Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI PREMATUR

A. DEFINISI
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau
sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan
kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
a. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
b. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
c. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28
minggu.
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,
terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya
berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. 15%
dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim
terdapat lebih dari 1 janin). Di negeri maju angka kejadian kelahiran bayi
prematur ialah sekitar 6% - 7%, sedangkan di negeri yang sedang berkembang
angka kematian ini kurang lebih 3X lipat.
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes
mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana
uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan
premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda,
cidera radiasi (Sacharin. 1996).
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a. Kehamilan
1. Malformasi Uterus
2. Kehamilan ganda
3. TI. Servik Inkompeten
4. KPD
5. Pre eklamsia
6. Riwayat kelahiran premature
7. Kelainan Rh
b. Penyakit
1. Diabetes Maternal
2. Hipertensi Kronik
3. UTI
4. Penyakit akut lain
c. Sosial Ekonomi
1. Tidak melakukan perawatan prenatal
2. Status social ekonomi rendah
3. Mal nutrisi
4. Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
1. Ras
2. Usia (40 tahun)
3. Status sosio ekonomi rendah
4. Belum menikah
5. Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
1. Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
2. Abortus trimester kedua (lebihdari 2x abortus spontan atau elektif)
3. Anomali uterus
4. Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
5. Resiko kehamilan saat ini :
6. Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil,
7. masalah-masalah plasenta (misal :plasentaprevia, solusioplasenta),
pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI),
inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin.
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
1. Nutrisi buruk
2. Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
3. Penyalah gunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
4. Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
1. Stres
2. Iritabilitas uterus
3. Peristiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
4. Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
5. Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
6. Defisiensi progesteron
7. Infeksi
Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
a. Penyakit/kelainan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa, abruptio
placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi dan diabetes
mellitus.
b. Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak adekuat
c. Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi
d. Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang, alkohol,
merokok dan caffeine
C. KLASIFIKASI
a. Persalinan prematur murni sesuai dengan definisi WHO
BATASAN KRITERIA KETERANGAN
Sangat  Usia kehamilan 24-30  Sangat sulit untuk hidup,
premature minggu kecuali dengan inkubator
 BB bayi 1000-1500 g canggih
 Dampak sisanya
menonjol,terutama pada IQ
nerologis dan pertumbuhan
fisiologis
Prematur  Usia kehamilan 31-36  Dengan perawatan cangih
Sedang minggu masih mungkin hidup tanpa
 BB bayi 1501-2000 g dampak sisa yang berat
Premuatur  Usia kehamilan 36-38  Masih sangat mungkin
borderline mingu hidup tampa dampak sisa
 Berat bayi 2001-2499 g yang berat
 Lingkaran kepala 33  Perhatikan kemungkinan :
cm - Ganguan napas
 Lingkaran dada 30 cm - Daya isap lemah
 Panjang badan sekitar - Tidak tahan terhadap
45cm hipotermia
- Mudah terjadi infeksi
b. Persalinan prematur berdasarkan pengolangan faktor penyebab
PENGOLONGAN CRITERIA KETERANGAN
Golongan 1  Dapat terjadi prematur Kejadian persalinan
teratur tidak prematur sangat jarang
menimbulkan berulang dengan sebab
proses “rekuren” yang sama
- solusio plasenta
- plasenta previa
- hidramnion
/oligohidromnion
- kehamilan ganda

Golongan 2  resiko kejadian  sebagian masih


persalinan prematur dapat diupayakan
tidak dapat dikontrol untuk dikendalikan
oleh penderita sendiri  anomali alat
 hamil usia muda ,tua reproduksi sebagian
(umur kurang 18 tahun sulit dikendalikan
atau diatas 40tahun ) sekalipun dengan
 terdapat anomali alat tindakan operasi
reproduksi
Golongan 3  faktor yang  Permasalahan yang
menimbulkan pesalinan dihadapi golongan 3,
prematur dapat sebagian besar
dikendalikan sehinga beraspek sosial
kejadian prematur dapat sehingga perannya
diturunkan : sebagai faktor
1. KEBIASAAN : pemicu persalinan
- Merokok ketagin prematur dapat
obat dikendalikan:
- Kebiasaan kerja - Kemampuan
keras ,kurang pengendalian
tdur dan istirahat faktor sosial
2. Keadaan social yang berada
ekonomi yang ditengah
menyebabkan masyarakat
konsumsi gizi ,merupakan
nutrisi rendah program
3. Kenali berat badan obstetr social
ibu hamil yang - Keberhasilann
kurang ya akan dapat
4. Anomali serviks, dirasakan
serviks inkompeten masyarakan
dan
mempunyai
nilai untuk
meningkatkan
kemampuan
memberikan
pelayanan
bermutu dan
menyeluruh ,
sebagai stategi
sosial.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas.
Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang
memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada
ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi
obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi
yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar.
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena
respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah
adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap rangsangan dingin,
tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme
lemak dari cadangan lemak cokelat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Sterss dingin dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respons terhadap stress dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen.
Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen
berkurang ( hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume
paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelaina paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit terolong oleh haemoglobin fetal ( HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi
paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan
peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaandengan metabolisme lemak cokelat
yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis.
Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak dari
pada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi
ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.
Termoregulasi. Bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk
bertahan hidup karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi
biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan
suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan imatur tidak dapat
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, karena pusat pengatur suhu
pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak cokelat
sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan
tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi
tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks
kapiler kulit juga masih kurang.
E. PATHWAY

Etiologi kelahiran prematur

Faktor ibu faktor janin


- Tumor - kehamilan ganda
- Hipotensi mendadak pada ibu - hidramnion
- Pre eklamsia dan eklamsi. - KPD
- Gangguan mendadak pada plasenta - infeksi
Ganggua aliaran darah

Perfusi O2 kejaringan cyanosis sirkulasi darah ke paru

PO2 darah PCO2 sesak

Gangguan pertukaran gas asidosis respiratori odem paru pola nafas tidak efektif

HB – CO2 metabolisme anaerob CO


As. Laktat
anemi Glikolisis glikogen tubuh
(jantung – hepar) Tonus otot nutrisi ke janin

Daya tahan tubuh Asidosis metabolik Intoleransi aktifitas nutrisi < kebutuhan
Penurunan
perfusi jaringan resiko infeksi
Mengenai otak
Glikogen jantung
kematian
sel otot jantung

HR – TD – Bradikardi
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Bayi Prematur adalah :
a. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.
c. Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relative lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus.
g. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul
apnea.
h. Reflek tonik leher lemah danr efleks morro positif.
i. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora.
j. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah.
k. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
l. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan reflex hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.
m. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga (Surasmi, 2003).
n. Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
o. Otot-otot masih hipotonik
p. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
q. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
r. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagalnapas)
s. Kepala tidak mampu tegak

G. KOMPLIKASI
a. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis secara
spontan dan teratur stelah lahir(Aminullah,2006, hal 709).
b. Hipotermia
Hipotermia adalah peristiwa kehilangan panas yang terjadi bila suhu tubuh
bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5oC - 37oC
(suhu aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dapat
berlanjut dengan kematian (Prawirohardjo, 2006, hal 373).
c. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi.Ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatifbelum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum baik(Budjang, 2006, hal 780).
d. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan
syok
e. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring. (Whaley & Wong, 1995)
f. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
g. Necrotizing Enterocolitas (NEC)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
b. Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
c. Pemantauan gas darah arteri
d. Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan
kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
e. Kimia darah sesuai kebutuhan
1. Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
2. Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
3. LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
 Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
 Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
4. Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi
dari 6.000 – 225.000/ mm³.
5. Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
6. Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
7. Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
8. MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
9. Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
f. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
g. Penyimpangan darah tali pusat

I. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
1. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan
oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk
mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di
rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2
– 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh
sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%.
Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan
sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan
1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara
berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada,
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain
untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah
dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada
bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan
panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan
incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu
incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini
suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah
ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi
dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah
laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan
serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
2. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama
kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi
refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan
ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara
memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan
ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa
lambung.
 Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu
gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin
untuk hari – hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat
diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali
sehari.
 Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan
sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10
– 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 –
1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan
belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik
12X sehari.
 Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
3. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/
hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan
bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia
dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya
atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan
lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang
dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu
botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum
melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap
12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan
setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu
kedua.
4. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal
dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi
tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin
kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan,
baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang
sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat,
bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
 Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan
bayi yang tidak terkena infeksi
 Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang
bayi
 Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai
lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama
1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan
antisptik)
 Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
 Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
 Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian
yang telah disediakan
 Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat
bayi
 Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
 Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang
kaca
5. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum
bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan
menggunakan pipet.
6. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih
cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
7. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya
sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang
menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh
pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat
badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara
umum.(Didinkaem, 2007).
b. Perawatan di rumah
1. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan
berat anak.
2. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau
penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
3. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.
Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil
supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
4. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak
wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK.
Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
5. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,
mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan
berwarna cerah.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam
kandunganterganggu
2. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi ke dinginan atau
suhu tubuh rendah
3. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37
minnggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar
pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang
parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10 normal
4. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda,
hidramnion
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,
TB Paru, Tumor kandungan, Kista, Hipertensi
6. ADL
 Pola Nutrisi
Reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
 Pola Istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia.
 Pola Personal hygiene : tahap awal tidak dimandikan.
 PolaAktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas.
 PolaEliminasi
BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
7. Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum
- Kesadaran compos mentis
- Nadi
180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
120-140X/menit
- RR
80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
- Suhu : kurang dari 36,5 C
 PemeriksaanFisik
- Kepala
Linkar kepala 32-35 cm, rambut hitam atau merah,
panjang rambut 2 cm, kulit wajah kemerahan dan licin.
- Panjang badan
Kurangdari 48 cm .
- Berat badan
Kurang dari 2.500 gram, lapisan lemak subkutan
sedikit/tidak ada.
- Thorax
Lingkar dada 30-38 cm.
- Abdomen
Penonjolan abdomen,tali pusat layu, peristaltic usus
terdengar maksimal kurang dari 5 detik.
- Genetalia
Pada bayi laki-laki testis belum turun ke scrotum, pada
bayi perempuan labio perempuan labio mayora belum
menutupi labia minora .
- Anus
Keluar miconium
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik
bayi dan kemungkinan infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak matanan paru-
paru karena kurang produksi surfactan
5. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplay
O2 ke jaringan
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan tonus otot
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas exchange  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- ketidakseimbangan  Keseimbangan asam Basa, Elektrolit  Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi  Respiratory Status : ventilation  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- perubahan membran  Vital Sign Status  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
kapiler-alveolar  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. tambahan
DS: Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan  Berikan bronkodilator ;
- sakit kepala ketika kriteria hasi: -………………….
bangun  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan -………………….
- Dyspnoe oksigenasi yang adekuat  Barikan pelembab udara
- Gangguan penglihatan  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
DO: tanda tanda distress pernafasan
keseimbangan.
- Penurunan CO2  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
 Monitor respirasi dan status O2
- Takikardi nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
- Hiperkapnia dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
- Keletihan bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) penggunaan otot tambahan, retraksi otot
- Iritabilitas  Tanda tanda vital dalam rentang normal supraclavicular dan intercostal
- Hypoxia  AGD dalam batas normal  Monitor suara nafas, seperti dengkur
- kebingungan  Status neurologis dalam batas normal  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
- sianosis kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
- warna kulit abnormal  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
(pucat, kehitaman) adanya ventilasi dan suara tambahan
- Hipoksemia  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
- hiperkarbia  Observasi sianosis khususnya membran mukosa
- AGD abnormal  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- pH arteri abnormal persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
- frekuensi dan kedalaman tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
nafas abnormal  Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut
jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan pelindung
- Malnutrisi kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Peningkatan paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi petunjuk umum
lingkungan patogen  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
- Imonusupresi timbulnya infeksi infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan  Jumlah leukosit dalam batas normal  Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Berikan terapi antibiotik:.................................
Leukopenia, penekanan  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
respon inflamasi) dalam batas normal lokal
- Penyakit kronik  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi
- Malnutrisi  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
- Pertahan primer tidak kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,  Monitor adanya luka
trauma jaringan,  Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik)  Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
jam
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Adequacy of nutrient  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : c. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
memasukkan atau mencerna Setelah dilakukan tindakan keperawatan serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
biologis, psikologis atau  Albumin serum makanan harian.
ekonomi.  Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
DS:  Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
- Nyeri abdomen  Total iron binding capacity jam makan
- Muntah  Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
- Kejang perut  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
- Rasa penuh tiba-tiba Hb dan kadar Ht
setelah makan  Monitor mual dan muntah
DO:  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Diare konjungtiva
- Rontok rambut yang  Monitor intake nuntrisi
berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Kurang nafsu makan manfaat nutrisi
- Bising usus berlebih  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
- Konjungtiva pucat suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
- Denyut nadi lemah intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway patency  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
energi/kelelahan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
muskulo-skeletal ………..pasien menunjukkan keefektifan pola tambahan
- Kelelahan otot pernafasan nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:  Berikan bronkodilator :
- Hipoventilasi sindrom Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas -…………………..
- Nyeri yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu …………………….
- Kecemasan (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Disfungsi Neuromuskuler dg mudah, tidakada pursed lips) Lembab
- Obesitas Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Injuri tulang belakang merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
keseimbangan.
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
 Monitor respirasi dan status O2
DS: nafas abnormal)
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Dyspnea Tanda Tanda vital dalam rentang normal
- Nafas pendek (tekanan darah, nadi, pernafasan)  Pertahankan jalan nafas yang paten
DO:  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Penurunan tekanan  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
inspirasi/ekspirasi oksigenasi
- Penurunan pertukaran  Monitor vital sign
udara per menit  Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
- Menggunakan otot tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
pernafasan tambahan  Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Orthopnea  Monitor pola nafas
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x
/mnt
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
PERFUSI JARINGAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama PERAWATAN SIRKULASI
TIDAK EFEKTIF : .......x24 jam tidak ada gangguan pada status  Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer (nadi
PERIFER sirkulasi psien dengan indikator: perifer, edema, kapillary refill, warna dan
Definisi : penurunan Tekanan darah sistolik dbn temperatur ekstremitas)
pemberian oksigen dalam Tekanan darah diastolik dbn  Evaluasi nadi perifer dan edema
kegagalan memberi makan Kekuatan nadi dbn  Inpseksi kulit adanya luka
jaringan pada tingkat Rata-rata tekanan darah dbn  Elevasi anggota badan 20 derajat atau lebih tinggi
kapiler. Nadi dbn dari jantung untuk meningkatkan venous return
Tekanan vena sentral dbn  ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
Batasan karakteristik : Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal  Monitor status cairan masuk dan keluar
Perifer : Tidak ada angina  Gunakan therapeutic bed
 Edema AGD dbn
 Dorong latihan ROM selama bedrest
 Tanda hofman positif Kesimbangan intake dan output 24 jam
 Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
 Perubahan karakteristik Perfusi jaringan perifer
 Jaga keadekuatan hidrasi untuk mencegah
kulit (rambut, kuku, Kekuatan pulsasi perifer
peningkatan viskositas darah
kelembaban) Tidak ada pelebaran vena
 Kolaborasi pemberian antiplatelet atau
Tidak ada distensi vena jugularis
 Denyut nadi lemah atau Tidak ada edema perifer antikoagulan
tidak ada  Monitor laboratorium Hb, Hmt
 Diskolorisasi kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
 Perubahan suhu kulit .......x24 jam tidak ada gangguan pada perfusi MONITOR TANDA VITAL

 Perubahan sensasi jaringan perifer pasien dengan indikator: Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR

 Kebiru-biruan Pengisian kapiler Monitor jumlah dan irama jantung

 Perubahan tekanan darah Warna kulit normal Monitor bunyi jantung

di ekstremitas Kekuatan fungsi otot Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Kekuatan kulit
 Terlambat sembuh
Suhu kulit hangat MANAJEMEN CAIRAN
 Pulsasi arterial kurang
Tidak ada nyeri ekstremitas Catat intake dan output cairan
 Warna kulit pucat, warna
Monitor status hidrasi
tidak kembali pada
Monitor tanda-tanda vital
penurunan kaki
Monitor status nutrisi

Faktor yang
berhubungan:
 Hipovolemi
 Hipervolemi
 aliran arteri terputus
 exchange problems
 Aliran vena terputus
 Hipoventilasi
 Kerusahan transport
oksgen melalui alveoler
atau membran kapiler
 Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
 Keracunan enzim
 Perubahan ikatan O2
dengan Hb
 Penurunan konsentasi Hb
dalam darah
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi energi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan emosi secara berlebihan
dengan kebutuhan Kriteria Hasil :  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
Gaya hidup yang disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan pucat, perubahan hemodinamik)
dipertahankan. RR  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
DS:  Mampu melakukan aktivitas sehari hari pasien

 Melaporkan secara (ADLs) secara mandiri  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

verbal adanya kelelahan  Keseimbangan aktivitas dan istirahat Medik dalam merencanakan progran terapi yang

atau kelemahan. tepat.

 Adanya dyspneu atau  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas


yang mampu dilakukan
ketidaknyamanan saat  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
beraktivitas. sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
DO : sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Respon abnormal dari sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
tekanan darah atau nadi diinginkan
terhadap aktifitas  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
 Perubahan ECG : seperti kursi roda, krek
aritmia, iskemia  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai