Anda di halaman 1dari 3

Profesionalisme dan Kredibilitas Asesor dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan

ASESOR adalah orang yang akan menilai. Orang yang akan melakukan assessment.
Nah, kalau selama ini Kita merasa sudah sangat mumpuni ataupun expert di bidang
profesi Kita(apapun profesinya) tersebut, menjadi seorang aseseor adalah langkah
Kitaselanjutnya. Latar belakangnya sebenarnya terkait dengan perlunya standarisasi
profesi. Sebagai contoh saja, tukang las atau penata rambut, atau katakanlah seorang
trainer. Sama-sama mengakui dirinya tukang las, penata rambut ataupun trainer. Tapi
bagaimana kita bisa menjamin bahwa mereka memliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang tukang las, penata rambut ataupun trainer? Tidak ada yang menjamin
kan? Pastinya sama-sama dari mereka akan klaim, “Sayalah yang terbaik”. Tapi siapa
yang bisa jadi wasitnya?

Kondisi LEBIH MENANTANG apalagi dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi


Asean) dimana saat ini banyak professional dari luar yang akan masuk ke Indonesia.
Bagaimana mengatur bahwa para professional yang dinegaranya mengklaim pintar di
bidang ketrampilan atau ilmu tertentu, sungguh-sungguh berkualitas? Atau, kita lihat
sebaliknya, kalau kita ingin bekerja keluar negeri. Mungkin saja kita sendiri merasa
telah memiliki skill tersebut. Tapi pertanyaannya, bagaimana membuktikan kalau kita
memiliki ketrampilan tersebut? Karena itulah, negara kita melalui sebuah Badan Negara
Sertifikasi Profesi (BNSP), ditunjuk langsung oleh Presiden untuk bertanggung jawab
melakukan sertifikasi profesi.

Dan sekarang kebayang dong betapa banyaknya orang yang perlu disertifikasi?
Sekolah SMA/MA saja jumlanya ratusan ribu. Tapi, saat ini belum semua terakreditasi
sementara menurut seorang Aseseor dari BNSP sementara jumlah asesornya sendiri,
masih sedikit. Padahal, dari asesor ini sendiri, belum tentu semuanya berkualitas. Dan
hal ini semakin memperkecil jumlah aseseor yang mampu melakukan uji kelayakan
mutu pendidikan. Jadi, disitulah tantangan sekaligus peluangnya!
5 ALASAN PERTIMBANGAN SAYA MENJADI ASESEOR

Terus terang, saya ingin menjadi seorang Asesor. Dan itulah adalah salah satu
keputusan investasi untuk masa depan. Dan kedepannya, kita akan melihat banyak
orang yang akan mencari Asesor untuk disertifikasi.

Sertifikasi Profesi Akan Jadi Masa Depan Tuntutan Setiap Profesi Tampaknya, ke
depannya, semua profesi publik di Indonesia, mulai dipersyaratkan untuk memiliki
sertifikasi. Ini untuk menciptakan adanya standar. Nah, siapakah yang bisa menentukan
apa seseorang layak atau tidak? Tentunya adalah para asesor resmi. Itulah sebabnya,
di masa depan para asesor ini akan dibutuhkan oleh negara untuk menjadi
perpanjangan tangannya Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk melakukan
uji profesi seseorang.

Menjadi Aseseor berarti kita selangkah lebih maju. Logikanya pasti begitu dong. Kalau
kita nantinya akan menguji kelayakan dan mutu sebuah sekolah atau sebuah institusi
pendidikan maka logikanya kitalah yang akan paling mengerti soal apa persyaratannya
menjadi sebuah sekolah yang bermutu. Dengan menjadi seorang asesor, maka sama
artinya kita menunjukkan bahwa diri kita lebih berpengetahuan dibandingkan dengan
mereka yang hanya akan sekedar diuji kemampuannya.

Kredibilitas Diri Meningkat Bayangkan saja ada dua orang trainer, atau coach atau ahli
marketing. Atau, katakanlah dua ahli memasak. Satunya coach biasa. Satunya lagi
punya gelar aseseor yang diakui oleh BNSP. Kita bisa paham, keduanya pasti berbeda
bukan dilihat dari kualifikasinya? Dan saya masih ingat tatkala ada seorang assesor
yang bercerita bagaimana dengan gelar resmi yang ia miliki dari BNSP, ia bisa men’
“charge” untuk kemampuannya lebih tinggi, dari harga pasaran dirinya yang
sebelumnya. Credibility is Marketability!

Kedepan, akan banyak lembaga, khususnya lembaga pemerintah yang mulai akan
menuntut ijazah ataupun sertifikat resmi, dari orang yang akan memberikan jasanya.
Hal ini pun telah terjadi. Ceritanya, ada sebuah organisasi yang akan jadi tim penilai di
sebuah BUMN. Mereka telah mendapatkan proyeknya. Tapi sebuah masalah besar
muncul karena ternyata semuanya yang akan menguji di BUMN itu tidak punya
sertifikat dari BNSP. Tahu apa yang terjadi? Berbondong-bondong mereka harus
membayar untuk menjadi aseseor. Dan karena kondisinya kepepet seperti itu, mereka
harus membayar lumayan mahal untuk mendapatkan sertifikat asesor mereka.

Menjadi asesor, bisa jadi pekerjaan sampingan. Dengan jadi asesor, kita menjadi
seorang independen yang bisa bekerja untuk BNSP melalui LSP-LSP (Lembaga
Sertifikasi Profesi) yang memang menjadi perpanjangan tangannya BNSP, sebagai
tempat untuk melakukan uji profesi. Jadi, apakah mau jadi full time asesor ataukah
kelak menjadi pekerjaan kita pada masa pensiun nantinya, menjadi seorang asesor
tidak ada ruginya. Nah, itulah ke 5 alasan pada saat saya memutuskan untuk menjadi
seorang asesor.Sebab setelah mengantongi sertifikat resmi dari BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi), nama saya telah tercantum secara resmi di BNSP sebagai asesor di
negeri ini. Kartu namapun bisa saya tambahkan logo berlambang Garuda yang
menunjukkan bahwa saya seorang asesor resminya negeri ini (walaupun ini tidak akan
saya lakukan,. Dan hal ini wajar saja menurut saya).

Anda mungkin juga menyukai