepulauan


Nusantara, sejauh ini data pertanggalan tertua berada di Sulawesi (Simanjuntak
2008). Setidaknya empat situs memperlihatkan pertanggalan di antara 3500-3800 BP
dengan pertanggalan dari Minanga Sipakko, Kalumpang sedikit lebih tua (lihat Tabel
1). Keletakan Kalumpang yang di pedalaman Sulawesi mengindikasikan kehadiran
Penutur Austronesia yang paling awal mestinya di wilayah pesisir sebelum mereka
memasuki pedalaman, menghuni Kalumpang. Atas dasar pemikiran inilah secara
umum penutur Austronesia awal diperkirakan sudah memasuki Nusantara di sekitar
4000 tahun yang lalu.

Situs-situs dengan pertanggalan yang lebih muda adalah Bukit Tengkorak,


Sarawak dengan temuan berupa tembikar slip merah, beliung, obsidian, dll dari
lapisan berumur ca. 3000 BP. Temuan situs ini memiliki banyak kesamaan dengan
tinggalan Kalumpang (Chia 2003; Simanjuntak 2006). Situs lainnya adalah Liang
Kawung, Kalimantan Barat dengan temuan berupa tembikar, beliung, dan kubur
manusia dari pertanggalan 3030±180 BP (Chazine 1995). Pertanggalan yang sedikit
lebih muda berasal dari Situs Nanga Balang, Kalimantan Barat dengan penemuan
pecahan-pecahan tembikar dan beliung berumur 2550±100 BP. Dari Sulawesi
persebaran Penutur Austronesia berlanjut ke timur memasuki kepulauan Maluku.
Bukti-bukti tertua ditemukan di Gua Uattamdi di Pulau Kayoa, Maluku Utara dengan
pertanggalan dari sekitar 3300 BP. Di situs ini ditemukan pecahan-pecahan tembikar
slip merah berasosiasi dengan tulang-tulang babi Sus celebensis dan Sus scrofa
(Bellwood 1998). Bukti lain berasal dari situs Pulau Ay, Maluku dengan temuan
pecahan-pecahan tembikar slip merah besama dengan cangkang-cangkang moluska
berumur ca. 3150 BP (Lape 2000). Dari kepulauan Maluku, penutur Austronesia

bermigrasi lebih jauh lagi ke kawasan Pasi k membawa budaya tembikar yang

kemudian berproses menjadi tembikar berciri khas lokal yang dikenal sebagai
Lapita.Persebaran dari Sulawesi menuju selatan memasuki kepulauan Nusa Tenggara
sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa situs Neolitik tertua. Salah satu di antaranya
Lie Siri di Timor Timur dengan tinggalan berupa tembikar berhias dari ca. 3500 BP
(Glover 1986). Situs yang kurang lebih kontemporer adalah Uai Bobo 1 juga di
Timor Tmur dengan tinggalan berupa pecahan-pecahan tembikar yang berasosiasi
dengan tulang-tulang babi (Sus celebencis and Sus scrofa). Situs lain bertarikh
2990±160 BP (Grn-14308) adalah situs hunian pantai Lewoleba di Pulau Lembata
dengan temuan berupa kubur-kubur manusia, tembikar polos dan berhias.

Data baru ditemukan dari Situs Pain Haka, Flores Timur dengan pertanggalan
2700-2500 BP (Simanjuntak et al. 2012). Menempati wilayah pantai di situs ini
ditemukan kubur-kubur manusia di dalam tempayan dan kubur tanpa wadah
berasosiasi dengan cangkang moluska dan sisa ikan, perhiasan dan gelang dari
cangkang, beliung persegi, manik-manik, bandul, wadah tembikar (periuk, cawan,
dan kendi), serta tulang-tulang hewan sebagai sisa hunian dan bekal kubur.
Persebaran ke selatan dan baratdaya mencapai Jawa dan Sumatra. Bukti-bukti tertua
di Jawa terdapat di beberapa situs dan salah satu di antaranya adalah Ponjen,
Purbalingga di Jawa Tengah (3570±210 BP) berupa situs perbengkelan beliung dan
gelang batu (Simanjuntak 2009). Penemuan lainnya terdapat di Song Keplek,
Punung, Jawa Timur, khususnya di lapisan hunian teratas dengan sisa-sisa berupa
pecahan-
BAB III
PEMBAHASAN
1. PERBEDAAN
Buku utama, ditulis oleh Dra. Rahmulyani sangat singkat tapi jelas,
berbeda dengan 3 pembanding buku lainnya tentang “Perkembangan fisik “
sangat terperinci dan mendalam dan mudah dipahami.

2. KEUNGGULAN
Keunggulan jurnal utama :
- Buku ini bisa menjadi acuan bagi mahasiswa untuk belajar tentang
Austronesia
- jurnal ini cukup ringkas, padat dan jelas, sehingga lebih mudah dimengerti
- Memuat daftar isi di setiap babnya, sehingga terpampang jelas sumber-
sumber yang digunakan
- Memiliki metode yang bagus untuk dilihat
- Memiliki tabel pembagian
Keunggulan buku pembanding :
1. JURNAL 2

- Sangat padat dan jelas serta terperinci.

2. JURNAL 3 (Truman Simanjuntak)


- Memiliki gambar jadi enak untuk dibaca

3. KELEMAHAN
Kelemahan buku utama :
- Adanya istilah-istilah yang sulit dimengerti
Kelemahan buku pembanding :
Jurnal 2
- Terlalu singkat, tidak ada chart atau tabel.

Jurnal 3

- Terlalu banyak, seharusnya ada beberapa materi yang dapat dijadikan satu
pembahasan.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia Austronesia meliputi kepulauan di samudera Pasifik, samudera


Hindia, Nusantara.Dari Madagaskardi Barat, Ha-wai di utara, pulau Paskah di Timur,
Selandia Baru di Selatan, salah satu daerah rumpun bahasa yangterluas di
dunia.Masih banyak beda pendapat bagaimana penyebarannya dan dimana mulainya.
Umumnya mengikuti alur penyebaran Homo sapiens tersebut di atas.

B. SARAN

Menurut saya, sudah bagus, tetapi akan jauh lebih baik bila ditambah gambar-
gambar, table ataupun chart, agar ini terlihat menarik. Kurangnya warna dalam jurnal
ini membuat para pembaca kurang tertarik,

DAFTAR PUSTAKA
CADIK SAMUDRA BOROBUDUR : Jenius Lokal Nusantara Primadi Tabrani.pdf

https://www.researchgate.net/publication/316467710_Progres_Penelitian_Austronesi
a_Di_Nusantara

Anda mungkin juga menyukai