Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang
biasa dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh
menurun dan mengalami menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh
terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada
lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di
samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara
sebagian lansia sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain.
Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda
dengan orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan jika asupan gizi tidak dijaga
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebih berat seperti stroke serta penyempitan ventrikel kiri / bilik
kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit-penyakit tersebut, hipertensi
dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes
mellitus dan lain-lain. (Dermawan & Rahayuningsih, 2010).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic
hypertension).Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang
paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, yang dilakukan
oleh wei et al (2006) hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik hipertensi sistolik
terisolasi (HST) maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Ada pun pengertian
dari tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat kontraksi

1
jantung,sedangkan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tak
berkontraksi
Hipertensi menurut WHO, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013,
menyebutkan bahwa prevalensi penderita hipertensi yang berada di Indonesia
mencapai angka 25,8%. Dengan adanya presentasi seperti itu, maka sebaiknya
kita mewaspadai kondisi tersebut dengan cara menjaga kesehatan sejak dini.
Lantas, bagaimana caranya? Mula-mula, kita harus memahami kondisi
bagaimana tekanan darah kita jika ada dalam kondisi yang normal.Menurut
WHO, tekanan darah yang normal bagi mereka orang dewasa adalah 120/80
mmHg. Akan tetapi, jika tekanan darah sistolik yaitu antara 120-139 dan
tekanan distolik antara 80-89, dan itu juga masih bisa di sebut dengan tekanan
darah yang normal.
Prevalesi hipertensi di Indonesia terus menglami peningkatan.Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2013 sebesar 21% menjadi
26,4% .Pada tahun 2014 sebesar 27,5% .Selanjutnya pada tahun 2015
diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% dan menjadi 42% pada tahun
2025.Menurut data kementerian RI pada Tahun 2014 menyebutkan prevalensi
hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2016.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori lansia?
2. Bagaimana konsep teori hipertensi ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiwa mampu mengetahui konsep teori lansia
2. Mahasiwa mampu mengetahui konsep teori hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan
hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut
usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia
sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal
1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

3
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90
tahun.
3. Teori Proses Penuaan
a. Teori Genetik
1) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa
menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu.
2) Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel (Wahjud Nugroho, 2010).
b. Teori Non Genetik
1) Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika
mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusak sel nya. Hal ini
yang mendasari peningkatan penyakit auto – imun pada lanjut
usia (Wahjudi Nugroho, 2010).
2) Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolism atau proses pernapasan

4
di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak
berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam tubuh (Wahjudi Nugroho, 2010).
3) Teori Menua Akibat Metabolisme
Teori ini telah di buktikan dari berbagai
percobaan kepada hewan, bahwa pengurangan asupan kalori
ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur (Wahyudi Nugroho,
2010).
4) Teori Rantai Silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat ( molekul kolagen )
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan
yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis,
dan hilangnya fungsi pada proses menua (Wahjudi Nugroho,
2010).
5) Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas
teori oksidasi stress, dan teori dipakai – aus ( wear and tear
theory )di sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel tubuh lelah terpakai (Wahjudi Nugroho, 2010).
c. Teori Sosiologis
1) Teori Interaksi Sosial
Pokok-pokok social exchange theory antara lain :
a) Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.

5
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor
mengeluarkan biaya (Wahjudi Nugroho, 2010).
2) Teori Aktivitas atau Kegiatan
a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secaralangsung.Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
(Wahjudi Nugroho, 2010).
3) Teori Kepribadian Lanjut
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan usia lanjut (Wahjudi
Nugroho, 2010).
4) Teori Pembebasan
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry 2009.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Triple Loss) (Wahjudi Nugroho, 2010).
4. Perubahan Akibat Proses Penuaan
a. Perubahan Fisik dan Fungsi
1) Sel
Jumlah sel menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,
jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi

6
protein di otak, otot, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak
menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi
atrofi. beratnya berkurang 5 – 10 %, lekukan otak akan menjadi
lebih dangkal dan melebar (Wahjudi Nugroho, 2010).
2) Sistem Persarafan
Terjadi penurunan hubungan persarafan, berat otak menurun 10
– 20 %, respons dan waktu untuk bereaksi lambat khususnya
terhadap stress, saraf panca indra mengecil,
penglihatan berkurang dan pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasamengecil, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin,
kurang sensitif terhadap sentuhan, defisit memori (Wahjudi
Nugroho, 2010).
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata –kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi
pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin, fungsi pendengaran semakin menurun
pada lanjut usia yang mengalami ketegangan / stres, tinitus,
vertigo (Wahjudi Nugroho, 2010).
4) Sistem Pengelihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih
suram menjadi katarak, jelas menyebabkan gengguan,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat susah melihat dalam cahaya gelap,
penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat dengan dipengaruhi berkurangnya
elastisitas lensa, lapang pandang menurun luas pandang

7
berkurang dan daya membedakan warna menurun, terutama
warna biru atau hijau pada skala (Wahjudi Nugroho, 2010).
5) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding
aorta menurun kemampuan jantung memompa darah menurun 1
% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan kontraksi dan volume menurun, curah jantung
menurun serta kehilangan elastisitas pembuluh darah
serta efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi berkurang. perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bias menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg. ( mengakibatkan pusing
mendadak ) ,kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi
dehidrasi dan pendarahan, tekanan darah meningkat
akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat, sistole
normal kurang lebih 170 mmHg, dan diastole kurang lebih 95
mmHg. (Wahjudi Nugroho, 2010).
6) Sistem Pengatur Suhu Tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis -
/+ 35oC ini akibat metabolisme yang menurun, pada kondisi
ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat dan gelisah, keterbatasan refleks menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga dapat
menyebabkan penurunan aktivitas otot. (Wahjudi Nugroho,
2010 ).
7) Sistem Pernapasan
Otot–otot pernafasan juga mengalami kelemahan akibat
atrofi kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia
menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun,
ukuran alveoli melebar, berkurangnya elastisitas bronkus,

8
oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbon
dioksida pada arteri tidak berganti, dan pertukaran gas pun
terganggu, refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang,
sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun. Sering
terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan
kekuatan otot pernapasan menurun seiring bertambahnya usia
(Wahjudi Nugroho, 2010 ).
8) Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk, indra pengecap
menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis, atropi indra
pengecap (-/+80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit, esophagus
melebar rasa lapar menurun, asam lambung menurun dan
motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi fungsi absorpsi melemah
hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang (Wahjudi Nugroho, 2010).
9) Sistem Reproduksi
Wanita : vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovary
menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, dan atrofi
vagina (Wahjudi Nugroho, 2010).
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal : mengecilnya nefron akibat atrofi aliran darah ke
ginjal menurun hingga menjadi 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang, akibatnya kemampuan mengkonsentrasi kan
urine menurun, berat jenis urin menurun, proteinuria, BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, keseimbangan
elektrolit dan asam lebih mudah terganggu bila

9
dibandingkan dengan usia muda, RPF (Renal Plasma Flow)
dan GFR (Glomerular Filtration Rate) atau klirens kreatinin
menurun secara linier sejak usia 30 tahun, jumlah darah
yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b) Vesika urinaria : otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, pada pria lanjut usia vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat.
c) Pembesaran prostat : kurang lebih 75 % dialami oleh pria
usia di atas 65 tahun.
d) Vagina : seseorang yang semakin menua, kebutuhan
hubungan seksualnya masih ada, tidak ada batasan umur
tertentu kapan frekuensi seksual orang berhenti, frekuensi
hubungan seksual cenderung menurun secara bertahap setiap
tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya
berjalan terus sampai tua (Wahjudi Nugroho, 2010).
11) Sistem Endokrin
Produksi dari semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran zat,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon
kelamin misalnya: progesteron, estrogen, dan testosteron
(Wahjudi Nugroho, 2010).
12) Sistem Integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat kulit mengkerut
atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan
rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari

10
menurunnya cairan vaskularisasi, respon terhadap trauma
menurun (Wahjudi Nugroho, 2010).

13) Sistem Muskuloskeletal


Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kifosis,
diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian besar dan menjadi kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut
otot, pergerakan menjadi lambat, otot kram, dan menjadi tremor
(Wahjudi Nugroho, 2010).
b. Perubahan Mental
1) Kenangan (Memori)
Kenangan jangka panjang; beberapa jam sampai berhari hari yang
lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), dan kenangan buruk yang pernah
terjadi ( bisa kearah demnsia) (Wahjudi Nugroho, 2010).
2) IQ (Intelegentia Quantion)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal.Penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu (Wahjudi Nugroho, 2010).
3) Perubahan Psikososial
a) Kehilangan finansial
b) Kehilangan status
c) Kehilangan teman
d) Kehilangan pekerjaan (Wahyudi Nugroho, 2010).
4) Perkembangan Spiritual
a) Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam
kehidupan
b) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya.
Hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari.

11
c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer
(1978) universalizing, perkembangan yang dicapai pada
tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi
contoh cara mencintai dan keadilan (Wahyudi Nugroho, 2010).
5) Dampak Kemunduran
Kemunduran yang telah disebutkan sebelumnya membunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki
lanjut usia. Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang
paling banyak dikemukakan. Selain berbagai macam kemunduran,
ada sesuatu yang dapat meningkat dalam proses menua, yaitu
sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya menjadi
sumber banyak masalah pada masa tua (Wahjudi Nugroho, 2010).

B. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara
terus-menerus (Sutanto, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal normal yang ditunjukkan oleh
angka systolic (bagian atas) dan (angka bawah) diastolic pada pemeriksaan
tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa
cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. (Ratna
Dewi P, 2011).
2. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of
Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan Tekanan darah
darah diastol (mmHg)

12
sistol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)

3. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi
yang tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya
peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi.
Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya hidup,
dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sistemik lain
yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya
(Herbert Benson, dkk, 2012).
4. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
1) Gangguan fungsi barostat renal
2) Sensitifitas terhadap konsumsi garam
3) Abnormalitas transportasi natrium kalium
4) Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
5) Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, resistensi insulin)
(Ratna Dewi P, 2011).
b. Faktor Lingkungan

13
1) Faktor psikososial : kebisaan hidup, pekerjaan, stress mental,
aktivitas fisik dan status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan,
konsumsi minuman keras.
2) Faktor konsumsi garam
3) Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison)
dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti
inflamasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah
seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau
yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga
termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi (Ratna Dewi P, 2011 ).
c. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
1) Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit
2) Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi
(Ratna Dewi P, 2011).
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

14
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi .Untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

15
6. Pathway

7. Tanda dan Gejala


a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina
b. Nyeri pada kepala
c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial
d. Edema dependent
e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
(Ratna Dewi P, 2011).

16
8. Komplikasi
b. Stroke
c. Serangan jantung
d. Gagal ginjal
e. Kebutaan
9. Cara Pencegahan Hipertensi
a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi
keturunan(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
11. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi

17
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H,
2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan
sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot
tegang akan meningkatkan keseimbangan dan
koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.K
Umur : 77 tahun
Alamat : Sidohulur, Godean, Sleman, Yogyakarta
Pendidikan : SD
Tanggal masuk : 08 Juni 2019
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Tanggal pengkajian : Senin, 08 Juni 2019

2. Status Kesehatan Saat Ini


Pasien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah
tinggi. Saat ini Ny.K masih mengkomsumsi obat anti hipertensi secara
rutin, pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin
BAK sampai 3 kali. Pasien mengatakan sering pusing, masuk angin dan
merasa sakit pada bagian tengkuknya.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah
sakit dan jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua
pasien mengalami tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan
pernah mengalami tetanus pada usia 67 tahun.
b. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang
seluruh badannya gatal-gatal seperti biduran.
c. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum
alcohol.

19
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. K mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai
sakit hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo
matang.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata,
warna hitam keputihan
d. Mata : Simetris, sklera berwarna putih,
konjungtiva tidak Anemis.
e. Telinga : Simetris,Tampak bersih, pendengaran baik,
tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang
tanggal tersisa tinggal 4 buah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg
k. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising
usus, makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB
1xsehari.
l. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x sehari, tidak ada
inkontinensia urin.

6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan
teman satu kamarnya dan penghuni wisma lain
b. Masalah emosional

20
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak
pikiran.
c. Spritual
Klien beragama islam dan melakukan sholat lima waktu sehari di
panti. Klien mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan di panti.

7. Pengkajian Fungsional Klien


a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa
dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan
dari orang lain di antaranya yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi, pasien
tidak menggunakan alat bantu berjalan.
b. Modifikasi dari Bartel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih, dan susu
3 Berpindah dari 15 Mandiri
satu tempat
ketempat lain
4 Personal toilet 5 Frekuensi: 3x
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk 5 Frekuensi: 2-3 kali
toilet (
mencuci
pakaian,
menyeka
tubuh,
meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi hari dan
sore hari sebelum Ashar.
7 Jalan 10 Setiap ingin melakukan
dipermukaan sesuatu misalnya
datar mengambil minum atau ke
kamar mandi.

21
8 Naik turun 10 Baik tapi harus pelan-pelan
tangga
9 Mengenakan 10 Mandiri dan rapi
pakaian
10 Kontrol Bowel 10 Frekuensi: 1x sehari
(BAB) Konsistensi: padat
11 Kontrol 10 Frekuensi: 6x sehari
Bladder Warna: kuning
(BAK)
12 Olah raga/ 10 Klien mengikuti senam
latihan yang diadakan PSTW saat
pagi hari
13 Rekreasi/ 10 Jenis: rekreasi keluar 1
pemanfaatan tahun sekali dari
waktu luang bpstw/hanya duduk saja
kadang mengobrol dengan
teman.

Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori
mandiri

8. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)

Benar SalahNo Pertanyaan


√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun

22
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga
disimpulkan Ny. K memiliki fungsi intelektual utuh.
b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksi Klien
mal
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Diamana kita sekarang?
a. Negara : Indonesia
b. Provinsi: DIY
c. Kota : Yogyakarta
d. Di : PSTW Budi Luhur
e. Wisma : Anggrek
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh
i pemeriksa) 1 detik dan mengatakan
asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan
kembali obyek yang di
perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali / tingkat:
(93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung
pertanyaan semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi
at ketiga obyek pada no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point masing-
masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek
yang disebutkan

23
5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan nama pada klien
a. Missal jam tangan
b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “tidak ada, jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah:
tak ada, tetapi
Minta klien untuk menuruti
perintah berikut terdiri dari 3
langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut ( bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda
yang ditunjuk pemeriksa. Selain itu,
klien bisa mengambil kertas,
melipat jadi dua, dan menaruh di
bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.
Total 29
Nilai

Interpretasi hasil : 29 (>23)


Keterangan : Terdapat aspek fungsi mental baik

24
9. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas Ya 0
dengan kehidupan anda?
Apakah anda telah meninggalkan Ya 1
banyak kegiatan atau minat atau
kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini Tidak 0
kosong belaka?
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat Ya 0
yang baik setiap saat?
Apakah anda takut sesuatu yang Tidak 0
buruk akan terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia di Ya 0
sebagian besar hidup anda?
Apakah anda merasa sering tidak Tidak 0
berdaya?
Apakah anda lebih senang tinggal di Ya 1
rumah daripada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai Tidak 0
banyak masalah dengan daya ingat
anda dibandingkan kebanyakan
orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda Ya 0
sekarang ini menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh Ya 0
semangat?
Apakah anda merasa bahwa keadaan Tidak 0
anda tidak ada harapan?
Apakah anda pikir orang lain lebih Tidak 0
baik keadaanya daripada anda?
Jumlah 3

Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3
sehingga
disimpulkan Ny. K kemungkinan depresi.

25
10. Pengkajian Skala Risiko Dekubitus

Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas Sangat Agak Tidak
penuh terbatas Terbatas terbatas
Kelembapan Lembab Sangat Kadang Jarang
konstan lembab lembab Lembab
Aktifitas Di tempat Dikursi Kadang Jalan
tidur jalan Keluar
Mobilisasi Imobil Sangat Kadang Tidak
penuh terbatas terbatas Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Sempurna
Adekuat
Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna
cubitan Resiko Masalah
Total skor =
22

Keterangan :
Pasien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan total skor : 22
sehingga disimpulkan klien tidak mengalami resiko dekubitus.

11. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Risiko Jatuh denga Postural Hypotensi

Reach Test (FR test) Hasil


Mengukur tekanan darah lanisa dalam Diperoleh hasil
tiga posisi yaitu: pengukuran dalam tiga
a. Tidur posisi pada Ny. K sebagai
b. Duduk berikut:
c. Berdiri a. Tidur : 130/70 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran b. Duduk : 140/90 mmHg
kurang lebih 5 – 10 menit. c. Berdiri : 140/90 mmHg

26
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg
maka dapat dikatakan bahwa Tn. S memiliki resiko jatuh mengingat
usia Ny. K juga sudah semakin tua dan kemunduruan fungsi organ
karena usia tua serta penyakit yang di derita.

b. Fungsional Reach Test (FR Tests)

Reach Test (FR test) Hasil

1. Minta lansia untuk 1. Lansia dapat berdiri sendiri


menempel ditembok tanpa bantuan / mandiri.
2. Minta lansia untuk 2. Hasil pemeriksaan diperoleh <
mencondongkan badannya 6 ichi (5,5 inchi)
ke depan tanpa
melangkahkan kakiknya.
3. Ukur jarak condong antara
tembok dengan punggung
lansia dan biarkan
kecondongan terjadi selama
1 – 2 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 5,5 inchi,
maka dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki resiko jatuh.

c. The Time Up Ana Go (TUG Test)


Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam
kategori varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik.

B. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem


1. Ds : Proses Nyeri Akut
- Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan Penyakit
merasa sakit pada bagian tengkuknya.
- Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu aktivitasnya.
- Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu
banyak melakukan aktivitas (P)
- Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
- Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
- Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
- Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)

27
Do :
- Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.

2. Ds: Ansietas Insomnia


- Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi
atau tekanan darah tinggi.
- Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat
antihipertensi secara rutin.
- Klien mengatakan sering terbangun pada malam
hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
- Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena
tidak bisa tidur pada saat siang hari.
- Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah,
tetapi tidak banyak pikiran.

Do :
- Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari.
- TD 150/80 mmHg

3. Ds: Resiko Jatuh


- Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat
berjalan.

Do:
- Klien tampak gemetar saat memegang gelas berisi
susu yang mau dipindahkan ke kamar.
- Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg
pada tekanan diastolik.
- Hasil reach test <6 inchi
- Pada saat diminta berdiri dan mengangkat satu
kaki klien hanya melakukan sebentar dan kembali
duduk.
- Hasil TUG Test 24 detik.

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
2. Insomnia berhubungan dengan ansietas
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan

28
D. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Pain management
berhubungan dengan selama 3x 12 jam nyeri dapat berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
proses penyakit kriteria hasil : 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan.
Pain level 3. Monitor TTV
1. Nyeri berkurang dari 5 4. Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi dengan
menjadi 2 dengan menggunakan menejemen tarik nafas dalam dan senam ergonimis)
nyeri.
2. Pasien merasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
3. TTD dalam batas normal TD sekitar 130/80
mmHg, Nadi: 60-100x/menit, R:20-
24x/menit, S:36,5-37°C.
2 Insomnia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV
dengan ansietas 3x12 jam, diharapkan masalah insomnia Ny. K dapat 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik relaksasi otot
teratasi dengan kriteria hasil: progresif kepada klien
1. Klien tampak bergairah saat mengikuti kegiatan 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik relaksasi otot
pagi di panti progresif
2. Mata klien tidak nampak merah (mengantuk) 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot progresif yang
3. Ny.K tidak terbangun pada malam hari dilakukan oleh klien
4. Melaporkan secara verbal bahwa insomnia
berkurang
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penyuluhan tentang apa saja bahaya
3x12 jam Ny. K tidak mengalami jatuh, dengan lingkungan yang ada disekitar wisma yang dapat
kriteria: menyebabkan resiko jatuh
1. Mampu mengidentifikasi bahaya lingkungan 2. Anjurkan untuk memakai alat bantu jalan (jika
yang dapat meningkatkan cedera membutuhkan)
2. Mampu menggunakan alat bantu untuk

29
menghindari cidera 3. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan
3. Mampu mempraktekan gerakan latihan
keseimbangan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari, Jam Implementasi Evaluasi Ttd


tanggal

1 Nyeri kronis Senin, 08 12.30 1. Mengkaji nyeri klien S:


berhubungan Juli 2019 2. Melatih relaksasi napas dalam P: klien mengatakan masih nyeri
dengan proses 3. Mengukur TTV Q: nyeri terasa mencengkram
penyakit R: nyeri di tengkuk
S: skala 5
T: hilang timbul

O: TD: 140/90 mmHg, Nadi: 80x/menit, ,


RR: 22x/menit.

A: Masalah nyeri kronis belum teratasi

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Evaluasi senam ergonomis

30
Selasa, 09 16.00 1. Mengkaji nyeri klien S:
Juli 2019 2. Evaluasi senam ergonomis P: klien mengatakan nyeri mulai berkurang
3. Mengukur TTTV Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul

O: TD: 140/70 mmHg, Nadi: 84x/menit, ,


RR: 20x/menit.

A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk melakukan senam
ergonomis

Rabu, 10 12.30 1. Mengkaji nyeri klien S:


Juli 2019 2. Evaluasi senam ergonomis P: klien mengatakan nyeri sudah berkurang
3. Mengukur TTTV Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 2
T: hilang timbul

O: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, ,


RR: 22x/menit.

A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian

P:

31
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk selalu melakukan
senam ergonomis

2 Insomnia Senin, 08 13.00 1. Mengukur tekanan darah S:


berhubungan Juli 2019 2. Mengajarkan klien tentang Klien mengatakan senang diajarkan senam
dengan relaksasi otot progresif: relaksasi otot progresif.
ansietas a. Relaksasi otot tangan O:
b. Relaksasi otot muka Klien nampak mempraktikan relaksasi otot
c. Relaksasi otot perut progresif sesuai intruksi meskipun ada
d. Relaksasi otot kaki beberapa gerakan yang kurang tepat.
TD : 140/90 mmHg
A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian.
P:
Motivasi klien untuk melakukan relaksasi
otot progresif setiap sebelum.bangun tidur.

Selasa, 09 16.30 1. Mengukur tekanan darah S:


Juli 2019 2. Mengevaluasi tentang relaksasi 1. Klien mengatakan masih ada beberapa
otot progresif gerakan yang belum di kuasai.
2. Klien mengatakan dapat tidur pada
siang hari 15 menit tetapi tidur pada
malam hari masih terbangun.

O:
Klien mampu melakukan gerakan senam

32
relaksasi progresif tetapi masih sering lupa.
TD : 140/70 mmHg

A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian

P:
Motivasi klien untuk melakukan relaksasi
otot progresif setiap hari

Kamis, 10 13.00 1. Mengukur tekanan darah S:


Juli 2019 2. Mengevaluasi tentang relaksasi 1. Klien mengatakan sudah
otot progresif mempraktekkan setelah bangun tidur.
2. Klien mengatakan masih terbangun di
malam hari karena pipis

O:
Klien mampu mempraktekkan kembali
senam seralksasi otot progresif, meskipun
tidak berurutan.
TD : 140/70 mmHg

A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian

P:
Motivasi klien untuk melakukan relaksasi
otot progresif setiap hari

33
3 Risiko jatuh Senin, 08 13.00 1. Mengajarkan klien tentang S:
Juli 2019 latihan keseimbangan. 1. Klien mengatakan senang diajarkan
tentang latihan keseimbangan.
2. Klien mengatakan akan melakukan
latihan keseimbangan setiap hari.

O:
Klien tampak mampu mempraktekkan
latihan keseimbangan.

A:
Masalah keperawatan resiko jatuh teratasi
sebagian.

P:
Evaluasi latihan keseimbangan.

34
Selasa, 09 13.00 1. Mengevaluasi latihan S:
Juli 2019 keseimbangan. Klien mengatakan masih ingat sebagian
gerakan latihan keseimbangan.
O:
Klien mampu mempraktekkan latihan
keseimbangan, meskipun gerakan yang
lainnya masih lupa.

A:
Masalah keperawatan resiko jatuh teratasi
sebagian.

P:
Motivasi klien untuk latihan keseimbangan.

35
Rabu, 10 13.00 1. Mengevaluasi latihan S:
Juli 20119 keseimbangan. Klien mengatakan belum perlu
menggunakan alat bantu untuk berjalan.
O:
Klien masih mampu berjalan tanpa
menggunakan alat bantu.
A:
Masalah keperawatan resiko jatuh teratasi
sebagian.
P:
Motivasi klien untuk latihan keseimbangan.

36
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan.
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara
terus-menerus
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan
walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic
hypertension).Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang
paling sering terjadi pada lansia.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi” masih
banyak kekurangan, karena kurangnya referensi dan pengetahuan pada saat
pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
lagi. Demikianlah malakah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan
informasi yang dapat berguna demi kepentingan bersama, terima kasih.

37

Anda mungkin juga menyukai