Kajian Pola Tanam Cabai Keriting (Capsicum annum L.) dengan Tanaman
Tembakau dan Bawang Putih di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
Disusun Oleh
Nama NPM
Ade Candra 143112500150001
Dewi Zaenati 143112500150022
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat anugerah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapang (KKL) dengan judul “Kajian Pola
Tanam Cabai Keriting (Capsicum annum L.) dengan Tanaman Tembakau dan
Bawang Putih di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung,
Jawa Tengah”.
Serangkaian kegiatan yang penulis lakukan, meliputi penelitian survei dan
pengabdian masyarakat di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung, Kabupaten
Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Penulis juga melakukan kunjungan ilmiah
ke PG PS Madukismo, Yogyakarta, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Pertanian (BPSBP) Yogyakarta, dan Pertanian Salak Terpadu, Tempel, Sleman.
Adapun wisata ilmiah ke Candi Borobudur, Hutan Mangrove Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), dan Pantai Jatimalang.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka laporan ini tidak akan terwujud oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih banyak yang tulus kepada:
i
6. Bapak Sugito selaku Ketua Kelompok Tani Al- Fata beserta anggotanya
dan warga masyarakat atas informasi yang telah diberikan kepada penulis
selama di Desa Petarangan.
7. Karyawan dan staf administrasi Fakultas Pertanian Universitas Nasional.
8. Keluarga Ibu Har dan Mas Wignyo serta keluarga Ibu Nur selaku induk
semang selama penulis melaksaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KKL) di
Desa Petarangan.
9. Keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat serta doa dalam
setiap langkah dan tindakan penulis.
10. Kawan-kawan Angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian laporan ini.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak tertulis dalam
laporan Kuliah Kerja Lapang (KKL) ini.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini banyak sekali
kekurangannya baik isi maupun penulisanya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis memohon maaf dengan sedalam-dalamnya dan
mengharapkan keritik dan saran yang membangun untuk mendapatkan hasil yang
baik. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkanya.
Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Desa Petarangan ........................................... 19
4.2. Budidaya Tanaman Cabai ........................................................ 23
4.3. Pola Tanam Tanaman Cabai .................................................... 36
4.4. Produksi yang di Hasilkan dengan Tumpang Sari Bawang
Putih- Cabai dan Cabai- Tembakau ......................................... 38
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 40
5.2. Saran ........................................................................................ 40
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta Desa Petarangan ..................................................................... 44
2. Pola Tanam Tumpangsari di Desa Petarangan, Kecamatan
Kledung Kabupaten Temanggung, Jawa Barat .............................. 45
3. Total Produksi Tanaman Tumpang Sari Bawang Putih-Cabai
Dan Cabai-Tembakau di Desa Petarangan dari Responden ........... 46
4. Dokumentasi di Lapangan .............................................................. 47
vii
I. PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui budidaya dan pola tanam pada tanaman cabai keriting di Desa
Petarangan.
b. Mengetahui pengaruh pola tanam tanaman cabai keriting terhadap
produksi di Desa Petarangan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Monokultur
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis atau
lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam periode waktu
tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam satu tahun,
dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ubi kayu. Rotasi tanam
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-
faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah:
3
b. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan
meningkatkan produktivitas lahan.
c. Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
d. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah
terjadinya erosi.
e. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
hijau.
2.1.3. Polikultur
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau
periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama.
4
2.2. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai
5
2.3. Morfologi Tanaman Cabai
2.3.1. Daun
2.3.2. Batang
Batang pada tanaman cabai akan tumbuh pada ketinggian tertentu saja,
kemudian membentuk banyak cabang. Batang untuk cabai bisa biasanya
berukuran panjang antara 20-50 cm bahkan bisa lebih, batang ini berwarna hijau
tua, hijau muda dan batang batang yang telah berwarna kecoklatan maka batang
sudah mengalami kerusakan pada jaringan parenkim.
2.3.3. Akar
2.3.4. Bunga
6
Bunga tanaman cabai merupakan bunga yang sempurna, karena bunga
jantan dan bunga betina pemasakan dilakukan dengan waktu yang sama,
sedangkan penyerbukan tanaman cabai dibantu dengan angin yang memiliki
kecepatan 10-20 km/jam.
7
mempengaruhi orientasi kloroplas tanaman. Tanaman cabai yang kekurangan
cahaya mengakibatkan tanaman menjadi lemah, pucat, dan pertumbuhannya
cenderung memanjang.
2.4.1. Persemaian
8
Sebelum dipindah ke lapangan dilakukan penguatan bibit dengan jalan
membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari
dan mengurangi Teknologi Budidaya Cabai Merah BB Pengkajian 5
penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari.
Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu dalam bumbungan. Bibit
tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm.
2.4.3. Penanaman
Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting pada saat pemindahan
ke lahan, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan,
temperatur, dan gangguan hama/penyakit.
Sebaiknya cabai ditanam pada bulan agak kering, tetapi air tanah masih
cukup tersedia.
Waktu tanam yang baik juga tergantung jenis lahan, pada lahan kering
pada awal musim hujan, pada lahan sawah pada akhir musim hujan
9
sedangkan pada lahan beririgasi teknis akhir musim hujan (Maret-April)
dan awal musim kemarau (Mei-Juni)
Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang
atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk
kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk
dengan tanah.
Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab
tapi tidak becek
Dipasang mulsa plastik hitam perak dan dibuat lubang tanam.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari
2.4.4. Pemulsaan
Penggunaan mulsa pada budidaya cabai merupakan salah satu usaha untuk
memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan yang baik.
Mulsa dapat memelihara struktur tanah tetap gembur, memelihara
kelembaban dan suhu tanah. Juga akan mengurangi pencucian hara,
menekan gulma dan mengurangi erosi tanah.
Mulsa plastik hitam perak dapat digunakan untuk penanaman cabai,
dipasang sebelum tanam cabai.
Pemasangan mulsa ini ditujukan untuk mempermudah dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman tomat yang akan ditanam, karena mulsa dapat
mengurangi fluktiasi suhu tanah, mengurangi laju evaporasi tanah
sehingga kelembaban tanah dapt dipertahankan, mengurangi kerusakan
(erosi) tanah kearena air hujan,menekan pertumbuhan gulma, mengurangi
gulma, mengurangi pencucian hara terutama unsur nitrogen, dan
meningkatkan mikrobiologi tanah.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabai,
mengurangi kerusakan tanaman karena hama Trips dan tungau, dan
menunda insiden virus.
10
Penggunaan mulsa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) juga dapat
meningkatkan hasil cabai, tetapi mulsa jerami sebaiknya digunakan pada
musim kemarau, dipasang 2 minggu setelah tanam.
2.4.5. Pengapuran
2.4.6. Pemupukan
11
2.4.7. Pengairan
Cabai termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak
tahan terhadap genangan air. Air diperlukan dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan atau kurang. Kelembaban tanah yang ideal 60-80%
kapasitas lapang.
Masa kritis yaitu saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembungaan dan
pembuahan.
Jumlah kebutuhan air per tanaman selama pertumbuhan vegetatif 250 ml
tiap 2 hari, dan meningkat jadi 450 ml tiap 2 hari pada masa pembungaan
dan pembuahan
Sistem irigasi tetes pada lahan kering dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan air dan hasil cabai.
Atau pengairan sistem digenang selama 15-30 menit kemudian airnya
dikeluarkan dari petakan.
2.4.8. Panen
Cabai dapat di panen pertama kali pada umur 70-75 hari setelah tanam
untuk dataran rendah.dan pada umur 4-5 bulan untuk dataran tinggi,
dengan interval panen 3-7 hari.
Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknose segera
dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang
dikirim untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang
akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh.
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang sehat, bentuk
normal dan baik.
Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala.
Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.
12
2.5. Bawang Putih
Persiapan lahan
Persiapan lahan dimulai dengan membuat selokan atau parit dengan lebar
30-40 cm dan dalamnya 30-60 cm. Tanah galian digunakan untuk bedengan yang
lebarnya 60-100 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan, lalu dicangkul
sedalam 15-30 cm. Setelah 10-15 hari dicangkul kembali hingga membentuk
gumpalan halus, kemudian diberi pupuk kandang 10-15 ton/hektar.
13
Penyiapan bibit
Bibit berasal dari tanaman yang berumur cukup tua (85-135 hari), sehat
dan tidak cacat. Bibit disimpan dalam ruangan kering sekitar 5-8 bulan yang
digantung pada parapara.
Penanaman
Lubang tanam dibuat sedalam 3-4 cm dengan tugal. Bibit ditanam dengan
posisi tegak lurus, ujung siung di atas dan ¾ bagian siung tertanam dalam tanah
lalu taburkan tanah halus dan tutup merata dengan jerami. Jarak tanam 10x10 cm
atau 15x10 cm.
Pemeliharaan
Hama yang sering menyerang adalah Thrips tabaci. Biasanya hama ini
menyerang daun tanaman. Penyakit embun upas yang disebabkan jamur
Peronospora destructor juga menyerang daun tanaman. Kelembaban tinggi dan
suhu rendah dapat meningkatkan intensitas serangan. Penyakit busuk bawang
putih yang disebabkan oleh jamur Sclerotium cepivorum biasanya menyerang akar
dan umbi sehingga menjadi busuk.
2.6. Tembakau
14
2.6.2. Budidaya Tembakau
15
tanam 90x90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap
bedengan, dan jarak antar bedengan 90 cm atau 120x50 cm.
Penanaman Tembakau
Tugal tanah dengan kedalaman 5-10 cm dengan alat tugal yang terbuat
dari kayu
Benamkan bibit sedalam leher akar
Padatkan tanah disekitar bibit dengan cara menekan dengan jari dan hati-
hati batang tembakau patah sebeb sangat lumak.
Waktu tanam yang baik pada pagi hari atau sore hari.
16
III. BAHAN DAN METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksaana Kuliah Kerja Lapang
(KKL) ini adalah buku pedoman (KKL), buku catatan, pulpen, pH meter,
penggaris, papan jalan, kamera, alat perekam dan kuesioner yang digunakan
sebagai acuan untuk wawancara di lapangan.
3.3.2. Wawancara
17
3.3.3. Studi Pustaka
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19
4.1.3. Iklim
Curah Hujan
20
Data Penduduk Desa Petarangan
Berdasarkan data di atas (Tabel 4. dan Tabel 5.) didapat bahwa mata
pencarian penduduk di Desa Petarangan umumnya berprofesi sebagai petani
dengan jumlah 1996 jiwa dan persentase 84,9 % serta pendidikan warga di desa
ini adalah tamat SD dengan jumlah 1396 jiwa dengan persentase 42 %.
21
Tinjauan Tentang Sektor Pertanian
Lahan pertanian yang ada terdiri dari lahan sawah dan lahan kering.
ditanami, jagung, sayuran dan tanaman perkebunan tembakau. Spesifik
penggunaan tanaman di sektor pertanian yaitu untuk tanaman tembakau sebagai
tanaman perkebuan, tanaman Bawang Putih/merah sebagai tanaman intesifikasi
dan investasi, dan tanaman jagung sebagai pangan serta ternakan yang umumnya
ada di desa ini adalah sapi, domba, ayam buras, ayam broiler, entok, dan itik.
Tabel areal panen, produktivitas dan jumlah produksi disajikan pada tabel berikut:
I. Pertanian
No Komoditas Luas panen (Ha) Produksi Ton/Ha
1 Bawang Putih 345 9,7
2 Jagung 25 5,5
3 Bawang merah 167 8,9
4 Sawi 1,2 13
5 Kubis 2 16
6 Koro merah 14 1,2
7 Cabai 35 9,8
II Peternakan
No Komuditas Ekor Ket
1 Sapi 115 -
2 Domba 382 -
3 Ayam Buras 430 -
4 Marmot 175 -
22
4.2. Budidaya Tanaman Cabai
4.2.1. Pembibitan Benih Cabai
Bibit yang ditanam petani di Desa Petarangan adalah jenis varietas Bianca,
JKO, TM999, dan UR42. Namun petani di desa ini menggunakan bibit Bianca
karena varietas bianca mempunyai pertumbuhan tanaman yang kuat, seragam dan
kokoh dengan adaptasi yang baik, cocok ditanam di dataran menengah sampai
tinggi. Buah berwarna merah mengkilat, rasanya pedas dan padat sehingga tahan
penyimpanan & pengangkutan jarak jauh. Panjang buah 16 sampai 17 cm,
diameter 0,6 sampai 0,7 cm, berat buah rata-rata 6 sampai 8 gram. umur panen
sekitar 85 sampai 90 hari setelah pindah tanam.
23
Gambar 1. Buah Cabai yang dapat Dijadikan Sebagai Benih
Buah Cabai kemudian dijemur dan hindari dari sinar matahari langsung,
dapat dijemur di bawah atap yang tidak terlalu terang. Penjemuran ini
bertujuan agar pemisahan biji tidak terlalu sulit.
Gambar 2. Buah Cabai Setelah Penjemuran 15 dan Biji Cabai dapat Dikeluarkan
Setelah pemisahan biji dari daging buah, biji dapat langsung dijemur
hingga ± 3 hari jika tidak ada hujan. Penjemuran bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terdapat di biji cabai.
24
Teknik yang digunakan untuk menanam bibit cabai ada 2 cara yaitu:
Menanam bibit ke lahan secara langsung pada lahan yang telah diberi
perlakuan dan diatur jarak tanamannya.
Menyemaikan bibit pada bedengan yang diberikan naungan dan
penanaman juga dapat dilakukan pada polybag kecil sampai muncul daun
pertama kemudian di transplanting pada lahan atau sawah yang telah
disiapkan.
Mengecambahkan bibit dahulu sampai muncul daun pertama lalu
ditransplanting pada polybag setelah dirasa benih cukup dewasa baru
ditransplanting pada lahan yang telah disiapkan.
25
Gambar 4. Bibit Cabai di Polibag Umur 45 Hari
Setelah media tanam selesai dibuat, bibit segera dipindahkan dari tempat
penyemaian ke media tanam. Pekerjaan ini biasa dilakukan pada waktu pagi atau
sore hari, saat matahari tidak bersinar terlalu terik, sehingga tanaman yang
dipindahkan tidak cepat layu.
26
atapnya bisa menggnakan plastik sebagai naungan, plastik yang digunakan
memiliki tebal 0,8 mm agar tahan terhadap hujan dan panas. Naungan ini
berfungsi untuk menjaga kelembaban bibit di bedengan ataupun di polybag serta
dilakukan penyiraman secara rutin pagi dan sore.
Sedangkan kebanyakan petani di desa Petarangan memperoleh bibit
tanaman cabai dengan cara membeli bibit di penyedia bibit yang ada di desa
tersebut.
Pengolahan Lahan
27
dekomposisi bahan-bahan organik. Penggunaan Dolomite dalam 1 rol mulsa
dengan panjang 500 m dapat menghabiskan 250 kg dolomite. Pemberian dolomit
bisa dilakukan dengan cara disebar pada lahan, kemudian lahan tersebut
didiamkan selama 1-2 minggu. Apabila pemupukan dan pengapuran dilakukan
bersamaan, akibatnya akan terjadi reaksi antar kapur dan pupuk, perlu diketahui
bahwa pupuk kimia seperti Urea maupun ZA (Zwavelzure Ammoniak) adalah
pupuk yang bersifat asam, sehingga akan berdampak pada pH tanah yang tidak
naik dan justru akan menurun, sehingga nutrisi untuk tanaman tidak tersedia.
Kendala yang dialami petani saat pengolahan lahan adalah kemiringan
lahan yang cukup curam sehingga dalam pengolahan lahan para petani tidak
memungkinkan untuk penggunaan traktor, sehingga sebagian besar petani di desa
Petarangan hanya menggunakan cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan
tersebut.
Pemupukan Dasar
28
penghambat bagi pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Gambar pupuk kimia
yang digunakan petani di Desa Petarangan disajikan pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar 6. (a) Pupuk Urea dan (b) Pupuk ZA (Zwavelzure Ammoniak)
Bedengan yang selesai buat kemudian dipasang mulsa hitam perak dengan
menghamparkan plastik mulsa di atas bedengan setelah itu tarik masing-masing
ujung secara bersamaan kemudian kedua ujung tersebut dipasak dari bambu.
Gambar pasak mulsa dari bambu dapat dilihat pada Gambar 7. Setelah itu dapat
dilakukan pelubangan pada mulsa. Gambar alat yang digunakan untuk melubangi
mulsa dapat dilihat pada Gambar 8.
29
Gambar 7. Pasak Bambu Pada Mulsa
Gambar 8. Alat untuk Melubangi Mulsa Tampak Samping dan Tampak Atas.
30
Gambar 9. Lahan yang Sudah Dilakukan Pemasangan Mulsa dan Sudah
Dilubangi
Penanaman bibit dari persemaian ke lahan dilakukan pada bibit yang telah
berumur 40-45 hari, maka bibit tersebut telah siap untuk di tanam di lahan. Bibit
yang diambil biasanya memiliki tinggi 10-15 cm dan jumlah daun 4-6 helai.
Waktu pemindahan lebih baik dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga bibit
yang dipindahkan tidak mudah layu.
4.2.5. Pemeliharaan
Pengairan
31
Pemasangan Ajir
Pemupukan Lanjutan
Tanaman cabai membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan tepat agar
tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Selain pupuk dasar, tanaman cabai juga
membutuhkan pemupukan susulan, yaitu pemberian pupuk setelah tanam sampai
tanaman berproduksi. Pemberian pupuk susulan dimaksudkan agar tanaman cabai
tidak kekurangan nutrisi pada saat pertumbuhan vegetatif hingga tanaman
berbuah.
32
Pemberian pupuk susulan biasanya 10 hari setelah tanam dengan cara
ditaruh/dikocor ditengah-tengah antara 4 tanaman Pemberian pupuk harus sesuai
dengan dosis yang sudah direkomendasikan oleh para penyuluh pertanian maupun
petunjuk pemakaian pupuk. Pemberian pupuk yang berlebihan dapat
menyebabkan kondisi tanah telalu panas dan tanaman menjadi layu bahkan dapat
mati. Sebaliknya jika pemberian pupuk yang terlalu sedikit, maka pertumbuhan
tanaman menjadi relatif terhambat. Pupuk yang digunakan biasanya pupuk dengan
merek dagang Phonsca dan Triple Super Fosfat (TSP).
Penyiangan
33
menggunakan sprayer. Gambar tanaman yang terserang kutu putih dapat
dilihat pada gambar berikut:
34
Gambar 12. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)
4.2.6. Panen
Tanaman cabai dapat dipanen pada umur 4-6 bulan setelah penanaman.
Panen dapat dilakukan sebanyak dua kali pemanenan dalam seminggu, sehingga
dalam satu kali musim tanam buah cabai dapat dipanen sebanyak13-20 kali panen.
Panen buah cabai merah dilakukan setelah buah masak dalam areal
pertanaman sebesar 60%. Kriteria buah yang masak adalah apabila warna merah
pada buah mencapai 60% atau lebih. Pada tingkat kemasakan seperti ini buah
cabai sudah benar-benar masak. Adapun karena masaknya buah cabai tidak
bersamaan maka untuk pemetikan hasil dilakukan dengan interval waktu 3-4 hari
sekali. Dengan diadakannya interval waktu ini dimaksudkan agar waktu panen
buah yang dapat dipanen jumlahnya sudah cukup banyak yang masak. Gambar
pemetikan cabai pada saat panen dapat dilihat pada Gambar 13.
Pemanenan cabai biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Pada
pemanenan yang pertama hasil yang diperoleh adalah relatif rendah kemudian
secara perlahan akan mengalami peningkatan dan panenan yang optimum akan
diperoleh pada panenan yang keenam atau ketujuh. Setelah itu hasil panenan akan
35
menurun kembali. Pemanenan buah cabai dilakukan dengan tangan, dan dilakukan
pada saat cuaca cerah, karena panenan yang diperoleh pada saat terjadi hujan atau
cuacanya kurang baik ternyata buah hasil panen akan lebih cepat rusak dan
membusuk.
Pola tanam cabai biasanya dilakukan dengan tumpang sari tanaman, hal ini
dilakukan karena pertimbangan efesiensi lahan sehingga mendapat hasil panen
beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih darisatu tanaman tentu
menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihan ragam
tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memiliki
nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.
36
Cabai merupakan tanaman sampingan karena produk pertanian unggulan
di desa ini adalah tembakau dan bawang. Namun dapat dilihat pada Tabel 4,
produksi cabai 9,8 ton/ Ha dan produksi bawang putih 9,7 ton/ Ha. Produksi cabai
lebih unggul sedikit dibandingkan produksi bawang putih. Sehingga secara umum
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani juga menanam cabai meskipun
cabai bukan produk unggulan di desa tersebut. Periode tanam cabai, bawang putih
dan tembakau dalam waktu satu tahun disajikan pada tabel berikut:
Tabel 8. Periode Tanam Cabai, Bawang Putih dan Tembakau dalam Kurun
Waktu Satu Tahun di Desa Petarangan
Waktu Tanam
No. Komoditi
Penanaman Panen
1. Bawang Putih Desember (akhir tahun) April
2. Cabai April Juli
3. Tembakau Mei Agustus
37
Pola Tumpang Sari Cabai-Tembakau
Bedengan yang sudah siap pakai dengan mulsa dan sudah dilubangi sesuai
ukuran yang sudah ditetapkan. Pada tumpangsari cabai-tembakau, dalam satu
bedengan tanaman cabai ditanam 2 baris pada sisi pinggir bedengan dan tanaman
Tembakau ditanam di antara jarak antar bedengan (tanaman tembakau tidak
menggunakan mulsa). Untuk gambar pola dan jarak tanam dapat dilihat pada
lampiran 2.
Cabai dipanen memasuki umur 4 bulan dan tanaman tembakau 90-120
hari. Setelah proses panen selesai yang dilakukan selama beberapa hari maka
lahan bekas tanaman cabai dibersihkan namun tidak ditanami kembali. Hal ini
dipengaruhi oleh usia tanaman tembakau yang sudah mulai memasuki usia
produktif, sedangkan jika ingin menanam jenis tanaman lain, waktu yang dimiliki
tidak lagi cukup dan pertumbuahan tanaman itu sendiri tidak maksimal karena
tanaman tembakau sudah mulai tinggi.
Salah satu alasan pemilihan pola tanam tumpang sari adalah mendapatkan
hasil produksi yang lebih beragam sehingga petani bisa menambah pendapatan
dan dapat menggunakan lahan lebih efisien dan pada pola penanaman ini juga
dapat mengurangi resiko yang ditimpulkan karena kegagalan budidaya. Data
produksi tumpang sari Bawang Putih-Cabai dan Cabai-Tembakau dari responden
dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 9. Total dan Rata-Rata Produksi Tumpang Sari Cabai dan Tembakau
38
Tabel 10. Total dan Rata-Rata Produksi Tumpang Sari Cabai dan Bawang Putih
39
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dapat disimpulkan bahwa:
5.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Wardani, N dan Jamhari. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Bogor: Balai
Penelitiandan Pengembangan Pertanian.
42
LAMPIRAN
43
Lampiran 1. Peta Desa Petarangan
44
Lampiran 2. Pola Tanam Tumpangsari di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggu, Jawa Barat.
Keterangan:
: Tembakau
: Cabai
Jarak Tanam:
L : 50 cm
P : 20 cm
Jarak Tanam:
L : 60 cm
P : 20 cm
45
Lampiran 3. Total Produksi Tanaman Tumpang Sari Bawang Putih-Cabai dan
Cabai-Tembakau di Desa Petarangan dari Responden
Total Produksi
No Nama Jenis Tanaman
(ton/ Ha)
Cabai 2
1 Iswadi
Tembakau 0,1
Cabai 5
2 Parmidi
Bawang Putih 0,8
Cabai 2
3 Sabari
Bawang Putih 0,66
Cabai 1,2
4 Muhibun
Bawang Putih 0,3
Cabai 3
5 Sugito
Bawang Putih 1,6
Cabai 1,6
6 Jumono
Bawang Putih 0,6
Cabai 1
7 Ahmad Gozali
Tembakau 0,1
Cabai 2
8 Suradi
Tembakau
Cabai 1.2
9 Nunung
Bawang Putih 2
Cabai 1,2
10 Mislan
Tembakau 0,2
46
Lampiran 4. Dokumentasi di Lapangan
47
Kegiatan Penyuluhan Bersama Penyuluh, Kepala Desa, Kelompok Tani Al- Fata
dan Warga Desa
48
Kegiatan Wawancara dengan Petani Desa Petarangan
49
Pola Tanam Tumpang sari Cabai dan Tembakau
50
Kegiatan Pertandingan Olah Raga (Sepak Bola)
51
Kegiatan Foto Bersama dengan Kepala Desa Petarangan Sebelum Meninggalkan
Desa Petarangan
52
Kegiatan Kunjungan ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian
(BPSBP) Yogyakarta
53
Wisata ke Candi Borobudur
54